Lompat ke isi

Kufah: Perbedaan antara revisi

274 bita ditambahkan ,  6 September 2017
tidak ada ringkasan suntingan
imported>S.j.mousavi
kTidak ada ringkasan suntingan
imported>M.hazer
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
  | prioritas =aa
  | prioritas =aa
  | kualitas =c
  | kualitas =c
  | link =
  | link =sudah
  | foto =
  | foto =sduah
  | kategori =
  | kategori =sudah
  | infobox =
  | infobox =
  | navbox =
  | navbox =sudah
  | alih=
  | alih=
  | referensi =
  | referensi =sudah
  | Artikel bagus =
  | Artikel bagus =
  | Artikel pilihan =
  | Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
'''Kufah''' (Bahasa Arab: {{ia|الكوفة}}), salah satu dari kota-kota [[Irak]] dan kota kedua yang dibangun oleh kaum muslim. [[Imam Ali As]] memilih kota ini sebagai pusat kekhilafahannya pada tahun 36 H dan dia mati syahid di kota tersebut. Mayoritas [[Syiah]] abad pertama berasal dari kota Kufah. Termasuk tempat penting kota ini adalah masjid Kufah dan masjid Sahlah. Sejumlah ilmu, seperti fikih, hadis dan nahwu sangat marak di Kufah.
'''Kufah''' (Bahasa Arab: {{ia|الكوفة}}), salah satu dari kota-kota [[Irak]] dan kota kedua yang dibangun oleh kaum [[islam|muslim]]. [[Imam Ali as]] memilih kota ini sebagai pusat kekhilafahannya pada tahun 36 H dan dia mati syahid di kota tersebut. Mayoritas [[Syiah]] abad pertama berasal dari kota Kufah. Termasuk tempat penting kota ini adalah [[masjid Kufah]] dan [[masjid Sahlah]]. Sejumlah ilmu, seperti fikih, hadis dan nahwu sangat marak di Kufah.


Kufah memiliki peran signifikan dalam [[peristiwa Karbala]]; dengan melihat surat-surat penduduk Kufah, [[Imam Husain As]] menuju kota tersebut, demikian juga sejumlah besar pasukan yang bertempur di Karbala dengan Imam Husain berasal dari Kufah. [[Imam Shadiq As]] di awal pemerintahan Abbasiah berkali-kali mengunjungi kota tersebut dan mengajar beberapa waktu di situ.
Kufah memiliki peran signifikan dalam [[peristiwa Karbala]]; dengan melihat surat-surat penduduk Kufah, [[Imam Husain as]] menuju kota tersebut, demikian juga sejumlah besar pasukan yang bertempur di [[Karbala]] dengan Imam Husain berasal dari Kufah. [[Imam Shadiq as]] di awal pemerintahan Abbasiah berkali-kali mengunjungi kota tersebut dan mengajar beberapa waktu di situ.


Kedudukan agung kota ini digambarkan dalam literatur Syiah dan merupakan pusat pemerintahan [[Imam Mahdi Ajf]] setelah kemunculannya.
Kedudukan agung kota ini digambarkan dalam literatur Syiah dan merupakan pusat pemerintahan [[Imam Mahdi Ajf]] setelah kemunculannya.
Urgensi kota Kufah kembali pada dua abad pertama Hijriah, karena setelah tersingkapnya pusara [[Amirul Mukminin Ali As]] dan pembangunan kota [[Najaf]], lambat laun urgensi dan kedudukan Kufah semakin meredup dan urgensi kota Najaf semakin bertambah.
Urgensi kota Kufah kembali pada dua abad pertama [[Hijriah]], karena setelah tersingkapnya pusara [[Amirul Mukminin Ali as]] dan pembangunan kota [[Najaf]], lambat laun urgensi dan kedudukan Kufah semakin meredup dan urgensi kota Najaf semakin bertambah.


==Sejarah==
==Sejarah==
===Pembangunan Pertama===
===Pembangunan Pertama===
Menurut riwayat, kawasan Kufah pada masa sebelum [[Islam]] adalah tempat yang makmur dan berpenduduk dan setelah itu mengalami kehancuran. Menurut riwayat, Nabi Nuh As membuat kapalnya di Kufah<ref>Karami, jld. 1, hlm. 181. </ref>  dan kaum Nuh di Kufah meletakkan sejumlah berhala-berhala. <ref>Raudhah Kafi, jld. 2, hlm. 155. </ref>  
Menurut riwayat, kawasan Kufah pada masa sebelum [[Islam]] adalah tempat yang makmur dan berpenduduk dan setelah itu mengalami kehancuran. Menurut riwayat, Nabi Nuh as membuat kapalnya di Kufah<ref>Maqdisi, ''Ahsan al-Taqasim'' jld. 1, hlm. 181, 1402 H </ref>  dan kaum Nuh di Kufah meletakkan sejumlah berhala-berhala. <ref>Al-Majlisi, ''Hatul Qulub'',jld. 1, hlm. 271, 1426 H. </ref>  


Bangunan baru kota Kufah disandarkan kepada kaum muslim. Kota ini bersama dengan Basra termasuk salah satu kota yang pendiriannya disandarkan pada kaum muslim. Dikatakan kawasan tersebut adalah tempat kamp permanen pasukan muslim dalam penaklukan-penaklukan Islam. Ketika [[Umar bin Khattab]] mengetahui bahwa pasukan Arab mengalami depresi di kawasan ini, ia memerintahkan [[Sa’ad bin Abi Waqqas]] pada tahun 15 atau 17 atau 19, agar mengambil sebuah tempat di kawasan tersebut agar dijadikan sebagai tempat tinggal kaum muslim, yang kompatibel dengan integritas mereka. <ref>Zaidan, Tarikh Tamadduni Jurji Zaidan, jld. 2, hlm. 178. </ref>  Dengan demikian, Kufah dibangun di setengah farsakh barat Furat dan satu farsakh timur laut Hirah (kota makmur di pusat pemerintahan Al-Mundzir), dimana dalam jarak dua farsakh utaranya adalah Nukhailah dan delapan farsakh barat laut adalah Karbala. <ref>Safari Furushani, Kufah az Pedayesh ta ‘Asyura, hlm. 34-35. </ref>  Salah satu kinerja Sa’ad adalah membangun masjid Kufah dan Darul Imarah, dan dua bangunan tersebut dibangun di bagian tertinggi Kufah. <ref>Baraqi, Tarikh al-Kufah, hlm. 115. </ref>   
Bangunan baru kota Kufah disandarkan kepada kaum muslim. Kota ini bersama dengan Basra termasuk salah satu kota yang pendiriannya disandarkan pada kaum muslim. Dikatakan, kawasan tersebut adalah tempat kamp permanen pasukan muslim dalam penaklukan-penaklukan Islam. Ketika [[Umar bin Khattab]] mengetahui bahwa pasukan Arab mengalami depresi di kawasan ini, ia memerintahkan [[Sa’ad bin Abi Waqqas]] pada tahun 15 atau 17 atau 19 H agar mengambil sebuah tempat di kawasan tersebut untuk dijadikan sebagai tempat tinggal kaum muslim, yang kompatibel dengan integritas mereka. <ref>Dinawari, ''Akhbār al-Thiwāl'', hlm. 123-124, 1415 H. </ref>  Dengan demikian, Kufah dibangun di setengah farsakh barat Furat dan satu farsakh timur laut Hirah (kota makmur di pusat pemerintahan Ali Mandzar), dimana dalam jarak dua farsakh utaranya adalah Nukhailah dan delapan farsakh barat laut adalah [[Karbala]]. <ref>Safari Furusyani, ''Kufah az Pedayesh ta ‘Asyura'', hlm. 34-35. </ref>  Salah satu kinerja Sa’ad adalah membangun masjid Kufah dan Darul Imarah, dan dua bangunan tersebut dibangun di bagian tertinggi Kufah. <ref>Baraqi, ''Tarikh al-Kufah'', hlm. 115. </ref>  
Pendirian kota Kufah termasuk persyaratan strategis yang membantu penaklukan era khalifah kedua. Ketika pasukan militer Arab dengan dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqas tiba di kawasan Iran, membutuhkan sebuah barisan penghubung antara [[Madinah]] (pusat pemerintahan Islam) dan medan pertempuran dan sudah semestinya pasukan muslim memiliki sebuah titik sandaran dan kamp militer permanen di dekat medan pertempuran. <ref>Dinawari, Akhbar al-Thiwal, hlm. 124. </ref>  Karenanya, Umar membangun kamp permanen di kawasan umum Kufah dan dengan demikian, lambat laun kota Kufah bertambah luas dan makmur. Mayoritas muhajirin pertama Kufah, baik Arab maupun Persia adalah sekelompok militer, yang mayoritasnya datang tanpa keluarga mereka dan hidup sebagai militer siap tempur. <ref>Ja’fari, Tasayyu’ dar Mashir Tarikh, hlm. 142. </ref>  
   
Pendirian kota Kufah termasuk persyaratan strategis yang membantu penaklukan era khalifah kedua. Ketika pasukan militer Arab dengan dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqas tiba di kawasan Iran, membutuhkan sebuah barisan penghubung antara [[Madinah]] (pusat pemerintahan Islam) dan medan pertempuran dan sudah semestinya pasukan muslim memiliki sebuah titik sandaran dan kamp militer permanen di dekat medan pertempuran. <ref>Dinawari, ''Akhbar al-Thiwal'', hlm. 124. </ref>  Karenanya, Umar membangun kamp permanen di kawasan umum Kufah dan dengan demikian, lambat laun kota Kufah bertambah luas dan makmur. Mayoritas muhajirin pertama Kufah, baik Arab maupun Persia adalah sekelompok militer, yang mayoritasnya datang tanpa keluarga mereka dan hidup sebagai militer siap tempur. <ref>Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Mashir Tarikh'', hlm. 142. </ref>  


'''*Susunan Penduduk'''
'''*Susunan Penduduk'''


Sejak dari awal pendirian kota Kufah bukanlah kota Arab asli seperti [[Mekah]], Madinah dan bahkan Damaskus; namun gabungan pelbagai suku yang tak terkoordinir. <ref>Ibid., hlm. 127. </ref>  Di awal pendirian Kufah, orang-orang yang datang dari daerah sekitar berjumlah lima belas sampai duapuluh ribu orang. Dengan perintah Umar bin Khattab, penduduk Kufah dibagi menjadi tujuh kelompok:
Sejak dari awal pendirian kota Kufah bukanlah kota Arab asli seperti [[Mekah]], Madinah dan bahkan Damaskus; namun gabungan pelbagai suku yang tak terkoordinir. <ref>Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Mashir Tarikh'', hlm. 127. </ref>  Di awal pendirian Kufah, orang-orang yang datang dari daerah sekitar berjumlah lima belas sampai duapuluh ribu orang. Dengan perintah Umar bin Khattab, penduduk Kufah dibagi menjadi tujuh kelompok:
#Bani Kinanah dengan mitra mereka
#Bani Kinanah dengan mitra mereka
#Bani Qudha’ah, Ghassan, Bajilah, Khats’am, Kindah, Hadhramaut, dan Azd dari kabilah Yaman
#Bani Qudha’ah, Ghassan, Bajilah, Khats’am, Kindah, Hadhramaut, dan Azd dari kabilah Yaman
#Bani Mudhhij, Himyar, Hamdan dan  mitra mereka
#Bani Mudzhij, Himyar, Hamdan dan  mitra mereka
#Bani Tamim, Rihab, dan Hawazin
#Bani Tamim, Rihab, dan Hawazin
#Bani Asad, Ghatafan, Maharib, Namr, Fhabi’ah, dan Taghlib
#Bani Asad, Ghatfan, Muharib, Namr, Dhabi’ah, dan Taghlib
#Bani Iyad, ‘Ak, Abdul Qais, Ahlul Hijr dan Hamra’
#Bani Iyad, ‘Ak, Abdul Qais, Ahlul Hijr dan Hamra’
#Kabilah Yamani Tay. <ref>Ibid., hlm. 128-131. </ref>  
#Kabilah Yamani Tay. <ref>''Tasayyu’ dar Mashir Tarikh'', hlm. 128-131. </ref>
 
Susunan kabilah ini masih berlanjut sampai pada masa [[Imam Ali]] dan dia mengganti pengelompokan susunan Kufah dan perubahan terakhir suku-suku Kufah dilakukan oleh [[Ziyad bin Abih]] pada tahun 50 Hijriah.
 
Mayoritas kabilah Arab yang tinggal pada masa penyebaran Islam di Kufah berasal dari Yaman dan mayoritas kabilah Yamani, khususnya kabilah Hamdan adalah orang-orang Syiah Ali. Massignon mengatakan, kabilah Hamdan adalah kabilah besar, penting, kuat dan mampu dan personalnya adalah orang-orang Syiah setia Ali as<ref>Fayyadh, ''Pedayesy wa Gustaresye Syiah'', hlm.80</ref>  dan demikian juga kabilah Tay termasuk kabilah terkuat pendukung Ali as hadir dalam [[perang Jamal]] dan [[Shiffin]] di awal pembentukan Kufah. <ref>Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 130. </ref>
Asy’ariyyun, kelompok Syiah Imam Ali keturunan Yaman termasuk kabilah yang hijrah ke Kufah. Kabilah ini pindah ke [[Qom]] karena tekanan yang dilakukan olah Hajjaj bin Yusuf terhadap orang-orang Syiah dan memilih Qom sebagai markas untuk tempat tinggal dan publikasi Syiah di Iran. <ref>Baraqi, ''Tarikh Kufah'', hlm. 205. </ref>  


Susunan kabilah ini masih berlanjut sampai pada masa Imam Ali dan dia mengganti pengelompokan susunan Kufah dan perubahan terakhir suku-suku Kufah dilakukan oleh [[Ziyad bin Abih]] pada tahun 50 Hijriah.
Dari sisi lain, kota Kufah terbentuk dari dua unsur, orang-orang Arab dan Persia, yang mana orang-orang Arab merupakan unsur pendiri dan orang-orang Persia sebagai pondasi tingkat kedua. <ref>Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 138. </ref>  
Mayoritas kabilah Arab yang tinggal pada masa penyebaran Islam di Kufah berasal dari Yaman dan mayoritas kabilah Yamani, khususnya kabilah Hamdan adalah orang-orang Syiah Ali. Massignon mengatakan, kabilah Hamdan adalah kabilah besar, penting, kuat dan mampu dan personalnya adalah orang-orang Syiah setia Ali As  dan demikian juga kabilah Tay termasuk kabilah terkuat pendukung Ali As hadir dalam [[perang Jamal]] dan [[Shiffin]] di awal pembentukan Kufah. <ref>Ja’fari, Tasayyu’ dar Masir Tarikh, hlm. 130. </ref>
Asy’ariyyun, kelompok Syiah Imam Ali keturunan Yaman termasuk kabilah yang hijrah ke Kufah. Kabilah ini pindah ke [[Qom]] karena tekanan yang dilakukan olah Hajjaj bin Yusuf terhadap orang-orang Syiah dan memilih Qom sebagai markas untuk tempat tinggal dan publikasi Syiah di Iran. <ref>Baraqi, Tarikh Kufah, hlm. 205. </ref>
Dari sisi lain, kota Kufah terbentuk dari dua unsur, orang-orang Arab dan Persia, yang mana orang-orang Arab merupakan unsur pendiri dan orang-orang Persia sebagai pondasi tingkat kedua. <ref>Ja’fari, Tasayyu’ dar Masir Tarikh, hlm. 138. </ref>  


'''*Darul Imarah Kufah'''
'''*Darul Imarah Kufah'''


Saat Sa’ad bin Abi Waqqas memerintahkan untuk membangun kota Kufah, dibangun juga sebuah istana untuknya di arah tenggara masjid dan menamainya dengan istana Thamar (tempat menjulang) dan sepeninggal Sa’ad, merupakan kediaman khusus para khalifah, raja dan para amir. <ref>Sayid Jawadi, Dairat al-Ma’arif Tasayyu’, jld. 14, hlm. 245. </ref>  
Saat Sa’ad bin Abi Waqqas memerintahkan untuk membangun kota Kufah, dibangun juga sebuah istana untuknya di arah tenggara [[masjid]] dan menamainya dengan istana Thamar (tempat menjulang) dan sepeninggal Sa’ad, merupakan kediaman khusus para khalifah, raja dan para amir. <ref>Kariman, ''Kufah'', jld. 14, hlm. 245. </ref>  
Atas perintah [[Ubaidillah bin Ziyad]], Muslim bin Aqil juga dijatuhkan dari atas istana tersebut. <ref>Ibid., </ref>  [[Para tawanan Karbala]] dan kepala suci Imam Husain As juga dibawa ke Darul Imarah di hadapan Ubaidillah bin Ziyad dan di tempat ini [[Sayidah Zainab Sa]] dan [[Imam Sajjad As]] melakukan dialog dengan Ubaidillah. <ref>Sayid bin Thawus, Luhuf, hlm. 190-193. </ref>  Darul Imarah juga tempat kediaman [[Mukhtar as-Tsaqafi]] dan di tempat ini juga kepala para pembunuh pada peristiwa Karbala dibawa di hadapan Mukhtar. Atas perintah Abdul Malik bin Marwan, istana ini dihancurkan pada tahun 71 Hijriah.
 
Atas perintah [[Ubaidillah bin Ziyad]], [[Muslim bin Aqil]] juga dijatuhkan dari atas istana tersebut. <ref>Kariman, ''Kufah'', jld. 14, hlm. 245</ref>  [[Para tawanan Karbala]] dan kepala suci Imam Husain as juga dibawa ke Darul Imarah di hadapan Ubaidillah bin Ziyad dan di tempat ini [[Sayidah Zainab sa]] dan [[Imam Sajjad as]] melakukan dialog dengan Ubaidillah. <ref>Sayid bin Thawus, ''Luhuf'', hlm. 190-193. </ref>  Darul Imarah juga tempat kediaman [[Mukhtar al-Tsaqafi]] dan di tempat ini juga kepala para pembunuh pada [[peristiwa Karbala]] dibawa di hadapan Mukhtar. Atas perintah Abdul Malik bin Marwan, istana ini dihancurkan pada tahun 71 Hijriah.


===Masa Kekhilafahan Amirul Mukminin===
===Masa Kekhilafahan Amirul Mukminin===
Kufah setelah didirikan, karena air dan cuaca yang bagus serta dekat dengan sungai Furat dan kondisi ekonomi yang bagus yang didapat dari ghanimah dan hasil sejumlah tanah yang telah ditaklukkan menerima gelombang imigrasi pelbagai etnis dan kelompok wilayah seluruh Islam pada waktu itu. Imigrasi ini khususnya pada tahun 36 Hijriah, Amirul Mukmin Ali As untuk menjadikan kota ini sebagai ibukota negara Islam semakin meningkat, sampai-sampai jumlah pasukannya yang datang dari Kufah saja dalam perang Shiffin mencapai 655 ribu pasukan, apalagi dengan mengkalkulasi keluarga mereka dan juga orang-orang yang tidak ikut serta dalam peperangan, maka dengan gampang dapat diprediksikan jumlahnya mencapai 150 ribu orang. <ref>Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, jld. 5, hlm. 80. </ref> Selain itu, sebagian riwayat menunjukkan bahwa pasukannya dalam perang Shiffin berjumlah 90 ribu orang. <ref>Mas’udi, Muruj al-Zahab, jld. 2, hlm. 371. </ref>  
Kufah setelah didirikan, karena air dan cuaca yang bagus serta dekat dengan sungai Furat dan kondisi ekonomi yang bagus yang didapat dari ghanimah dan hasil sejumlah tanah yang telah ditaklukkan menerima gelombang imigrasi pelbagai etnis dan kelompok wilayah seluruh Islam pada waktu itu. Imigrasi ini khususnya pada tahun 36 Hijriah, Amirul Mukmin Ali as untuk menjadikan kota ini sebagai ibukota negara Islam semakin meningkat, sampai-sampai jumlah pasukannya yang datang dari Kufah saja dalam [[perang Shiffin]] mencapai 65 ribu pasukan,<ref>Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 5, hlm. 80. </ref> apalagi dengan mengkalkulasi keluarga mereka dan juga orang-orang yang tidak ikut serta dalam peperangan, maka dengan gampang dapat diprediksikan jumlahnya mencapai 150 ribu orang. Selain itu, sebagian riwayat menunjukkan bahwa pasukannya dalam perang Shiffin berjumlah 90 ribu orang. <ref>Mas’udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 2, hlm. 371. </ref>  
 
Fenomena terpenting pada masa ini adalah perpindahan ibukota Islam dari [[Madinah]] ke Kufah. Setelah para pengingkar janji (pasukan Jamal) bergerak menuju Basra, Imam Ali as pada tahun 36 H bergerak menuju Irak dengan seribu pasukan perang penduduk Madinah. Sepuluh atau duabelas ribu orang penduduk Kufah juga ikut bergabung dengan pasukan Imam Ali untuk melawan para pengingkar janji. <ref>Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 2, hlm. 235. </ref>  Setelah kemenangan di hadapan [[perang Jamal]], Imam pergi ke Kufah<ref>Al-Mufid, ''al-Jumal'', hlm. 422; Ja’fari, ''Tasayyu’ dar Masir Tarikh'', hlm. 107. </ref> dan menjadikannya sebagai pusat kekhilafahan Islam.
 
'''Alasan Dipilih Kufah Sebagai Ibukota'''


Fenomena terpenting pada masa ini adalah perpindahan ibukota Islam dari Madinah ke Kufah. Setelah para pengingkar janji (pasukan Jamal) bergerak menuju Basra, Imam Ali As pada tahun 36 H bergerak menuju Irak dengan seribu pasukan perang penduduk Madinah. Sepuluh atau duabelas ribu orang penduduk Kufah juga ikut bergabung dengan pasukan Imam Ali untuk melawan para pengingkar janji. <ref>Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 2, hlm. 235. </ref>  Setelah kemenangan di hadapan [[perang Jamal]], Imam pergi ke Kufah<ref>Mufid, al-Jumal, hlm. 422; Ja’fari, Tasayyu’ dar Masir Tarikh, hlm. 107. </ref>  dan menjadikannya sebagai pusat kekhilafahan Islam.
*Dari aspek ekonomi, Madinah dan kasawan [[Hijaz]] tidak dapat berkonfrontasi dengan Irak atau Syam, namun Irak sebagai sumber pendapatan terpenting kawasan.
Alasan Dipilih Kufah Sebagai Ibukota
*Dari aspek ekonomi, Madinah dan kasawan Hijaz tidak dapat berkonfrontasi dengan Irak atau Syam, namun Irak sebagai sumber pendapatan terpenting kawasan.
*Madinah dari aspek fungsionaris tidak memiliki motivasi pertempuran skala penuh dengan Syam, namun Kufah dari aspek jumlah dan dekat dengan kawasan penuh populasi, memiliki kemampuan melawan segala bentuk pelanggaran.
*Madinah dari aspek fungsionaris tidak memiliki motivasi pertempuran skala penuh dengan Syam, namun Kufah dari aspek jumlah dan dekat dengan kawasan penuh populasi, memiliki kemampuan melawan segala bentuk pelanggaran.
*Masyarakat Madinah khususnya sebagian para sahabat tidak suka dengan Imam dan menganggap dirinya lebih baik darinya, sementara mereka telah mendengar ucapan Imam. Namun antara Amirul Muminin As dan masyarakat Kufah terdapat kecintaan timbal balik.
*Masyarakat Madinah khususnya sebagian para [[sahabat]] tidak suka dengan Imam dan menganggap dirinya lebih baik darinya, sementara mereka telah mendengar ucapan Imam. Namun antara [[Amirul Mukminin]] dan masyarakat Kufah terdapat kecintaan timbal balik.
*Spirit cinta dunia yang sudah merasuki masyarakat Madinah pada masa para khalifah sebelumnya, sudah tidak menyisakan lagi spirit bertempur dan dalam sepanjang dua puluh lima tahun pasca wafatnya Rasulullah Saw lambat laun masyarakat jauh dari perubahan spiritual dan Ilahi yang ditemukan dari ajaran-ajaran Rasulullah Saw.
*Spirit cinta dunia yang sudah merasuki masyarakat Madinah pada masa para khalifah sebelumnya, sudah tidak menyisakan lagi spirit bertempur dan dalam sepanjang dua puluh lima tahun pasca wafatnya [[Rasulullah saw]] lambat laun masyarakat jauh dari perubahan spiritual dan Ilahi yang ditemukan dari ajaran-ajaran Rasulullah saw.
*Jumlah para sahabat sezaman Rasulullah Saw di Kufah melebihi segala penjuru dunia Islam lainnya.
*Jumlah para sahabat sezaman Rasulullah saw di Kufah melebihi segala penjuru dunia Islam lainnya.
*Kufah dari aspek geografi kurang lebih terletak di jantung Islam pada waktu itu dan dekat dengan Iran, [[Hijaz]], Syam, dan Mesir. <ref>Tibyan, Maqaleh Intikhabe Kufah be Unwane Markaze Khilafate az Suye Hazrat Ali (makalah dipilihnya Kufah sebagai pusat kekhilafahan Ali As). </ref><ref>Tibyan, Maqaleh Intikhabe Kufah be Unwane Markaze Khilafate az Suye Hazrat Ali (makalah dipilihnya Kufah sebagai pusat kekhilafahan Ali As). </ref>  
*Kufah dari aspek geografi kurang lebih terletak di jantung Islam pada waktu itu dan dekat dengan Iran, Hijaz, Syam, dan Mesir. <ref>Tibyan, ''Maqaleh Intikhabe Kufah be Unwane Markaze Khilafate az Suye Hazrat Ali (makalah dipilihnya Kufah sebagai pusat kekhilafahan Ali as)''. </ref>


::::::::::::<big>'''Para Gubernur Kufah dari Awal Pendirian sampai Syahadah Imam Ali As'''</big><ref> Baraqi, Tarikh Kufah, hlm. 246-249. </ref>  
::::::::::::<big>'''Para Gubernur Kufah dari Awal Pendirian sampai Syahadah Imam Ali as'''</big><ref> Baraqi, Tarikh Kufah, hlm. 246-249. </ref>  
{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
|-
|-
!Para Gubernur !! Priode Kegubernuran
!Para Gubernur !! Priode Kegubernuran
|-
|-
|[[Sa'ad bin Abi Waqqas]] ||Pada permulaan Kufah didirikannya, Umar bin Khattab mengangkatnya sebagai gubernur kota ini; [[Utsman]] juga menetapkan keduudkannya beberapa waktu dan kemudian mencabutnya.
|[[Sa'ad bin Abi Waqqas]] ||Pada permulaan Kufah didirikannya, [[Umar bin Khattab]] mengangkatnya sebagai gubernur kota ini; [[utsman bin Affan|Utsman]] juga menetapkan keduudkannya beberapa waktu dan kemudian mencabutnya.
|-
|-
| [[Mughirah bin Syu’bah]] || Umar bin Khattab mengangkatnya dan Utsman mencabut kedudukannya, setelah [[Muawiyah]] menduduki kursi khilafah, ia menjadikan Mughirah sebagai gubernur Kufah dan ia senantiasa di Kufah hingga menemui ajalnya pada tahun 50 Hijriah.
| [[Mughirah bin Syu’bah]] || Umar bin Khattab mengangkatnya dan Utsman mencabut kedudukannya, setelah [[Muawiyah]] menduduki kursi khilafah, ia menjadikan Mughirah sebagai gubernur Kufah dan ia senantiasa di Kufah hingga menemui ajalnya pada tahun 50 Hijriah.
Baris 74: Baris 81:
| [[Said bin al-Ash || [[Utsman setelah menyingkirkan Walid bin ‘Uqbah, melantiknya menjadi gubernur Kufah dan penduduk Kufah mengusirnya pada tahun 34 Hijriah dan mereka menginginkan Abu Musa al-Asy’ari menjadi hakim penguasa Kufah, dengan demikian mereka mengirim surat kepada Utsman dan diapun mengangkat Abu Musa al-Asyari sebagai gubernur Kufah.
| [[Said bin al-Ash || [[Utsman setelah menyingkirkan Walid bin ‘Uqbah, melantiknya menjadi gubernur Kufah dan penduduk Kufah mengusirnya pada tahun 34 Hijriah dan mereka menginginkan Abu Musa al-Asy’ari menjadi hakim penguasa Kufah, dengan demikian mereka mengirim surat kepada Utsman dan diapun mengangkat Abu Musa al-Asyari sebagai gubernur Kufah.
|-
|-
| [[‘Utbah bin Amr]]|| Imam Ali As menjadikannya sebagai pengganti Imam di Kufah dan mencopotnya ketika Imam berangkat ke perang Shiffin.
| [[‘Utbah bin Amr]]|| Imam Ali as menjadikannya sebagai pengganti Imam di Kufah dan mencopotnya ketika Imam berangkat ke perang Shiffin.
|-
|-
| [[Ammarah bin Syahab]] || pada tahun 36 Hijriah para pejabat Imam Ali berada di Kufah.
| [[Ammarah bin Syahab]] || pada tahun 36 Hijriah para pejabat Imam Ali berada di Kufah.
|-
|-
| [[Abu Musa Asy’ari]] || pada tahun 17 Hijriah, Umar bin Khattab mengangkatnya menjadi gubernur Basra dank arena Utsman menjadi penguasa setelahnya dia menetapkan posisinya dan kemundian mencopot jabatannya. Abu Musa pergi ke Kufah. Penduduk Kufah setelah mengeluarkan Said bin Ash, meminta kepada Utsman untuk supaya mengangkat Abu Musa menjadi gubernur Kufah, Utsman pun mengangkatnya menjadi penguasa Kufah. Abu Musa tetap tinggal di Kufah hingga masa terbunuhnya Utsman, karena Imam Ali As memegang tampuk kekhalifahan, Imam menetapkannya pada jabatannya dan setelah beberapa waktu terjadi perang Jamal dan Imam Ali As mengutus seseorang untuk mendatangi penduduk Kufah supaya mereka mau membantunya dalam perang Jamal. Namun Abu Musa meminta kepada mereka supaya tidak ikut serta dalam perang tersebut. Oleh karena itu, Imam Ali As mencopot dan melepas jabatannya sebagai gubernur Kufah.
| [[Abu Musa Asy’ari]] || pada tahun 17 Hijriah, Umar bin Khattab mengangkatnya menjadi gubernur Basra dank arena Utsman menjadi penguasa setelahnya dia menetapkan posisinya dan kemundian mencopot jabatannya. Abu Musa pergi ke Kufah. Penduduk Kufah setelah mengeluarkan Said bin Ash, meminta kepada Utsman untuk supaya mengangkat Abu Musa menjadi gubernur Kufah, Utsman pun mengangkatnya menjadi penguasa Kufah. Abu Musa tetap tinggal di Kufah hingga masa terbunuhnya Utsman, karena Imam Ali as memegang tampuk kekhalifahan, Imam menetapkannya pada jabatannya dan setelah beberapa waktu terjadi [[perang Jamal]] dan Imam Ali as mengutus seseorang untuk mendatangi penduduk Kufah supaya mereka mau membantunya dalam perang Jamal. Namun Abu Musa meminta kepada mereka supaya tidak ikut serta dalam perang tersebut. Oleh karena itu, Imam Ali as mencopot dan melepas jabatannya sebagai gubernur Kufah.


|}
|}


===Masa Bani Umayyah===
===Masa Bani Umayyah===
Pada masa Bani Umayyah, dengan melihat sejumlah penaklukan yang dilakukan dari arah Iran sampai Transoxiana (Mawara al-Nahr), kota Kufah dijadikan sebagai kamp politik – militer pemerintahan Bani Umayyah di Mesopotamia (Baina al-Nahrain) dan sebagai pusat untuk mengontrol dan mengawasi bagian-bagian tersebut sampai-sampai penguasa dua Irak (Basra dan Kufah) adalah penguasa asli Iran.
Pada masa [[Bani Umayyah]], dengan melihat sejumlah penaklukan yang dilakukan dari arah Iran sampai Transoxiana (Mawara al-Nahr), kota Kufah dijadikan sebagai kamp politik – militer pemerintahan Bani Umayyah di Mesopotamia (Baina al-Nahrain) dan sebagai pusat untuk mengontrol dan mengawasi bagian-bagian tersebut sampai-sampai penguasa dua Irak (Basra dan Kufah) adalah penguasa asli Iran.
Karenanya urgensi militer – politik dan hasil kemakmuran ekonomi Kufah pada masa ini, dengan melihat sejumlah penaklukan yang ada semakin meningkat. Dampak kemakmuran ekonomi pada masa pemerintahan Khalid bin Abdullah al-Qasri di Irak semakin kentara, sampai-sampai atas perintahnya agar dibangun banyak pasar dan untuk setiap kelompok saudagar agar dibuatkan kamar-kamar dan penyewaan tempat niaga ini untuk urusan para tentara, karena pada masa itu di Kufah ada puluhan ribu prajurit di Kufah. <ref> Ya’qubi, al-Buldan, jld. 1, hlm. 149. </ref>
Karenanya urgensi militer – politik dan hasil kemakmuran ekonomi Kufah pada masa ini, dengan melihat sejumlah penaklukan yang ada semakin meningkat. Dampak kemakmuran ekonomi pada masa pemerintahan Khalid bin Abdullah al-Qasri di Irak semakin kentara, sampai-sampai atas perintahnya agar dibangun banyak pasar dan untuk setiap kelompok saudagar agar dibuatkan kamar-kamar dan penyewaan tempat niaga ini untuk urusan para tentara, karena pada masa itu di Kufah ada puluhan ribu prajurit di Kufah. <ref> Ya’qubi, ''al-Buldān'', jld. 1, hlm. 149. </ref>
   
   
====Peran Kufah dalam Peristiwa Karbala====
====Peran Kufah dalam Peristiwa Karbala====
Setelah kematian Muawiyah pada tahun 60 H, banyak sekali masyarakat dan pemuka Kufah menulis surat untuk Imam Husain As dan mengundangnya ke Kufah guna memegang pemerintahan kota tersebut. <ref>Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 37-39. </ref>  Dengan bertambahnya jumlah surat yang ada, Imam Husain As bergerak menuju Kufah, namun [[Ibnu Ziyad]] yang menjadi gubernur Kufah, dengan ancaman dan suap, membubarkan masyarakat untuk mendukung [[Muslim bin Aqil]], wakil Imam Husain<ref>Baladzuri, jld. 2, hlm. 80-81. </ref>  dan dari sisi lain ia mengirim pasukan Kufah dengan dipimpin oleh [[Umar bin Sa’ad]] untuk melawan Imam. Dengan demikian terjadilah peristiwa Karbala.
Setelah kematian [[Muawiyah]] pada tahun 60 H, banyak sekali masyarakat dan pemuka Kufah menulis surat untuk [[Imam Husain as]] dan mengundangnya ke Kufah guna memegang pemerintahan kota tersebut. <ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 37-39. </ref>  Dengan bertambahnya jumlah surat yang ada, Imam Husain as bergerak menuju Kufah, namun [[Ibnu Ziyad]] yang menjadi gubernur Kufah, dengan ancaman dan suap, membubarkan masyarakat untuk mendukung [[Muslim bin Aqil]], wakil Imam Husain<ref>Baladzuri, jld. 2, hlm. 80-81. </ref>  dan dari sisi lain ia mengirim pasukan Kufah dengan dipimpin oleh [[Umar bin Sa’ad]] untuk melawan Imam. Dengan demikian terjadilah peristiwa Karbala.


'''*Susunan Penduduk Kufah pada Masa Kebangkitan Imam Husain:'''
'''*Susunan Penduduk Kufah pada Masa Kebangkitan Imam Husain:'''
Baris 93: Baris 100:
#Orang-orang Syiah: Orang-orang Syiah biasa, dengan jumlah yang signifikan, telah membentuk populasi Kufah, meski mereka mencintai [[Ahlulbait]], namun perilaku bengis Ziyad dan anaknya Ubaidillah terhadap orang-orang Syiah telah membuat mereka takut, sampai-sampai tidak ikut berpartisipasi selama tidak ada kemungkinan menang dalam sebuah insiden.  
#Orang-orang Syiah: Orang-orang Syiah biasa, dengan jumlah yang signifikan, telah membentuk populasi Kufah, meski mereka mencintai [[Ahlulbait]], namun perilaku bengis Ziyad dan anaknya Ubaidillah terhadap orang-orang Syiah telah membuat mereka takut, sampai-sampai tidak ikut berpartisipasi selama tidak ada kemungkinan menang dalam sebuah insiden.  
#Para simpatisan Bani Umayyah: kepemimpinan para pendukung kelompok Bani Umayyah di Kufah diemban oleh orang-orang seperti Amr bin Hajjar, Yazid bin Harts, Amr bin Harits, Abdullah bin Muslim dan Umar bin Sa’ad.
#Para simpatisan Bani Umayyah: kepemimpinan para pendukung kelompok Bani Umayyah di Kufah diemban oleh orang-orang seperti Amr bin Hajjar, Yazid bin Harts, Amr bin Harits, Abdullah bin Muslim dan Umar bin Sa’ad.
#Sebagian orang di bawah propaganda kelompok Khawarij, dan meski bukan bagian dari mereka, namun sedang dalam kebimbangan.  
#Sebagian orang di bawah propaganda kelompok [[Khawarij]], dan meski bukan bagian dari mereka, namun sedang dalam kebimbangan.  
#Al-Hamra’: Menurut Thabari mereka adalah 20 ribu orang Kufah bersenjata, yang memiliki ras campuran dari anak-anak hamba sahaya. Kelompok ini pada masa Imam Hasan As dan Imam Husain As adalah orang-orang yang memegang senjata dan prajurit, yang melakukan segala jenis kejahatan dengan bayaran dan merupakan pedang terhunus di tangan para tirani. Mereka dengan menyambut intrik dan kerusuhan sampai-sampai menambah popularitas kemuliaan dan kekuatannya, bahkan menisbahkan kota Kufah kepada mereka dan mengatakan Kufah al-Hamra’.
#Al-Hamra’: Menurut Thabari mereka adalah 20 ribu orang Kufah bersenjata, yang memiliki ras campuran dari anak-anak hamba sahaya. Kelompok ini pada masa [[Imam Hasan as]] dan Imam Husain as adalah orang-orang yang memegang senjata dan prajurit, yang melakukan segala jenis kejahatan dengan bayaran dan merupakan pedang terhunus di tangan para tirani. Mereka dengan menyambut intrik dan kerusuhan sampai-sampai menambah popularitas kemuliaan dan kekuatannya, bahkan menisbahkan kota Kufah kepada mereka dan mengatakan Kufah al-Hamra’.
#Orang-orang apatis: Saham terbanyak mayoritas masyarakat Kufah di Karbala adalah orang-orang apatis yang hanya mementingkan dunia semata. Meski Imam mengajak mereka, namun dikarenakan tidak ada kemungkinan menang, maka mereka lebih menerima janji dan ancaman Ibnu Ziyad dan bergabung dengan pasukan [[Yazid]]. <ref>Sheykhian, Raftarshenasi Mardum Kufah dar Nehdhate Huseini, Hukumate Islami, nomor 26, hlm. 456-457. </ref>  
#Orang-orang apatis: Saham terbanyak mayoritas masyarakat Kufah di Karbala adalah orang-orang apatis yang hanya mementingkan dunia semata. Meski Imam mengajak mereka, namun dikarenakan tidak ada kemungkinan menang, maka mereka lebih menerima janji dan ancaman Ibnu Ziyad dan bergabung dengan pasukan [[Yazid]]. <ref>Shaikhiyan, Raftarshenasi Mardum Kufah dar Nehdhate Husaini'', nomor 26, hlm. 456-457. </ref>  


====Kebangkitan Syiah di Kufah====
====Kebangkitan Syiah di Kufah====
Dalam kondisi tersukar pada masa Bani Umayyah, seperempat atau sepertiga penduduk Kufah memeluk Syiah. Hal ini menyebabkan pemerintah Bani Umayyah lebih banyak mengontrol kota tersebut dan senantiasa siap siaga untuk melumat pemberontakan (kemungkinan) di kota tersebut. <ref>Ja’fariyan, Atlas Syiah, hlm. 361. </ref>  Pada masa itu, terjadi sejumlah kebangkitan dalam rangka menentang Bani Umayyah:
Dalam kondisi tersukar pada masa Bani Umayyah, seperempat atau sepertiga penduduk Kufah memeluk Syiah. Hal ini menyebabkan pemerintah Bani Umayyah lebih banyak mengontrol kota tersebut dan senantiasa siap siaga untuk melumat pemberontakan (kemungkinan) di kota tersebut. <ref>Ja’fariyan, ''Atlas Syiah'', hlm. 361. </ref>  Pada masa itu, terjadi sejumlah kebangkitan dalam rangka menentang Bani Umayyah:


'''*Kebangkitan Tawabin'''
'''*Kebangkitan Tawwabin'''


Pasca syahadah Imam Husain As, orang-orang Syiah merasa menyesal dan memutuskan mengganti kesalahannya dengan melakukan pembalasan terhadap para pembunuh Imam. Karenanya mereka melakukan mobilisasi pasukan dengan dipimpin oleh [[Sulaiman bin Shurad al-Khuza’i]] dan satu tahun setelah kematian Yazid pada tahun 65 H, mereka berkumpul di samping pusara Imam Husain dengan slogan Ya Latssaratal Husain dan selanjutnya melakukan perlawanan dengan pasukan Syam. Awalnya kelompok Tawabin dapat memukul telak pasukan Syam, namun dengan tewasnya Sulaiman dan sejumlah pasukan, pertempuran berakhir dengan menguntungkan Ubaidillah dan sisa-sia kelompok Tawabin kembali ke Kufah.
Pasca syahadah Imam Husain as, orang-orang Syiah merasa menyesal dan memutuskan mengganti kesalahannya dengan melakukan pembalasan terhadap para pembunuh Imam. Karenanya mereka melakukan mobilisasi pasukan dengan dipimpin oleh [[Sulaiman bin Shurad al-Khuza’i]] dan satu tahun setelah kematian Yazid pada tahun 65 H, mereka berkumpul di samping pusara Imam Husain dengan slogan Ya Latsaratil Husain (demi darah al-Husain) dan selanjutnya melakukan perlawanan dengan pasukan Syam. Awalnya kelompok Tawwabin dapat memukul telak pasukan Syam, namun dengan tewasnya Sulaiman dan sejumlah pasukan, pertempuran berakhir dengan menguntungkan Ubaidillah dan sisa-sia kelompok Tawwabin kembali ke Kufah.


'''*Kebangkitan Mukhtar'''
'''*Kebangkitan Mukhtar'''
Mukhtar yang dipenjara oleh kelompok Zubair pada masa kebangkitan Tawabin, secara diam-diam menulis sepucuk surat untuk orang-orang tersisa kelompok Tawabin. Setelah membaca suratnya, ia memberikan pesan siap untuk melakukan kebangkitan kembali. <ref>Thabari, Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 433. </ref>  Setelah bebas, Mukhtar mengumumkan seruannya secara terang-terangan dan banyak sekali para pemuka Syiah di Kufah mendukungnya. Mukhtar menyerang tempat pemerintahan Kufah dengan slogan Ya Latstsaratal Husain dan atau Ya Manshur Umat dan mengusir gubernur Ibnu Zubair dan membentuk pemerintahan Syiah. <ref>Ibid., hlm. 448-449. </ref>  Termasuk aksi-aksi penting Mukhtar pada masa pemerintahan Kufah adalah membunuh para pembunuh Imam Husain As. <ref>Dinawari, Akhbar al-Thiwal, hlm. 298 – 303. </ref>  
[[mukhtar Tsaqafi|Mukhtar]] yang dipenjara oleh kelompok Zubair pada masa kebangkitan Tawwabin, secara diam-diam menulis sepucuk surat untuk orang-orang tersisa kelompok Tawwabin. Setelah membaca suratnya, ia memberikan pesan siap untuk melakukan kebangkitan kembali. <ref>Thabari, ''Tarikh Thabari'', jld. 3, hlm. 433. </ref>  Setelah bebas, Mukhtar mengumumkan seruannya secara terang-terangan dan banyak sekali para pemuka Syiah di Kufah mendukungnya. Mukhtar menyerang tempat pemerintahan Kufah dengan slogan Ya Latstsaratal Husain dan atau Ya Manshur Umat dan mengusir gubernur Ibnu Zubair dan membentuk pemerintahan Syiah. <ref>''Tarikh Thabari'', jld. 3, hlm. 448-449. </ref>  Termasuk aksi-aksi penting Mukhtar pada masa pemerintahan Kufah adalah membunuh para pembunuh Imam Husain as. <ref>Dinawari, ''Akhbar al-Thiwal'', hlm. 298 – 303. </ref>  


'''*Kebangkitan Zaid bin Ali'''
'''*Kebangkitan Zaid bin Ali'''
   
   
[[Zaid putra Imam Sajjad]], melakukan kebangkitan dengan tujuan amar ma’ruf dan nahi munkar serta menuntut darah Imam Husain As dan dengan slogan Ya Manshur Ummat. <ref>Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 171. </ref>  Sekitar 15 ribu pasukan ikut bergabung dengannya dan mendukungnya untuk melakukan kebangkitan anti Bani Umayyah<ref>Ishfahani, Maqatil al-Thalibin, hlm. 158. </ref> , namun akhirnya mereka tidak membantunya dan ia syahid dengan tertancap anak panah di keningnya. <ref>Hauzah net, Aimmah As wa Qiyamhaye Syi’i. </ref>  
[[zaid bin Ali|Zaid putra Imam Sajjad]], melakukan kebangkitan dengan tujuan amar ma’ruf dan nahi munkar serta menuntut darah Imam Husain as dan dengan slogan Ya Manshur Ummat. <ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 171. </ref>  Sekitar 15 ribu pasukan ikut bergabung dengannya dan mendukungnya untuk melakukan kebangkitan anti Bani Umayyah, namun akhirnya mereka tidak membantunya dan ia syahid dengan tertancap anak panah di keningnya.<ref>Ishfahani, ''Maqatil al-Thalibiyyin'', hlm. 158. </ref>


:::::::::<big>'''Para Pemimpin Kufah dari Syahadah Imam Ali As sampai Kebangkitan Mukhtar'''</big><ref>Baraqi, Tarikh al-Kufah, hlm. 246-249. </ref><ref>Baraqi, Tarikh al-Kufah, hlm. 246-249. </ref>  
:::::::::<big>'''Para Pemimpin Kufah dari Syahadah Imam Ali as sampai Kebangkitan Mukhtar'''</big><ref>Baraqi, Tarikh al-Kufah, hlm. 246-249. </ref><ref>Baraqi, ''Tarikh Kufah'', hlm. 246-249. </ref>  
{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
|-
|-
Baris 126: Baris 133:
| [[Nu’man bin Basyir]] || Dia merupakan orang terakhir yang ditunjuk oleh Muawiyah sebagai pejabat gubernur Kufah. Dia terbunuh pada tahun 65 Hijriah.
| [[Nu’man bin Basyir]] || Dia merupakan orang terakhir yang ditunjuk oleh Muawiyah sebagai pejabat gubernur Kufah. Dia terbunuh pada tahun 65 Hijriah.
|-
|-
| [[Ubaidillah bin Ziyad]] || [[Yazid bin Muawiyah]] ketika mengangkatnya menjadi gubernur Kufah pada tahun 60 Hijriah, di saat [[Muslim Bin Aqil]] datang ke Kufah demi mengajak penduduk untuk membela dan membantu Imam Husain As.
| [[Ubaidillah bin Ziyad]] || [[Yazid bin Muawiyah]] ketika mengangkatnya menjadi gubernur Kufah pada tahun 60 Hijriah, di saat [[Muslim Bin Aqil]] datang ke Kufah demi mengajak penduduk untuk membela dan membantu Imam Husain as.
|-
|-
| [[Amr bin Harist]] || dia menjadi penguasa Kufah oleh Ziyad bin Abihi dan setiap kali Ziyad keluar dari Kufah, ia menggantikan posisinya dan dia juga pengganti Ubaidillah bin Ziyad.
| [[Amr bin Harist]] || dia menjadi penguasa Kufah oleh Ziyad bin Abihi dan setiap kali Ziyad keluar dari Kufah, ia menggantikan posisinya dan dia juga pengganti Ubaidillah bin Ziyad.
Baris 134: Baris 141:
| [[Abdullah bin Yazid]] || Dia menduduki kursi kekuasaan di Mekah setelah diangkat oleh Abdullah bin Zubair kemudian kepengurusan Kufah juga diserahkan kepadanya.
| [[Abdullah bin Yazid]] || Dia menduduki kursi kekuasaan di Mekah setelah diangkat oleh Abdullah bin Zubair kemudian kepengurusan Kufah juga diserahkan kepadanya.
|-
|-
| [[Abdullah bin Muthi’]] || Abdullah bin Zubair mengangkatnya menjadi gubernur Kufah dan Mukhtar mengeluarkannya dari Kufah dan dia kembali ke Mekah.
| [[Abdullah bin Muthi’]] || Abdullah bin Zubair mengangkatnya menjadi gubernur Kufah dan Mukhtar mengeluarkannya dari Kufah dan dia kembali ke [[Mekah]].
|-
|-
| [[Mukhtar bin Abu Ubaidah Al-Tsaqafi]] || Dengan kekalahan Abdullah bin Muthi’ dia menjadi penguasa Kufah dan setiap kali Mukhtar pergi ke Madain, Saib bin Malik Asy’ari mengambil ali kekuasaan Kufah.
| Mukhtar bin Abu Ubaidah Al-Tsaqafi|| Dengan kekalahan Abdullah bin Muthi’ dia menjadi penguasa Kufah dan setiap kali Mukhtar pergi ke Madain, Saib bin Malik Asy’ari mengambil ali kekuasaan Kufah.
|-
|-
| [[Mus’ab bin Zubair]] || Pada tahun 67 Hijriah Abdullah bin Zubair menjadikannya sebagai penguasa Basra, kemudian dengan mengalahkan Mukhtar Kufah juga diserahkan kepadanya.
| [[Mus’ab bin Zubair]] || Pada tahun 67 Hijriah Abdullah bin Zubair menjadikannya sebagai penguasa Basra, kemudian dengan mengalahkan Mukhtar Kufah juga diserahkan kepadanya.
Baris 142: Baris 149:


===Masa Bani Abbas===
===Masa Bani Abbas===
Telah dinukil, pada awal-awal pemerintahan Bani Abbas, Imam Shadiq As dibawa ke Irak oleh As-Saffah dan Manshur dan Imam menetap di Kufah dan dalam kesempatan tersebut, Imam mengajar dan menjelaskan pengetahuan-pengetahuan Islam dan melawan ideologi Ghulat. <ref>Al-Tsaqafi, al-Gharat, jld. 2, hlm. 850-856; Syahristani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 147; dinukil Pakatchi, Ja’far Shadiq As, Imam, hlm. 186; Asad Haidar, al-Imam al-Shadiq wa al-Mazahib al-Arba’ah, jld. 2, hlm. 124. </ref>  
Telah dinukil, pada awal-awal pemerintahan Bani Abbas, Imam Shadiq as dibawa ke Irak oleh As-Saffah dan Manshur dan Imam menetap di Kufah dan dalam kesempatan tersebut, Imam mengajar dan menjelaskan pengetahuan-pengetahuan Islam dan melawan ideologi Ghulat. <ref>Al-Tsaqafi, al-Gharat, jld. 2, hlm. 850-856; Syahristani, al-Milal wa al-Nihal, jld. 1, hlm. 147; dinukil Pakatchi, Ja’far Shadiq as, Imam, hlm. 186; Asad Haidar, al-Imam al-Shadiq wa al-Mazahib al-Arba’ah, jld. 2, hlm. 124. </ref>  
Kufah pada masa ini, lambat laun mendapat urgensi politik, militer dan ekonomi. Pada masa Abbasiah kedua, dengan melemahnya kekuatan politik Bani Abbas, kota Kufah mengalami kerusakan dan kehancuran akibat serangan kelompok-kelompok Badui dan para perampok Arab Saudi, khususnya Qaramitah dan kelompok Shammar dan Khafajah. Ibnu Jubair, penulis safarnama muslim yang melakukan kunjungan ke kota Kufah dari dekat pada tahun 580 H mengatakan:
Kufah pada masa ini, lambat laun mendapat urgensi politik, militer dan ekonomi. Pada masa Abbasiah kedua, dengan melemahnya kekuatan politik Bani Abbas, kota Kufah mengalami kerusakan dan kehancuran akibat serangan kelompok-kelompok Badui dan para perampok Arab Saudi, khususnya Qaramitah dan kelompok Shammar dan Khafajah. Ibnu Jubair, penulis safarnama muslim yang melakukan kunjungan ke kota Kufah dari dekat pada tahun 580 H mengatakan:
“Kufah sebuah kota besar dan kuno yang mengalami banyak kehancuran dan kerusakannya melebihi kemakmurannya. Salah satu alasan kehancuran Kufah adalah karena adanya kabilah Khafaja di sekitar kota, yang senantiasa menyerang kota tersebut”. <ref>Safarnama Ibn Jubair, terjemah Parvis Atabaki, hlm. 259. </ref>  
“Kufah sebuah kota besar dan kuno yang mengalami banyak kehancuran dan kerusakannya melebihi kemakmurannya. Salah satu alasan kehancuran Kufah adalah karena adanya kabilah Khafaja di sekitar kota, yang senantiasa menyerang kota tersebut”. <ref>Safarnama Ibn Jubair, terjemah Parvis Atabaki, hlm. 259. </ref>  
Baris 158: Baris 165:
'''*Kebangkitan Ali bin Zaid bin Husain'''
'''*Kebangkitan Ali bin Zaid bin Husain'''


Ia termasuk salah seorang cucu Imam Husain As yang melakukan kebangkitan di Kufah pada masa Muhtadi Abbasi. Syah bin Maikal melawannya dengan pasukan besar, namun mengalami kekalahan. Ketika Mu’tamid Abbasi memegang tampuk kekuasaan, ia mengirim Kaijur Turki. Ali bin Zaid setelah beberapa masa pengejaran dan kabur, ia meninggal pada tahun 257 H. <ref>Ibn Atsir, al-Kamil, jld. 7, hlm. 239-240. </ref>  
Ia termasuk salah seorang cucu Imam Husain as yang melakukan kebangkitan di Kufah pada masa Muhtadi Abbasi. Syah bin Maikal melawannya dengan pasukan besar, namun mengalami kekalahan. Ketika Mu’tamid Abbasi memegang tampuk kekuasaan, ia mengirim Kaijur Turki. Ali bin Zaid setelah beberapa masa pengejaran dan kabur, ia meninggal pada tahun 257 H. <ref>Ibn Atsir, al-Kamil, jld. 7, hlm. 239-240. </ref>  


'''*Kemunculan Qaramitah'''
'''*Kemunculan Qaramitah'''
Baris 228: Baris 235:
==Ilmu dan Seni di Kufah==
==Ilmu dan Seni di Kufah==
===Fiqih===
===Fiqih===
Di akhir-akhir umur Imam Shadiq As, maktab fiqih Syiah dipindah dari Madinah ke Kufah, dan mendapat kehidupan fikih baru di Kufah. Dalam buku Tarikh al-Kufah dikemukakan Imam Shadiq As pergi ke Kufah pada masa pemerintahan as-Saffah dan menetap disitu di tengah-tengah Bani Abdil Qais selama dua tahun. Saat itu orang-orang Syiah dari segala penjuru menemui beliau dan menimba ilmu darinya. Dari Muhammad bin Ma’ruf al-Hilali dinukilkan bahwa untuk menemui Imam Shadiq pergi ke Hirah, namun dikarenakan banyaknya masyarakat yang mengelilingi beliau, ia pun tidak dapat menemui beliau. Hasan al-Washa mengatakan, saya melihat masjid Kufah dari dekat, dimana sekitar 900 syaikh disitu mengatakan, haddatsani Ja’far bin Muhammad. <ref>Baraqi, Tarikh Kufah (1424 H), hlm. 466. </ref>  
Di akhir-akhir umur Imam Shadiq as, maktab fiqih Syiah dipindah dari Madinah ke Kufah, dan mendapat kehidupan fikih baru di Kufah. Dalam buku Tarikh al-Kufah dikemukakan Imam Shadiq as pergi ke Kufah pada masa pemerintahan as-Saffah dan menetap disitu di tengah-tengah Bani Abdil Qais selama dua tahun. Saat itu orang-orang Syiah dari segala penjuru menemui beliau dan menimba ilmu darinya. Dari Muhammad bin Ma’ruf al-Hilali dinukilkan bahwa untuk menemui Imam Shadiq pergi ke Hirah, namun dikarenakan banyaknya masyarakat yang mengelilingi beliau, ia pun tidak dapat menemui beliau. Hasan al-Washa mengatakan, saya melihat masjid Kufah dari dekat, dimana sekitar 900 syaikh disitu mengatakan, haddatsani Ja’far bin Muhammad. <ref>Baraqi, Tarikh Kufah (1424 H), hlm. 466. </ref>  


'''Kriteria Madrasah Fiqih Kufah'''
'''Kriteria Madrasah Fiqih Kufah'''


Pada masa ini perintah penyusunan dan penulisan hadis mendapat prioritas khusus. Awal penulisan dan penyusunan hadis sampai pada masa Imam Baqir As dan mencapai puncaknya pada masa Imam Shadiq As. Imam Shadiq As benar-benar mendorong para sahabatnya untuk mencatat dan menulis hadis. Abu Bashir mengatakan, Imam Shadiq As berkata: Tulisalah (hadis dan ilmu-ilmu). Sesungguhnya kalian tidak dapat menjaga ilmu, kecuali lewat penulisannya.
Pada masa ini perintah penyusunan dan penulisan hadis mendapat prioritas khusus. Awal penulisan dan penyusunan hadis sampai pada masa Imam Baqir As dan mencapai puncaknya pada masa Imam Shadiq as. Imam Shadiq as benar-benar mendorong para sahabatnya untuk mencatat dan menulis hadis. Abu Bashir mengatakan, Imam Shadiq as berkata: Tulisalah (hadis dan ilmu-ilmu). Sesungguhnya kalian tidak dapat menjaga ilmu, kecuali lewat penulisannya.
Pada masa ini muncul masalah-masalah baru dan terkini, yang tidak ditemukan jawabannya dalam al-Quran, dan apa yang dipegang para fakih Ahlussunnah tentang riwayat dan hadis tidak dapat menjawab dan kondisi masyarakat dan propaganda pada waktu tidak mengizinkan masyarakat untuk merujuk ke Ahlulbait As. Karenanya, para fakih Ahlussunnah melakukan qiyas, istihsan, ra’yu dan dzan.
Pada masa ini muncul masalah-masalah baru dan terkini, yang tidak ditemukan jawabannya dalam al-Quran, dan apa yang dipegang para fakih Ahlussunnah tentang riwayat dan hadis tidak dapat menjawab dan kondisi masyarakat dan propaganda pada waktu tidak mengizinkan masyarakat untuk merujuk ke Ahlulbait As. Karenanya, para fakih Ahlussunnah melakukan qiyas, istihsan, ra’yu dan dzan.


Baris 240: Baris 247:


===Hadis===
===Hadis===
Dimulainya sekolah hadis Ahlussunnah di Kufah kembali pada era penaklukan dan pendirian kota ini, pada masa khalifah kedua. Setelah pendirian kota Kufah dan imigrasi sebagian para sahabat Rasulullah Saw ke kota ini, hadis nabwi menyebar di kota tersebut dan terbentuk tempat-tempat belajar dalam bidang hadis dan tafsir. Madrasah hadis Kufah maju dibanding madrasah hadis Madinah.
Dimulainya sekolah hadis Ahlussunnah di Kufah kembali pada era penaklukan dan pendirian kota ini, pada masa khalifah kedua. Setelah pendirian kota Kufah dan imigrasi sebagian para sahabat Rasulullah saw ke kota ini, hadis nabwi menyebar di kota tersebut dan terbentuk tempat-tempat belajar dalam bidang hadis dan tafsir. Madrasah hadis Kufah maju dibanding madrasah hadis Madinah.


'''Kriteria Maktab Hadis Kufah:'''
'''Kriteria Maktab Hadis Kufah:'''


Dinamika dan Rasionalisme: kehadiran orang-orang syiah disamping para penentang di kawasan ini dan konflik fikih teologi, dengan sendirinya menggerakan maktab hadis ini menuju ke sebuah dinamisme dan vitalitas.   
Dinamika dan Rasionalisme: kehadiran orang-orang syiah disamping para penentang di kawasan ini dan konflik fikih teologi, dengan sendirinya menggerakan maktab hadis ini menuju ke sebuah dinamisme dan vitalitas.   
Banyaknya perawi Kufah dan peran para Imam As: terkait jumlah para muhaddis Syiah yang tinggal di Kufah, terdapat riwayat yang menunjukkan jumalh signifikan para perawi Syiah dalam bidang hadis, setelah berdirinya syiah disitu. Kita dapati kelompok pertama.para murid Imam Baqir adalah sebagian orang-orang Syiah Kufah, diantaranya adalah keluarga A’yun. Para saudara A’yun merupakan para penyeru dakwah dan publikasi ajaran-ajaran Ahlulbait As di Kufah. Hilir mudik orang-orang Syiah dengan Imam Shadiq As di Madinah juga terus berlanjut dan para pemuka Syiah dari Kufah baik secara individu maupun berkelompok pergi menemui beliau dan mendapatkan hadis. Menilik list para sahabat Imam keenam dalam Rijal Syaikh Thusi juga mengafirmasikan hal tersebut, yaitu para perawai beliau dalam tingkat pertama adalah orang-orang Kufah dan terkadang menuturkan puluhan nama dikalangan para sahabat beliau, dimana sifat persamaan kesemua mereka adalah Kufi.
Banyaknya perawi Kufah dan peran para Imam As: terkait jumlah para muhaddis Syiah yang tinggal di Kufah, terdapat riwayat yang menunjukkan jumalh signifikan para perawi Syiah dalam bidang hadis, setelah berdirinya syiah disitu. Kita dapati kelompok pertama.para murid Imam Baqir adalah sebagian orang-orang Syiah Kufah, diantaranya adalah keluarga A’yun. Para saudara A’yun merupakan para penyeru dakwah dan publikasi ajaran-ajaran Ahlulbait As di Kufah. Hilir mudik orang-orang Syiah dengan Imam Shadiq as di Madinah juga terus berlanjut dan para pemuka Syiah dari Kufah baik secara individu maupun berkelompok pergi menemui beliau dan mendapatkan hadis. Menilik list para sahabat Imam keenam dalam Rijal Syaikh Thusi juga mengafirmasikan hal tersebut, yaitu para perawai beliau dalam tingkat pertama adalah orang-orang Kufah dan terkadang menuturkan puluhan nama dikalangan para sahabat beliau, dimana sifat persamaan kesemua mereka adalah Kufi.


Kehadiran Imam Shadiq dan para wakil Imam As di Kufah: hijrah dua tahun Imam Shadiq As ke Kufah pada masa Abul Abbas Saffah dan tarbiah para murid di kota ini, dengan melihat baru berjalannya pemerintahan Bani Abbasiah dan atensi mereka dengan stabilitas penuh pemerintahannya, dan tidak adanya perhatian mencukupi terhadap aktivitas-aktivitas Imam Shadiq As meneybabkan pada masa dua tahun ini untuk para muhaddis Syiah dan bahkan untuk sebagian para muhaddis non Syiah, berubah menjadi periode penuh keberkahan. Terkait dua tahun tersebut, menurut sebagian riwayat, Abu Hanifah menuturkan realita ini kepada dirinya, Laula al-Sanatani La Halaka al-Nu’man.
Kehadiran Imam Shadiq dan para wakil Imam As di Kufah: hijrah dua tahun Imam Shadiq as ke Kufah pada masa Abul Abbas Saffah dan tarbiah para murid di kota ini, dengan melihat baru berjalannya pemerintahan Bani Abbasiah dan atensi mereka dengan stabilitas penuh pemerintahannya, dan tidak adanya perhatian mencukupi terhadap aktivitas-aktivitas Imam Shadiq as meneybabkan pada masa dua tahun ini untuk para muhaddis Syiah dan bahkan untuk sebagian para muhaddis non Syiah, berubah menjadi periode penuh keberkahan. Terkait dua tahun tersebut, menurut sebagian riwayat, Abu Hanifah menuturkan realita ini kepada dirinya, Laula al-Sanatani La Halaka al-Nu’man.
Penyusulan pokok dan buku-buku hadis: termasuk kriteria penting maktab hadis Kufah, adalah para muhaddis melakukan penyusunan dan penulisan referensi-referensi hadis, yang dari aspek kualitas dan kuantitas adalah hal yang luar biasa dan bagian mendasar dari 6600 buku dimana Syaikh Hur Amuli di akhir bab keempat dari Wasail al-Syiah menisbatkan penyusunannya para para pendahulu Syiah dua belas, yang sezaman dengan para Imam As ditulis oleh para muhaddis Kufah. Buah dari penulisan tersusun ini adalah munculnya Ushul Arbamiah. Namun awalnya kumpulan tersususn ini awalnya adalah kumpulan riwayat pirbadi, dimana seorang perawi mengumpulkan seluruh hadis-hadis yang didengarnya dalam satu tempat, yang selanjutnya dibabkan dan dalam bentuk yang lebih rapi. <ref>Makktab Haditsi Kufah dar Sadehhaye Awwaliyeh Fashlnameh Syiahshenasi, no. 3 dan 4. </ref>   
Penyusulan pokok dan buku-buku hadis: termasuk kriteria penting maktab hadis Kufah, adalah para muhaddis melakukan penyusunan dan penulisan referensi-referensi hadis, yang dari aspek kualitas dan kuantitas adalah hal yang luar biasa dan bagian mendasar dari 6600 buku dimana Syaikh Hur Amuli di akhir bab keempat dari Wasail al-Syiah menisbatkan penyusunannya para para pendahulu Syiah dua belas, yang sezaman dengan para Imam As ditulis oleh para muhaddis Kufah. Buah dari penulisan tersusun ini adalah munculnya Ushul Arbamiah. Namun awalnya kumpulan tersususn ini awalnya adalah kumpulan riwayat pirbadi, dimana seorang perawi mengumpulkan seluruh hadis-hadis yang didengarnya dalam satu tempat, yang selanjutnya dibabkan dan dalam bentuk yang lebih rapi. <ref>Makktab Haditsi Kufah dar Sadehhaye Awwaliyeh Fashlnameh Syiahshenasi, no. 3 dan 4. </ref>   


Baris 261: Baris 268:
==Kota Kufah dalam Riwayat==
==Kota Kufah dalam Riwayat==
Dalam referensi hadis, dikemukakan beragam riwayat tentang kedudukan dan urgensi Kufah, semisalnya:
Dalam referensi hadis, dikemukakan beragam riwayat tentang kedudukan dan urgensi Kufah, semisalnya:
Imam Shadiq As dari Amirul Mukminin menukilkan, “Mekah adalah haram Allah, Madinah adalah haram Rasulullah dan Kufah adalah haram saya, tidak ada orang lalim yang berupaya membuat kerusuhan disitu, kecuali Allah akan mencabutnya”. <ref>Al-Kafi, jld. 9, hlm. 281. </ref>  
Imam Shadiq as dari Amirul Mukminin menukilkan, “Mekah adalah haram Allah, Madinah adalah haram Rasulullah dan Kufah adalah haram saya, tidak ada orang lalim yang berupaya membuat kerusuhan disitu, kecuali Allah akan mencabutnya”. <ref>Al-Kafi, jld. 9, hlm. 281. </ref>  
Imam Hasan Askari As berkata, “Tempat sebuah kaki di Kufah bagi saya lebih saya cintai ketimbang rumah di Madinah”. <ref>Allamah Majlisi, Bihar, jld. 97, hlm. 385. </ref>  
Imam Hasan Askari As berkata, “Tempat sebuah kaki di Kufah bagi saya lebih saya cintai ketimbang rumah di Madinah”. <ref>Allamah Majlisi, Bihar, jld. 97, hlm. 385. </ref>  
Demikian juga di bagian lain riwayat diisyaratkan tentang posisi Kufah setelah kemunculan Imam Zaman (Af) dan kota ini diperkenalkan sebagai ibukota beliau. <ref>Allamah Majlisi, Bihar, jld. 53, hlm. 11; ‘Ayasyi, Tafsir ‘Ayasyi, jld. 1, hlm. 165. </ref> .
Demikian juga di bagian lain riwayat diisyaratkan tentang posisi Kufah setelah kemunculan Imam Zaman (Af) dan kota ini diperkenalkan sebagai ibukota beliau. <ref>Allamah Majlisi, Bihar, jld. 53, hlm. 11; ‘Ayasyi, Tafsir ‘Ayasyi, jld. 1, hlm. 165. </ref> .
Baris 288: Baris 295:
*Mas’udi, Ali bn Husain, Muruj al-Zahab, Beirut, Dar al-Fikr, 1421 H.
*Mas’udi, Ali bn Husain, Muruj al-Zahab, Beirut, Dar al-Fikr, 1421 H.
*Nematullah Safari, Kufah az Perayesh ta ‘Asyura, Tehran, Nashre Masy’ar, 1391.
*Nematullah Safari, Kufah az Perayesh ta ‘Asyura, Tehran, Nashre Masy’ar, 1391.
*Pakatchi, Ahmad, Ja’far Shadiq As, Imam, Dairat al-Ma’arif Bozorge Islami, dibawah pengawasan Kazem Mousavi-Bojnourdi, jild. 18, Tehran, Markas Dairat al-Ma’arif Bozorge Islami, 1389 S.
*Pakatchi, Ahmad, Ja’far Shadiq as, Imam, Dairat al-Ma’arif Bozorge Islami, dibawah pengawasan Kazem Mousavi-Bojnourdi, jild. 18, Tehran, Markas Dairat al-Ma’arif Bozorge Islami, 1389 S.
*Radhi Yasin, Shulh al-Hasan, terjemahan Sayyid Ali Khamenei, Intisyarate Gholsen. Cet. 13, 1378.
*Radhi Yasin, Shulh al-Hasan, terjemahan Sayyid Ali Khamenei, Intisyarate Gholsen. Cet. 13, 1378.
*Rajabi, Muhammad Husain Rajabi, Kufah wa Naqshe-e on dar Qurune Nukhustin-e Islami, Tehran, Daneshgah Imam Husain As, 1378.
*Rajabi, Muhammad Husain Rajabi, Kufah wa Naqshe-e on dar Qurune Nukhustin-e Islami, Tehran, Daneshgah Imam Husain as, 1378.
*Sayyid bin Thawus, Ali bin Musa bin Ja’far bin Thawus, terjemahan Bakhshayeshi, Qom, Nuwid Islam, 1377.
*Sayyid bin Thawus, Ali bin Musa bin Ja’far bin Thawus, terjemahan Bakhshayeshi, Qom, Nuwid Islam, 1377.
*Sheykhian, Raftarshenasi Mardum Kufah dar Nehdhate Husaini, Hukumate Islami, Zamestan, 1381, no. 26.
*Sheykhian, Raftarshenasi Mardum Kufah dar Nehdhate Husaini, Hukumate Islami, Zamestan, 1381, no. 26.
Pengguna anonim