Lompat ke isi

Wahyu: Perbedaan antara revisi

8 bita ditambahkan ,  25 Mei 2017
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
  | prioritas =b
  | prioritas =b
  | kualitas =c
  | kualitas =c
  | link =
  | link = sudah
  | foto =
  | foto = -
  | kategori =
  | kategori =
  | infobox =
  | infobox =-
  | navbox = Sudah
  | navbox = Sudah
  | alih= Sudah
  | alih= Sudah
Baris 14: Baris 14:
{{Islam Vertical}}
{{Islam Vertical}}
{{Keyakinan-keyakinan Syiah}}
{{Keyakinan-keyakinan Syiah}}
'''Wahyu''' (Bahasa Arab: {{ia| الوحي }}) adalah hubungan maknawi antara pribadi seorang Nabi dengan alam ghaib yang dengan itu pesan Ilahi tersampaikan kepada nabi tersebut, baik pesan tersebut tersampaikan melalui perantara maupun tanpa perantara. Dalam ilmu kalam, hal tersebut dinamakan wahyu tasyri'i atau wahyu risali yang dikhususkan untuk Anbiyah yang berbeda dengan ilham.  
'''Wahyu''' (Bahasa Arab: {{ia| الوحي }}) adalah hubungan maknawi antara pribadi seorang nabi dengan alam gaib yang dengan itu pesan [[Ilahi]] tersampaikan kepada nabi tersebut, baik pesan tersebut tersampaikan melalui perantara maupun tanpa perantara. Dalam ilmu teologi, hal tersebut dinamakan wahyu "tasyri'i" atau wahyu "risali" yang dikhususkan untuk para nabi yang mana hal ini berbeda dengan [[ilham]] dan "tahdits".  
Pada masa kontemporer, pembahasan wahyu menjadi semakin kompleks dan menjadi perbincangan para pemikir. Mayoritas dari mereka berpendapat wahyu adalah hasil dari pengalaman spritual.
Pada masa kontemporer, pembahasan wahyu menjadi semakin kompleks dan menjadi perbincangan para pemikir. Mayoritas dari mereka berpendapat, wahyu adalah hasil dari pengalaman spritual.
 
==Defenisi==
==Defenisi==
Wahyu secara etimologi berarti isyarat langsung <ref>Raghib, hlm. 858. </ref>, pesan yang tersampaikan secara cepat <ref>Khalil bin Ahmad, jld. 3, hlm. 321. </ref> dan pesan yang tersampaikan kepada pihak lain.<ref>Ibnu Mandzhur, jld. 3, hlm. 379. </ref>  
Wahyu secara etimologi berarti isyarat langsung <ref> Raghib, hlm. 858. </ref>, pesan yang tersampaikan secara cepat <ref>Khalil bin Ahmad, jld. 3, hlm. 321. </ref> dan pesan yang tersampaikan kepada pihak lain.<ref>Ibnu Mandzhur, jld. 3, hlm. 379. </ref>  


Dalam terminologi agama, wahyu adalah hubungan maknawi antara pribadi seorang nabi dengan alam ghaib yang dengan itu pesan [[Tuhan]] tersampaikan kepada nabi tersebut. Nabi yang dimaksud adalah orang-orang khusus pilihan Tuhan yang dianggap layak mendapatkan pesan Tuhan tersebut.<ref>Thabathabai, Wahyu ya Sya'ur Marmuz, hlm. 104. </ref>
Dalam terminologi agama, wahyu adalah hubungan maknawi antara pribadi seorang nabi dengan alam gaib yang dengan itu pesan [[Tuhan]] tersampaikan kepada nabi tersebut. Nabi yang dimaksud adalah orang-orang khusus pilihan Tuhan yang dianggap layak mendapatkan pesan Tuhan tersebut.<ref>Thabathabai, Wahyu ya Sya'ur Marmuz, hlm. 104. </ref>


==Wahyu dalam Al-Qur'an==
==Wahyu dalam Al-Qur'an==
Kata "Wahyu" digunakan dalam [[Al-Qur'an]] dalam beberapa pengertian:
Kata "Wahyu" digunakan dalam [[Al-Qur'an]] dalam beberapa pengertian:
*Yang berarti isyarat tersembunyi sebagaimana dalam kisah Nabi Zakariyah As (Qs. 19: 11). {{hadis| فَخَرَجَ عَلَی قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَی إِلَیهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُکرَةً وَعَشِیا}}
*Yang berarti isyarat tersembunyi sebagaimana dalam kisah Nabi Zakariyah as (Qs. 19: 11). {{ia| فَخَرَجَ عَلَی قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَی إِلَیهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُکرَةً وَعَشِیا}}
*Yang berarti insting, sebagaimana insting yang diberikan kepada lebah madu (Qs. 16:68). {{hadis|وَأَوْحَی رَبُّک إِلَی النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذذِی مِنَ الْجِبَالِ بُیوتًا وَممِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا یعْرِشُونَ}}
*Yang berarti insting, sebagaimana insting yang diberikan kepada lebah madu (Qs. 16:68). {{ia|وَأَوْحَی رَبُّک إِلَی النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذذِی مِنَ الْجِبَالِ بُیوتًا وَممِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا یعْرِشُونَ}}
*Wahyu yang berarti petunjuk (Qs. 41:12). {{hadis| وَأَوْحَی فِی کلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا}}
*yang berarti petunjuk (Qs. 41:12). {{ia| وَأَوْحَی فِی کلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا}}
*Yang berarti was-was atau godaan syaitan (Qs. 6:112) {{hadis| کذَٰلِک جَعَلْنَا لِکلِّ نَبِی عَدُوًّا شَیاطِینَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ یوحِی بَعْضُهُمْ إِلَی بَعْضٍ}}  
*Yang berarti waswas atau godaan syaitan (Qs. 6:112) {{ia| کذَٰلِک جَعَلْنَا لِکلِّ نَبِی عَدُوًّا شَیاطِینَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ یوحِی بَعْضُهُمْ إِلَی بَعْضٍ}}  
*Yang berarti ilham dari [[Allah Swt]] yang ditujukan untuk selain nabi (Qs. 28:7).{{hadis| وَأَوْحَینَا إِلَی أُمِّ مُوسَی أَنْ أَرْضِعِیهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَیهِ فَأَلْقِیهِ فِی الْیمِّ }}
*Yang berarti ilham dari [[Allah Swt]] yang ditujukan untuk selain nabi (Qs. 28:7).{{ia| وَأَوْحَینَا إِلَی أُمِّ مُوسَی أَنْ أَرْضِعِیهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَیهِ فَأَلْقِیهِ فِی الْیمِّ }}
*Yang berarti risalah untuk para Nabi (Qs. 29:65). {{hadis| وَلَقَدْ أُوحِی إِلَیک وَإِلَی الَّذِینَ مِنْ قَبْلِک لَئِنْ أَشْرَکتَ لَیحْبَطَنَّ عَمَلُک وَلَتَکونَنَّ مِنَ }}
*Yang berarti risalah untuk para nabi (Qs. 29:65). {{ia| وَلَقَدْ أُوحِی إِلَیک وَإِلَی الَّذِینَ مِنْ قَبْلِک لَئِنْ أَشْرَکتَ لَیحْبَطَنَّ عَمَلُک وَلَتَکونَنَّ مِنَ }}


==Ciri Khas Wahyu==
==Ciri Khas Wahyu==
Wahyu ''Tasyri'i'' atau wahyu risalah memiliki sejumlah ciri khas:<ref>Muthahari, Nubuwat, hlm. 81-84. </ref>
Wahyu "Tasyri'i" atau wahyu risalah memiliki sejumlah ciri khas:<ref>Muthahari, Nubuwat, hlm. 81-84. </ref>
*Disampaikan atau diajarkan kepada [[Rasul]] bukan oleh manusia.(Qs. 53:4) {{hadis| هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحى*عَلَّمَهُ شَديدُ الْقُوى‏}}
*Disampaikan atau diajarkan kepada [[Rasul]] bukan oleh manusia.(Qs. 53:4) {{hadis| هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحى*عَلَّمَهُ شَديدُ الْقُوى‏}}
*Dalam beberapa keadaan, wahyu disampaikan melalui perantaraan [[malaikat]]. (Qs. 193:26) {{hadis| نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمينُ }}
*Dalam beberapa keadaan, wahyu disampaikan melalui perantara [[malaikat]]. (Qs. 193:26) {{hadis| نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمينُ }}
*Datangnya wahyu diluar keinginan nabi.
*Datangnya wahyu di luar keinginan nabi.


==Metode Datangnya Wahyu==
==Metode Datangnya Wahyu==
Sampainya wahyu kepada Nabi juga melalui beberapa cara. Hal ini dijelaskan dalam [[Surah Al-Syura|surah As-Syura]] ayat 51.  
Sampainya wahyu kepada Nabi juga melalui beberapa cara. Hal ini dijelaskan dalam [[Surah Al-Syura|surah as-Syura]] ayat 51.  
{{hadis| وَ ما کانَ لِبَشَرٍ أَنْ یکلِّمَهُ اللَّهُ إِلاَّ وَحْیاً أَوْ مِنْ وَراءِ حِجابٍ أَوْ یرْسِلَ رَسُولاً فَیوحِی بِإِذْنِهِ ما یشاءُ إِنَّهُ عَلِی حَکیم}}
{{ia| وَ ما کانَ لِبَشَرٍ أَنْ یکلِّمَهُ اللَّهُ إِلاَّ وَحْیاً أَوْ مِنْ وَراءِ حِجابٍ أَوْ یرْسِلَ رَسُولاً فَیوحِی بِإِذْنِهِ ما یشاءُ إِنَّهُ عَلِی حَکیم}}
*[[Allah Swt]] berfirman kepada [[Nabi Muhammad Saw|Nabi-Nya]] tanpa melalui perantara;
*[[Allah Swt]] berfirman kepada [[Nabi Muhammad saw|Nabi-Nya]] tanpa melalui perantara;
*Kalam Ilahi langsung dimasukkan kedalam kalbu [[Rasulullah Saw|Rasulullah]], tanpa ada campur tangan maujud lainnya;
*Kalam Ilahi langsung dimasukkan ke dalam kalbu [[Rasulullah]], tanpa ada campur tangan maujud lainnya;
*Tersampaikan melalui mimpi yang benar<ref>Shaduq, al-Tauhid, hlm. 264. </ref>. Sebagaimana mimpi yang dialami [[Nabi Ibrahim As]] untuk mengurbankan puternya. (Qs. 102:37) {{hadis| فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْی قالَ یا بُنَی إِنِّی أَری‏ فِی الْمَنامِ أَنِّی أَذْبَحُک }}
*Tersampaikan melalui mimpi yang benar<ref>Shaduq, al-Tauhid, hlm. 264. </ref>. Sebagaimana mimpi yang dialami [[Nabi Ibrahim as]] untuk mengorbankan putranya. (Qs. 102:37) {{hadis| فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْی قالَ یا بُنَی إِنِّی أَری‏ فِی الْمَنامِ أَنِّی أَذْبَحُک }}
*Melalui perantaraan [[malaikat]].
*Melalui perantara [[malaikat]].
*Disampaikan secara tersembunyi (melalui hijab) sebagaimana pada kisah Nabi Musa As di bukit Tursina yang mendengarkan firman Allah Swt melalui balik pohon.(Qs.30:28)<ref>2, hlm. 279; Thabathabai, al-Mizān fi Tafsir al-Qur'an, jld. 18, hlm. 74; Muthahari, Nubuwat, hlm. 81-84. </ref>  {{hadis| فَلَمَّا أَتاها نُودِی مِنْ شاطِئِ الْوادِ الْأَیمَنِ فِی الْبُقْعَةِ الْمُبارَکةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ یا مُوسی‏ إِنِّی أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعالَمین}}
*Disampaikan secara tersembunyi (melalui hijab) sebagaimana pada kisah Nabi Musa as di bukit Tursina yang mendengarkan firman Allah Swt di balik pohon.(Qs.30:28)<ref>2, hlm. 279; Thabathabai, al-Mizān fi Tafsir al-Qur'an, jld. 18, hlm. 74; Muthahari, Nubuwat, hlm. 81-84. </ref>  {{ia| فَلَمَّا أَتاها نُودِی مِنْ شاطِئِ الْوادِ الْأَیمَنِ فِی الْبُقْعَةِ الْمُبارَکةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ یا مُوسی‏ إِنِّی أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعالَمین}}


==Perbedaan antara Wahyu dengan Ilham==  
==Perbedaan antara Wahyu dengan Ilham==  
Ilham sering juga disebut dengan istilah wahyu ''tasdidi'', yaitu wahyu yang disampaikan kepada manusia-manusia tertentu yang bukan nabi. <ref>Thabathabai, al-Mizān fi Tafsir Al-Qur'an, jld. 6, hlm. 373. </ref>
Ilham sering juga disebut dengan istilah wahyu "tasdidi", yaitu wahyu yang disampaikan kepada manusia-manusia tertentu yang bukan nabi. <ref>Thabathabai, al-Mizān fi Tafsir Al-Qur'an, jld. 6, hlm. 373. </ref>
Dalam hal ini, Allah Swt memberikan ilham kepada kalbu seseorang yang layak dan berdasarkan ilmu-Nya berhak untuk mendapatkannya. Ilham yang tersampaikan tidak melalui pembicaraan atau pendengaran orang yang bersangkutan melainkan secara tiba-tiba menyadari ada perintah atau petunjuk yang datang dari suara hatinya. Sebagaimana kisah ibu Nabi Musa As yang mendapatkan ilham dari Allah Swt untuk menghanyutkan bayinya ke sungai<ref>Surah al-Qashash ayat 28. </ref>ataupun ilham yang didapat oleh para Imam Maksum <ref>Amuli, jld. 1, hlm. 446. </ref> demikian pula oleh wali-wali Allah Swt yang lain.<ref>Shadr al-Mutālihin, Tafsir Al-Qur'an al-Karim, hlm. 100; Alusi, hlm. 393. </ref>
Dalam hal ini, Allah Swt memberikan ilham kepada kalbu seseorang yang layak dan berdasarkan ilmu-Nya berhak untuk mendapatkannya. [[Ilham]] yang tersampaikan tidak melalui pembicaraan atau pendengaran orang yang bersangkutan melainkan secara tiba-tiba menyadari ada perintah atau petunjuk yang datang dari suara hatinya. Sebagaimana kisah ibu [[Nabi Musa as]] yang mendapatkan ilham dari Allah Swt untuk menghanyutkan bayinya ke sungai <ref>Surah al-Qashash ayat 28. </ref> ataupun ilham yang didapat oleh para [[Imam Maksum]] <ref>Amuli, jld. 1, hlm. 446. </ref> demikian pula oleh wali-wali Allah Swt yang lain.<ref>Shadr al-Mutālihin, Tafsir Al-Qur'an al-Karim, hlm. 100; Alusi, hlm. 393. </ref>
Wahyu kategori ini bukan dalam kaitannya dengan hukum-hukum syariat, melainkan hal-hal pribadi yang harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan ketenangan, keyakinan, ataupun penyampaian informasi mengenai hal-hal ghaib yang akan terjadi di masa yang akan datang dan hal-hal yang dapat meneguhkan hati seseorang.<ref>Jawadi Amuli, Adab Fanāi Muqarrabān, jld. 1, hlm. 141. </ref>


==Perbedaan Ilham dengan Was-was Syaitan==
Wahyu kategori ini bukan dalam kaitannya dengan hukum-hukum syariat, melainkan hal-hal pribadi yang harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan ketenangan, keyakinan, ataupun penyampaian informasi mengenai hal-hal gaib yang akan terjadi di masa yang akan datang dan hal-hal yang dapat meneguhkan hati seseorang.<ref>Jawadi Amuli, Adab Fanāi Muqarrabān, jld. 1, hlm. 141. </ref>
Berdasarkan metodenya, was-was syaitan tidak ubahnya dengan ilham, namun keduanya dapat dibedakan dari isi pesan yang tersampaikan. Was-was syaitan dapat dikenali dari isinya yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kedatangannya menimbulkan kegelisahan dan ketidak tenangan pada hati seseorang.<ref>3, hlm. 370. </ref>
 
==Perbedaan Ilham dengan Waswas Syaitan==
Berdasarkan metodenya, waswas syaitan tidak ubahnya dengan ilham, namun keduanya dapat dibedakan dari isi pesan yang tersampaikan. Waswas syaitan dapat dikenali dari isinya yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kedatangannya menimbulkan kegelisahan dan ketidaktenangan pada hati seseorang.<ref>3, hlm. 370. </ref>


==Wahyu dalam Pembahasan Kontemporer==
==Wahyu dalam Pembahasan Kontemporer==
Sampai abad ke-16 M, keyakinan akan ghaibnya masalah wahyu dikalangan ilmuan dan pemikir Barat bukan hal yang mereka perdebatkan. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu sains dan pemikiran materialisme, kemapanan konsep wahyu mulai dikritisi. Awalnya mereka menyebut wahyu hanya khurafat dan khayalan namun kemudian dengan berkembangnya ilmu kejiwaan (psikologi) tahun 1846 di Amerika, kelompok yang menentang wahyu merekontruksi pendapatnya dengan menyebut wahyu adalah kondisi kejiwaan seseorang, yang melalui pengungkapan indera ke enam mengklaim diri sebagai nabi.<ref>Dāirah al-Maārif al-Qur'an al-'Asyrin, jld. 10, hlm. 712-719. </ref>
Sampai abad ke-16 M, keyakinan akan gaibnya masalah wahyu di kalangan ilmuan dan pemikir Barat bukan hal yang diperdebatkan. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu sains dan pemikiran materialisme, kemapanan konsep wahyu mulai dikritisi. Awalnya mereka menyebut wahyu hanya khurafat dan khayalan, namun kemudian dengan berkembangnya ilmu kejiwaan (psikologi) tahun 1846 di Amerika, kelompok yang menentang wahyu merekontruksi pendapatnya dengan menyebut wahyu adalah kondisi kejiwaan seseorang, yang melalui pengungkapan indera ke enam mengklaim diri sebagai nabi.<ref>Dāirah al-Maārif al-Qur'an al-'asyrin, jld. 10, hlm. 712-719. </ref>
 
Sebagian pemikir Barat lainnya, berdasarkan anggapan identisitas pengalaman religius dan wahyu, berkeyakinan bahwa sesuai dengan wataknya manusia berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Namun berbagai problem seperti diskriminasi yang terjadi pada alam natural, kecacatan epistemik dan moral manusia, rasa kesendirian serta problem-problem lainnya yang semacam ini, bukanlah perkara-perkara yang menjadi perhatian seluruh manusia. Oleh kerenanya, manusia-manusia yang  berjiwa transenden (punya semangat tinggi) yang memiliki perhatian besar, secara perlahan memisahkan diri dari masyarakat dan memokuskan diri pada alam yang lebih tinggi. Dengan menempa diri dan melakukan latihan-latihan khusus, mereka mendapatkan kondisi-kondisi [spiritual] yang tidak diperoleh dan diketahui manusia-manusia lainnya. <ref>َAli Dhasti 43 </ref> Berdasarkan hal ini, agama merupakan pengalaman spiritual dan sosial nabi dan perkataan Tuhan adalah perkataan Nabi itu sendiri. Wahyu mengikuti pada nabi dan meluas dengan meluasnya personalitas nabi.


Sebagian pemikir Barat lainnya, berdasarkan anggapan identisitas pengalaman religius dan wahyu, berkeyakinan bahwa sesuai dengan wataknya manusia berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Namun berbagai problem seperti diskriminasi yang terjadi pada alam natural, kecacatan epistemik dan moral manusia, rasa kesendirian serta problem-problem lainnya yang semacam ini, bukanlah perkara-perkara yang menjadi perhatian seluruh manusia. Olehnya itu, manusia-manusia yang  berjiwa transenden (punya semangat tinggi) yang memiliki perhatian besar, secara perlahan memisahkan diri dari masyarakat dan memokuskan diri pada alam yang lebih tinggi. Dengan menempa diri dan melakukan latihan-latihan khusus, mereka mendapatkan kondisi-kondisi [spiritual] yang tidak diperoleh dan diketahui manusia-manusia lainnya. <ref>َAli Dhasti 43 </ref> Berdasarkan hal ini, agama merupakan pengalaman spiritual dan sosial Nabi dan perkataanTuhan adalah perkataan Nabi itu sendiri. Wahyu mengikut pada Nabi dan meluas dengan meluasnya personalitas Nabi.
Pada masa kontemporer, telah mengemuka sebuah diskursus baru serta penjelasan-penjelasan lebih modern terkait fenomena wahyu dan prosesnya. Di dunia Arab, Nasr Hamid Abu Zeid, Mohammad Arkon, Fazlur Rahman, Hasan Hanafi, Mohammad Khalafullah dan di Iran Abdul Karim Soroush dan Mujtahid Shabestari mengajukan suatu tafsiran baru tentang wahyu. Kendati pandangan-pandangan ini tidak serupa dan terdapat perbedaan-perbedaan perspektif serius di antara mereka, namun sebagian besar dari pandangan-pandangan ini, sepaham dalam dua hal: Satunya adalah teks-teks religius tidak dapat dilihat keluar dari lingkup kemanusiaan dan terpisah dari sejarah dan budaya manusia (bukan pandangan meta-insani) dan semuanya hendak menekankan peran "manusia" di dalamnya. Lainnya adalah wahyu tidak bersumber dari hakekat-hakekat dan proposisi-proposisi melainkan dianggap sebagai sejenis perjumpaan dan pengalaman esoteris (batin). <ref> [http://farhangemrooz.com/news/7604/%DA%86%D8%B1%D8%A7%DB%8C%DB%8C-%D8%A7%D9%82%D8%A8%D8%A7%D9%84-%D9%86%D9%88%D8%A7%D9%86%D8%AF%DB%8C%D8%B4%D8%A7%D9%86-%D9%85%D8%B9%D8%A7%D8%B5%D8%B1-%D8%A8%D9%87-%D9%88%D8%AD%DB%8C-%D8%B4%D9%86%D8%A7%D8%B3%DB%8C-%D9%88-%D9%82%D8%B1%D8%A2%D9%86-%D9%BE%DA%98%D9%88%D9%87%DB%8C situs Farhang wa Ulumue Insani]</ref>


Pada masa kontemporer, telah mengemuka sebuah diskursus baru serta penjelasan-penjelasan lebih modern terkait fenomena wahyu dan prosesnya. Di dunia arab, Nasr Hamid Abu Zeid, Mohammad Arkon, Fazlur Rahman, Hasan Hanafi, Mohammad Khalafullah dan di Iran Abdul Karim Soroush dan Mujtahid Shabestari mengajukan suatu tafsiran baru tentang wahyu. Kendati pandangan-pandangan ini tidak serupa dan terdapat perbedaan-perbedaan perspektif serius di antara mereka, namun sebagian besar dari pandangan-pandangan ini, sepaham dalam dua hal: satunya adalah teks-teks religius tidak dapat dilihat keluar dari lingkup kemanusiaan dan terpisah dari sejarah dan budaya manusia (bukan pandangan meta-insani) dan semuanya hendak menekankan peran "manusia" di dalamnya. Lainnya adalah wahyu tidak bersumber dari hakekat-hakekat dan proposisi-proposisi melainkan dianggap sebagai sejenis perjumpaan dan pengalaman esoteris (batin). <ref> [http://farhangemrooz.com/news/7604/%DA%86%D8%B1%D8%A7%DB%8C%DB%8C-%D8%A7%D9%82%D8%A8%D8%A7%D9%84-%D9%86%D9%88%D8%A7%D9%86%D8%AF%DB%8C%D8%B4%D8%A7%D9%86-%D9%85%D8%B9%D8%A7%D8%B5%D8%B1-%D8%A8%D9%87-%D9%88%D8%AD%DB%8C-%D8%B4%D9%86%D8%A7%D8%B3%DB%8C-%D9%88-%D9%82%D8%B1%D8%A2%D9%86-%D9%BE%DA%98%D9%88%D9%87%DB%8C situs Farhang wa Ulumul Insani]</ref>
Pembahasan-pembahasan yang diketengahkan orang-orang ini, ditentang oleh para penganut pandangan umum dan populer [[Islam]].
Pembahasan-pembahasan yang diketengahkan orang-orang ini, ditentang oleh para penganut pandangan umum dan populer [[Islam]].


Pengguna anonim