Lompat ke isi

Wahyu: Perbedaan antara revisi

1.361 bita ditambahkan ,  19 November 2016
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18: Baris 18:
==Ciri Khas Wahyu==
==Ciri Khas Wahyu==
Wahyu Tasyri’i atau wahyu risalah memiliki sejumlah ciri khas: [5]
Wahyu Tasyri’i atau wahyu risalah memiliki sejumlah ciri khas: [5]
*Disampaikan atau diajarkan kepada Rasul bukan oleh manusia. {{hadis| هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحى*عَلَّمَهُ شَديدُ الْقُوى‏   }}(53:4)
*Disampaikan atau diajarkan kepada Rasul bukan oleh manusia.(Qs. 53:4) {{hadis| هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحى*عَلَّمَهُ شَديدُ الْقُوى‏}}
*Dalam beberapa keadaan, wahyu disampaikan melalui perantaraan malaikat. {{hadis| نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمينُ }}(26: 193)
*Dalam beberapa keadaan, wahyu disampaikan melalui perantaraan malaikat. (Qs. 193:26) {{hadis| نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمينُ }}
*Datangnya wahyu diluar keinginan nabi.  
*Datangnya wahyu diluar keinginan nabi.  
==Metode Datangnya Wahyu==
==Metode Datangnya Wahyu==
Sampainya wahyu kepada Nabi juga melalui beberapa cara. Hal ini dijelaskan dala surah As-Syura ayat 51.  
Sampainya wahyu kepada Nabi juga melalui beberapa cara. Hal ini dijelaskan dala surah As-Syura ayat 51.  
Baris 29: Baris 30:
*Melalui perantaraan malaikat.
*Melalui perantaraan malaikat.
*Disampaikan secara tersembunyi (melalui hijab) sebagaimana pada kisah Nabi Musa As di bukit Tursina yang mendengarkan firman Allah Swt melalui balik pohon. [7] {{hadis| فَلَمَّا أَتاها نُودِی مِنْ شاطِئِ الْوادِ الْأَیمَنِ فِی الْبُقْعَةِ الْمُبارَکةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ یا مُوسی‏ إِنِّی أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعالَمین  }}(28: 30).
*Disampaikan secara tersembunyi (melalui hijab) sebagaimana pada kisah Nabi Musa As di bukit Tursina yang mendengarkan firman Allah Swt melalui balik pohon. [7] {{hadis| فَلَمَّا أَتاها نُودِی مِنْ شاطِئِ الْوادِ الْأَیمَنِ فِی الْبُقْعَةِ الْمُبارَکةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ یا مُوسی‏ إِنِّی أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعالَمین  }}(28: 30).
==Perbedaan antara Wahyu dengan Ilham==  
==Perbedaan antara Wahyu dengan Ilham==  
Ilham sering juga disebut dengan istilah wahyu tasdidi, yaitu wahyu yang disampaikan kepada manusia-manusia tertentu yang bukan nabi. [8]
Ilham sering juga disebut dengan istilah wahyu tasdidi, yaitu wahyu yang disampaikan kepada manusia-manusia tertentu yang bukan nabi. [8]
Dalam hal ini, Allah Swt memberikan ilham kepada kalbu seseorang yang layak dan berdasarkan ilmu-Nya berhak untuk mendapatkannya. Ilham yang tersampaikan tidak melalui pembicaraan atau pendengaran orang yang bersangkutan melainkan secara tiba-tiba menyadari ada perintah atau petunjuk yang datang dari suara hatinya. Sebagaimana kisah ibu Nabi Musa As yang mendapatkan ilham dari Allah Swt untuk menghanyutkan bayinya ke sungai [9] ataupun ilham yang didapat oleh para Imam Maksum [10] demikian pula oleh wali-wali Allah Swt yang lain. [11]
Dalam hal ini, Allah Swt memberikan ilham kepada kalbu seseorang yang layak dan berdasarkan ilmu-Nya berhak untuk mendapatkannya. Ilham yang tersampaikan tidak melalui pembicaraan atau pendengaran orang yang bersangkutan melainkan secara tiba-tiba menyadari ada perintah atau petunjuk yang datang dari suara hatinya. Sebagaimana kisah ibu Nabi Musa As yang mendapatkan ilham dari Allah Swt untuk menghanyutkan bayinya ke sungai [9] ataupun ilham yang didapat oleh para Imam Maksum [10] demikian pula oleh wali-wali Allah Swt yang lain. [11]
Wahyu kategori ini bukan dalam kaitannya dengan hukum-hukum syariat, melainkan hal-hal pribadi yang harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan ketenangan, keyakinan, ataupun penyampaian informasi mengenai hal-hal ghaib yang akan terjadi di masa yang akan datang dan hal-hal yang dapat meneguhkan hati seseorang. [12]
Wahyu kategori ini bukan dalam kaitannya dengan hukum-hukum syariat, melainkan hal-hal pribadi yang harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan ketenangan, keyakinan, ataupun penyampaian informasi mengenai hal-hal ghaib yang akan terjadi di masa yang akan datang dan hal-hal yang dapat meneguhkan hati seseorang. [12]
==Perbedaan Ilham dengan Was-was Syaitan==
==Perbedaan Ilham dengan Was-was Syaitan==
Berdasarkan metodenya, was-was syaitan tidak ubahnya dengan ilham, namun keduanya dapat dibedakan dari isi pesan yang tersampaikan. Was-was syaitan dapat dikenali dari isinya yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kedatangannya menimbulkan kegelisahan dan ketidak tenangan pada hati seseorang. [13]  
Berdasarkan metodenya, was-was syaitan tidak ubahnya dengan ilham, namun keduanya dapat dibedakan dari isi pesan yang tersampaikan. Was-was syaitan dapat dikenali dari isinya yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kedatangannya menimbulkan kegelisahan dan ketidak tenangan pada hati seseorang. [13]  
==Wahyu dalam Pembahasan Kontemporer==
==Wahyu dalam Pembahasan Kontemporer==
Sampai abad ke-16 M, keyakinan akan ghaibnya masalah wahyu dikalangan ilmuan dan pemikir Barat bukan hal yang mereka perdebatkan. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu sains dan pemikiran materialisme, kemapanan konsep wahyu mulai dikritisi. Awalnya mereka menyebut wahyu hanya khurafat dan khayalan namun kemudian dengan berkembangnya ilmu kejiwaan (psikologi) tahun 1846 di Amerika, kelompok yang menentang wahyu merekontruksi pendapatnya dengan menyebut wahyu adalah kondisi kejiwaan seseorang, yang melalui pengungkapan indera ke enam mengklaim diri sebagai nabi. [14]
Sampai abad ke-16 M, keyakinan akan ghaibnya masalah wahyu dikalangan ilmuan dan pemikir Barat bukan hal yang mereka perdebatkan. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu sains dan pemikiran materialisme, kemapanan konsep wahyu mulai dikritisi. Awalnya mereka menyebut wahyu hanya khurafat dan khayalan namun kemudian dengan berkembangnya ilmu kejiwaan (psikologi) tahun 1846 di Amerika, kelompok yang menentang wahyu merekontruksi pendapatnya dengan menyebut wahyu adalah kondisi kejiwaan seseorang, yang melalui pengungkapan indera ke enam mengklaim diri sebagai nabi. [14]
==Catatan Kaki==
{{Catatan Kaki}}
==Daftar Pustaka==
{{referensi}}
*Ibnu Mandzhur, Muhammad bin Mukaram, Lisān al-Arab, Beirut: Dar Shadr, 2000.
*Alusi, Sayid Mahmud, Ruh al-Ma’āni fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, jld. 7, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1415 H.
*Amuli, Sayid Haidar, Tafsir al-Muhit al-A’dzham wa al-Bahr al-Khasham, cet. III, Tehran: Penerbit Kementerian Arsyad Islami, 1422 H.
*Jawadi Amuli, Abdullah, Adab Fanāi Muqarrabān, cet. V, jld. 2: Qom, penerbit Isra, 1388 S.
*Farahidi, Khalil bin Ahmad, al-‘Ain, cet. II, Qom. Penerbit: Hijrat, 1409 H.
*Dawar Panah, Abu al-Fadhl, Anwār al-‘Irfān fi Tafsir al-Qur’an, Tehran: Penerbit Shadr, 1375 S.
*Dhasti, Ali, 23 Tahun.
*Raghib Isfahani, Husain bin Muhammad, Mufradāt fi Gharib al-Qur’an, Beirut: Dar al-‘Ilm, 1412 H.
*Shadr al-Mutālihin, Muhammad bin Ibrahim, Tafsir al-Qur’an al-Karim, cet. II, Qom: Penerbit Bidar, 1366 S.
*Thabathabai, Muhammad Husain, al-Mizān fi Tafsir al-Qur’an, cet. V, Qom, Penerbit: Jami’ah Mudarrisin, 1417 H.
*Thabathabai, Muhammad Husain, Wahyu ya Syu’ur Marmuz, tanpa tahun: Markaz Nashr wa Tauzi’ Kitab, 1377 S.
*Qomi, Ali bin Ibrahim, Tafsir Qomi, cet. IV, Qom: Dar al-Kutub, 1367 S.
*Muthahari, Murtadha, Nubuwat, Tehran: Penerbit Shadra, 1373 S.
*Wajdi, Farid, Dāirah al-Ma’ārif al-Qur’an al-‘Isyrun.
Pengguna anonim