Lompat ke isi

Bilal bin Rabah: Perbedaan antara revisi

Dari wikishia
imported>Maitsam
imported>E.amini
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Bilal bin Rabah''' terkenal dengan '''Bilal al-Habasyi''' (w 17-21 H) adalah seorang [[sahabat]] dan [[Muadzin]] [[Nabi Muhammad Saw]]. Ia termasuk golongan orang-orang yang pertama kali masuk [[Islam]]. Ia adalah orang yang dipercaya untuk mengurus uang di [[baitul mal]] di masa Nabi. Ia turut serta dalam semua peperangan Nabi. Setelah Rasul wafat, meskipun ia masih hidup, namun ia tidak mengumandangkan [[azan]] untuk siapa pun kecuali  hanya dalam beberapa kesempatan. Ia dikuburkan di [[Pemakaman Bab Saghir]] [[Damaskus]].  
'''Bilal bin Rabah''' (Bahasa Arab:{{ia|بلال بن رباح}}) terkenal dengan '''Bilal al-Habasyi''' ({{ia|بلال الحبشی}}) (w 17as-21 H) adalah seorang [[sahabat]] dan [[Muadzin]] [[Nabi Muhammad Saw]]. Ia termasuk golongan orang-orang yang pertama kali masuk [[Islam]]. Ia adalah orang yang dipercaya untuk mengurus uang di [[baitul mal]] di masa Nabi. Ia turut serta dalam semua peperangan Nabi. Setelah Rasul wafat, meskipun ia masih hidup, namun ia tidak mengumandangkan [[azan]] untuk siapa pun kecuali  hanya dalam beberapa kesempatan. Ia dikuburkan di [[Pemakaman Bab Saghir]] [[Damaskus]].  


==Julukan==
==Julukan==
Keluarga Bilal berasal dari Naubah (sebuah tempat di sebelah utara Sudan dan sebelah selatan Mesir).<ref> Al-Wafi, jld. 21, hlm. 114 </ref> Ayah Bilal termasuk tawanan [[Habasyah]]. <ref> Ibnu Atsir, Al-Kamil, jld. 1, hlm. 66. </ref> Ia sendiri berasal dari keluarga Bani Jumah atau Sarah (penduduk [[Mekah]] dan lahir dari keluarga budak. <ref> Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 505; Ibnu Sa’ad, jld. 3, hlm. 232. </ref> Sebagian menulis bahwa tahun kelahirannya adalah tiga tahun setelah [[Tahun Gajah]]. <ref>  Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Abdul Barr, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 475. </ref>
Keluarga Bilal berasal dari Naubah (sebuah tempat di sebelah utara Sudan dan sebelah selatan Mesir).<ref> Al-Wafi, jld. 21, hlm. 114 </ref> Ayah Bilal termasuk tawanan [[Habasyah]]. <ref> Ibnu Atsir, Al-Kamil, jld. 1, hlm. 66. </ref> Ia sendiri berasal dari keluarga Bani Jumah atau Sarah (penduduk [[Mekah]] dan lahir dari keluarga budak. <ref> Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 505; Ibnu Sa'ad, jld. 3, hlm. 232. </ref> Sebagian menulis bahwa tahun kelahirannya adalah tiga tahun setelah [[Tahun Gajah]]. <ref>  Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Abdul Barr, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 475. </ref>
Karena nama Ibundanya adalah Hamamah, maka ia juga terkenal dengan nama Ibnu Hamamah. <ref>Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, hlm. 191; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma’arif, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ishabah, jld. 1, hlm. 32. </ref> Julukan yang paling masyhur baginya adalah Abu Abdillah. Terdapat pula julukan-julukan lainnya bagi Bilal. <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3; Ibnu Qutaibah, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 178’ Rijal, hlm. 8; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136. </ref> Dikatakan bahwa nasabnya berasal dari Habasyi, Qurasyi dan Taimi. <ref>Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag. 1, juz 1, hlm. 136, Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290. </ref>
Karena nama Ibundanya adalah Hamamah, maka ia juga terkenal dengan nama Ibnu Hamamah. <ref>Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, hlm. 191; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ishabah, jld. 1, hlm. 32. </ref> Julukan yang paling masyhur baginya adalah Abu Abdillah. Terdapat pula julukan-julukan lainnya bagi Bilal. <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3; Ibnu Qutaibah, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 178' Rijal, hlm. 8; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136. </ref> Dikatakan bahwa nasabnya berasal dari Habasyi, Qurasyi dan Taimi. <ref>Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag. 1, juz 1, hlm. 136, Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290. </ref>
Bilal memiliki perawakan tinggi, kurus, kulit sangat coklat, bungkuk, rambut panjang dan berwarna abu-abu serta memiliki wajah yang elok. <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238-239; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma’arif, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 180.</ref>
Bilal memiliki perawakan tinggi, kurus, kulit sangat coklat, bungkuk, rambut panjang dan berwarna abu-abu serta memiliki wajah yang elok. <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238-239; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180.</ref>


==Pemuka dalam Islam==
==Pemuka dalam Islam==
Ia termasuk golongan orang-orang yang pertama kali memeluk Islam. <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 4, hlm. 215; Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 404; Thabarai, Tarikh, jld. 2, hlm. 315. </ref> Atas jalan yang dipilihnya, ia banyak disiksa oleh kaum kafir Mekah khususnya Umayyah bin Khalaf yang merupakan tuannya, namun ia sangat teguh dengan agama pilihannya. <ref>Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 210-211; Thabari, Tarikh, jil 2, hlm. 452; Abu Nu’aim, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 148. </ref>
Ia termasuk golongan orang-orang yang pertama kali memeluk Islam. <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 4, hlm. 215; Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 404; Thabarai, Tarikh, jld. 2, hlm. 315. </ref> Atas jalan yang dipilihnya, ia banyak disiksa oleh kaum kafir Mekah khususnya Umayyah bin Khalaf yang merupakan tuannya, namun ia sangat teguh dengan agama pilihannya. <ref>Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 210-211; Thabari, Tarikh, jil 2, hlm. 452; Abu Nu'aim, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 148. </ref>


==Bebas dari perbudakan==
==Bebas dari perbudakan==
Setelah berbulan-bulan bersabar atas kesusahan dan kepedihan yang menimpa, Bilal akhirnya merdeka. Sekelompok orang menilai bahwa yang memerdekan Bilal adalah [[Abu Bakar]] namun jika ditinjau dari segi sejarah yang ada maka hal ini tidak mungkin. [[Abu Ja’far Askafi]], guru [[Ibnu Abil Hadid]] menukilkan dari [[Waqidi]], [[Ibnu Ishak]] dan lainnya bahwa yang memerdekakan Bilal adalah [[Nabi Muhammad Saw]]. <ref>Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, jld. 13, hlm. 273; Tastari, Qamus al-Rijal, jld. 2, hlm. 393. </ref> Syaikh Thusi <ref>Thusi, Rijal, hlm. 8. </ref> dan [[Ibnu Syahr Asyub]] <ref> Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 1, hal 171. </ref> juga menulis bahwa Bilal dibebaskan oleh Nabi Muhammad Saw. Nukilan kata-kata dari Nabi bahwa: “Jika aku memiliki kekayaan, maka aku akan membeli dan membebaskan Bilal <ref>Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 181; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243; Dzahabi, Sir I’lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 352. </ref> bertentangan dengan kenyataan sejarah karena [[Khadijah]] telah memberikan semua kekayaannya untuk digunakan di jalan Allah oleh Nabi Saw, disamping bahwa kemampuan perekonomian Abu Bakar tidak begitu mampu untuk membeli dan membebaskan budak yang berada dibawah siksaan tuannya, diantaranya Bilal. <ref> Amili, Al-Sahih, jld. 2, hlm. 36038, 277-383; jld. 1, hlm. 211; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 181; Ibnu Atsir, Al-Kamil, jld. 2, hlm. 66-67; Dzahabi, Sir I’lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 352. </ref>
Setelah berbulan-bulan bersabar atas kesusahan dan kepedihan yang menimpa, Bilal akhirnya merdeka. Sekelompok orang menilai bahwa yang memerdekan Bilal adalah [[Abu Bakar]] namun jika ditinjau dari segi sejarah yang ada maka hal ini tidak mungkin. [[Abu Ja'far Iskafi]], guru [[Ibnu Abil Hadid]] menukilkan dari [[Waqidi]], [[Ibnu Ishak]] dan lainnya bahwa yang memerdekakan Bilal adalah [[Nabi Muhammad Saw]]. <ref>Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, jld. 13, hlm. 273; Tastari, Qamus al-Rijal, jld. 2, hlm. 393. </ref> Syaikh Thusi <ref>Thusi, Rijal, hlm. 8. </ref> dan [[Ibnu Syahr Asyub]] <ref> Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 1, hal 171. </ref> juga menulis bahwa Bilal dibebaskan oleh Nabi Muhammad Saw. Nukilan kata-kata dari Nabi bahwa: “Jika aku memiliki kekayaan, maka aku akan membeli dan membebaskan Bilal <ref>Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243; Dzahabi, Sir I'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 352. </ref> bertentangan dengan kenyataan sejarah karena [[Khadijah]] telah memberikan semua kekayaannya untuk digunakan di jalan Allah oleh Nabi Saw, disamping bahwa kemampuan perekonomian Abu Bakar tidak begitu mampu untuk membeli dan membebaskan budak yang berada dibawah siksaan tuannya, diantaranya Bilal. <ref> Amili, Al-Sahih, jld. 2, hlm. 36038, 277-383; jld. 1, hlm. 211; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181; Ibnu Atsir, Al-Kamil, jld. 2, hlm. 66-67; Dzahabi, Sir I'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 352. </ref>


==Penolong Dekat Nabi Muhammad Saw==
==Penolong Dekat Nabi Muhammad Saw==
Setelah merdeka, ia bergabung dengan kaum muslimin dan menjadi [[muadzin]] Islam pertama. Ia selalu berada di samping Nabi Saw baik ketika beliau berada dalam keadaan safar maupun tidak. <ref>Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, hlm. 299; Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 136-137, 177-179, jld. 3, hlm. 234; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 2, hlm. 66-67. </ref> Ia termasuk orang-orang yang mulia dan orang yang dekat dengan Nabi Saw. <ref>Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 148; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 452.</ref> Bilal juga menjadi bendahara baitul mal Nabi Muhammad Saw. <ref> Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243. </ref> Ia selalu hadir dalam semua perang Nabi. <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 239; Ibnu Abdul Barr, al-Isti’ab, jld.1, hlm. 178; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 433. </ref> Dalam [[Perang Badar]], ia memberi isyarat kepada kaum Muslimin untuk membunuh Umayah bin Khalaf dan anaknya. <ref>Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 531; Tarikh, jld. 2, hlm. 452-453. </ref> Menurut laporan sejarah, Bilal sendiri yang membunuh Umayah. <ref>Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 182; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243. </ref>
Setelah merdeka, ia bergabung dengan kaum muslimin dan menjadi [[muadzin]] Islam pertama. Ia selalu berada di samping Nabi Saw baik ketika beliau berada dalam keadaan safar maupun tidak. <ref>Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, hlm. 299; Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 136-137, 177-179, jld. 3, hlm. 234; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 2, hlm. 66-67. </ref> Ia termasuk orang-orang yang mulia dan orang yang dekat dengan Nabi Saw. <ref>Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 148; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 452.</ref> Bilal juga menjadi bendahara baitul mal Nabi Muhammad Saw. <ref> Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243. </ref> Ia selalu hadir dalam semua perang Nabi. <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 239; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld.1, hlm. 178; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damaskus, jld. 10, hlm. 433. </ref> Dalam [[Perang Badar]], ia memberi isyarat kepada kaum Muslimin untuk membunuh Umayah bin Khalaf dan anaknya. <ref>Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 531; Tarikh, jld. 2, hlm. 452-453. </ref> Menurut laporan sejarah, Bilal sendiri yang membunuh Umayah. <ref>Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 182; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243. </ref>
Nabi Muhammad Saw di [[Madinah]] menjalinkan [[akad persaudaraan]] antara Bilal dan [[Abdullah bin Abdur Rahman Khats’ami]]. <ref>Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 355.</ref> Menurut Ibnu Hisyam (w. 218 H) hingga Bilal masih hidup, pengadilan Habasyah dan Khats’am adalah satu. <ref>Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 356; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma’arif, hlm. 88. </ref> Sebagian menuliskan bahwa akad persaudaraannya dengan [[Ubaidah bin Harits]] <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 51; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 178. </ref> dan atau dengan [[Abu Ubaidah bin Jarah]]. <ref>Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ashabah, jld. 1, hlm. 326, Qumi. </ref> Akad persaudaraan ini kemungkinan berkaitan dengan akad persaudaraan sebelum [[Hijrah ke Madinah]].
Nabi Muhammad Saw di [[Madinah]] menjalinkan [[akad persaudaraan]] antara Bilal dan [[Abdullah bin Abdur Rahman Khats'ami]]. <ref>Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 355.</ref> Menurut Ibnu Hisyam (w. 218 H) hingga Bilal masih hidup, pengadilan Habasyah dan Khats'am adalah satu. <ref>Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 356; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88. </ref> Sebagian menuliskan bahwa akad persaudaraannya dengan [[Ubaidah bin Harits]] <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 51; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 178. </ref> dan atau dengan [[Abu Ubaidah bin Jarah]]. <ref>Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ashabah, jld. 1, hlm. 326, Qumi. </ref> Akad persaudaraan ini kemungkinan berkaitan dengan akad persaudaraan sebelum [[Hijrah ke Madinah]].


==Pengumandang Adzan==
==Pengumandang Adzan==
Bilal adalah [[muadzin]] pertama Islam. Dinukilkan bahwa ia melafadzkan huruf “syin” dengan “sin” dan dalam riwayat diberitakan bahwa bacaan “sin” yang dibacakan oleh Bilal dihadapan Allah adalah “syin”. <ref>Qumi, Muntaha al-Amal. </ref> Pada hari [[Fathu Makkah]] Bilal berdasarkan perintah [[Nabi Muhammad Saw]] berdiri di atas Ka’bah dan mengumandangkan [[adzan]] dengan suara yang sangat lantang. Orang-orang kafir Mekah sangat marah dengan peristiwa ini. <ref>Thabarsi, Majma’ al-Bayan, jld. 5, hlm. 136; Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, 466; Quthub Rawandi, Al-Kharaij al-Jaraih, jld.1 , hlm. 97-98, 163-164. </ref>
Bilal adalah [[muadzin]] pertama Islam. Dinukilkan bahwa ia melafadzkan huruf “syin” dengan “sin” dan dalam riwayat diberitakan bahwa bacaan “sin” yang dibacakan oleh Bilal dihadapan Allah adalah “syin”. <ref>Qumi, Muntaha al-Amal. </ref> Pada hari [[Fathu Makkah]] Bilal berdasarkan perintah [[Nabi Muhammad Saw]] berdiri di atas Ka'bah dan mengumandangkan [[adzan]] dengan suara yang sangat lantang. Orang-orang kafir Mekah sangat marah dengan peristiwa ini. <ref>Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 5, hlm. 136; Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, 466; Quthub Rawandi, Al-Kharaij al-Jaraih, jld.1 , hlm. 97-98, 163-164. </ref>
==Setelah Nabi Muhammad Saw==
==Setelah Nabi Muhammad Saw==
Setelah Nabi Saw meninggal, Bilal tidak lagi mengumandangkan adzan selain hanya beberapa kali. <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 236-237; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma’arif, hlm. 88, Ibnu babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 184; Mufid, Al-Ihtisas, hlm. 73. </ref> Salah satunya adalah ketika [[Sayidah Fatimah As]] memintanya, namun karena hal ini menjadikan Sayidah Fatimah ingat akan kesusahan yang menimpa setelah wafat ayahnya bahkan beliau sampai sakit karenanya, maka Bilal dengan terpaksa menghentikan alunan adzannya. <ref> Ibnu Babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 194. </ref> Waktu lain yang ia kumandangkan adalah ketika ia berziarah kuburan Nabi Muhammad Saw di Madinah dan Imam Husain As memintanya untuk mengumandangkan adzan dan Bilalpun mengiyakannya. Kejadian ini memberikan kesan yang mendalam bagi masyarakat Madinah. <ref>Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244-245; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 289. </ref>  
Setelah Nabi Saw meninggal, Bilal tidak lagi mengumandangkan adzan selain hanya beberapa kali. <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 236-237; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88, Ibnu babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 184; Mufid, Al-Ihtisas, hlm. 73. </ref> Salah satunya adalah ketika [[Sayidah Fatimah As]] memintanya, namun karena hal ini menjadikan Sayidah Fatimah ingat akan kesusahan yang menimpa setelah wafat ayahnya bahkan beliau sampai sakit karenanya, maka Bilal dengan terpaksa menghentikan alunan adzannya. <ref> Ibnu Babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 194. </ref> Waktu lain yang ia kumandangkan adalah ketika ia berziarah kuburan Nabi Muhammad Saw di Madinah dan Imam Husain As memintanya untuk mengumandangkan adzan dan Bilalpun mengiyakannya. Kejadian ini memberikan kesan yang mendalam bagi masyarakat Madinah. <ref>Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244-245; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 289. </ref>  
Terakhir kali adalah ketika [[khalifah kedua]] meninggalkan Madinah dan akan pergi ke [[Syam]] (berdasarkan perkataan Thabari terjadi pada tahun 17 H) di Jabiyah, kaum Muslimin meminta Bilal mengumandangkan adzan, Bilal pun mengiyakannya dan semua orang menangis karena mengingat masa-masa Rasulullah. <ref>Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma’arif, hlm. 88, Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 65-66; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 470-471. </ref>
Terakhir kali adalah ketika [[khalifah kedua]] meninggalkan Madinah dan akan pergi ke [[Syam]] (berdasarkan perkataan Thabari terjadi pada tahun 17 H) di Jabiyah, kaum Muslimin meminta Bilal mengumandangkan adzan, Bilal pun mengiyakannya dan semua orang menangis karena mengingat masa-masa Rasulullah. <ref>Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88, Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 65-66; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 470-471. </ref>
Sumber-sumber sejarah mengatakan sebab-sebab yang menjadikan Bilal tidak lagi mengumandangkan adzan setelah Nabi Muhammad Saw wafat dan ia meninggalkan Madinah dan menuju Syam adalah karena ia memahami fadhilah [[jihad]] dan selalu ingin berjuang. Ia hijrah ke Syam pada masa kekhalifahan [[Abu Bakar]] <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 236-237; Ibnu Qutaibahm Kitab al-Maarif, hlm. 88, Abu Na’im, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 150-151; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 181. </ref> atau [[Umar bin Khatab]] <ref>Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 180-181; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 467; Ibnu Asakir, A’yan al-Syiah, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244. </ref>, namun tidak tercatat kehadiran Bilal pada peperangan dan futuhat. <ref>Amin, A’yan al-Syiah, jld. 3, hlm. 605. </ref> Dari sebagian sumber dapat dipahami bahwa ia pergi ke Syam karena protes atas sebuah suatu peristiwa yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. <ref>Nuri, Nafs al-Rahman, hlm. 379; Qumi, Safinah al-Bihar, jld. 1, hlm. 104-105. </ref>
Sumber-sumber sejarah mengatakan sebab-sebab yang menjadikan Bilal tidak lagi mengumandangkan adzan setelah Nabi Muhammad Saw wafat dan ia meninggalkan Madinah dan menuju Syam adalah karena ia memahami fadhilah [[jihad]] dan selalu ingin berjuang. Ia hijrah ke Syam pada masa kekhalifahan [[Abu Bakar]] <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 236-237; Ibnu Qutaibahm Kitab al-Maarif, hlm. 88, Abu Na'im, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 150-151; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181. </ref> atau [[Umar bin Khatab]] <ref>Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180-181; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 467; Ibnu Asakir, A'yan al-Syiah, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244. </ref>, namun tidak tercatat kehadiran Bilal pada peperangan dan futuhat. <ref>Amin, A'yan al-Syiah, jld. 3, hlm. 605. </ref> Dari sebagian sumber dapat dipahami bahwa ia pergi ke Syam karena protes atas sebuah suatu peristiwa yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. <ref>Nuri, Nafs al-Rahman, hlm. 379; Qumi, Safinah al-Bihar, jld. 1, hlm. 104-105. </ref>
==Perawi Hadis-hadis Nabi Muhammad Saw==
==Perawi Hadis-hadis Nabi Muhammad Saw==
Bilal juga merupakan perawi hadis dan sejumlah [[sahabat]] dan [[tabiin]] meriwayatkan hadis darinya. <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 7, hlm. 509; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 180; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 429, 435; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Tarikh Damisyq, jld. 10, hlm. 429, 439; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Nuri, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136-137; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 288-289. </ref> Sebagai contoh, ia dalam hadis yang cukup panjang meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad Saw tentang fadhilah [[adzan]]. <ref>Ibnu Babuwaih,  Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 189-194; Fattal Neisyaburi, Raudhah al Wa’idzin, jld. 2, hlm. 343-345. </ref>
Bilal juga merupakan perawi hadis dan sejumlah [[sahabat]] dan [[tabiun]] meriwayatkan hadis darinya. <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 7, hlm. 509; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 429, 435; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Tarikh Damisyq, jld. 10, hlm. 429, 439; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Nuri, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136-137; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 288-289. </ref> Sebagai contoh, ia dalam hadis yang cukup panjang meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad Saw tentang fadhilah [[adzan]]. <ref>Ibnu Babuwaih,  Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 189-194; Fattal Neisyaburi, Raudhah al Wa'idzin, jld. 2, hlm. 343-345. </ref>


==Kedudukan Bilal==
==Kedudukan Bilal==
Terdapat banyak riwayat dari Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan tentang keutamaan Bilal misalnya bahwa Bilal termasuk golongan pendahulu dan orang-orang yang pertama masuk Islam, <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubrah, jld. 3, hlm. 232; Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 149. </ref> ia adalah penghulu para muadzin <ref>Abu Na’im, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 147; Dzahabi, Siyar A’lam al- Nubala, jld. 1, hlm. 355. </ref>, Surga menanti kedatangan tiga orang: Ali, Ammar dan Bilal <ref>Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 451’ Safadi, Kitab al-Wafi, jld. 10, hlm. 276. </ref>; Tiga orang berkulit hitam merupakan penghulu surga: [[Lukman Hakim]], [[Najasyi]] dan Bilal <ref>Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dmaisyq, jld. 10, hlm. 462. </ref> dan juga doa Nabi untuknya karena ia telah menolong Sayidah Fatimah dalam hal pekerjaan rumah. <ref>Warram, jld. 2, hlm. 230. </ref>
Terdapat banyak riwayat dari Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan tentang keutamaan Bilal misalnya bahwa Bilal termasuk golongan pendahulu dan orang-orang yang pertama masuk Islam, <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubrah, jld. 3, hlm. 232; Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 149. </ref> ia adalah penghulu para muadzin <ref>Abu Na'im, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 147; Dzahabi, Siyar A'lam al- Nubala, jld. 1, hlm. 355. </ref>, Surga menanti kedatangan tiga orang: Ali, Ammar dan Bilal <ref>Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 451' Safadi, Kitab al-Wafi, jld. 10, hlm. 276. </ref>; Tiga orang berkulit hitam merupakan penghulu surga: [[Lukman Hakim]], [[Najasyi (raja negeri Habsyah)|Najasyi]] dan Bilal <ref>Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dmaisyq, jld. 10, hlm. 462. </ref> dan juga doa Nabi untuknya karena ia telah menolong Sayidah Fatimah dalam hal pekerjaan rumah. <ref>Warram, jld. 2, hlm. 230. </ref>
Imam Ali As juga menilai bahwa Bilal adalah orang-orang yang terdahulu dalam memeluk Islam. <ref>Ibnu Babuwaih, Al-Hisal, jld. 1, hlm. 312; Fattal Neisyaburi, Raudhah al-Wa’idhin, jld. 2, hlm. 307. </ref> Imam Ali juga memuji keikhlasan dan kebersihan jiwa Bilal. <ref>Ibnu Fahd Hilli, Iddah al-Da’i, hlm. 27. </ref> Imam [[Sajad As]] juga memuji Bilal dan menukilkan argumentasinya dalam menjawab keutamaan-keutamaan [[Imam Ali As]] dihadapan musuh-musuhnya. <ref>Tafsir Imam Hasan Askari, hal  621-623. </ref>
Imam Ali As juga menilai bahwa Bilal adalah orang-orang yang terdahulu dalam memeluk Islam. <ref>Ibnu Babuwaih, Al-Hisal, jld. 1, hlm. 312; Fattal Neisyaburi, Raudhah al-Wa'idhin, jld. 2, hlm. 307. </ref> Imam Ali juga memuji keikhlasan dan kebersihan jiwa Bilal. <ref>Ibnu Fahd Hilli, Iddah al-Da'i, hlm. 27. </ref> Imam [[Sajad As]] juga memuji Bilal dan menukilkan argumentasinya dalam menjawab keutamaan-keutamaan [[Imam Ali As]] dihadapan musuh-musuhnya. <ref>Tafsir Imam Hasan Askari, hal  621-623. </ref>
Imam Shadiq As menyebut Bilal sebagai hamba saleh <ref>Kasyi, Ikhtiyar Ma’rifah al-Rijal, hlm. 39. </ref> dan pecinta Ahlul Bait As. <ref>Mufid, Al-Ikhtishash, hlm. 73. </ref> Menurut nukilan dari para mufasir, beberapa ayat turun karena Bilal dan para sahabatnya: [[Nisa]] ayat 59 <ref>Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 3, hlm. 87. </ref>, [[An’am]] ayat 52 <ref>Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 3, hlm. 87. </ref>, [[Nahl]] ayat 110 <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 248; Thusi, Al-Tibyan, jld. 6, hlm. 631. </ref>, [[Kahfi]] ayat 28 <ref>Shafasi, Kitab al-Wafi, jld. 10, hlm. 276. </ref>, [[Hujurat]] ayat 11 dan 12. <ref>Zamakhsyari, Al-Kasyaf, jld. 4, hlm. 370; Abul Futuh Razi, Tafsir Ruh al-Jinan, jil 10, hlm. 253; Thabarsi, Majma’ al-Bayan, jld. 5, hlm. 136; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 466. </ref>
Imam Shadiq As menyebut Bilal sebagai hamba saleh <ref>Kasyi, Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, hlm. 39. </ref> dan pecinta Ahlul Bait As. <ref>Mufid, Al-Ikhtishash, hlm. 73. </ref> Menurut nukilan dari para mufasir, beberapa ayat turun karena Bilal dan para sahabatnya: [[Nisa]] ayat 59 <ref>Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 3, hlm. 87. </ref>, [[An'am]] ayat 52 <ref>Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 3, hlm. 87. </ref>, [[Nahl]] ayat 110 <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 248; Thusi, Al-Tibyan, jld. 6, hlm. 631. </ref>, [[Kahf]] ayat 28 <ref>Shafasi, Kitab al-Wafi, jld. 10, hlm. 276. </ref>, [[Hujurat]] ayat 11 dan 12. <ref>Zamakhsyari, Al-Kasyaf, jld. 4, hlm. 370; Abul Futuh Razi, Tafsir Ruh al-Jinan, jil 10, hlm. 253; Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 5, hlm. 136; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 466. </ref>
==Pernikahan dan Putra-putra==
==Pernikahan dan Putra-putra==
Terdapat banyak laporan mengenai pernikahan Bilal. Baladzuri dalam melaporkan pernikahan Bilal, menulis ia menikah dengan putri dari Bani Zuhrah atau putri dari Bani Kananah menurut laporan yang lain. <ref>Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 189 (Cet Zakar, jld. 1, hlm. 214) </ref> Demikian juga dikatakan bahwa Bilal bersama saudaranya dalam perjalanan untuk rencana pernikahannya. Ketika terjadi pelamaran, ia mengenalkan dirinya dengan mengatakan: Aku adalah Bilal dan laki-laki ini adalah saudaraku, kami berdua adalah para budak dari Habasyah. Kami adalah orang-orang yang tersesat sehingga Allah mengkaruniakan jalan hidayah bagi kami. Kami adalah budak yang dimerdekakan oleh Allah. Apabila Anda memberikan putri-putri Anda, Alhamdulillah dan jika tidak… Allahu Akbar keluarga pihak perempuan, sebelum menjawab pinangan Bilal pergi menemui Rasululullah meminta pendapat. Nabi Muhammad Saw telah merekomendasikan Bilal kepada mereka sebanyak tiga kali dan berkata: Siapa lagi yang lebih baik darinya, seseorang yang merupakan ahli surga? <ref>Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 571.</ref>
Terdapat banyak laporan mengenai pernikahan Bilal. Baladzuri dalam melaporkan pernikahan Bilal, menulis ia menikah dengan putri dari Bani Zuhrah atau putri dari Bani Kananah menurut laporan yang lain. <ref>Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 189 (Cet Zakar, jld. 1, hlm. 214) </ref> Demikian juga dikatakan bahwa Bilal bersama saudaranya dalam perjalanan untuk rencana pernikahannya. Ketika terjadi pelamaran, ia mengenalkan dirinya dengan mengatakan: Aku adalah Bilal dan laki-laki ini adalah saudaraku, kami berdua adalah para budak dari Habasyah. Kami adalah orang-orang yang tersesat sehingga Allah mengkaruniakan jalan hidayah bagi kami. Kami adalah budak yang dimerdekakan oleh Allah. Apabila Anda memberikan putri-putri Anda, Alhamdulillah dan jika tidak… Allahu Akbar keluarga pihak perempuan, sebelum menjawab pinangan Bilal pergi menemui Rasululullah meminta pendapat. Nabi Muhammad Saw telah merekomendasikan Bilal kepada mereka sebanyak tiga kali dan berkata: Siapa lagi yang lebih baik darinya, seseorang yang merupakan ahli surga? <ref>Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 571.</ref>
Baris 34: Baris 34:


==Wafat==
==Wafat==
Sebagian sumber-sumber sejarah menuliskan bahwa ia meninggal pada tahun 20 H setelah Hijrah di [[Damisyq]]. <ref>Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma’arif, hlm. 88; Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 112; Khatib Baghadadi, Tarikh Baghdad, jld. 1, hlm. 184. </ref> Namun di sumber-sumber rujukan lainnya ditulis pada tahun-tahun 17,18 dan 21 setelah Hijrah. <ref>Thusi, Rijal, hlm. 8; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 433, 476-479; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244. </ref> Dan disebagian rujukan sejarah dijelaskan secara terang bahwa ia meninggal karena wabah penyakit yang tersebar kala itu. <ref>Thusi, Rijal, hlm. 8; Ibnu Asakir, Tarikh Damisyq, jld. 10, hlm. 467; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ashabah, jld. 1, hlm. 327. </ref>
Sebagian sumber-sumber sejarah menuliskan bahwa ia meninggal pada tahun 20 H setelah Hijrah di [[Damaskus]]. <ref>Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 112; Khatib Baghadadi, Tarikh Baghdad, jld. 1, hlm. 184. </ref> Namun di sumber-sumber rujukan lainnya ditulis pada tahun-tahun 17,18 dan 21 setelah Hijrah. <ref>Thusi, Rijal, hlm. 8; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 433, 476-479; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244. </ref> Dan disebagian rujukan sejarah dijelaskan secara terang bahwa ia meninggal karena wabah penyakit yang tersebar kala itu. <ref>Thusi, Rijal, hlm. 8; Ibnu Asakir, Tarikh Damisyq, jld. 10, hlm. 467; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ashabah, jld. 1, hlm. 327. </ref>
Berdasarkan pendapat masyhur, ia dikuburkan di “Bab al-Saghir” Damisyq. <ref> Thusi, Rijal, hlm. 9; Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 433, 476-479. </ref> <ref>Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 10, hlm. 480; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 137; Dzahabi, Siyar A’lam al- Nubala, jld. 1, hlm. 359-360. </ref> Sebagian mencatat ia dikuburkan di pintu Keisan Dayya dan pintu Arbain [[Halab]]. <ref>Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 291. </ref> Namun Mazzi memberikan kemungkinan bahwa seseorang yang dikuburkan di Halab adalah Khalid, saudara Bilal. <ref>Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab, jld. 1, hlm. 179; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 137; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290. </ref>
Berdasarkan pendapat masyhur, ia dikuburkan di “Bab al-Saghir” Damisyq. <ref> Thusi, Rijal, hlm. 9; Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 433, 476-479. </ref> <ref>Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damaskus, jld. 10, hlm. 480; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 137; Dzahabi, Siyar A'lam al- Nubala, jld. 1, hlm. 359-360. </ref> Sebagian mencatat ia dikuburkan di pintu Keisan Dayya dan pintu Arbain [[Halab]]. <ref>Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 291. </ref> Namun Mazzi memberikan kemungkinan bahwa seseorang yang dikuburkan di Halab adalah Khalid, saudara Bilal. <ref>Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 137; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290. </ref>


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Baris 41: Baris 41:


==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
{{referensi}}
*Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, cet. Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Qahirah, 1385/1965-1967, cet Ofset Beirut  
*Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, cet. Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Qahirah, 1385/1965-1967, cet Ofset Beirut  
*Usdul Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah, cet. Muhammad Ibrahim Bina dan Muhammad Ahmad Asyur, Ibnu Atsir, Qahirah, 1970-1973.
*Usdul Ghabah fi Ma'rifah al-Shahabah, cet. Muhammad Ibrahim Bina dan Muhammad Ahmad Asyur, Ibnu Atsir, Qahirah, 1970-1973.
*Ibnu Atsir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Beirut, 1399-1402/1982-1979.
*Ibnu Atsir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Beirut, 1399-1402/1982-1979.
*Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, cet. Suhail Zakar, Beirut, 1398 H.
*Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, cet. Suhail Zakar, Beirut, 1398 H.
Baris 49: Baris 50:
*Ibnu hajar Asqalani, Al-Ashabah fi Tamiz al-Shahabah, cet. Ali Muhammad Bijawi, Berut, 1412 H/1992.
*Ibnu hajar Asqalani, Al-Ashabah fi Tamiz al-Shahabah, cet. Ali Muhammad Bijawi, Berut, 1412 H/1992.
*Ibnu Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut, tanpa tanggal.
*Ibnu Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut, tanpa tanggal.
*Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat al-Kubra, Beirut, 1405/1985.  
*Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, Beirut, 1405/1985.  
*Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, cet. Hasyim Rasuli Mahalati, Qum,1379.
*Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, cet. Hasyim Rasuli Mahalati, Qum,1379.
*Ibnu Abdul Barr, Al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashhab, cet. Ali Muhammad Bijawi, Qahirah, 1380(1960)
*Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab fi Ma'rifah al-Ashhab, cet. Ali Muhammad Bijawi, Qahirah, 1380(1960)
*Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, Cet. Ali Syiri, Beirut, 1415/1995, Ibnu Asakir
*Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, Cet. Ali Syiri, Beirut, 1415/1995, Ibnu Asakir
*Ibnu Fahd Hilli, Iddah Da’i wa Najah al-Sa’i, Ahmad Muwahidi Qumi, Beirut, 1407/1987.
*Ibnu Fahd Hilli, Iddah Da'i wa Najah al-Sa'i, Ahmad Muwahidi Qumi, Beirut, 1407/1987.
*Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma’arif, cet. Feridand Wustanfalad, Guting, 1850.
*Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, cet. Feridand Wustanfalad, Guting, 1850.
*Ibnu Hisaym, Al-Sirah al-Nabawiyah, cet. Suhail Zakar, Beirut, 1412/1992.
*Ibnu Hisaym, Al-Sirah al-Nabawiyah, cet. Suhail Zakar, Beirut, 1412/1992.
*Abul Futuh Razi, Husain bin Ali, Tafsir Ruh al-Jinan, cet. Abul Hasan Sya’rani dan Ali Akbar Ghafari, Tehran, 1382-1387.
*Abul Futuh Razi, Husain bin Ali, Tafsir Ruh al-Jinan, cet. Abul Hasan Sya'rani dan Ali Akbar Ghafari, Tehran, 1382-1387.
*Abu Na’im, Ahmad bin Abdullah, Hilyah al-Auliya wa Thabaqat al-Asyfiya, Beirut, 1387/1967.
*Abu Na'im, Ahmad bin Abdullah, Hilyah al-Auliya wa Thabaqat al-Asyfiya, Beirut, 1387/1967.
*Imam Askari, Hasan bin Ali (Tafsir, Qum, 1409)
*Imam Askari, Hasan bin Ali (Tafsir, Qum, 1409)
*Amin, Muhsin, A’yan al-Syiah, cet. Hasan Amin, Beirut, 1403/1983.
*Amin, Muhsin, A'yan al-Syiah, cet. Hasan Amin, Beirut, 1403/1983.
*Tastari, Muhammad Taqi, Qamus al-Rijal, 1410 H.
*Tastari, Muhammad Taqi, Qamus al-Rijal, 1410 H.
*Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali, Tarikh Baghdad, Beirut, tanpa tanggal.
*Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali, Tarikh Baghdad, Beirut, tanpa tanggal.
*Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Siyar A’lam al- Nubala, Cet. Husain Asad, Beirut, 1402/1982.
*Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Siyar A'lam al- Nubala, Cet. Husain Asad, Beirut, 1402/1982.
*Zargari Nejad, Ghulam Husain, Tarikh Sadr Islam, Tehran, Intisyarat Semat, 1387.
*Zargari Nejad, Ghulam Husain, Tarikh Sadr Islam, Tehran, Intisyarat Semat, 1387.
*Zamakhsyari, Mahmud bin Umar, Al-Kasyaf, cet. Musthafa Husain Ahmad Beirut, 1406 H.
*Zamakhsyari, Mahmud bin Umar, Al-Kasyaf, cet. Musthafa Husain Ahmad Beirut, 1406 H.
Baris 71: Baris 72:
*Thusi, Muhamad bin Hasan, Al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, cet. Ahmad Habib Qushair Amili, Qum, 1409.
*Thusi, Muhamad bin Hasan, Al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, cet. Ahmad Habib Qushair Amili, Qum, 1409.
*Thusi, Muhammad bin Hasan, Rjal al-Thusi, Najaf, 1380/1961.
*Thusi, Muhammad bin Hasan, Rjal al-Thusi, Najaf, 1380/1961.
*Amili, Ja’far Murtadha, Al-Sahih min Sirah Nabi A’dham, Qum, 1403.
*Amili, Ja'far Murtadha, Al-Sahih min Sirah Nabi A'dham, Qum, 1403.
*Fattal Neisyaburi, Muhammad bin Hasan, Raudhah al-Wa’idzin, cet. Husain A’lami, Beirut, 1406/1986.
*Fattal Neisyaburi, Muhammad bin Hasan, Raudhah al-Wa'idzin, cet. Husain A'lami, Beirut, 1406/1986.
*Qutb Rawandi, Sa’id bin Habatullah, Al-Kharaij wa al-Jaraih, Qum, 1405 H.
*Qutb Rawandi, Sa'id bin Habatullah, Al-Kharaij wa al-Jaraih, Qum, 1405 H.
*Qumi, Abas, Safinah al-Bihar fi Madinah al-Hakam wa al-Atsar, Beirut.
*Qumi, Abas, Safinah al-Bihar fi Madinah al-Hakam wa al-Atsar, Beirut.
*Qumi, Abas, Muntaha al-Amal, Qum, Dalil, 1379 S.
*Qumi, Abas, Muntaha al-Amal, Qum, Dalil, 1379 S.
*Kasyi, Muhammad bin Umar Ikhtiyar Ma’rifah al-Rijal, Muhammad bin Hasan Thusi, cet. Hasan Musthafawi, Masyhad, 1348 S.
*Kasyi, Muhammad bin Umar Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, Muhammad bin Hasan Thusi, cet. Hasan Musthafawi, Masyhad, 1348 S.
*Muzzi, Yusuf bin Abdurahman, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, cet. Bisyar Awwad Ma’ruf, Beirut, 1403-1405/1983-1985.
*Muzzi, Yusuf bin Abdurahman, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, cet. Bisyar Awwad Ma'ruf, Beirut, 1403-1405/1983-1985.
*Mufid, Muhammad bin Muhammad, Al-Ihtishash, cet. Ali Akbar Ghifari, Qum, Tanpa tahun.
*Mufid, Muhammad bin Muhammad, Al-Ihtishash, cet. Ali Akbar Ghifari, Qum, Tanpa tahun.
*Nuri, Husain bin Muhammad Taqi, Nafas al-Rahman fi Fadhail Salman Radhiyallahu anhu, cet Jawad Qayumi, Tehran, 1369 S.
*Nuri, Husain bin Muhammad Taqi, Nafas al-Rahman fi Fadhail Salman Radhiyallahu anhu, cet Jawad Qayumi, Tehran, 1369 S.
*Nuri, Yuhain bin Syara, Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, Tehran, Tanpa tanggal.
*Nuri, Yuhain bin Syara, Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, Tehran, Tanpa tanggal.


{{akhir}}


==Pranala Luar==
*[[Danesy Name Jahan Islam]]
*[[Dairah Ma’arif Busurg Islami]]
*[[Mardan Buzurg Islami: Bilal Habasya Muadzin Payambar]]
[[ar:بلال بن رباح الحبشي]]
[[ar:بلال بن رباح الحبشي]]
[[fa:بلال حبشی]]
[[fa:بلال حبشی]]
[[en:Bilal b. Rabah]]
[[en:Bilal b. Rabah]]
[[es:Bilal Ibn Rabah]]
[[es:Bilal Ibn Rabah]]

Revisi per 19 Oktober 2016 14.50

Bilal bin Rabah (Bahasa Arab:بلال بن رباح) terkenal dengan Bilal al-Habasyi (بلال الحبشی) (w 17as-21 H) adalah seorang sahabat dan Muadzin Nabi Muhammad Saw. Ia termasuk golongan orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Ia adalah orang yang dipercaya untuk mengurus uang di baitul mal di masa Nabi. Ia turut serta dalam semua peperangan Nabi. Setelah Rasul wafat, meskipun ia masih hidup, namun ia tidak mengumandangkan azan untuk siapa pun kecuali hanya dalam beberapa kesempatan. Ia dikuburkan di Pemakaman Bab Saghir Damaskus.

Julukan

Keluarga Bilal berasal dari Naubah (sebuah tempat di sebelah utara Sudan dan sebelah selatan Mesir).[1] Ayah Bilal termasuk tawanan Habasyah. [2] Ia sendiri berasal dari keluarga Bani Jumah atau Sarah (penduduk Mekah dan lahir dari keluarga budak. [3] Sebagian menulis bahwa tahun kelahirannya adalah tiga tahun setelah Tahun Gajah. [4] Karena nama Ibundanya adalah Hamamah, maka ia juga terkenal dengan nama Ibnu Hamamah. [5] Julukan yang paling masyhur baginya adalah Abu Abdillah. Terdapat pula julukan-julukan lainnya bagi Bilal. [6] Dikatakan bahwa nasabnya berasal dari Habasyi, Qurasyi dan Taimi. [7] Bilal memiliki perawakan tinggi, kurus, kulit sangat coklat, bungkuk, rambut panjang dan berwarna abu-abu serta memiliki wajah yang elok. [8]

Pemuka dalam Islam

Ia termasuk golongan orang-orang yang pertama kali memeluk Islam. [9] Atas jalan yang dipilihnya, ia banyak disiksa oleh kaum kafir Mekah khususnya Umayyah bin Khalaf yang merupakan tuannya, namun ia sangat teguh dengan agama pilihannya. [10]

Bebas dari perbudakan

Setelah berbulan-bulan bersabar atas kesusahan dan kepedihan yang menimpa, Bilal akhirnya merdeka. Sekelompok orang menilai bahwa yang memerdekan Bilal adalah Abu Bakar namun jika ditinjau dari segi sejarah yang ada maka hal ini tidak mungkin. Abu Ja'far Iskafi, guru Ibnu Abil Hadid menukilkan dari Waqidi, Ibnu Ishak dan lainnya bahwa yang memerdekakan Bilal adalah Nabi Muhammad Saw. [11] Syaikh Thusi [12] dan Ibnu Syahr Asyub [13] juga menulis bahwa Bilal dibebaskan oleh Nabi Muhammad Saw. Nukilan kata-kata dari Nabi bahwa: “Jika aku memiliki kekayaan, maka aku akan membeli dan membebaskan Bilal [14] bertentangan dengan kenyataan sejarah karena Khadijah telah memberikan semua kekayaannya untuk digunakan di jalan Allah oleh Nabi Saw, disamping bahwa kemampuan perekonomian Abu Bakar tidak begitu mampu untuk membeli dan membebaskan budak yang berada dibawah siksaan tuannya, diantaranya Bilal. [15]

Penolong Dekat Nabi Muhammad Saw

Setelah merdeka, ia bergabung dengan kaum muslimin dan menjadi muadzin Islam pertama. Ia selalu berada di samping Nabi Saw baik ketika beliau berada dalam keadaan safar maupun tidak. [16] Ia termasuk orang-orang yang mulia dan orang yang dekat dengan Nabi Saw. [17] Bilal juga menjadi bendahara baitul mal Nabi Muhammad Saw. [18] Ia selalu hadir dalam semua perang Nabi. [19] Dalam Perang Badar, ia memberi isyarat kepada kaum Muslimin untuk membunuh Umayah bin Khalaf dan anaknya. [20] Menurut laporan sejarah, Bilal sendiri yang membunuh Umayah. [21] Nabi Muhammad Saw di Madinah menjalinkan akad persaudaraan antara Bilal dan Abdullah bin Abdur Rahman Khats'ami. [22] Menurut Ibnu Hisyam (w. 218 H) hingga Bilal masih hidup, pengadilan Habasyah dan Khats'am adalah satu. [23] Sebagian menuliskan bahwa akad persaudaraannya dengan Ubaidah bin Harits [24] dan atau dengan Abu Ubaidah bin Jarah. [25] Akad persaudaraan ini kemungkinan berkaitan dengan akad persaudaraan sebelum Hijrah ke Madinah.

Pengumandang Adzan

Bilal adalah muadzin pertama Islam. Dinukilkan bahwa ia melafadzkan huruf “syin” dengan “sin” dan dalam riwayat diberitakan bahwa bacaan “sin” yang dibacakan oleh Bilal dihadapan Allah adalah “syin”. [26] Pada hari Fathu Makkah Bilal berdasarkan perintah Nabi Muhammad Saw berdiri di atas Ka'bah dan mengumandangkan adzan dengan suara yang sangat lantang. Orang-orang kafir Mekah sangat marah dengan peristiwa ini. [27]

Setelah Nabi Muhammad Saw

Setelah Nabi Saw meninggal, Bilal tidak lagi mengumandangkan adzan selain hanya beberapa kali. [28] Salah satunya adalah ketika Sayidah Fatimah As memintanya, namun karena hal ini menjadikan Sayidah Fatimah ingat akan kesusahan yang menimpa setelah wafat ayahnya bahkan beliau sampai sakit karenanya, maka Bilal dengan terpaksa menghentikan alunan adzannya. [29] Waktu lain yang ia kumandangkan adalah ketika ia berziarah kuburan Nabi Muhammad Saw di Madinah dan Imam Husain As memintanya untuk mengumandangkan adzan dan Bilalpun mengiyakannya. Kejadian ini memberikan kesan yang mendalam bagi masyarakat Madinah. [30] Terakhir kali adalah ketika khalifah kedua meninggalkan Madinah dan akan pergi ke Syam (berdasarkan perkataan Thabari terjadi pada tahun 17 H) di Jabiyah, kaum Muslimin meminta Bilal mengumandangkan adzan, Bilal pun mengiyakannya dan semua orang menangis karena mengingat masa-masa Rasulullah. [31] Sumber-sumber sejarah mengatakan sebab-sebab yang menjadikan Bilal tidak lagi mengumandangkan adzan setelah Nabi Muhammad Saw wafat dan ia meninggalkan Madinah dan menuju Syam adalah karena ia memahami fadhilah jihad dan selalu ingin berjuang. Ia hijrah ke Syam pada masa kekhalifahan Abu Bakar [32] atau Umar bin Khatab [33], namun tidak tercatat kehadiran Bilal pada peperangan dan futuhat. [34] Dari sebagian sumber dapat dipahami bahwa ia pergi ke Syam karena protes atas sebuah suatu peristiwa yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. [35]

Perawi Hadis-hadis Nabi Muhammad Saw

Bilal juga merupakan perawi hadis dan sejumlah sahabat dan tabiun meriwayatkan hadis darinya. [36] Sebagai contoh, ia dalam hadis yang cukup panjang meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad Saw tentang fadhilah adzan. [37]

Kedudukan Bilal

Terdapat banyak riwayat dari Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan tentang keutamaan Bilal misalnya bahwa Bilal termasuk golongan pendahulu dan orang-orang yang pertama masuk Islam, [38] ia adalah penghulu para muadzin [39], Surga menanti kedatangan tiga orang: Ali, Ammar dan Bilal [40]; Tiga orang berkulit hitam merupakan penghulu surga: Lukman Hakim, Najasyi dan Bilal [41] dan juga doa Nabi untuknya karena ia telah menolong Sayidah Fatimah dalam hal pekerjaan rumah. [42] Imam Ali As juga menilai bahwa Bilal adalah orang-orang yang terdahulu dalam memeluk Islam. [43] Imam Ali juga memuji keikhlasan dan kebersihan jiwa Bilal. [44] Imam Sajad As juga memuji Bilal dan menukilkan argumentasinya dalam menjawab keutamaan-keutamaan Imam Ali As dihadapan musuh-musuhnya. [45] Imam Shadiq As menyebut Bilal sebagai hamba saleh [46] dan pecinta Ahlul Bait As. [47] Menurut nukilan dari para mufasir, beberapa ayat turun karena Bilal dan para sahabatnya: Nisa ayat 59 [48], An'am ayat 52 [49], Nahl ayat 110 [50], Kahf ayat 28 [51], Hujurat ayat 11 dan 12. [52]

Pernikahan dan Putra-putra

Terdapat banyak laporan mengenai pernikahan Bilal. Baladzuri dalam melaporkan pernikahan Bilal, menulis ia menikah dengan putri dari Bani Zuhrah atau putri dari Bani Kananah menurut laporan yang lain. [53] Demikian juga dikatakan bahwa Bilal bersama saudaranya dalam perjalanan untuk rencana pernikahannya. Ketika terjadi pelamaran, ia mengenalkan dirinya dengan mengatakan: Aku adalah Bilal dan laki-laki ini adalah saudaraku, kami berdua adalah para budak dari Habasyah. Kami adalah orang-orang yang tersesat sehingga Allah mengkaruniakan jalan hidayah bagi kami. Kami adalah budak yang dimerdekakan oleh Allah. Apabila Anda memberikan putri-putri Anda, Alhamdulillah dan jika tidak… Allahu Akbar keluarga pihak perempuan, sebelum menjawab pinangan Bilal pergi menemui Rasululullah meminta pendapat. Nabi Muhammad Saw telah merekomendasikan Bilal kepada mereka sebanyak tiga kali dan berkata: Siapa lagi yang lebih baik darinya, seseorang yang merupakan ahli surga? [54] Meskipun sebagian penulis memberitakan bahwa Bilal tidak mempunyai anak [55] namun Sakhawi dalam kitabnya, menulis bahwa Bilal memiliki anak bernama Umar yang merupakan penolongnya. [56] Ibnu Katsir juga menuliskan bahwa Hilal bin Abdurahman berasal dari keturunan Sulaiman bin Bilal, muadzin Nabi Muhammad Saw. [57]

Wafat

Sebagian sumber-sumber sejarah menuliskan bahwa ia meninggal pada tahun 20 H setelah Hijrah di Damaskus. [58] Namun di sumber-sumber rujukan lainnya ditulis pada tahun-tahun 17,18 dan 21 setelah Hijrah. [59] Dan disebagian rujukan sejarah dijelaskan secara terang bahwa ia meninggal karena wabah penyakit yang tersebar kala itu. [60] Berdasarkan pendapat masyhur, ia dikuburkan di “Bab al-Saghir” Damisyq. [61] [62] Sebagian mencatat ia dikuburkan di pintu Keisan Dayya dan pintu Arbain Halab. [63] Namun Mazzi memberikan kemungkinan bahwa seseorang yang dikuburkan di Halab adalah Khalid, saudara Bilal. [64]

Catatan Kaki

  1. Al-Wafi, jld. 21, hlm. 114
  2. Ibnu Atsir, Al-Kamil, jld. 1, hlm. 66.
  3. Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 505; Ibnu Sa'ad, jld. 3, hlm. 232.
  4. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Abdul Barr, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 475.
  5. Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, hlm. 191; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ishabah, jld. 1, hlm. 32.
  6. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3; Ibnu Qutaibah, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 178' Rijal, hlm. 8; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136.
  7. Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag. 1, juz 1, hlm. 136, Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290.
  8. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238-239; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180.
  9. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 4, hlm. 215; Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 404; Thabarai, Tarikh, jld. 2, hlm. 315.
  10. Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 210-211; Thabari, Tarikh, jil 2, hlm. 452; Abu Nu'aim, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 148.
  11. Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, jld. 13, hlm. 273; Tastari, Qamus al-Rijal, jld. 2, hlm. 393.
  12. Thusi, Rijal, hlm. 8.
  13. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 1, hal 171.
  14. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243; Dzahabi, Sir I'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 352.
  15. Amili, Al-Sahih, jld. 2, hlm. 36038, 277-383; jld. 1, hlm. 211; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181; Ibnu Atsir, Al-Kamil, jld. 2, hlm. 66-67; Dzahabi, Sir I'lam al-Nubala, jld. 1, hlm. 352.
  16. Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, hlm. 299; Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 2, hlm. 136-137, 177-179, jld. 3, hlm. 234; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 2, hlm. 66-67.
  17. Ibnu Hanbal, Musnad, jld. 1, hlm. 148; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 452.
  18. Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243.
  19. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 239; Ibnu Abdul Barr, al-Isti'ab, jld.1, hlm. 178; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damaskus, jld. 10, hlm. 433.
  20. Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 531; Tarikh, jld. 2, hlm. 452-453.
  21. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 182; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 243.
  22. Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 355.
  23. Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 356; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88.
  24. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 51; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 178.
  25. Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ashabah, jld. 1, hlm. 326, Qumi.
  26. Qumi, Muntaha al-Amal.
  27. Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 5, hlm. 136; Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, 466; Quthub Rawandi, Al-Kharaij al-Jaraih, jld.1 , hlm. 97-98, 163-164.
  28. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 236-237; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88, Ibnu babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 184; Mufid, Al-Ihtisas, hlm. 73.
  29. Ibnu Babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 194.
  30. Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244-245; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 289.
  31. Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88, Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 65-66; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 470-471.
  32. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 236-237; Ibnu Qutaibahm Kitab al-Maarif, hlm. 88, Abu Na'im, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 150-151; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 181.
  33. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180-181; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 467; Ibnu Asakir, A'yan al-Syiah, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244.
  34. Amin, A'yan al-Syiah, jld. 3, hlm. 605.
  35. Nuri, Nafs al-Rahman, hlm. 379; Qumi, Safinah al-Bihar, jld. 1, hlm. 104-105.
  36. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 7, hlm. 509; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 180; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 429, 435; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Tarikh Damisyq, jld. 10, hlm. 429, 439; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Nuri, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 136-137; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 288-289.
  37. Ibnu Babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 1, hlm. 189-194; Fattal Neisyaburi, Raudhah al Wa'idzin, jld. 2, hlm. 343-345.
  38. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubrah, jld. 3, hlm. 232; Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 149.
  39. Abu Na'im, Hilyah al-Auliya, jld. 1, hlm. 147; Dzahabi, Siyar A'lam al- Nubala, jld. 1, hlm. 355.
  40. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 451' Safadi, Kitab al-Wafi, jld. 10, hlm. 276.
  41. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dmaisyq, jld. 10, hlm. 462.
  42. Warram, jld. 2, hlm. 230.
  43. Ibnu Babuwaih, Al-Hisal, jld. 1, hlm. 312; Fattal Neisyaburi, Raudhah al-Wa'idhin, jld. 2, hlm. 307.
  44. Ibnu Fahd Hilli, Iddah al-Da'i, hlm. 27.
  45. Tafsir Imam Hasan Askari, hal 621-623.
  46. Kasyi, Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, hlm. 39.
  47. Mufid, Al-Ikhtishash, hlm. 73.
  48. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 3, hlm. 87.
  49. Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 3, hlm. 87.
  50. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 248; Thusi, Al-Tibyan, jld. 6, hlm. 631.
  51. Shafasi, Kitab al-Wafi, jld. 10, hlm. 276.
  52. Zamakhsyari, Al-Kasyaf, jld. 4, hlm. 370; Abul Futuh Razi, Tafsir Ruh al-Jinan, jil 10, hlm. 253; Thabarsi, Majma' al-Bayan, jld. 5, hlm. 136; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 466.
  53. Ansab al-Asyraf, jld. 1, hlm. 189 (Cet Zakar, jld. 1, hlm. 214)
  54. Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 571.
  55. Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 431; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244.
  56. Sakhawi, Al-Tuhfah al-Latifah, hlm. 21.
  57. Al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 12, hlm. 195.
  58. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, hlm. 88; Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 112; Khatib Baghadadi, Tarikh Baghdad, jld. 1, hlm. 184.
  59. Thusi, Rijal, hlm. 8; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 433, 476-479; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244.
  60. Thusi, Rijal, hlm. 8; Ibnu Asakir, Tarikh Damisyq, jld. 10, hlm. 467; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290; Ibnu Hajar Asqalani, Al-Ashabah, jld. 1, hlm. 327.
  61. Thusi, Rijal, hlm. 9; Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 238; Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, jld. 10, hlm. 433, 476-479.
  62. Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damaskus, jld. 10, hlm. 480; Ibnu Atsir, Usdul Ghabah, jld. 1, hlm. 244; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 137; Dzahabi, Siyar A'lam al- Nubala, jld. 1, hlm. 359-360.
  63. Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 291.
  64. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab, jld. 1, hlm. 179; Nawawi, Tahdzib al-Asma, bag 1, juz 1, hlm. 137; Mazzi, Tahdzib al-Kamal, jld. 4, hlm. 290.

Daftar Pustaka

  • Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, cet. Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Qahirah, 1385/1965-1967, cet Ofset Beirut
  • Usdul Ghabah fi Ma'rifah al-Shahabah, cet. Muhammad Ibrahim Bina dan Muhammad Ahmad Asyur, Ibnu Atsir, Qahirah, 1970-1973.
  • Ibnu Atsir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Beirut, 1399-1402/1982-1979.
  • Ibnu Ishaq, Kitab al-Sirah, cet. Suhail Zakar, Beirut, 1398 H.
  • Ibnu Babuwaih, Kitab Al-Khishal, Cet. Ali Akbar Ghifari, Qum, 1362 S.
  • Ibnu Babuwaih, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, cet. Ali Akbar Ghafari, Beirut, 1401 H.
  • Ibnu hajar Asqalani, Al-Ashabah fi Tamiz al-Shahabah, cet. Ali Muhammad Bijawi, Berut, 1412 H/1992.
  • Ibnu Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut, tanpa tanggal.
  • Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqat al-Kubra, Beirut, 1405/1985.
  • Ibnu Syahr Asyub, Manaqib Ali Abi Thalib, cet. Hasyim Rasuli Mahalati, Qum,1379.
  • Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'ab fi Ma'rifah al-Ashhab, cet. Ali Muhammad Bijawi, Qahirah, 1380(1960)
  • Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Damisyq, Cet. Ali Syiri, Beirut, 1415/1995, Ibnu Asakir
  • Ibnu Fahd Hilli, Iddah Da'i wa Najah al-Sa'i, Ahmad Muwahidi Qumi, Beirut, 1407/1987.
  • Ibnu Qutaibah, Kitab al-Ma'arif, cet. Feridand Wustanfalad, Guting, 1850.
  • Ibnu Hisaym, Al-Sirah al-Nabawiyah, cet. Suhail Zakar, Beirut, 1412/1992.
  • Abul Futuh Razi, Husain bin Ali, Tafsir Ruh al-Jinan, cet. Abul Hasan Sya'rani dan Ali Akbar Ghafari, Tehran, 1382-1387.
  • Abu Na'im, Ahmad bin Abdullah, Hilyah al-Auliya wa Thabaqat al-Asyfiya, Beirut, 1387/1967.
  • Imam Askari, Hasan bin Ali (Tafsir, Qum, 1409)
  • Amin, Muhsin, A'yan al-Syiah, cet. Hasan Amin, Beirut, 1403/1983.
  • Tastari, Muhammad Taqi, Qamus al-Rijal, 1410 H.
  • Khatib Baghdadi, Ahmad bin Ali, Tarikh Baghdad, Beirut, tanpa tanggal.
  • Dzahabi, Muhammad bin Ahmad, Siyar A'lam al- Nubala, Cet. Husain Asad, Beirut, 1402/1982.
  • Zargari Nejad, Ghulam Husain, Tarikh Sadr Islam, Tehran, Intisyarat Semat, 1387.
  • Zamakhsyari, Mahmud bin Umar, Al-Kasyaf, cet. Musthafa Husain Ahmad Beirut, 1406 H.
  • Sakhawi, Muhammad, Al-Tahifah al-Lathifah, Beirut, 993 M.
  • Safadi, Khalil bin Aibak, Kitab al-Wafi bi al-Wafiyat, cet. Jakelin Sulh wa Ali Amarah, Wisabadan, 1400.1980.
  • Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Majma al-Bayan fi Tafsir al-Quran, cet. Ahmad Arif Zain, Saida, 1333/1356/1914-1937.
  • Thabari Muhammad bin Jarir, Tarikh Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, cet. Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Beirut, 1482-1387/1962-19767.
  • Thusi, Muhamad bin Hasan, Al-Tibyan fi Tafsir al-Quran, cet. Ahmad Habib Qushair Amili, Qum, 1409.
  • Thusi, Muhammad bin Hasan, Rjal al-Thusi, Najaf, 1380/1961.
  • Amili, Ja'far Murtadha, Al-Sahih min Sirah Nabi A'dham, Qum, 1403.
  • Fattal Neisyaburi, Muhammad bin Hasan, Raudhah al-Wa'idzin, cet. Husain A'lami, Beirut, 1406/1986.
  • Qutb Rawandi, Sa'id bin Habatullah, Al-Kharaij wa al-Jaraih, Qum, 1405 H.
  • Qumi, Abas, Safinah al-Bihar fi Madinah al-Hakam wa al-Atsar, Beirut.
  • Qumi, Abas, Muntaha al-Amal, Qum, Dalil, 1379 S.
  • Kasyi, Muhammad bin Umar Ikhtiyar Ma'rifah al-Rijal, Muhammad bin Hasan Thusi, cet. Hasan Musthafawi, Masyhad, 1348 S.
  • Muzzi, Yusuf bin Abdurahman, Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal, cet. Bisyar Awwad Ma'ruf, Beirut, 1403-1405/1983-1985.
  • Mufid, Muhammad bin Muhammad, Al-Ihtishash, cet. Ali Akbar Ghifari, Qum, Tanpa tahun.
  • Nuri, Husain bin Muhammad Taqi, Nafas al-Rahman fi Fadhail Salman Radhiyallahu anhu, cet Jawad Qayumi, Tehran, 1369 S.
  • Nuri, Yuhain bin Syara, Tahdzib al-Asma wa al-Lughat, Tehran, Tanpa tanggal.