Pengguna anonim
Zubair bin 'Awwam: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Rezvani k (پیوند میان ویکی در ویکی داده و حذف از مبدا ویرایش) |
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 27: | Baris 27: | ||
| Tempat Tinggal =[[Mekkah]]• [[Madinah]]• Habasyah | | Tempat Tinggal =[[Mekkah]]• [[Madinah]]• Habasyah | ||
| Wafat/Syahadah = | | Wafat/Syahadah = | ||
| Penyebab Wafat /Syahadah = Dibunuh oleh Amr bin Jurmuz pada [[ | | Penyebab Wafat /Syahadah = Dibunuh oleh Amr bin Jurmuz pada [[perang Jamal]] | ||
| Tempat dimakamkan =Bashrah, Irak | | Tempat dimakamkan =Bashrah, Irak | ||
| Terkenal untuk | | Terkenal untuk | ||
Baris 36: | Baris 36: | ||
| Hijrah ke =Habasyah• Madinah | | Hijrah ke =Habasyah• Madinah | ||
| Terkenal sebagai = | | Terkenal sebagai = | ||
| Peran utama =Orang yang menolak keputusan [[Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah|Sidang Saqifah]]• Anggota [[Syura Enam Orang]]• Andil dalam pembunuhan [[Utsman bin Affan]]• Andil dalam [[ | | Peran utama =Orang yang menolak keputusan [[Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah|Sidang Saqifah]]• Anggota [[Syura Enam Orang]]• Andil dalam pembunuhan [[Utsman bin Affan]]• Andil dalam [[perang Jamal]] melawan [[Imam Ali as]] | ||
| Aktivitas lain = | | Aktivitas lain = | ||
| Karya penting = | | Karya penting = | ||
}} | }} | ||
'''Zubair bin Awwam bin Khuwailid''' (bahasa Arab:{{ia|لزُبَیر بن العَوّام بن خُوَیلِد)}} adalah salah seorang sahabat [[Nabi Muhammad saw]] sekaligus keponakan [[Sayidah Khadijah sa]], istri Nabi saw. Zubair masuk [[Islam]] pada umur 8 atau 15 tahun. Dia hampir selalu menyertai Nabi saw. Setelah Nabi Muhammad saw wafat, Zubair menolak [[Peristiwa Saqifah]] (tempat musyawarah untuk menunjuk pengganti Nabi saw). Ia teguh dalam mendukung dan membela hak kekhalifahan [[Imam Ali as]], termasuk berkali-kali melakukan debat dengan [[Umar bin Khattab]]. Dia adalah salah seorang dari [[Syura Enam Orang|enam ahli syura]] yang ditunjuk Khalifah Umar untuk memusyawarahkan penggantinya. Dalam sidang syura Zubair memberikan pilihannya untuk Imam Ali as. Dia terlibat dalam pembunuhan [[Utsman]]. Kemudian, di awal kekhalifahan Imam Ali as, bersama [[Thalhah]], [[Aisyah binti Abu Bakar|Aisyah]] dan pihak-pihak yang dikenal dengan golongan [[Nakitsin]], Zubair andil dalam [[ | '''Zubair bin Awwam bin Khuwailid''' (bahasa Arab:{{ia|لزُبَیر بن العَوّام بن خُوَیلِد)}} adalah salah seorang sahabat [[Nabi Muhammad saw]] sekaligus keponakan [[Sayidah Khadijah sa]], istri Nabi saw. Zubair masuk [[Islam]] pada umur 8 atau 15 tahun. Dia hampir selalu menyertai Nabi saw. Setelah Nabi Muhammad saw wafat, Zubair menolak [[Peristiwa Saqifah]] (tempat musyawarah untuk menunjuk pengganti Nabi saw). Ia teguh dalam mendukung dan membela hak kekhalifahan [[Imam Ali as]], termasuk berkali-kali melakukan debat dengan [[Umar bin Khattab]]. Dia adalah salah seorang dari [[Syura Enam Orang|enam ahli syura]] yang ditunjuk Khalifah Umar untuk memusyawarahkan penggantinya. Dalam sidang syura Zubair memberikan pilihannya untuk Imam Ali as. Dia terlibat dalam pembunuhan [[Utsman]]. Kemudian, di awal kekhalifahan Imam Ali as, bersama [[Thalhah]], [[Aisyah binti Abu Bakar|Aisyah]] dan pihak-pihak yang dikenal dengan golongan [[Nakitsin]], Zubair andil dalam [[perang Jamal]] melawan Imam Ali as. | ||
==Nasab== | ==Nasab== | ||
Silsilah Zubair adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin [[Qushay bin Kilab]] bin Murrah bin Ka’ab bin Luay al-Qurasyi al-Asadi. Sedangkan nama kunyahnya adalah Abu Abdillah. Dia merupakan anak dari saudara [[Sayidah Khadijah sa]]. Ayah Zubair, Awwam, terbunuh dalam [[ | Silsilah Zubair adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin [[Qushay bin Kilab]] bin Murrah bin Ka’ab bin Luay al-Qurasyi al-Asadi. Sedangkan nama kunyahnya adalah Abu Abdillah. Dia merupakan anak dari saudara [[Sayidah Khadijah sa]]. Ayah Zubair, Awwam, terbunuh dalam [[perang Fijar]].<ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Ma'arif'', matan, hlm. 219. </ref> Ibunya bernama Shafiah binti [[Abdul Muththalib]], bibi dari Nabi Muhammad saw dan Imam Ali as.<ref>Muqaddasi, ''al-Bada' wa al-Tarikh'', jld. 5, hlm. 85. </ref> | ||
Sebagian pihak berpendapat, sebenarnya keluarga Zubair berkebangsaan Mesir, bukan [[Quraisy]] asli. Mereka berdalil dengan suatu catatan yang menyebutkan bahwa Khuwailid pernah pergi ke Mesir dan kembali ke Mekah dengan membawa Awwam lalu diadopsi.<ref>Ibnu Abil Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', jld. 11, hlm. 67. </ref> | Sebagian pihak berpendapat, sebenarnya keluarga Zubair berkebangsaan Mesir, bukan [[Quraisy]] asli. Mereka berdalil dengan suatu catatan yang menyebutkan bahwa Khuwailid pernah pergi ke Mesir dan kembali ke Mekah dengan membawa Awwam lalu diadopsi.<ref>Ibnu Abil Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', jld. 11, hlm. 67. </ref> | ||
==Menikah dengan Putri Abu Bakar== | ==Menikah dengan Putri Abu Bakar== | ||
Zubair menikah dengan putri [[Abu Bakar |Abu Bakar]] yang bernama Asma’.<ref>Sam’ani, al-Ansab, jld. 1, hlm. 217. </ref> Sebagian pihak menyebutkan, mereka adalah orang yang pertama kali melakukan [[nikah mut'ah|nikah | Zubair menikah dengan putri [[Abu Bakar |Abu Bakar]] yang bernama Asma’.<ref>Sam’ani, al-Ansab, jld. 1, hlm. 217. </ref> Sebagian pihak menyebutkan, mereka adalah orang yang pertama kali melakukan [[nikah mut'ah|nikah mut'ah]].<ref>''Al-'Aqd al-Farid'', jld. 4, hlm. 14. Thahawi, ''Syarh Ma'ani al-Atsar'', jld. 3, lhm. 24. Askari, ''Izdiwaje Muwaqat Dar Islam'', 5052. </ref> Setelah beberapa waktu Zubair menceraikan Asma’.<ref>Lih. Ibnu Sa’ad, Muhammad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 8, hlm. 253. Ibnu Qutaibah, Abdullah, ''al-Ma'arif'', hlm. 173. Ibnu Asakir, Ali, ''Tarikh Madinah Dimasyq'', hlm. 9, 16-18. </ref> Ada yang mengatakan, yang memaksanya untuk menceraikan istrinya adalah putranya sendiri, Abdullah.<ref>''Asadul Ghabah'', jld. 6, hlm. 10. </ref> Namun ada yang berpendapat, Zubair melukai Asma’ sehingga dia terpaksa harus meminta perlidungan pada [[Abdullah bin Zubair]] sampai akhir hayatnya.<ref>Ibid. </ref> | ||
==Masuk Islam== | ==Masuk Islam== | ||
Laporan sejarah menyebutkan, Zubair masuk [[Islam]] setelah Abu Bakar. Sebagian sejarawan berpendapat, saat masuk Islam usia Zubair masih 8 tahun.<ref>Muqaddasi, ''al- | Laporan sejarah menyebutkan, Zubair masuk [[Islam]] setelah Abu Bakar. Sebagian sejarawan berpendapat, saat masuk Islam usia Zubair masih 8 tahun.<ref>Muqaddasi, ''al-Bada wa al-Tarikh'', jld. 5, hlm. 83. </ref> Namun sebagian lain berpendapat, saat itu dia telah berusia 15 tahun.<ref>Ibnu Abdul Barr, ''al-Isti'ab'', jld. 2, hlm. 510. Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 2, hlm. 98. </ref> Menurut cerita, Zubair seumuran dengan [[Imam Ali as]].<ref>Ibnu Abdul Barr, ''al-Isti'ab'', jld. 2, hlm. 511. </ref> Jika benar maka tidak mungkin saat masuk Islam dia berusia 8 tahun, lebih tepatnya adalah 15 tahun. | ||
Sebagian sejarawan berpendapat, Zubair adalah orang kelima atau keenam yang masuk Islam.<ref>''Thabaqat'', Ibnu | Sebagian sejarawan berpendapat, Zubair adalah orang kelima atau keenam yang masuk Islam.<ref>''Thabaqat'', Ibnu Sa'ad, jld. 3, hlm. 75. </ref> Karena yang menceritakan tentang islamnya Zubair adalah cucunya sendiri yang bernama Hisyam bin Urwah bin Zubair,<ref>Ibnu Abi Syaibah, jld. 8, hlm. 450. Ibnu Sa'ad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 3, hlm. 75. </ref> karenanya ada kemungkinan hal itu terlalu dilebih-lebihkan.<ref>Fallah Zadeh, hlm. 123. </ref> | ||
==Di Zaman Nabi saw== | ==Di Zaman Nabi saw== | ||
===Sebelum Hijrah=== | ===Sebelum Hijrah=== | ||
Tidak banyak riwayat yang menceritakan tentang Zubair sebelum peristiwa [[hijrah]]. Hanya ada secuil cerita yang menyebutkan bahwa dia termasuk orang yang ikut [[hijrah ke Habasyah]].<ref>Tarikh Ibnu Khaldun, jld. 2, hlm. 415. </ref>Saat Zubair dan para [[Muhajirin]] lainnya berada di [[Habasyah]], tersebar isu bahwa orang-orang [[Quraisy]] telah masuk Islam. Sebab itu sebagian kaum Muhajirin kembali pulang ke [[Mekah]], termasuk Zubair.<ref>Ibid. </ref> | Tidak banyak riwayat yang menceritakan tentang Zubair sebelum peristiwa [[hijrah]]. Hanya ada secuil cerita yang menyebutkan bahwa dia termasuk orang yang ikut [[hijrah ke Habasyah]].<ref>''Tarikh Ibnu Khaldun'', jld. 2, hlm. 415. </ref>Saat Zubair dan para [[Muhajirin]] lainnya berada di [[Habasyah]], tersebar isu bahwa orang-orang [[Quraisy]] telah masuk Islam. Sebab itu sebagian kaum Muhajirin kembali pulang ke [[Mekah]], termasuk Zubair.<ref>Ibid. </ref> | ||
===Ikrar Persaudaraan=== | ===Ikrar Persaudaraan=== | ||
Baris 63: | Baris 63: | ||
===Ikut Perang=== | ===Ikut Perang=== | ||
Data sejarah menyebutkan, Zubair andil dalam [[ | Data sejarah menyebutkan, Zubair andil dalam [[perang Badar]],<ref>Sam'ani, al-Ansab, jld. 1, hlm. 216. Ibnu Sa’ad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 3, hlm. 77. </ref> [[Perang Uhud|Uhud]] dan [[Penaklukan Kota Mekah]].<ref>Ibnu Sa'ad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 3, hlm. 77. </ref> | ||
==Zubair dan Para Khalifah== | ==Zubair dan Para Khalifah== | ||
===Menolak Kekhalifahan Abu Bakar=== | ===Menolak Kekhalifahan Abu Bakar=== | ||
Setelah wafat [[Rasulullah saw]], Zubair adalah salah satu orang yang menolak [[Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah|Sidang Saqifah]]. Saat rumah [[Sayidah Fatimah sa]] diserang oleh sekelompok orang, Zubair mengangkat pedangnya dan menyerang mereka. Saat itu [[Khalid bin Walid]] melempar batu kepadanya dari belakang hingga pedangnya terjatuh. [[Umar]] mengambil pedang itu dan mematahkannya.<ref>Al-Ikhtishash, hlm. 186. ''Al-Imamah wa al-Siyasa''h, jld. 1, hlm. 28. </ref> | Setelah wafat [[Rasulullah saw]], Zubair adalah salah satu orang yang menolak [[Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah|Sidang Saqifah]]. Saat rumah [[Sayidah Fatimah sa]] diserang oleh sekelompok orang, Zubair mengangkat pedangnya dan menyerang mereka. Saat itu [[Khalid bin Walid]] melempar batu kepadanya dari belakang hingga pedangnya terjatuh. [[Umar]] mengambil pedang itu dan mematahkannya.<ref>''Al-Ikhtishash'', hlm. 186. ''Al-Imamah wa al-Siyasa''h, jld. 1, hlm. 28. </ref> | ||
Zubair adalah menantu [[Abu Bakar]] karena dia menikah dengan Asma’ binti Abu Bakar.<ref>Ibnu Abdul Barr, ''al- | Zubair adalah menantu [[Abu Bakar]] karena dia menikah dengan Asma’ binti Abu Bakar.<ref>Ibnu Abdul Barr, ''al-Isti'ab'', jld. 4, hlm. 1781. </ref> Namun kemudian dia menceraikannya, konon dia lakukan atas desakan putranya yang bernama Abdullah.<ref>''Al-Ishabah'', jld. 8, hlm. 13. </ref> | ||
===Cemooh Umar Tentang Zubair=== | ===Cemooh Umar Tentang Zubair=== | ||
Hubungan Zubair dengan khalifah kedua tidak begitu baik. Suatu malam Umar bersama [[Ibnu Abbas]] sedang mencari seseorang di [[Madinah]]. Saat pembicaraan menyinggung tentang Zubair, Umar berkata, ''"Dia itu orang yang tidak sabar dan garang. Saat sedang senang berlagak seperti orang mukmin, tapi kalau sedang marah seperti orang kafir. Kadang seperti manusia, kadang seperti setan"''.<ref> | Hubungan Zubair dengan khalifah kedua tidak begitu baik. Suatu malam Umar bersama [[Ibnu Abbas]] sedang mencari seseorang di [[Madinah]]. Saat pembicaraan menyinggung tentang Zubair, Umar berkata, ''"Dia itu orang yang tidak sabar dan garang. Saat sedang senang berlagak seperti orang mukmin, tapi kalau sedang marah seperti orang kafir. Kadang seperti manusia, kadang seperti setan"''.<ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 158. </ref> | ||
{{Syuro Enam Orang}} | {{Syuro Enam Orang}} | ||
===Terlibat Pembunuhan Utsman=== | ===Terlibat Pembunuhan Utsman=== | ||
Saat berlangsung musyawarah untuk memilih pengganti khalifah kedua, Zubair tidak memberikan suaranya untuk [[Utsman bin Affan|Utsman]]. Artinya dia tidak sejalan dengan Utsman. Utsman memberinya 600.000 dirham agar tidak mengusiknya.<ref>Ibnu | Saat berlangsung musyawarah untuk memilih pengganti khalifah kedua, Zubair tidak memberikan suaranya untuk [[Utsman bin Affan|Utsman]]. Artinya dia tidak sejalan dengan Utsman. Utsman memberinya 600.000 dirham agar tidak mengusiknya.<ref>Ibnu Sa'ad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 3, hlm. 79. </ref> Namun tak lama kemudian ternyata dia memprovokasi masyarakat supaya membunuh Utsman.<ref>Ibnu Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 47. Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 3, hlm. 56. </ref> | ||
==Zubair dan Kekhalifahan Imam Ali as== | ==Zubair dan Kekhalifahan Imam Ali as== | ||
Zubair adalah sepupu [[Imam Ali as]]. Hubungannya dengan Imam Ali as banyak mengalami pasang surut. Dulunya dia adalah salah seorang pembela Imam Ali as dalam menghadapi [[Peristiwa Saqifah]]. Dia juga sebagai saksi wasiat [[Sayidah Fatimah az-Zahra sa]],<ref>Shaduq, Man La | Zubair adalah sepupu [[Imam Ali as]]. Hubungannya dengan Imam Ali as banyak mengalami pasang surut. Dulunya dia adalah salah seorang pembela Imam Ali as dalam menghadapi [[Peristiwa Saqifah]]. Dia juga sebagai saksi wasiat [[Sayidah Fatimah az-Zahra sa]],<ref>Syekh Shaduq, ''Man La Yahdhuruhu al-Faqih'', jld. 4, hlm. 244. </ref> ikut hadir dalam proses pemakaman Sayidah Fatimah sa,<ref>Fattal Naisyaburi, ''Raudhah al-Wa'idhin'', jld. 1, hlm. 349. </ref> dan orang yang memberikan suaranya pada Imam Ali as saat berlangsungnya [[Syura Enam Orang|musyawarah yang beranggotakan enam orang]] dalam pemilihan khalifah. | ||
Setelah terbunuhnya Utsman, banyak orang berbondong-bondong datang ke rumah Imam Ali as, termasuk [[Thalhah]] dan Zubair. Mereka menyatakan siap mendukung dan membaiat Imam Ali as sebagai khalifah. Setelah banyak desakan akhirnya Imam Ali as menerima permintaan mereka.<ref>'' | Setelah terbunuhnya Utsman, banyak orang berbondong-bondong datang ke rumah Imam Ali as, termasuk [[Thalhah]] dan Zubair. Mereka menyatakan siap mendukung dan membaiat Imam Ali as sebagai khalifah. Setelah banyak desakan akhirnya Imam Ali as menerima permintaan mereka.<ref>Mufid, ''al-Jamal'', hlm. 130. </ref>Saat itu Zubair dan Thalhah menyatakan siap mengumpulkan dukungan dari pihak Muhajirin.<ref>''Tarikh Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 167. </ref> Namun tidak lama kemudian mereka berubah pikiran. Mereka menentang kekhalifahan Imam [[Imam Ali as].<ref>Ibid, hlm. 169. </ref> Ketika Zubair dan Thalhah mendengar bahwa [[Aisyah]] yang berada di [[Mekah]] juga tidak setuju atas terpilihnya Imam Ali as sebagai khalifah, mereka berencana keluar dari [[Madinah]] ke Mekah dengan dalih untuk berangkat [[umrah]]. Ketika mereka meninggalkan Madinah, Imam Ali as berkata, ''"Mereka tidak pergi untuk mengunjungi Baitullah, namun untuk berbuat makar dan melakukan pengkhianatan".''<ref>''Syarh Nahjul Balaghah'', jld. 1, hlm. 123. </ref> | ||
Zubair mengajak Aisyah berangkat ke [[Bashrah]] dengan pasukan yang banyak untuk melawan Imam Ali as. Setelah merampas harta warga Yaman oleh Ya'la bin Munabbih, secara resmi mereka menyatakan perlawanan terhadap Imam Ali as.<ref>Ibnu Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 63. </ref> | Zubair mengajak Aisyah berangkat ke [[Bashrah]] dengan pasukan yang banyak untuk melawan Imam Ali as. Setelah merampas harta warga Yaman oleh Ya'la bin Munabbih, secara resmi mereka menyatakan perlawanan terhadap Imam Ali as.<ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imamah wa al-Siyasah'', jld. 1, hlm. 63. </ref> | ||
===Peran Zubair Dalam Perang Jamal=== | ===Peran Zubair Dalam Perang Jamal=== | ||
Zubair adalah salah seorang yang bertanggung jawab atas terjadinya [[ | Zubair adalah salah seorang yang bertanggung jawab atas terjadinya [[perang Jamal]]. Pada tahun 36 H/656 dia dibantu [[Thalhah]] berhasil membujuk Aisyah supaya bersedia ikut berangkat ke Bashrah. Begitu tiba di Bashrah mereka melukai Utsman bin Hanif, gubernur Imam Ali as di Bashrah.<ref>Ibnu Abdul Barr, ''al-Isti'ab'', jld. 1, hlm. 366-369. Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 1, hlm. 251. </ref>Imam Ali as bersama pasukannya berangkat ke Bashrah untuk mengahadapi mereka. Setelah terjadi pertempuran sengit, perang itu dimenangkan pihak [[Imam Ali as]]. | ||
===Pertemuan Zubair dengan Imam Ali di Medan Perang=== | ===Pertemuan Zubair dengan Imam Ali di Medan Perang=== | ||
Saat kedua belah pasukan saling berhadapan, Imam Ali as memanggil Zubair. Mereka berdua bertemu dan berbicara di tengah antara dua kubu barisan pasukan. Saat itu Imam Ali as mengingatkan tentang pesan yang pernah disampaikan Rasulullah saw untuknya. | Saat kedua belah pasukan saling berhadapan, Imam Ali as memanggil Zubair. Mereka berdua bertemu dan berbicara di tengah antara dua kubu barisan pasukan. Saat itu Imam Ali as mengingatkan tentang pesan yang pernah disampaikan Rasulullah saw untuknya. | ||
Isi pesan tersebut adalah: Suatu hari di hadapan Imam Ali as, Rasulullah saw bertanya pada Zubair;''"Apakah engkau mencintai Ali?"'', Zubair menjawab, ''"Bagaimana aku tidak mencintainya".'' Rasulullah saw kembali bertanya,''"Bagaimana kau memeranginya dengan dhalim?!"''<ref>Tarikh Madinah Dimasyq | Isi pesan tersebut adalah: Suatu hari di hadapan Imam Ali as, Rasulullah saw bertanya pada Zubair;''"Apakah engkau mencintai Ali?"'', Zubair menjawab, ''"Bagaimana aku tidak mencintainya".'' Rasulullah saw kembali bertanya,''"Bagaimana kau memeranginya dengan dhalim?!"''<ref>Ibnu Asakir, ''Tarikh Madinah Dimasyq'', jld. 18, hlm. 409; Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 18, hlm. 123. </ref> | ||
Setelah mendengar hal itu Zubair meninggalkan medan perang.<ref>Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 9, hlm. 430. </ref> | Setelah mendengar hal itu Zubair meninggalkan medan perang.<ref>Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 9, hlm. 430. </ref> | ||
==Terbunuhnya Zubair== | ==Terbunuhnya Zubair== | ||
Begitu Zubair meninggalkan medan perang, Amr bin Jurmuz dan beberapa orang mengikuti lalu membunuhnya di tempat bernama Wadi al-Siba'.<ref>Thabari, Tarikh, jld. 4, hlm. 511. </ref> Setelah itu Amr menghadap pada Imam Ali as. Dia berkata pada penjaga, ''"Ijinkan masuk untuk pembunuh Zubair".'' Imam Ali as berkata:''"Ijinkan dia masuk dan berikan hadiah neraka padanya".''<ref>Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 3, hlm. 254. </ref> [[Rasulullah saw]] bersabda tentang pembunuh Zubair, ''"Tempat pembunuh Zubair adalah neraka".''<ref>Ibnu Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, jld. 18, hlm. 421. </ref> | Begitu Zubair meninggalkan medan perang, Amr bin Jurmuz dan beberapa orang mengikuti lalu membunuhnya di tempat bernama Wadi al-Siba'.<ref>Thabari, ''Tarikh Thabari'', jld. 4, hlm. 511. </ref> Setelah itu Amr menghadap pada Imam Ali as. Dia berkata pada penjaga, ''"Ijinkan masuk untuk pembunuh Zubair".'' Imam Ali as berkata:''"Ijinkan dia masuk dan berikan hadiah neraka padanya".''<ref>Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld. 3, hlm. 254. </ref> [[Rasulullah saw]] bersabda tentang pembunuh Zubair, ''"Tempat pembunuh Zubair adalah neraka".''<ref>Ibnu Asakir, ''Tarikh Madinah Dimasyq'', jld. 18, hlm. 421. </ref> | ||
Kematian Zubair membuat Imam Ali as nampak tidak senang. Saat melihat pedang Zubair, seraya mengenang keberanian dan kegigihan Zubair dalam pertempuran di periode awal [[Islam]], beliau berkata,''"Pedang ini berkali-kali telah membuat Rasulullah saw senang".''<ref>Ibnu | Kematian Zubair membuat Imam Ali as nampak tidak senang. Saat melihat pedang Zubair, seraya mengenang keberanian dan kegigihan Zubair dalam pertempuran di periode awal [[Islam]], beliau berkata,''"Pedang ini berkali-kali telah membuat Rasulullah saw senang".''<ref>Ibnu Sa'ad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 3, hlm. 78. </ref> | ||
==Taubat Zubair== | ==Taubat Zubair== | ||
Melihat dari dhahir sabda Rasululullah saw dan apa yang disampaikan Imam Ali as terkait pembunuh Zubair, mungkin sebagian orang mengambil kesimpulan bahwa Zubair telah ber[[taubat]]. Yusufi Gharawi tidak setuju jika dikatakan bahwa Zubair telah bertaubat. Menurutnya, Zubair bisa dikatakan telah bertaubat dengan benar jika saat itu dia mengikuti dan membantu imam zamannya (Imam Ali as). Kenyataannya setelah dialog dengan Imam Ali as dia tidak melakukannya. Sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa perkataan Imam Ali as (dan juga sabda Rasulullah saw yang menyatakan pembunuh Zubair akan masuk neraka) adalah bukti bahwa Zubair telah bertaubat. Sebab bisa jadi yang dikabarkan Rasulullah saw itu karena pembunuhnya bertindak tanpa ada ijin dari imam zamannya. Apalagi ternyata pembunuh itu di kemudian hari menjadi golongan [[Khawarij]] Nahrawan.<ref>Askari Wadeqani, Sahabehe | Melihat dari dhahir sabda Rasululullah saw dan apa yang disampaikan Imam Ali as terkait pembunuh Zubair, mungkin sebagian orang mengambil kesimpulan bahwa Zubair telah ber[[taubat]]. Yusufi Gharawi tidak setuju jika dikatakan bahwa Zubair telah bertaubat. Menurutnya, Zubair bisa dikatakan telah bertaubat dengan benar jika saat itu dia mengikuti dan membantu imam zamannya (Imam Ali as). Kenyataannya setelah dialog dengan Imam Ali as dia tidak melakukannya. Sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa perkataan Imam Ali as (dan juga sabda Rasulullah saw yang menyatakan pembunuh Zubair akan masuk neraka) adalah bukti bahwa Zubair telah bertaubat. Sebab bisa jadi yang dikabarkan Rasulullah saw itu karena pembunuhnya bertindak tanpa ada ijin dari imam zamannya. Apalagi ternyata pembunuh itu di kemudian hari menjadi golongan [[Khawarij]] Nahrawan.<ref>Askari Wadeqani, ''Sahabehe Payambar A'zam'', jld. 5, hlm. 137. </ref> | ||
==Pembangunan Makam Zubair== | ==Pembangunan Makam Zubair== | ||
Ibnu Jauzi Hanbali menulis dalam kitabnya: "Pada tahun 386 H/996 warga [[Bashrah]] mendirikan bangunan yang dilengkapi dengan [[masjid]] dan kubah di atas makam Zubair, mereka banyak menginfakkan harta untuk makam itu".<ref>Ibnu Jauzi, al-Muntadzam fi Tarikh al-Muluk wa al-Umam, jld. 14, hlm. 383. </ref> Namun [[ | Ibnu Jauzi Hanbali menulis dalam kitabnya: "Pada tahun 386 H/996 warga [[Bashrah]] mendirikan bangunan yang dilengkapi dengan [[masjid]] dan kubah di atas makam Zubair, mereka banyak menginfakkan harta untuk makam itu".<ref>Ibnu Jauzi, ''al-Muntadzam fi Tarikh al-Muluk wa al-Umam'', jld. 14, hlm. 383. </ref> Namun [[Syekh Mufid]] memperkirakan, letak kuburan Zubair itu tidak didukung dengan bukti yang cukup. (Lih. Ibnu Atsir, ''al-Bidayah'', jld. 11, hlm. 319). | ||
==Anak Zubair== | ==Anak Zubair== | ||
===Abdullah bin Zubair=== | ===Abdullah bin Zubair=== | ||
Anak Zubair yang paling terkenal adalah Abdullah. Abdullah lahir pada periode awal hijrah. Dia merupakan putra pertama yang lahir di [[Madinah]] dari kalangan [[Muhajirin]]. Ketika [[Abdullah bin Zubair |Abdullah]] lahir kaum [[ | Anak Zubair yang paling terkenal adalah Abdullah. Abdullah lahir pada periode awal hijrah. Dia merupakan putra pertama yang lahir di [[Madinah]] dari kalangan [[Muhajirin]]. Ketika [[Abdullah bin Zubair |Abdullah]] lahir kaum [[Muslimin]] mengumandangkan takbir bersama-sama. Takbir yang dikumandangkan itu bukan karena Zubair atau Abdullah memiliki kedudukan istimewa, namun kelahirannya adalah bukti kebohongan rumor bahwa kaum Yahudi menyihir kaum [[Muhajirin]] supaya tidak bisa memiliki keturunan.<ref>Askari, ''al-Awail'', hlm. 220. </ref> Para sejarawan menyebutkan Abdullah adalah anak pertama yang lahir dari hasil [[nikah mut'ah]].<ref>Thahawi, ''Syarh Ma'ani al-Atsar'', jld. 3, hlm. 24. Askari, ''Izdiwaje Muwaqat dar Islam'', 5052. ''Al-'Aqd al-Farid'', jld. 4, hlm. 14. </ref> | ||
===Anak Lain=== | ===Anak Lain=== | ||
Baris 115: | Baris 115: | ||
===Harta=== | ===Harta=== | ||
Selama kekhalifahan tiga khalifah pertama Zubair berhasil mengumpulkan banyak harta. Sepeninggalnya, dia mewariskan 11 rumah di Madinah, 2 rumah di Bashrah, 1 rumah di [[Kufah]] dan 1 rumah di Mesir.<ref>Shahih Bukhari, jld. 4. Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf, jld. 8, hlm. 717. </ref> Di samping itu, disebutkan dia juga meninggalkan 1000 dinar, 1000 kuda, dan 1000 budak.<ref>Al- | Selama kekhalifahan tiga [[khalifah pertama]] Zubair berhasil mengumpulkan banyak harta. Sepeninggalnya, dia mewariskan 11 rumah di Madinah, 2 rumah di Bashrah, 1 rumah di [[Kufah]] dan 1 rumah di Mesir.<ref>''Shahih Bukhari'', jld. 4. Ibnu Abi Syaibah, ''al-Mushannaf'', jld. 8, hlm. 717. </ref> Di samping itu, disebutkan dia juga meninggalkan 1000 dinar, 1000 kuda, dan 1000 budak.<ref>Al-Mas'udi, ''Muruj al-Dzahab'', jld. 2, hlm. 333. </ref> | ||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== | ||
Baris 123: | Baris 123: | ||
==Daftar Pustaka== | ==Daftar Pustaka== | ||
*Ibnu Abil Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', Qom, Perpustakaan Ayatullah | *Ibnu Abil Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', Qom, Perpustakaan Ayatullah Mar'asyi Najafi, 1404 H. | ||
*Ibnu Abi Syaibah, ''al-Mushannaf'', Bairut, Darul Fikr, 1409 H. | *Ibnu Abi Syaibah, ''al-Mushannaf'', Bairut, Darul Fikr, 1409 H. | ||
*Ibnu Atsir, ‘Izzuddin Abul Hasan Ali bin Muhammad al-Jazari, ''Asadul Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah'', Bairut, Darul Fikr, 1409 H/1989 M. | *Ibnu Atsir, ‘Izzuddin Abul Hasan Ali bin Muhammad al-Jazari, ''Asadul Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah'', Bairut, Darul Fikr, 1409 H/1989 M. |