Lompat ke isi

Zubair bin 'Awwam: Perbedaan antara revisi

1.917 bita ditambahkan ,  7 September 2016
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
(←Membuat halaman berisi ''''Zubair bin Awwam bin Khuwailid''' adalah salah seorang sahabat Nabi Saw sekaligus keponakan dari Sayidah Khadijah Sa, istri Nabi Saw. Zubair masuk Islam pada umur 8...')
 
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Zubair bin Awwam bin Khuwailid''' adalah salah seorang sahabat Nabi Saw sekaligus keponakan dari Sayidah Khadijah Sa, istri Nabi Saw. Zubair masuk Islam pada umur 8 atau 15 tahun. Dia hampir selalu menyertai Nabi Saw. Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, Zubair menolak peristiwa Saqifah (tempat musyawarah untuk menunjuk pengganti Nabi Saw). Ia teguh dalam mendukung dan membela hak kekhalifahan Imam Ali As, termasuk berkali-kali melakukan debat dengan Umar bin Khattab. Dia adalah salah seorang dari enam ahli syura yang ditunjuk Khalifah Umar untuk memusyawarahkan penggantinya. Dalam sidang syura Zubair memberikan pilihannya untuk Imam Ali As. Dia terlibat dalam pembunuhan Utsman. Kemudian, di awal kekhalifahan Imam Ali As, bersama Thalhah, Aisyah dan pihak-pihak yang dikenal dengan golongan Nakitsin, Zubair andil dalam Perang Jamal melawan Imam Ali As.
'''Zubair bin Awwam bin Khuwailid''' adalah salah seorang sahabat [[Nabi Muhammad Saw]] sekaligus keponakan dari [[Sayidah Khadijah Sa]], istri Nabi Saw. Zubair masuk Islam pada umur 8 atau 15 tahun. Dia hampir selalu menyertai Nabi Saw. Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, Zubair menolak peristiwa Saqifah (tempat musyawarah untuk menunjuk pengganti Nabi Saw). Ia teguh dalam mendukung dan membela hak kekhalifahan [[Imam Ali As]], termasuk berkali-kali melakukan debat dengan Umar bin Khattab. Dia adalah salah seorang dari enam ahli syura yang ditunjuk Khalifah Umar untuk memusyawarahkan penggantinya. Dalam sidang syura Zubair memberikan pilihannya untuk Imam Ali As. Dia terlibat dalam pembunuhan Utsman. Kemudian, di awal kekhalifahan [[Imam Ali As]], bersama Thalhah, Aisyah dan pihak-pihak yang dikenal dengan golongan Nakitsin, Zubair andil dalam Perang Jamal melawan Imam Ali As.


==Nasab==
==Nasab==
Silsilah Zubaiar adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay al-Qurasyi al-Asadi. Sedangkan nama kunyahnya adalah Abu Abdillah. Dia merupakan anak dari saudara Sayidah Khadijah Sa. Ayah Zubair, Awwam, terbunuh dalam Perang Fijar.[1] Ibunya bernama Shafiah binti Abdul Muthalib, bibi dari Nabi Muhammad Saw dan Imam Ali As.[2]
Silsilah Zubaiar adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay al-Qurasyi al-Asadi. Sedangkan nama kunyahnya adalah Abu Abdillah. Dia merupakan anak dari saudara Sayidah Khadijah Sa. Ayah Zubair, Awwam, terbunuh dalam Perang Fijar.<ref>Ibnu Qutaibah, al-Ma’arif, matan, hlm. 219. </ref> Ibunya bernama Shafiah binti Abdul Muthalib, bibi dari Nabi Muhammad Saw dan Imam Ali As.<ref>Muqaddasi, al-Bada’ wa al-Tarikh, jld. 5, hlm. 85. </ref>


Sebagian pihak berpendapat, sebenarnya keluarga Zubair berkebangsaan Mesir, bukan Quraisy asli. Mereka berdalil dengan suatu catatan yang menyebutkan bahwa Khuwailid pernah pergi ke Mesir dan kembali ke Mekah dengan membawa Awwam lalu diadopsi.[3]
Sebagian pihak berpendapat, sebenarnya keluarga Zubair berkebangsaan Mesir, bukan Quraisy asli. Mereka berdalil dengan suatu catatan yang menyebutkan bahwa Khuwailid pernah pergi ke Mesir dan kembali ke Mekah dengan membawa Awwam lalu diadopsi.<ref>Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jld. 11, hlm. 67. </ref>


==Menikah dengan Putri Abu Bakar==
==Menikah dengan Putri Abu Bakar==
Zubair menikah dengan putri Abu Bakar yang bernama Asma’.[4] Sebagian pihak menyebutkan, mereka adalah orang yang pertama kali melakukan nikah mut’ah.[5] Setelah beberapa waktu Zubair menceraikan Asma’.[6] Ada yang mengatakan, yang memaksanya untuk menceraikan istrinya adalah putranya sediri, Abdullah.[7] Namun ada yang berpendapat, Zubair melukai Asma’ sehingga dia terpaksa harus meminta perlidungan pada Abdullah sampai akhir hayatnya.[8]
Zubair menikah dengan putri Abu Bakar yang bernama Asma’.<ref>Sam’ani, al-Ansab, jld. 1, hlm. 217. </ref> Sebagian pihak menyebutkan, mereka adalah orang yang pertama kali melakukan nikah mut’ah.<ref>Al-‘Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 14. Thahawi, Syarh Ma’ani al-Atsar, jld. 3, lhm. 24. Askari, Izdiwaje Muwaqat Dar Islam, 5052. </ref> Setelah beberapa waktu Zubair menceraikan Asma’.<ref>Lih. Ibnu Sa’ad, Muhammad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 8, hlm. 253. Ibnu Qutaibah, Abdullah, al-Ma’arif, hlm. 173. Ibnu Asakir, Ali, Tarikh Madinah Dimasyq, hlm. 9, 16-18. </ref> Ada yang mengatakan, yang memaksanya untuk menceraikan istrinya adalah putranya sediri, Abdullah.<ref>Asadul Ghabah, jld. 6, hlm. 10. </ref> Namun ada yang berpendapat, Zubair melukai Asma’ sehingga dia terpaksa harus meminta perlidungan pada Abdullah sampai akhir hayatnya.<ref>Ibid. </ref>


==Masuk Islam==
==Masuk Islam==
Laporan sejarah menyebutkan, Zubair masuk Islam setelah Abu Bakar. Sebagian sejarawan berpendapat, saat masuk Islam usianya masih 8 tahun.[9] Namun sebagian lain berpendapat, saat itu dia telah berusia 15 tahun.[10] Menurut cerita, Zubair seumuran dengan Imam Ali As.[11] Jika benar maka tidak mungkin saat masuk Islam dia berusia 8 tahun, lebih tepatnya adalah 15 tahun.
Laporan sejarah menyebutkan, Zubair masuk Islam setelah Abu Bakar. Sebagian sejarawan berpendapat, saat masuk Islam usianya masih 8 tahun.<ref>Muqaddasi, al-Bad’ wa al-Tarikh, jld. 5, hlm. 83. </ref> Namun sebagian lain berpendapat, saat itu dia telah berusia 15 tahun.<ref>Ibnu Abdul Barr, al-Isti’ab, jld. 2, hlm. 510. Ibnu Atsir, Asadul Ghabah, jld. 2, hlm. 98. </ref> Menurut cerita, Zubair seumuran dengan Imam Ali As.<ref>Ibnu Abdul Barr, al-Isti’ab, jld. 2, hlm. 511. </ref> Jika benar maka tidak mungkin saat masuk Islam dia berusia 8 tahun, lebih tepatnya adalah 15 tahun.


Sebagian sejarawan berpendapat, Zubair adalah orang kelima atau keenam yang masuk Islam.[12] Satu sisi, yang menceritakan tentang islamnya Zubair adalah cucunya sendiri yang bernama Hisyam bin Urwah bin Zubair,[13] karenanya ada kemungkinan hal itu terlalu dilebih-lebihkan.[14]
Sebagian sejarawan berpendapat, Zubair adalah orang kelima atau keenam yang masuk Islam.<ref>Thabaqat, Ibnu Sa’ad, jld. 3, hlm. 75. </ref> Satu sisi, yang menceritakan tentang islamnya Zubair adalah cucunya sendiri yang bernama Hisyam bin Urwah bin Zubair,<ref>Ibnu Abi Syaibah, jld. 8, hlm. 450. Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 75. </ref> karenanya ada kemungkinan hal itu terlalu dilebih-lebihkan.<ref>Fallah Zadeh, hlm. 123. </ref>


==Di Zaman Nabi Saw==
==Di Zaman Nabi Saw==
===Sebelum Hijrah===
===Sebelum Hijrah===
Tidak banyak riwayat yang menceritakan tentang Zubair sebelum peristiwa hijrah. Hanya ada secuil cerita yang menyebutkan bahwa dia termasuk orang yang ikut hijrah ke Habasyah.[15] Saat Zubair dan para muhajirin lainnya berada di Habasyah, tersebar isu bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam. Sebab itu sebagian muhajirin kembali pulang ke Mekah, termasuk Zubair.[16]
Tidak banyak riwayat yang menceritakan tentang Zubair sebelum peristiwa hijrah. Hanya ada secuil cerita yang menyebutkan bahwa dia termasuk orang yang ikut hijrah ke Habasyah.<ref>Tarikh Ibnu Khaldun, jld. 2, hlm. 415. </ref>Saat Zubair dan para muhajirin lainnya berada di Habasyah, tersebar isu bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam. Sebab itu sebagian muhajirin kembali pulang ke Mekah, termasuk Zubair.<ref>Ibid. </ref>


===Ikrar Persaudaraan===
===Ikrar Persaudaraan===
Salah satu yang dilakukan Rasulullah Saw saat tiba di Madinah adalah mengajak kaum muslimin untuk menyatakan ikrar persaudaraan secara berpasang-pasangan. Saat itu Zubair berpasangan dengan Abdullah bin Mas’ud.[17] Dalam riwayat lain disebutkan, Zubair berpasanagn dengan Salamah bin Salamah bin Waqasy.[18]
Salah satu yang dilakukan Rasulullah Saw saat tiba di Madinah adalah mengajak kaum muslimin untuk menyatakan ikrar persaudaraan secara berpasang-pasangan. Saat itu Zubair berpasangan dengan Abdullah bin Mas’ud.<ref>Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 75. </ref> Dalam riwayat lain disebutkan, Zubair berpasanagn dengan Salamah bin Salamah bin Waqasy.<ref>Tarikh Ibnu Khaldun, jld. 2, hlm. 423. </ref>


===Ikut Perang===
===Ikut Perang===
Data sejarah menyebutkan, Zubair andil dalam perang Badar,[19] Uhud dan penaklukan Mekah.[20]
Data sejarah menyebutkan, Zubair andil dalam perang Badar,<ref>Sam’ani, al-Ansab, jld. 1, hlm. 216. Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 77. </ref> Uhud dan penaklukan Mekah.<ref>Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 77. </ref>


==Zubair dan Para Khalifah==
==Zubair dan Para Khalifah==
===Menolak Kekhalifahan Abu Bakar===
===Menolak Kekhalifahan Abu Bakar===
Setelah wafat Rasulullah Saw, Zubair adalah salah satu orang yang menolak sidang Saqifah. Saat rumah Sayidah Fatimah Sa diserang oleh sekelompok orang, Zubair mengangkat pedangnya dan menyerang mereka. Saat itu Khalid bin Walid melempar batu padanya dari belakang hingga pedangnya terjatuh. Umar mengambil pedang itu dan mematahkannya.[21]
Setelah wafat Rasulullah Saw, Zubair adalah salah satu orang yang menolak sidang Saqifah. Saat rumah Sayidah Fatimah Sa diserang oleh sekelompok orang, Zubair mengangkat pedangnya dan menyerang mereka. Saat itu Khalid bin Walid melempar batu padanya dari belakang hingga pedangnya terjatuh. Umar mengambil pedang itu dan mematahkannya.<ref>Al-Ikhtishash, hlm. 186. Al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 28. </ref>


Zubair adalah menantu Abu Bakar karena dia menikah dengan Asma’ binti Abu Bakar.[22] Namun kemudian dia menceraikannya, konon dia lakukan atas desakan putranya yang bernama Abdullah.[23]
Zubair adalah menantu Abu Bakar karena dia menikah dengan Asma’ binti Abu Bakar.<ref>Ibnu Abdul Barr, al-Isti’ab, jld. 4, hlm. 1781. </ref> Namun kemudian dia menceraikannya, konon dia lakukan atas desakan putranya yang bernama Abdullah.<ref>Al-Ishabah, jld. 8, hlm. 13. </ref>


===Cemooh Umar Tentang Zubair===
===Cemooh Umar Tentang Zubair===
Hubungan Zubair dengan khalifah kedua tidak begitu baik. Suatu malam Umar bersama Ibnu Abbas sedang mencari seseorang di Madinah. Saat pembicaraan menyinggung tentang Zubair, Umar berkata, “Dia itu orang yang tidak sabaran dan garang. Saat sedang senang berlagak seperti orang mukmin, tapi kalau sedang marah seperti orang kafir. Kadang seperti manusia, kadang seperti setan…”.[24]
Hubungan Zubair dengan khalifah kedua tidak begitu baik. Suatu malam Umar bersama Ibnu Abbas sedang mencari seseorang di Madinah. Saat pembicaraan menyinggung tentang Zubair, Umar berkata, “Dia itu orang yang tidak sabaran dan garang. Saat sedang senang berlagak seperti orang mukmin, tapi kalau sedang marah seperti orang kafir. Kadang seperti manusia, kadang seperti setan…”.<ref>Ya’qubi, jld. 2, hlm. 158. </ref>


===Terlibat Pembunuhan Utsman===
===Terlibat Pembunuhan Utsman===
Saat berlangsung musyawarah untuk memilih pengganti khalifah kedua, Zubair tidak memberikan suaranya untuk Utsman. Itu artinya dia tidak sejalan dengan Utsman. Utsman memberinya 600.000 dirham agar tidak mengusiknya.[25] Namun tak lama kemudian ternyata dia memprovokasi masyarakat supaya membunuh Utsman.[26]
Saat berlangsung musyawarah untuk memilih pengganti khalifah kedua, Zubair tidak memberikan suaranya untuk Utsman. Itu artinya dia tidak sejalan dengan Utsman. Utsman memberinya 600.000 dirham agar tidak mengusiknya.<ref>Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 79. </ref> Namun tak lama kemudian ternyata dia memprovokasi masyarakat supaya membunuh Utsman.<ref>Ibnu Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 47. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 3, hlm. 56. </ref>


==Zubair dan Kekhalifahan Imam Ali As==
==Zubair dan Kekhalifahan Imam Ali As==
Zubair adalah sepupu Imam Ali As. Hubungannya dengan Imam Ali As banyak mengalami pasang surut. Dulunya dia adalah salah seorang pembela Imam Ali As dalam menghadapi peristiwa Saqifah. Dia juga sebgai saksi wasiat Sayidah Fatimah az-Zahra Sa,[27] ikut hadir dalam proses pemakaman Sayidah Fatimah Sa,[28] dan orang yang memberikan suaranya pada Imam Ali As saat berlangsungnya musyawarah yang beranggotakan enam orang dalam pemilihan khalifah.  
Zubair adalah sepupu Imam Ali As. Hubungannya dengan Imam Ali As banyak mengalami pasang surut. Dulunya dia adalah salah seorang pembela Imam Ali As dalam menghadapi peristiwa Saqifah. Dia juga sebgai saksi wasiat Sayidah Fatimah az-Zahra Sa,<ref>Shaduq, Man La Yahdhuruh al-Faqih, jld. 4, hlm. 244. </ref> ikut hadir dalam proses pemakaman Sayidah Fatimah Sa,<ref>Fattal Naisyaburi, Raudhah al-Wa’idhin, jld. 1, hlm. 349. </ref> dan orang yang memberikan suaranya pada Imam Ali As saat berlangsungnya musyawarah yang beranggotakan enam orang dalam pemilihan khalifah.  
Setelah terbunuhnya Utsman, banyak orang berbondong-bondong datang ke rumah Imam Ali As, termasuk Thalhah dan Zubair. Mereka menyatakan siap mendukung dan membaiat Imam Ali As sebagai khalifah. Setelah banyak desakan akhirnya Imam Ali As menerima permintaan mereka.[29] Saat itu Zubair dan Thalhah menyatakan siap mengumpulkan dukungan dari pihak Muhajirin.[30] Namun tidak lama kemudian mereka berubah pikiran. Mereka menentang kekhalifahan Imam Imam Ali As.[31] Ketika Zubair dan Thalhah mendengar bahwa Aisyah yang berada di Mekah juga tidak setuju atas terpilihnya Imam Ali As sebagai khalifah, mereka berencana keluar dari Madinah ke Mekah dengan dalih untuk berangkat umrah. Ketika mereka meninggalkan Madinah, Imam Ali As berkata, “Mereka tidak pergi untuk mengunjungi Baitullah, namun untuk berbuat makar dan melakukan pengkhianatan.”[32]   
 
Setelah terbunuhnya Utsman, banyak orang berbondong-bondong datang ke rumah Imam Ali As, termasuk Thalhah dan Zubair. Mereka menyatakan siap mendukung dan membaiat Imam Ali As sebagai khalifah. Setelah banyak desakan akhirnya Imam Ali As menerima permintaan mereka.<ref>Al-Jamal, Mufid, hlm. 130. </ref>Saat itu Zubair dan Thalhah menyatakan siap mengumpulkan dukungan dari pihak Muhajirin.<ref>Tarikh Ya’qubi, jld. 2, hlm. 167. </ref> Namun tidak lama kemudian mereka berubah pikiran. Mereka menentang kekhalifahan Imam Imam Ali As.[31] Ketika Zubair dan Thalhah mendengar bahwa Aisyah yang berada di Mekah juga tidak setuju atas terpilihnya Imam Ali As sebagai khalifah, mereka berencana keluar dari Madinah ke Mekah dengan dalih untuk berangkat umrah. Ketika mereka meninggalkan Madinah, Imam Ali As berkata, “Mereka tidak pergi untuk mengunjungi Baitullah, namun untuk berbuat makar dan melakukan pengkhianatan.”[32]   


Zubair mengajak Aisyah berangkat ke Bashrah dengan pasukan yang banyak untuk melawan Imam Ali As. Setelah merampas harta warga Yaman oleh Ya’la bin Munabbih, secara resmi mereka menyatakan perlawanan terhadap Imam Ali As.[33]
Zubair mengajak Aisyah berangkat ke Bashrah dengan pasukan yang banyak untuk melawan Imam Ali As. Setelah merampas harta warga Yaman oleh Ya’la bin Munabbih, secara resmi mereka menyatakan perlawanan terhadap Imam Ali As.[33]
Pengguna anonim