Lompat ke isi

Tragedi Kamis Kelabu: Perbedaan antara revisi

imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Baris 66: Baris 66:


==Maksud Nabi Saw==
==Maksud Nabi Saw==
Menilik pada Hadis tentang pena dimana Nabi Saw bersabda, "Berikan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena untuk aku tuliskan sesuatu sehingga kelak nanti kalian tidak akan tersesat."
Menurut pandangan ulama Syiah, dengan memperhatikan pada hadis pena dan kertas dimana Nabi Saw bersabda, "Bawakan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena untuk aku tuliskan sesuatu bagi kalian sehingga kelak kalian tidak akan tersesat." Dan juga dengan memperhatikan pada Dan juga [[Hadis Tsaqalain]] dimana Nabi Saw bersabda, "Aku telah tinggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara yang mana selama kalian berpegang teguh terhadapnya, kalian tidak akan pernah tersesat, kedua perkara itu adalah [[al-Quran]] dan [[Ahlulbait]]-ku.", kedua hadis ini memiliki satu tujuan. Yakni Rasulullah Saw hendak mempertegas masalah keimamahan Imam Ali As. Menurut keyakinan ulama Syiah, tujuan Nabi adalah memperkokoh ke[[imamah]]an dan ke[[khilafah]]an bagi ‘itrah keluarga sucinya, namun sebagian dari orang-orang yang ada ketika itu tahu betul akan hal ini, sehingga mereka berusaha mencegahnya. <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436. </ref> Khalifah kedua juga dalam dialognya dengan Ibnu Abbas mengakui bahwa Nabi Saw ketika sakitnya hendak menyebutkan nama Ali sebagai pemimpin dan khalifah setelahnya, namun saya (Umar) dengan rasa penuh kekhawatiran terhadap Islam dan demi menjaganya maka saya mencegah hal itu. <ref>Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahjul Balāghah, jld.12, hal. 20-21.</ref>
 
Dan juga Hadis Tsaqalain dimana Nabi Saw bersabda, "Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara dan kalian tidak akan pernah tersesat selama berpegang teguh terhadapnya, kedua hal itu adalah al-Qur'an dan Ahlulbait-ku."
===Sebab Keenganan Nabi Saw Menuliskan Wasiat===
Jelaslah bahwa kedua Hadis ini memiliki satu tujuan. Yakni Rasulullah Saw hendak mempertegas masalah nas ke-Imamah-an Imam Ali as secara khusus dan para Imam Ma'shum dari keluarga Nabi Saw secara umum dimana sebagian dari orang-orang yang hadir ketika itu tahu betul sehingga mereka berusaha mencegahnya. <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436. </ref> Pribadi khalifah kedua juga dalam dialognya dengan Ibnu Abbas mengakui bahwa Nabi Saw ketika sakitnya hendak menyebutkan nama Ali sebagai pemimpin dan khalifah setelahnya, namun saya (Umar) dengan rasa penuh kekhawatiran terhadap Islam dan demi menjaganya maka saya mencegahnya. <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436. </ref>
Menurut keyakinan sebagian ulama Syiah, alasan yang menyebabkan Nabi Saw tidak mau lagi menuliskan wasiat, adalah karena perkataan yang dilontarkan di hadapannya; karena tulisan tersebut tidak lagi memeiliki efek, malah justru akan menimbulkan fitnah dan pertikaian pasca kepergiannya. Dengan demikian, jika Nabi menulis wasiat tersebut, bisa jadi akan dikatakan kembali apakah tulisan itu hasil dari igauan Nabi atau bukan? <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436-437. </ref>
 
===Nabi Saw Enggan Menuliskan Wasiat Kembali===
Alasan dan hal yang menyebabkan Nabi Saw tidak lagi mau dan enggan menuliskan wasiat, adalah karena ungkapan yang dilontarkan oleh mereka dan tidak akan ada lagi pengaruhnya kalaupun beliau kembali menuliskannya dan justru yang muncul adalah fitnah dan pertikaian paska kepergiannya, karena kalau misalnya beliau menulis maka apakah tulisan itu –nau'zubillah– hasil dari igauan beliau atau bukan?, sebagaimana yang mereka katakan kepada beliau Saw dan beliau tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya berkata, "Pergilah kalian! Dan jika beliau tetap memaksa untuk menuliskan, sudah pasti mereka akan berkeras kepala menyatakan kalau ucapan Nabi Saw itu berupa igauan dan para pengikutnya akan berusaha semaksimal mungkin membuktikan kalau Nabi Saw sedang tidak sadar dan mengigau, mereka akan menulis banyak buku dalam rangka menolak surat wasiat itu dan juga akan memarjinalkan siapa saja yang berargumen dengan surat itu. <ref>Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436. </ref>


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Pengguna anonim