Lompat ke isi

Imam Ali al-Ridha as: Perbedaan antara revisi

Tidak ada perubahan ukuran ,  2 Februari 2019
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 62: Baris 62:
Disebutkan bahwa seorang anak Imam Ridha yang berusia dua tahun atau kurang dari dua tahun dikuburkan di Qazwin yaitu Imam Zadeh Husain yang kini terdapat di kota Qazwin dan Imam Ridha as sendiri pernah mengunjungi kota ini pada tahun 193 H. <ref>Ja'fariyan, hlm. 426. </ref>
Disebutkan bahwa seorang anak Imam Ridha yang berusia dua tahun atau kurang dari dua tahun dikuburkan di Qazwin yaitu Imam Zadeh Husain yang kini terdapat di kota Qazwin dan Imam Ridha as sendiri pernah mengunjungi kota ini pada tahun 193 H. <ref>Ja'fariyan, hlm. 426. </ref>


[[Syaikh Mufid]] hanya mengakui [[Muhammad bin Ali al-Ridha As|Muhammad bin Ali]] sebagai anak dari Imam Ridha as. <ref>Syaikh Mufid, hlm. 464. </ref>Ibnu Syahr Asyub dan Thabrisi juga berpendapat yang sama. <ref>Fadhlullah, hlm. 44. </ref>Sebagian lainnya menyebutkan bahwa Imam Ridha as memiliki seorang putri bernama Fatimah. <ref>Qummi, 1725-1726. </ref>
[[Syaikh Mufid]] hanya mengakui [[Muhammad bin Ali al-Ridha As|Muhammad bin Ali]] sebagai anak dari Imam Ridha as. <ref>Syaikh Mufid, hlm. 464. </ref>Ibnu Syahr Asyub dan Thabrisi juga berpendapat yang sama. <ref>Fadhlullah, hlm. 44. </ref>Sebagian lainnya menyebutkan bahwa Imam Ridha as memiliki seorang putri bernama Fatimah. <ref>Qommi, 1725-1726. </ref>
[[File:ضامن آهو.jpg|thumbnail|250 px|Sang Penjamin Rusa, karya [[Mahmud Farsyciyan]]]]
[[File:ضامن آهو.jpg|thumbnail|250 px|Sang Penjamin Rusa, karya [[Mahmud Farsyciyan]]]]


Baris 151: Baris 151:


==Sirah Imam Ridha as==
==Sirah Imam Ridha as==
'''Ibadah''':Dikisahkan, suatu ketika Imam Ali Ridha as sedang melakukan dialog ilmiah dengan para pemuka agama dan ulama dari berbagai [[Mazhab Syi'ah|madzhab]]. Terdengarlah suara [[azan]] tanda masuk waktu salat. Saat itu juga Ia segera meninggalkan tempat. Yang lainnya berusaha mencegahnya supaya menunda salatnya dan melanjutkan dialog terlebih dahulu. Imam Ali Ridha As menjawab, ''“Aku [[salat]] dulu, nanti aku akan kembali.”'' <ref>Syaikh Shaduq, ''al-Tauhid'', hlm. 435. </ref>
'''Ibadah''':Dikisahkan, suatu ketika Imam Ali Ridha as sedang melakukan dialog ilmiah dengan para pemuka dari bermacam agama dan aliran madzhab. Terdengarlah suara [[azan]] tanda masuk waktu [[salat]]. Saat itu juga beliau segera meninggalkan tempat. Yang lainnya berusaha mencegahnya supaya menunda salatnya dan melanjutkan dialog terlebih dahulu. Imam Ali Ridha as menjawab, ''“Aku [[salat]] dulu, nanti aku akan kembali.”'' <ref>Syaikh Shaduq, ''al-Tauhid'', hlm. 435. </ref>
Ada pula kisah menarik mengenai ibadah malam beliau. <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 184. </ref> Dikisahkan, ketika Imam Ali Ridha As menghadiahkan bajunya kepada Di'bil bin al-Kuza'i, Ia berpesan, ''“Jagalah baju ini, aku telah memakainya untuk ibadah seribu malam. Permalamnya aku salat seribu rakaat. Aku juga telah mengkhatamkan Al-Qur'an seribu kali dengan memakai baju ini.”'' <ref>Rijāl al-Najāsyi, hlm. 277. </ref>Disebutkan pula, Imam Ali Ridha as senang melakukan [[sujud]] berlama-lama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 17. </ref>
Ada pula kisah menarik mengenai ibadah malam beliau. <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 184. </ref> Dikisahkan, ketika Imam Ali Ridha as menghadiahkan bajunya kepada Di'bil bin al-Kuza'i, ia berpesan, ''“Jagalah baju ini, aku telah memakainya untuk ibadah seribu malam. Permalamnya aku salat seribu rakaat. Aku juga telah mengkhatamkan [[Alquran]] seribu kali dengan memakai baju ini.”'' <ref>Rijāl al-Najāsyi, hlm. 277. </ref> Disebutkan pula, Imam Ali Ridha as senang melakukan [[sujud]] berlama-lama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 17. </ref>


'''Akhlak''': Banyak riwayat yang menyebutkan tentang bagaimana prilaku dan akhlak Imam Ali Ridha as di masyarakat. Ia selalu bersikap lembut dan akrab dengan para budak dan kalangan bawah. Bahkan setelah menjadi Putra Mahkota, <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 159. </ref>Ia  tetap tidak berubah. Ibnu Syahr Asyub meriwayatkan, suatu hari Imam Ali Ridha as pergi ke pemandian umum. Di sana ada seseorang yang tidak mengenalnya. Orang tersebut meminta Imam untuk membersihkan dan memijat badannya. Ia  menuruti permintaannya. Melihat hal itu, orang-orang yang mengenal Imam segera memberitahu pada orang tadi tentang siapa yang sedang memijatnya. Ia mengetahuinya, orang tersebut sangat merasa malu dan memohon maaf pada Imam. Namun ternyata Imam malah menenangkannya dan melanjutkan yang sedang dilakukannya tadi. <ref>Ibnu Syahr Asyub, ''al-Manāqib'', jld. 4, hlm. 362. </ref>
'''Akhlak''': Banyak riwayat yang menyebutkan tentang bagaimana prilaku dan akhlak Imam Ali Ridha as di masyarakat. Beliau selalu bersikap lembut dan ramah dengan para budak dan kalangan bawah. Bahkan setelah menjadi Putra Mahkota, <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 159. </ref> beliau tetap tidak berubah. Ibnu Syahr Asyub meriwayatkan, suatu hari Imam Ali Ridha as pergi ke pemandian umum. Di sana ada seseorang yang tidak mengenalnya. Orang tersebut meminta Imam untuk membersihkan dan memijat badannya. Ia  menuruti permintaannya. Melihat hal itu, orang-orang yang mengenal Imam segera memberitahu pada orang tadi tentang siapa yang sedang memijatnya. Ia mengetahuinya, orang tersebut sangat merasa malu dan memohon maaf pada Imam. Namun ternyata Imam malah menenangkannya dan melanjutkan apa yang sedang dilakukannya tadi. <ref>Ibnu Syahr Asyub, ''al-Manāqib'', jld. 4, hlm. 362. </ref>


'''Pendidikan''': Salah satu yang sangat ditekankan dalam ajaran Imam Ali Ridha as adalah hal mendidik anak dalam keluarga. Di antara pesan yang Ia sampaikan pada umatnya adalah supaya menikah dengan pasangan yang saleh atau salehah, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 327. </ref>menaruh perhatian serius selama masa kehamilan, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 23. </ref>memberikan nama yang baik pada anak, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 19. </ref>menyayangi dan memuliakan anak kecil, <ref>Nuri Tabarsi, Mustadrak al-Wasāil, jld. 3, hlm. 67. </ref> dan lain sebagainya. Disebutkan, Imam Ali Ridha as selalu berusaha menjalin keakraban dengan sanak saudara dan orang-orang di sekitarnya. Tiap kali memiliki waktu luang, Ia selalu mengumpulkan para saudara dan orang-rang sekitarnya, baik yang tua maupun muda untuk mengobrol dan bercengkrama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 159. </ref>
'''Pendidikan''': Salah satu yang sangat ditekankan dalam ajaran Imam Ali Ridha as adalah hal mendidik anak dalam keluarga. Di antara pesan yang beliau sampaikan pada umatnya adalah supaya menikah dengan pasangan yang saleh atau salehah, <ref>Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 327. </ref> menaruh perhatian serius selama masa kehamilan, <ref>Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 23. </ref> memberikan nama yang baik pada anak, <ref>Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 19. </ref> menyayangi dan memuliakan anak kecil, <ref>Nuri Tabarsi, Mustadrak al-Wasāil, jld. 3, hlm. 67. </ref> dan lain sebagainya. Disebutkan, Imam Ali Ridha as selalu berusaha menjalin keakraban dengan sanak saudara dan orang-orang di sekitarnya. Tiap kali memiliki waktu luang, ia selalu mengumpulkan para saudara dan orang-rang sekitarnya, baik yang tua maupun muda untuk mengobrol dan bercengkrama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 159. </ref>


'''Ilmu''': Ketika berada di [[Madinah]], tidak jarang para ulama bertanya pada Imam Ali Ridha As tentang persoalan yang tidak mereka ketahui jawabannya. <ref>Tabarsi,'' I'lām al-Wara'', jld. 2, hlm. 64. </ref>Saat sedang di Kota Marv Ia juga banyak didatangi orang untuk melakukan dialog menyangkut berbagai tema sehingga banyak persoalan dapat terjawab dan terselesaikan. Selain itu, di rumah dan di Masjid Marv Ia membuka majelis ilmu. Namun begitu majlis tersebut makin berkembang, Makmun memerintahkan supaya majelis itu ditutup. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-RIdha'', jld. 2, hlm. 172-173. </ref>
'''Ilmu''': Ketika berada di [[Madinah]], tidak jarang para ulama bertanya pada Imam Ali Ridha as tentang persoalan yang tidak mereka ketahui jawabannya. <ref>Thabrisi,'' I'lām al-Wara'', jld. 2, hlm. 64. </ref> Saat sedang di Kota Marv, ia juga banyak didatangi untuk melakukan dialog menyangkut berbagai tema sehingga banyak persoalan dapat terjawab dan terselesaikan. Selain itu, di rumah dan di Masjid Marv, ia membuka majelis ilmu. Namun begitu majlis tersebut makin berkembang, Makmun memerintahkan supaya majelis itu ditutup. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-RIdha'', jld. 2, hlm. 172-173. </ref>


Banyak riwayat dari Imam Ali Ridha As yang menerangkan tentang pentingnya masalah kesehatan dan kedokteran. Imam banyak menjelaskan hal-hal terkait makanan sehat, kebersihan, kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit. Kitab yang berjudul ''Tibbu al-Ridha'' (terkenal dengan nama ''Risalah Dzahabiah'') adalah kitab yang diambil dari ajaran Imam Ali Ridha as. Di dalamnya termuat pesan-pesan Imam terkait masalah medis.
Banyak riwayat dari Imam Ali Ridha as yang menerangkan tentang pentingnya masalah kesehatan dan kedokteran. Imam banyak menjelaskan hal-hal terkait makanan sehat, kebersihan, kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit. Kitab yang berjudul ''Tibbu al-Ridha'' (terkenal dengan nama ''Risalah Dzahabiah'') adalah kitab yang diambil dari ajaran Imam Ali Ridha as. Di dalamnya termuat pesan-pesan Imam terkait masalah medis.


'''Imam Tidak Bertaqiyyah dalam Persoalan Imamah''': Selama menjadi imam, Imam Ali Ridha as sedapat mungkin tidak mempraktikkan konsep [[taqiyyah]], khususnya menyangkut masalah imamah. Sebab waktu itu terjadi peristiwa-peristiwa yang mengancam keutuhan [[akidah]] imamiah, di antaranya adalah peristiwa yang menyangkut gerakan Waqifah. Terlebih, sisa-sisa pengikut kelompok Fathahiah masih terlihat aktif. Ia  justru makin banyak menyampaikan hal-hal yang menyangkut imamah. Misal, dalam pembahasan tentang wajibnya ketaatan pada imam. Sebenarnya hal itu telah dipaparkan sejak masa [[Imam Ja'far Shadiq as]], namun para imam menyampaikannya dengan cara taqiyyah. Sedangkan Imam Ali Ridha as, secara gamblang dan tanpa khawatir sedikitpun, menyampaikan bahwa ia adalah imam yang harus ditaati. <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 487. </ref>
'''Imam Tidak Bertaqiyyah dalam Persoalan Imamah''': Selama menjadi imam, Imam Ali Ridha as sedapat mungkin tidak mempraktikkan konsep [[taqiyyah]], khususnya menyangkut masalah [[imamah]]. Sebab waktu itu terjadi peristiwa-peristiwa yang mengancam keutuhan [[akidah]] [[imamiah]], di antaranya adalah peristiwa yang menyangkut gerakan [[Waqifah]]. Terlebih, sisa-sisa pengikut kelompok Fathahiah masih terlihat aktif, beliau justru makin banyak menyampaikan hal-hal yang menyangkut masalah imamah. Misalnya dalam pembahasan tentang wajibnya ketaatan pada imam. Sebenarnya hal itu telah dipaparkan sejak masa [[Imam Ja'far Shadiq as]], namun para imam menyampaikannya dengan cara taqiyyah. Sedangkan Imam Ali Ridha as, secara gamblang dan tanpa khawatir sedikitpun, menyampaikan bahwa ia adalah imam yang harus ditaati. <ref>Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 487. </ref>


Dengan sikapnya itu, kepada para pengikutnya Imam ingin menyampaikan, ''"Bertakwalah dengan baik, jangan menyampaikan perkataan dan ajaran kami kepada sembarang orang."'' <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 224. </ref>Suatu ketika Makmun mengirim surat kepada Imam Ali Ridha as. Isinya, dia meminta pada imam supaya menjelaskan apa saja pokok-pokok Islam yang asli. Dalam jawabannya Imam menulis, pokok-pokok [[Islam]] yang asli adalah: [[Tauhid]], kenabian [[Nabi Muhammad saw]], [[imamah]] [[Imam Ali as]] sebagai penerus dan penjaga risalah Nabi saw dan sebelas imam setelahnya. Dalam penjelasannya itu Ia menggunakan istilah “{{ia|القائم بامر المسلمین}}” (orang yang memegang tanggung jawab urusan kaum muslimin). <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 122. </ref>
Dengan sikapnya itu, kepada para pengikutnya Imam ingin menyampaikan, ''"Bertakwalah dengan baik, jangan menyampaikan perkataan dan ajaran kami kepada sembarang orang."'' <ref>Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 224. </ref> Suatu ketika Makmun mengirim surat kepada Imam Ali Ridha as. Isinya, dia meminta pada imam supaya menjelaskan apa saja pokok-pokok [[Islam]] yang asli. Dalam jawabannya Imam menulis, pokok-pokok Islam yang asli adalah: [[Tauhid]], [[Kenabian]] [[Nabi Muhammad saw]], [[imamah]] [[Imam Ali as]] sebagai penerus dan penjaga risalah Nabi saw dan sebelas imam setelahnya. Dalam penjelasannya itu beliau menggunakan istilah “{{ia|القائم بامر المسلمین}}” (orang yang memegang tanggung jawab urusan kaum muslimin). <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 122. </ref>


==Karya-karya Yang Disandarkan kepada Imam Ridha as==
==Karya-karya Yang Disandarkan kepada Imam Ridha as==
[[Berkas:کتاب عیون اخبار الرضا.jpg|150 px|thumbnail|Kitab Uyun Akhbar al-Ridha As]]
[[Berkas:کتاب عیون اخبار الرضا.jpg|150 px|thumbnail|Kitab Uyun Akhbar al-Ridha as]]
Sebagian penulis selain mengutip hadis-hadis dan riwayat-riwayat dari Imam Ridha as atau jawaban yang diterima oleh orang-orang yang merujuk pada Imam Ridha as untuk memahami persoalan-persoalan kelimuan dan ajaran [[Islam]] (misalnya buku '''Uyūn Akhbār al-Ridhā'' yang banyak mengutip masalah-masalah seperti ini), juga menyebutkan beberapa karya yang validitas penyandaran ini memerlukan dalil-dalil yang memadai dan penyandaran-penyandaran sebagian dari karya-karya itu kepada Imam Ridha as belum dapat dibuktikan.  
Sebagian penulis selain mengutip hadis-hadis dan riwayat-riwayat dari Imam Ridha as atau jawaban yang diterima oleh orang-orang yang merujuk pada Imam untuk memahami persoalan-persoalan keilmuan dan ajaran [[Islam]] (misalnya buku '''Uyūn Akhbār al-Ridhā'' yang banyak mengutip masalah-masalah seperti ini), juga menyebutkan beberapa karya yang validitas penyandaran ini memerlukan dalil-dalil yang memadai dan penyandaran-penyandaran sebagian dari karya-karya itu kepada Imam Ridha as belum dapat dibuktikan.  
Di antara karya itu dalah buku ''al-Fiqh al-Radhawi'' namun sejumlah periset dari kalangan ulama menolak bahwa buku ini ditulis oleh Imam Ridha as. <ref>Fadhlulllah, 1377 S, hlm. 187. </ref>
Di antara karya itu adalah buku ''al-Fiqh al-Radhawi'' namun sejumlah periset dari kalangan ulama menolak bahwa buku ini ditulis oleh Imam Ridha as. <ref>Fadhlulllah, hlm. 187. </ref>


Karya lainnya yang disandarkan kepada Imam Ridha as adalah ''Risalah Dzahabiyyah'' dalam masalah kedokteran. Disebutkan bahwa Imam Ridha as mengirimkan risalah ini kurang lebih pada tahun 201 H untuk Makmun dan Makmun untuk menunjukkan betapa pentingnya resep-resep itu ia menulisnya dengan tinta emas dan kemudian disimpan di perpustakaan Darul Hikmah sehingga dengan demikian risalah tersebut dinamai sebagai ''Risalah Dzahabiyah''. Banyak ulama yang telah menulis syarah dan memberikan ulasan atas buku ini. <ref>Fadhlulllah, 1377 S, hlm. 191-196. </ref>
Karya lainnya yang disandarkan kepada Imam Ridha as adalah ''Risalah Dzahabiyyah'' dalam masalah kedokteran. Disebutkan bahwa Imam Ridha as mengirimkan risalah ini kurang lebih pada tahun 201 H untuk Makmun dan Makmun untuk menunjukkan betapa pentingnya resep-resep itu ia menulisnya dengan tinta emas dan kemudian disimpan di perpustakaan Darul Hikmah sehingga dengan demikian risalah tersebut dinamai sebagai ''Risalah Dzahabiyah''. Banyak ulama yang telah menulis syarah dan memberikan ulasan atas buku ini. <ref>Fadhlulllah, hlm. 191-196. </ref>
Karya lainnya yang disandarkan kepada Imam Ridha as adalah buku ''Shahifah al-Ridha'' dalam masalah Fikih yang belum lagi dapat dibuktikan penyandarannya menurut ulama. <ref>Fadhlulllah, 1377 S, hlm. 196. </ref>Buku lainnya yang disandarkan kepada Imam Ridah As adalah ''Mahdh al-Islām wa Syarā'i al-Din'' namun nampaknya tidak dapat diyakini bahwa buku ini adalah karya Imam Ridha as. <ref>Fadhlulllah, 1377 S, hlm. 197-198. </ref>
 
Karya lainnya yang disandarkan kepada Imam Ridha as adalah buku ''Shahifah al-Ridha'' dalam masalah [[Fikih]] yang belum lagi dapat dibuktikan penyandarannya menurut ulama. <ref>Fadhlulllah, hlm. 196. </ref>Buku lainnya yang disandarkan kepada Imam Ridah as adalah ''Mahdh al-Islām wa Syarā'i al-Din'' namun nampaknya tidak dapat diyakini bahwa buku ini adalah karya Imam Ridha as. <ref>Fadhlulllah, hlm. 197-198. </ref>


==Para Sahabat==
==Para Sahabat==
Sebagian penulis menyebutkan bahwa terdapat 367 orang dalam senarai sahabat dan perawi hadis Imam Ridha as. <ref>Silahkan lihat, al-Qurasyi, 1429 H/2008 M. </ref>   Sebagian sahabat Imam Ridha as adalah sebagai berikut:
Sebagian penulis menyebutkan bahwa terdapat 367 orang dalam senarai sahabat dan perawi hadis Imam Ridha as. <ref>Silahkan lihat, al-Qurasyi. </ref> Sebagian sahabat Imam Ridha as adalah sebagai berikut:
<div style="{{column-count|3}}">
{{col-begin|3}}
*Yunus bin Abdurrahman
*Yunus bin Abdurrahman
*Muwaffaq (pelayan Imam Ridha)
*Muwaffaq (pelayan Imam Ridha)
Baris 185: Baris 186:
*Rayyan bin Shalt
*Rayyan bin Shalt
*Da'bal bin Ali
*Da'bal bin Ali
</div>
{{akhir}}


==Tuturan Pembesar Sunni Ihwal Imam Ridha as==
==Tuturan Pembesar Sunni Ihwal Imam Ridha as==
[[Berkas:Dar al-Huffazh.jpg|right|300 px|thumbnail|Dar al-Huffazh, Haram Radhawi]]
[[Berkas:Dar al-Huffazh.jpg|right|300 px|thumbnail|Dar al-Huffazh, Haram Radhawi]]
Ibnu Hajar: ''"Ridha memiliki keturunan mulia dan merupakan seorang ahli ilmu dan keutamaan."'' <ref> 'Asqalani, ''Tahdzib al-Tahdzib'', jld. 7, hlm. 389. </ref> Disebutkan Abu Bakar bin Khazimah (Imam Ahli Hadis) dan Abu Ali Tsaqafi beserta ulama besar Ahlusunnah lainnya pernah [[ziarah|menziarahi]] makam Imam Ridha as. Perawi menyampaikannya kepada Ibnu Hajar dengan mengatakan, ''“Abu Bakar bin Khazimah sangat memuliakan makam tersebut (makam Imam Ridha as) dengan menujukkan sikap rendah hati dan ia mengeluh di sisi makam, yang membuat kami bingung.”'' <ref>'Asqalani, ''Tahdzib al-Tahdzib'', jld. 7, hlm. 388. </ref>
Ibnu Hajar: ''"Ridha memiliki keturunan mulia dan merupakan seorang ahli ilmu dan keutamaan."'' <ref> 'Asqalani, ''Tahdzib al-Tahdzib'', jld. 7, hlm. 389. </ref> Disebutkan Abu Bakar bin Khuzaimah (Imam Ahli Hadis) dan Abu Ali Tsaqafi beserta ulama besar Ahlusunnah lainnya pernah [[ziarah|menziarahi]] makam Imam Ridha as. Perawi menyampaikannya kepada Ibnu Hajar dengan mengatakan, ''“Abu Bakar bin Khazimah sangat memuliakan makam tersebut (makam Imam Ridha as) dengan menujukkan sikap rendah hati dan ia mengeluh di sisi makam, yang membuat kami bingung.”'' <ref>'Asqalani, ''Tahdzib al-Tahdzib'', jld. 7, hlm. 388. </ref>


Yafi'i: ''"Imam Ridha dipandang besar dan berasal keturunan pembesar nan mulia. Abul Hasan Ali bin Musa al-Kazhim in Ja'far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainul Abidin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang imam dari dua belas imam. Ia banyak memiliki keutamaan dan para pengikut mazhab Imamiyah disandarkan kepadanya."'' <ref>Yafi'i, jld. 2, hlm. 10, 1417 H. </ref>
Yafi'i: ''"Imam Ridha dipandang besar dan berasal keturunan pembesar nan mulia. Abul Hasan Ali bin Musa al-Kazhim bin Ja'far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainul Abidin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang imam dari dua belas imam. Ia banyak memiliki keutamaan dan para pengikut mazhab Imamiyah disandarkan kepadanya."'' <ref>Yafi'i, jld. 2, hlm. 10, 1417 H. </ref>


Ibnu Hibban menulis: ''"Kuburannya (kuburan Imam Ridha as) di Sanabad di luar Nuqan di samping kuburan Harun Rasyid menjadi tempat ziarah dan saya berulang kali telah berziarah ke kuburannya. Ketika saya di Thus dan setiap kali menghadapi persoalan saya berziarah ke pusara Ali bin Musa al-Ridha dan memohon kepada Allah Swt supaya menghilangkan persoalan itu untukku maka Allah swt mengabulkan doaku dan persoalan yang saya hadapi selesai. Hal ini berulang kali telah saya alami. Semoga [[Allah swt]] mematikan kita dengan kecintaan kepada Mustafa dan Ahlulbaitnya as."'' <ref>Ibnu Hibban, jld. 8, hlm. 457, 1402 H. </ref>
Ibnu Hibban menulis: ''"Kuburannya (kuburan Imam Ridha as) di Sanabad di luar Nuqan di samping kuburan Harun Rasyid menjadi tempat ziarah dan saya berulang kali telah berziarah ke kuburannya. Ketika saya di Thus dan setiap kali menghadapi persoalan saya berziarah ke pusara Ali bin Musa al-Ridha dan memohon kepada Allah swt supaya menghilangkan persoalan itu untukku maka Allah swt mengabulkan doaku dan persoalan yang saya hadapi selesai. Hal ini berulang kali telah saya alami. Semoga [[Allah swt]] mematikan kita dengan kecintaan kepada [[Nabi Muhammad|Mustafa]] dan [[Ahlulbait as|Ahlulbaitnya as]]."'' <ref>Ibnu Hibban, jld. 8, hlm. 457, 1402 H. </ref>


Ibnu Najjar Baghdadi berkata, ''"Ia memiliki kedudukan dalam bidang ilmu dan agama sehingga pada usia dua puluhan tahun memberikan [[fatwa]] di masjid [[Rasulullah saw]]."'' <ref>Ibnu Najjar, terkait dengan ''Tārikh Baghdād'', jld. 4, hlm. 135. </ref>
Ibnu Najjar Baghdadi berkata, ''"Ia memiliki kedudukan dalam bidang ilmu dan agama sehingga pada usia dua puluhan tahun memberikan [[fatwa]] di masjid [[Rasulullah saw]]."'' <ref>Ibnu Najjar, terkait dengan ''Tārikh Baghdād'', jld. 4, hlm. 135. </ref>


==Lihat Juga==
==Lihat Juga==
<div style="{{column-count|3}}">
{{col-begin|3}}
*[[Ahlulbait As]]
*[[Ahlulbait as]]
*[[Imam-imam Syiah]]
*[[Imam-imam Syiah]]
*[[Imam Musa bin Ja'far As|Imam Musa Kazhim As]]
*[[Imam Musa bin Ja'far As|Imam Musa Kazhim as]]
*[[Imamah]]
*[[Imamah]]
*[[Syiah]]
*[[Syiah]]
*[[Musnad al-Imam al-Ridha]]
*[[Musnad al-Imam al-Ridha]]
</div>
{{akhir}}
 
 
{{S-start}}
{{S-start}}
{{Succession box
{{Succession box
Baris 215: Baris 218:
}}
}}
{{S-end}}
{{S-end}}
==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
{{Catatan Kaki}}
{{Catatan Kaki}}
Baris 220: Baris 224:
==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
{{referensi}}
{{referensi}}
*Ibnu Habban, ''Al-Tsiqāt'', jld. 8, Matbha'at Majlis Dairah al-Ma'arif al-Utsmaniyah bi Haidar Abad, India, 1402 H.
*Al-'Amili, al-Sayid Ja'far Murtadha. ''Al-Hayāt al-Siyāsiyah lil Imām al-Ridhā as: Dirāsah wa Tahlil''. Beirut: Al-Markaz al-Islamiyah lid Dirasah, 1430 H.
*Al-Suyuthi, Jalaluddin, ''Tārikh al-Khulafā'', Riset oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, tanpa tempat, tanpa tahun.
*Al-'Atharidi. ''Musnad al-Imām al-Ridhā'', jld. 1. Beirut: Dar al-Shafwah, 1413 H/1993.
*Al-'Amili, al-Sayid Ja'far Murtadha, ''al-Hayāt al-Siyāsiyah lil Imām al-Ridhā As: Dirāsah wa Tahlil'', Al-Markaz al-Islamiyah lid Dirasah, Beirut, 1430 H.
*Al-Jauzi, Yusuf bin Abdullah. ''Tadzkirah al-Khawwāsh min al-Ummah fi Dzikr Khasāish al-Aimmah''. Qom: Mansyurat al-Syarif al-Radhi, tanpa tahun.
*Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man, ''al-Irsyād fi Ma'rifat Hujajilllah 'ala al-'Ibād'', Qum, 1428 H.
*Al-Qurasyi, Baqir Syarif. ''Hayāt al-Imām Ali bin Musā al-Ridhā: Dirasah wa Tahlil'', jld. 2. Mehr Deldar, 1429 H/2008 .
*''Dāirah al-Ma'ārif Tasyayyu''', jld. 1, Bunyad Islami, Tehran, 1366 S.
*'Asqalani, Ibnu Hajar. ''Tahdzib al-Tahdzib'', jld. 7. Beirut: Dar Shadir.
*Dakhil, Ali Muhammad Ali, A''immatuna: Sirah al-Aimmah al-Itsnā 'Asyar,'' jld. 2, Muassasah Dar al-Kitab al-Islami, 1429 H/2008 M.
*''Dāirah al-Ma'ārif Tasyayyu''', jld. 1. Tehran: Bunyad Islami, 1366 SH.
*'Asqalani, ''Tahdzib al-Tahdzib'', jld. 7, Dar Shadir, Beirut.
*Dakhil, Ali Muhammad Ali. ''Aimmatuna: Sirah al-Aimmah al-Itsnā 'Asyar,'' jld. 2. Muassasah Dar al-Kitab al-Islami, 1429 H/2008 .
*'''Uyūn Akhbār al-Ridhā As,'' Terjemahan Ali Akbar Ghaffari, jld. 2, Nasyr Shaduq, Tehran, 1373 S.
*Dekhada, Ali Akbar. ''Lughat Nāme Dekhādā'', jld. 8. cet. 10. Tehran: Danesygah Tehran, 1377 SH.
*Thabrisi, al-Fadhl bin Hasan, ''I'lām al-Warā bi A'lām al-Hudā'', jld, 2, Muassasah Alu al-Bait li Ihya al-Turats, Qum, 1417 H.
*Fadhlullah, Muhammad Jawad. ''Tahlili az Zendagāni Imām Ridhā as''. Terjemah: Muhammad Shadiq Arif. Mashyad: Bunyad Pazyuhesy-ha Islami, 1377 SH.
*Thabrisi, Abi Manshur Ahmad bin Ali bin Abi Thalib, ''al-Ihtijāj,'' Annotasi oleh Al-Sayid Muhammad Baqir al-Musawi al-Khurasan, Sa'id, Masyhad, 1403 H.
*Husaini, Ja'far Murtadha. ''Zendegi Siyāsi Hasytumin Imām''. Terjemah: Sayid Khalil Khaliliyan. Tehran: Daftar Nasyr Farhang Islami, 1381 SH.
*Fadhlullah, Muhammad Jawad, ''Tahlili az Zendagāni Imām Ridhā As,'' Terjemahan Muhammad Shadiq Arif, Bunyad Pazyuhesy-ha Islami, Mashyad, 1377 S.
*Ibnu Habban. ''Al-Tsiqāt'', jld. 8.  India:Percetakan Majlis Dairah al-Ma'arif al-Utsmaniyah, Haidar Abad, 1402 H.
*Husaini, Ja'far Murtadha, ''Zendegi Siyāsi Hasytumin Imām,'' Terjemahan Sayid Khalil Khaliliyan, Daftar Nasyr Farhang Islami, Tehran, 1381 S.
*Irfan Manesy, Jalil. ''Jugrafiyah Tārikhi Hijrat Imām Ridhā Alaihi al-Salām az Madinah tā Marv''. Masyhad: Astan Quds Radhawi, Bunyad Pazyuhesy Islami, 1374 SH.
*Rasul Ja'fariyan, ''Athlas Syi'ah,'' Sāzemān Jegrofiyah Niru-hā Musallah, Tehran, 1387 S.
*Ja'fariyan, Rasul. ''Athlas Syi'ah''. Tehran: Sāzemān Jegrofiyah Niru-hā Musallah, 1387 SH.
*Rasul Ja'fariyan, ''Hayāt Fikri wa Siyāsi Imāmān Syiah Alaihim al-Salām,'' Ansariyan, Qum, 1381 S.
*Ja'fariyan, Rasul. ''Hayāt Fikri wa Siyāsi Imāmān Syiah Alaihim al-Salām''. Qom: Ansariyan, 1381 SH.
*Al-Jauzi, Yusuf bin Abdullah, ''Tadzkirah al-Khawwāsh min al-Ummah fi Dzikr Khasāish al-Aimmah,'' Mansyurat al-Syarif al-Radhi, Qum, tanpa tahun.
*Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. ''Al-Kāfi,'' jld. 1. Editor: Muhammad Akhundi dan Ali Akbar Ghaffari. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyah, tanpa tahun.
*Dekhada, Ali Akbar, ''Lughat Nāme Dekhādā,'' jld. 8, cetakan 10, Danesygah Tehran, Tehran, 1377 S.
*Kulaini, Muhammad bin Ya'qub. ''Al-Kāfi,'' jld. 1. Riset dan editor: Ali Akbar Ghaffari. cetakan kelima, 1363 SH.
*Al-Qurasyi, Baqir Syarif, ''Hayāt al-Imām Ali bin Musā al-Ridhā: Dirasah wa Tahlil,'' jld. 2, Mehr Deldar, 1429 H/2008 M.
*Muthahhari, Murtadha. ''Majmu'ah Ātsār'', jld. 18. Qom: Shadra Tehran, 1381 SH.
*Irfan Manesy, Jalil, ''Jugrafiyah Tārikhi Hijrat Imām Ridhā Alaihi al-Salām az Madinah tā Marv,'' Astan Quds Radhawi, Bunyad Pazyuhesy Islami, Masyhad, 1374 S.
*Qummi, Syaikh Abbas. ''Muntaha al-Āmāl''. Riset:Nasir Baqiri Bidhindi. Qom: Dalil, 1379 SH.
*Al-'Atharidi, ''Musnad al-Imām al-Ridhā,'' jld. 1, Dar al-Shafwah, Beirut, 1413 H/1993 M.
*Suyuthi, Jalaluddin. ''Tārikh al-Khulafā''. Riset: Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid. tanpa tempat. tanpa tahun.
*Qummi, Syaikh Abbas, ''Muntaha al-Āmāl,'' Riset oleh Nasir Baqiri Bidhindi, Dalil, Qum, 1379 S.
*Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man. ''al-Irsyād fi Ma'rifat Hujajilllah 'ala al-'Ibād''. Qom: 1428 H.
*Al-Kulaini, Muhammad bin Ya'qub, ''al-Kāfi,'' jld. 1, Riset dan edit oleh Ali Akbar Ghaffari, cetakan kelima, 1363 S.
*Syaikh Shaduq. '''Uyūn Akhbār al-Ridhā as.'' Terjemah: Ali Akbar Ghaffari. jld. 2, Tehran: Nasyr Shaduq, 1373 SH.
*Al-Kulaini, Muhammad bin Ya'qub, ''al-Kāfi,'' jld. 1, Editor Muhammad Akhundi dan Ali Akbar Ghaffari,, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, tanpa tahun.
*Thabrisi, Abi Manshur Ahmad bin Ali bin Abi Thalib. ''al-Ihtijāj''. Annotasi: Al-Sayid Muhammad Baqir al-Musawi al-Khurasan, Sa'id. Masyhad: 1403 H.
*Muthahhari, Murtadha, ''Majmu'ah Ātsār,'' jld. 18, Shadra, Tehran:Qum, 1381 S.
*Thabrisi, al-Fadhl bin Hasan. ''I'lām al-Warā bi A'lām al-Hudā'', jld, 2. Qom: Muassasah Alu al-Bait li Ihya al-Turats, 1417 H.
*Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qub, ''Tārikh Ya'qubi,'' jld. 2, terjemahan Muhammad Ibrahim Ayati, Ilmi wa Farhanggi, Tehran, 1378 S.
*Yafi'i, Abdullah bin As'ad. ''Mir'ah al-Jinān wa 'Ibrah al-Yaqdhān fi Ma'rifat ma Yu'tabar min Hawādits al-Zamān'', jld. 2. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1417 H.
*Yafi'i, Abdullah bin As'ad, ''Mir'ah al-Jinān wa 'Ibrah al-Yaqdhān fi Ma'rifat ma Yu'tabar min Hawādits al-Zamān,'' jld. 2, Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, Beirut, 1417 H.
*Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qub. ''Tārikh Ya'qubi'', jld. 2. Terjemah: Muhammad Ibrahim Ayati. Tehran: Ilmi wa Farhanggi,  1378 SH.
{{akhir}}
{{akhir}}


Pengguna anonim