Lompat ke isi

Imam Ali al-Ridha as: Perbedaan antara revisi

1.817 bita ditambahkan ,  1 Februari 2019
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 39: Baris 39:
  |Lakab =Ridha • Shabir • Wafi • Radhi
  |Lakab =Ridha • Shabir • Wafi • Radhi
}}
}}
'''Abu al-Hasan, Ali bin Musa al-Ridha''' (bahasa Arab:{{ia|أبوالحسن علي بن موسى الرضا }}) adalah Imam Kedelapan mazhab [[Syiah]] Dua Belas Imam (148-203 H). Gelar yang paling populer yang melekat pada dirinya adalah ''Ridha'' sehingga beliau lebih dikenal sebagai Imam Ridha. Julukannya adalah Abul Hasan. Tempat kelahirannya adalah kota [[Madinah]] kemudian dipanggil secara paksa oleh Makmun Abbasi ke Khurasan dan dijadikan sebagai ''wali ahd'' (baca: putra mahkota) atas desakan Makmun Abbasi. Imam Ridha as dalam perjalanannya menuju Khurasan dari kota [[Madinah]] telah menyampaikan sebuah hadis yang terkenal yaitu ''[[Hadis Silsilah al-Dzahab|silsilah al-dzahab]]'' (mata rantai emas) di kota Naisyabur. Di samping itu, dalam lembar sejarah tercatat dan masyhur bahwa Makmun menyelenggarakan beberapa acara debat antara Imam Ridha as dan pembesar agama dan mazhab lainnya. Masa [[imamah]] Imam Ridha as berlangsung selama 20 tahun dan wafat di Thus. Makmun dinilai sebagai orang yang bertanggung jawab atas meninggalnya Imam Ridha as. Pusaranya terletak di [[Masyhad]] dan menjadi tempat ziarah jutaan kaum muslimin dari pelbagai penjuru dunia.   
'''Abu al-Hasan, Ali bin Musa al-Ridha''' (bahasa Arab:{{ia|أبوالحسن علي بن موسى الرضا }}) adalah Imam Kedelapan mazhab [[Syiah]] Dua Belas Imam (148-203 H). Gelar yang paling populer yang melekat pada dirinya adalah ''Ridha'' sehingga beliau lebih dikenal sebagai Imam Ridha. Julukannya adalah Abul Hasan. Tempat kelahirannya adalah kota [[Madinah]] kemudian dipanggil secara paksa oleh Makmun Abbasi ke Khurasan dan dijadikan sebagai ''wali ahd'' (baca: putra mahkota) atas desakan Makmun Abbasi. Imam Ridha as dalam perjalanannya menuju Khurasan dari kota [[Madinah]] telah menyampaikan sebuah hadis yang terkenal yaitu ''[[Hadis Silsilah al-Dzahab|silsilah al-dzahab]]'' (mata rantai emas) di kota Neisyabur. Di samping itu, dalam lembar sejarah tercatat dan masyhur bahwa Makmun menyelenggarakan beberapa acara debat antara Imam Ridha as dan pembesar agama dan mazhab lainnya. Masa [[imamah]] Imam Ridha as berlangsung selama 20 tahun dan wafat di Thus. Makmun dinilai sebagai orang yang bertanggung jawab atas meninggalnya Imam Ridha as. Pusaranya terletak di [[Masyhad]] dan menjadi tempat ziarah jutaan kaum muslimin dari pelbagai penjuru dunia.   


==Keturunan, Gelar dan Panggilan==
==Keturunan, Gelar dan Panggilan==
Baris 54: Baris 54:


==Istri-istri dan Anak-anak ==
==Istri-istri dan Anak-anak ==
Imam Ridha memiliki istri bernama [[Sabikah]]<ref>Al-Thabarsi, hlm. 91, 1417 H. </ref> yang disebut dengan wanita yang memiliki keturunan dari [[Mariah al-Qibthiyah|Mariah]] istri Rasulullah Saw. <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 492. </ref>
Imam Ridha memiliki istri bernama [[Sabikah]]<ref>Thabrisi, hlm. 91, 1417 H. </ref> yang disebut dengan wanita yang memiliki keturunan dari [[Mariah al-Qibthiyah|Mariah]] istri Rasulullah Saw. <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 492. </ref> Selain Sabikah, dalam sebagian literatur sejarah, disebutkan juga beberapa istri lain Imam Ridha as. Makmun melamar Imam Ridha as untuk putrinya Ummu Habib dan Imam Ridha as menerima pinangan itu. Thabari menyebut pernikahan ini pada peristiwa-peristiwa tahun 202 H. <ref>Thabari, ''al-Tārikh'', jld. 7, hlm. 149. </ref> Disebutkan bahwa tujuan Makmun menikahkan putrinya dengan Imam Ridha as adalah untuk semakin dekatnya ia kepada Imam Ridha dan memiliki jalur ke rumahnya guna memperoleh informasi lebih jauh terkait dengan agenda-agenda Imam Ridha as. <ref>Al-Qurasyi, jld. 2, hlm. 408. </ref>
 
Selain Sabikah, dalam sebagian literatur sejarah, disebutkan juga beberapa istri lain Imam Ridha as. Makmun melamar Imam Ridha as untuk putrinya Ummu Habib dan Imam Ridha as menerima pinangan itu. Thabari menyebut pernikahan ini pada peristiwa-peristiwa tahun 202 H. <ref>Thabari, ''al-Tārikh'', jld. 7, hlm. 149. </ref> Disebutkan bahwa tujuan Makmun menikahkan putrinya dengan Imam Ridha as adalah untuk semakin dekatnya ia kepada Imam Ridha dan memiliki jalur ke rumahnya guna memperoleh informasi lebih jauh terkait dengan agenda-agenda Imam Ridha as. <ref>Al-Qurasyi, jld. 2, hlm. 408. </ref>


Yafi'i menilai nama putri Makmun itu sebagai Ummu Habibah dan menikahkannya dengan Imam Ridha as. <ref>Yafi'i, jld. 2, hlm. 10, 1417 H. </ref> Suyuthi juga mengutip pernikahan putri Makmun dengan Imam Ridha as tanpa menyebutkan nama putri Makmun itu. <ref>Suyuthi, hlm. 307. </ref>
Yafi'i menilai nama putri Makmun itu sebagai Ummu Habibah dan menikahkannya dengan Imam Ridha as. <ref>Yafi'i, jld. 2, hlm. 10, 1417 H. </ref> Suyuthi juga mengutip pernikahan putri Makmun dengan Imam Ridha as tanpa menyebutkan nama putri Makmun itu. <ref>Suyuthi, hlm. 307. </ref>


Terdapat perbedaan pendapat terkait dengan jumlah dan nama anak-anak Imam Ridha as. Sebagian menulis bahwa Imam Ridha as memiliki lima putra dan seorang putri dengan nama-nama Muhammad Qani', Hasan, Ja'far, Ibrahim, Husain dan Aisyah. <ref>Fadhlullah, Muhammad Jawad, Op cit, hlm. 44. </ref>Sibth bin Jauzi mengutip bahwa Imam Ridha as memiliki empat putra dengan nama-nama, Muhammad (Abu Ja'far Tsani), Ja'far, Abu Muhammad Hasan, Ibrahim, dan seorang putri tanpa menyebutkan nama putri ini. <ref>Al-Jauzi, hlm. 123, tanpa tahun. </ref>
Terdapat perbedaan pendapat terkait dengan jumlah dan nama anak-anak Imam Ridha as. Sebagian menulis bahwa Imam Ridha as memiliki lima putra dan seorang putri dengan nama-nama Muhammad Qani', Hasan, Ja'far, Ibrahim, Husain dan Aisyah. <ref>Fadhlullah, hlm. 44. </ref> Sibth bin Jauzi mengutip bahwa Imam Ridha as memiliki empat putra dengan nama-nama, Muhammad (Abu Ja'far Tsani), Ja'far, Abu Muhammad Hasan, Ibrahim, dan seorang putri tanpa menyebutkan nama putri ini. <ref>Al-Jauzi, hlm. 123. </ref>


Disebutkan bahwa seorang anak Imam Ridha yang berusia dua tahun atau kurang dari dua tahun dikuburkan di Qazwin yaitu Imam Zadeh Husain yang kini terdapat di kota Qazwin dan Imam Ridha as sendiri pernah mengunjungi kota ini pada tahun 193 H. <ref>Ja'fariyan, hlm. 426, 1381 S. </ref>
Disebutkan bahwa seorang anak Imam Ridha yang berusia dua tahun atau kurang dari dua tahun dikuburkan di Qazwin yaitu Imam Zadeh Husain yang kini terdapat di kota Qazwin dan Imam Ridha as sendiri pernah mengunjungi kota ini pada tahun 193 H. <ref>Ja'fariyan, hlm. 426. </ref>


[[Syaikh Mufid]] hanya mengakui [[Muhammad bin Ali al-Ridha As|Muhammad bin Ali]] sebagai anak dari Imam Ridha as. <ref>Al-Mufid, Op cit, hlm. 464. </ref>Ibnu Syahr Asyub dan Thabarsi juga berpendapat yang sama. <ref>Fadhlullah, Muhammad Jawad, Op cit, hlm. 44. </ref>Sebagian lainnya menyebutkan bahwa Imam Ridha as memiliki seorang putri bernama Fatimah. <ref>Qummi, 1725-1726, 1379 S. </ref>
[[Syaikh Mufid]] hanya mengakui [[Muhammad bin Ali al-Ridha As|Muhammad bin Ali]] sebagai anak dari Imam Ridha as. <ref>Syaikh Mufid, hlm. 464. </ref>Ibnu Syahr Asyub dan Thabrisi juga berpendapat yang sama. <ref>Fadhlullah, hlm. 44. </ref>Sebagian lainnya menyebutkan bahwa Imam Ridha as memiliki seorang putri bernama Fatimah. <ref>Qummi, 1725-1726. </ref>
[[File:ضامن آهو.jpg|thumbnail|250 px|Sang Penjamin Rusa, karya [[Mahmud Farsyciyan]]]]
[[File:ضامن آهو.jpg|thumbnail|250 px|Sang Penjamin Rusa, karya [[Mahmud Farsyciyan]]]]


==Imamah==
==Imamah==
Masa imamahnya paska ayahandanya berlangsung selama 20 tahun (183-203 H) yang bertepatan dengan masa khilafah Harun al-Rasyid, Muhammad Amin (3 tahun 25 hari), Ibrahim bin Mahdi yang lebih dikenal sebagai Ibnu Syiklah (14 hari), kemudian kembali Muhammad Amin (1 tahun dan 7 bulan), Makmun (20 tahun dimana 5 tahun akhir usia Imam Ridha [198 hingga 203 H] bertepatan dengan pemerintahan Makmun). <ref>Al-Thabarsi, jld. 2, hlm. 41-42, 1417 H. </ref>
Masa imamahnya pasca ayahandanya berlangsung selama 20 tahun (183-203 H) yang bertepatan dengan masa khilafah Harun al-Rasyid, Muhammad Amin (3 tahun 25 hari), Ibrahim bin Mahdi yang lebih dikenal sebagai Ibnu Syiklah (14 hari), kemudian kembali Muhammad Amin (1 tahun dan 7 bulan), Makmun (20 tahun dimana 5 tahun terakhir dari usia Imam Ridha [198 hingga 203 H] bertepatan dengan pemerintahan Makmun). <ref>Thabrisi, jld. 2, hlm. 41-42, 1417 H. </ref>
Sebagian orang yang mengutip hadis-hadis dari [[Imam Musa bin Ja'far As]] atas imamah putranya Ali bin Musa al-Ridha adalah: Daud bin Katsir al-Riqqi, Muhammad bin Ishaq bin Ammar, Ali bin Yaqthin, Na'im al-Qabusi, al-Husain bin al-Mukhtar, Ziyad bin Marwan, al-Makhzumi, Daud bin Sulaiman, Nashr bin Qabus, Daud bin Zarbi, Yazid bin Sillith dan Muhammad bin Sanan. <ref>Al-Mufid, hlm. 448. </ref>
Sebagian orang yang mengutip hadis-hadis dari [[Imam Musa bin Ja'far as]] atas imamah putranya Ali bin Musa al-Ridha adalah: Daud bin Katsir al-Riqqi, Muhammad bin Ishaq bin Ammar, Ali bin Yaqthin, Na'im al-Qabusi, al-Husain bin al-Mukhtar, Ziyad bin Marwan, al-Makhzumi, Daud bin Sulaiman, Nashr bin Qabus, Daud bin Zarbi, Yazid bin Sillith dan Muhammad bin Sanan. <ref>Syaikh Mufid, hlm. 448. </ref>


Di samping banyak dalil riwayat, akseptablitas Imam Ridha as di kalangan [[Syiah]] dan keunggulan ilmu dan akhlaknya menetapkan bahwa [[imamah]] layak untuk disandang olehnya meski masalah imamah pada akhir-akhir hidup [[Imam Musa bin Ja'far As|Imam Musa bin Ja'far]] cukup pelik dan sulit namun kebanyakan sahabat Imam Kazhim As menerima bahwa Imam Ridha as adalah pelanjut dan khalifah mereka yang ditunjuk dari sisi Imam Musa Kazhim As. <ref>Ja'fariyan, 1381 S, hlm. 427. </ref>
Di samping banyak dalil riwayat, akseptablitas Imam Ridha as di kalangan [[Syiah]] dan keunggulan ilmu dan akhlaknya menetapkan bahwa [[imamah]] layak untuk disandang olehnya meski masalah imamah pada akhir-akhir hidup Imam Musa bin Ja'far cukup pelik dan sulit, namun kebanyakan sahabat Imam Kazhim as menerima bahwa Imam Ridha as adalah pelanjut dan khalifah mereka yang ditunjuk dari sisi Imam Musa Kazhim as. <ref>Ja'fariyan, hlm. 427. </ref>


===Perjalanan ke Khurasan===
===Kecondongan Para Pengikut Syiah===
Setelah syahadah Imam ketujuh, sebagian besar kaum Syiah, sesuai dengan wasiat dan pesan Imam Kazhim as dan alasan-alasan serta bukti-bukti lainnya, menerima keimamahan putranya Ali bin Musa al-Reza as dan beliau menegaskannya sebagai imam kedelapan. Kelompok bagian ini, yang juga termasuk dari para tokoh pembesar sahabat Imam al-Kazhim as, dikenal dengan sebutan nama Qathiyah. <ref> Naubahkhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm.79.</ref> Namun kelompok pengikut lainnya dari Imam ketujuh karena dengan alasan-alasan tertentu, engan untuk mengakui keimamahan Imam Ali bin Musa al-Ridha as dan mereka berhenti pada keimamah Musa bin Ja'far as. Mereka menyatakan bahwa Musa bin Ja'far as adalah Imam terakhir dan beliau tidak menentukan keimamahan siapa pun setelahnya dan atau setidaknya kami tidak mengetahuinya. Kelompok ini disebut dengan nama Waqifiyah (atau Waqifah).
 
==Kedudukan Imam di Madinah==
Imam Ridha kurang lebih selama sekitar tujuh belas tahun (183-200 atau 201 tahun) dari periode keimamahannya berada di Madinah dan memiliki posisi yang istimewa di kalangan masyarakat. Imam sendiri, mengenai putra mahkota sudah pernah mengadakan percakapan dengan Makmun, dalam menggambarkan periode ini berkata demikian:
Sesungguhnya, perjanjian putra mahkota itu tidak memberikan kepadaku poin atau status apa pun. Ketika aku berada di Madinah, perintahku dapat mempengaruhi mereka yang di timur dan barat dan ketika aku menaiki kendaraanku sementara aku melewati gang-gang Madinah, tidak ada yang lebih mulia dariku. <ref> Kulaini, ''al-Kafi'', jld.8, hlm.151.</ref>
 
Mengenai posisi ilmiah Imam di Madinah juga dikutip dari dirinya sendiri:
Aku duduk di masjid Nabi dan para ulama yang berada di Madinah, setiap kali mereka berada dalam masalah, semua merujuk kepadaku dan mengirimkan pertanyaan dan masalah mereka kepadaku dan aku memberikan jawaban kepada mereka. <ref> Thabrisi, ''I'lamul Wara Bia'lamil Huda'', jld.2, hlm.64.</ref>
 
==Perjalanan ke Khurasan==
{{Rute Perjalanan Imam Ridha as}}
{{Rute Perjalanan Imam Ridha as}}
Disebutkan bahwa hijrah Imam Ridha as dari [[Madinah]] ke Moro terjadi pada tahun 200 H. <ref> ''‘Irfan Manesy'', 1374 S, hlm. 18. </ref>Penulis buku ''Hayāt Fikri wa Siyāsi Imāmān Syiah'' berkata, ''"Imam Ridha hingga tahun 201 berada di Madinah dan pada bulan Ramadhan tahun tersebut tiba di Moro."'' <ref>Ja'fariyan, 1381 S, hlm. 426. </ref>
Disebutkan bahwa hijrah Imam Ridha as dari [[Madinah]] ke Marv terjadi pada tahun 200 H. <ref> ''‘Irfan Manesy'', hlm. 18. </ref> Penulis buku ''Hayāt Fikri wa Siyāsi Imāmāne Syieh'' berkata, ''"Imam Ridha hingga tahun 201 berada di Madinah dan pada bulan [[Ramadhan]] tahun tersebut tiba di Marv."'' <ref>Ja'fariyan, 1381 S, hlm. 426. </ref>


Dalam ''Tārikh Ya'qubi'' tertulis bahwa Makmun membawa Imam Ridha as dari [[Madinah]] ke Khurasan. Orang yang ditugasi untuk mengantar Imam Ridha as dari Madinah ke Khurasan adalah Raja bin Abi Dhahak kerabat Fadhl bin Sahal. Mereka membawa Imam Ridha as melalui Bashrah hingga sampai di Moro. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 465, 1378 S. </ref>
Dalam ''Tārikh Ya'qubi'' tertulis bahwa Makmun membawa Imam Ridha as dari Madinah ke Khurasan. Orang yang ditugasi untuk mengantar Imam Ridha as dari Madinah ke Khurasan adalah Raja bin Abi Dhahak kerabat Fadhl bin Sahal. Mereka membawa Imam Ridha as melalui Basrah hingga sampai di Marv. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 465, 1378 S. </ref>
Jalur yang dipilih oleh Makmun untuk ditempuh oleh Imam Ridha as sampai di Moro adalah jalur yang telah ditentukan supaya Imam Ridha tidak melewati perkampungan Syiah. Makmun menghindari hal itu terjadi sehingga ia menginstruksikan supaya Imam Ridha tidak dibawa melalui Kufah dan harus lewat Bashrah, Khuzistan, Fars hingga Naisyabur. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 465, 1378 S. </ref>
Jalur yang dipilih oleh Makmun untuk ditempuh oleh Imam Ridha as sampai di Marv adalah jalur yang telah ditentukan supaya Imam Ridha tidak melewati perkampungan [[Syiah]]. Makmun menghindari hal itu terjadi sehingga ia menginstruksikan supaya Imam Ridha tidak dibawa melalui [[Kufah]] dan harus lewat Basrah, Khuzistan, Fars hingga Neisyabur. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 465. </ref>


Jalur yang dilalui oleh Imam Ridha as sesuai dengan buku Athlās [[Syiah]] adalah sebagai berikut: [[Madinah]], Naqrah, Husjah, Nabbaj, Hafr Abu Musa, Basrah, Ahwaz, Bahbahan, Isthkhar, Abrquh, Dahsyir (Farasyah), Yazd, Kharaniq, Ribath Pusytbam, Naisyabur, Qadamgah, Dahsurkh, Thus, Sarkhus, Marw. <ref>Ja'fariyan, hlm. 95, 1387 S. </ref>
Jalur yang dilalui oleh Imam Ridha as sesuai dengan buku Athlās Syiah adalah sebagai berikut: Madinah, Naqrah, Husjah, Nabbaj, Hafr Abu Musa, Basrah, Ahwaz, Behbahan, Isthkhar, Abrquh, Dahsyir (Farasyah), Yazd, Kharaniq, Ribath Pusytbam, Neisyabur, Qadamgah, Dahsurkh, Thus, Sarkhus, Marw. <ref>Ja'fariyan, hlm. 95. </ref>
[[Syaikh Mufid]] berkata, ''"Makmun mengundang sekelompok orang dari keluarga Abu Thalib dari Madinah di antaranya adalah Imam Ridha as." Berbeda dengan Ya'qubi, ia menganggap bahwa utusan Makmun itu adalah Jaludi dan katanya ia membawa Imam Ridha ke hadapan Makmun melalui Basrah. Ia menempatkan mereka di sebuah rumah dan Imam Ridha as di tempat lain dengan penuh penghormatan dan takzim."'' <ref>Al-Mufid, Op cit, hlm. 455. </ref>
[[Syaikh Mufid]] berkata, ''"Makmun mengundang sekelompok orang dari keluarga Abu Thalib dari Madinah di antaranya adalah Imam Ridha as." Berbeda dengan Ya'qubi, ia menganggap bahwa utusan Makmun itu adalah Jaludi dan katanya ia membawa Imam Ridha ke hadapan Makmun melalui Basrah. Ia menempatkan mereka di sebuah rumah dan Imam Ridha as di tempat lain dengan penuh penghormatan dan takzim."'' <ref>Syaikh Mufid, hlm. 455. </ref>


===Penyampaian Hadis Silsilah al-Dzahab===
===Penyampaian Hadis Silsilah al-Dzahab===
Peristiwa yang paling penting dan terdokumentasi paling baik dari jalur ini adalah penyampaian hadis makruf ''Silsilah al-Dzahab'' (Mata Rantai Emas) oleh Imam Ridha di kota Nasiyabur. <ref>Fadhlullah, hlm. 133, 1377 S. </ref>
Peristiwa yang paling penting dan terdokumentasi paling baik dari jalur ini adalah penyampaian hadis makruf ''Silsilah al-Dzahab'' (Mata Rantai Emas) oleh Imam Ridha di kota Nasiyabur. <ref>Fadhlullah, hlm. 133, 1377 S. </ref>


Ishak bin Rahwiyah berkata, “Sewaktu Imam Ridha as dalam perjalanan ke Khurasan dan tiba di Naisyabur, para ahli hadis berkumpul dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah anda datang ke kota kami dan anda tidak memanfaatkan itu dengan menjelaskan hadis kepada kami?” Mendengarkan permintaan itu, Imam Ridha as mengeluarkan kepalanya dari tenda dan mengatakan:
Ishak bin Rahwiyah berkata, “Sewaktu Imam Ridha as dalam perjalanan ke Khurasan dan tiba di Neisyabur, para ahli hadis berkumpul dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah anda datang ke kota kami dan anda tidak memanfaatkan itu dengan menjelaskan hadis kepada kami?” Mendengarkan permintaan itu, Imam Ridha as mengeluarkan kepalanya dari tenda dan mengatakan:
Aku mendengar dari ayahku Musa bin Ja'far, dia berkata mendengar dari ayahnya, Ja'far bin Muhammad yang berkata mendengar dari ayahnya Muhammad bin Ali yang berkata mendengar dari ayahnya Ali bin al-Husain yang mendengar dari ayahnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as yang berkata mendengar dari [[Rasulullah saw]] yang berkata mendengar dari Jibril as yang berkata, [[Allah swt]] berfirman:  
Aku mendengar dari ayahku Musa bin Ja'far, dia berkata mendengar dari ayahnya, Ja'far bin Muhammad yang berkata mendengar dari ayahnya Muhammad bin Ali yang berkata mendengar dari ayahnya Ali bin al-Husain yang mendengar dari ayahnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as yang berkata mendengar dari [[Rasulullah saw]] yang berkata mendengar dari Jibril as yang berkata, [[Allah swt]] berfirman:  
Kalimat ''Laa ilaha illaLlah'' adalah pagar dan bentengku. Barang siapa yang masuk kedalamnya maka dia akan aman dari azab.  
Kalimat ''Laa ilaha illaLlah'' adalah pagar dan bentengku. Barang siapa yang masuk kedalamnya maka dia akan aman dari azab.  
Baris 93: Baris 101:
[[File:Dar_al-Hujjah.jpg|thumbnail|300 px|Serambi Dar al-Hujjah Haram Radhawi]]
[[File:Dar_al-Hujjah.jpg|thumbnail|300 px|Serambi Dar al-Hujjah Haram Radhawi]]


===Wilāyah Ahd Makmun===
==Wilayah Ahd Makmun==
Setelah Imam Ridha as berdiam di Moro, Makmun mengutus seseorang ke kediaman Imam Ridha as dan menyampaikan bahwa dirinya ingin lengser dari khilafah dan menyerahkan urusan khilafah ini kepada Imam Ridha. Imam Ridha as dimintai pendapat tentang hal ini. Imam dengan tegas menolak usulan Makmun. Setelah itu, Makmun meminta supaya wilāyah ahd ini diserahkan kepadanya usai diterima oleh Imam Ridha. Imam Ridha as tetap menolak dengan tegas. Di sini Makmun meminta Imam Ridha as untuk datang ke rumahnya. Imam Ridha as datang ke kediaman Makmun dimana tiada orang selain Makmun, Imam Ridha dan Fadhl bin Shal Dzu al-Riyāsatain (orang yang merangkap dua jabatan militer dan sipil). ''"Saya ingin menyerahkan urusan kaum Muslimin kepada Anda dan dan melepaskan diriku dari tanggung-jawab dengan menyerahkannya kepada Anda."'' Ujar Makmun. ''"Wahai Amiral Mukminin! Demi Allah! Demi Allah! Saya tidak kuasa memikul beban ini dan juga tidak memiliki kemampuan untuk hal itu."'' Jawab Imam Ridha as. ''"Saya akan serahkan urusan wilāyah ahd kepada Anda setelahku."'' Tawar Makmun lagi. ''"Maafkanlah saya dari urusan ini wahai Amiral Mukminin."'' Tegas Imam Ridha as. ''"Umar bin Khattab membuat syura beranggotakan enam orang untuk memilih khalifah. Di antara mereka terdapat datukmu, Amirul Mukminin, 'Ali bin Abi Thalib. Umar mensyaratkan bahwa siapa yang menentang keputusan syura harus dipenggal kepalanya. Jadi, tidak ada jalan lain kecuali menerima apa yang saya tawarkan kepada Anda."'' Ujar Makmun dengan nada mengancam. ''"Aku akan setuju dengan apa yang engkau tawarkan kepadaku, dengan syarat bahwa aku tidak memerintah, tidak memberikan komando, tidak membuat keputusan-keputusan hukum, tidak menjadi hakim, tidak menunjuk, tidak memecat, tidak mengganti apa yang kini sudah ada."'' Pungkas Imam Ridha as. Makmun menerima semua syarat yang diajukan oleh Imam Ridha as. <ref>Al-Mufid, Op cit, hlm. 455-456, </ref>
Setelah Imam Ridha as berdiam di Marv, Makmun mengutus seseorang ke kediaman Imam Ridha as dan menyampaikan bahwa dirinya ingin lengser dari khilafah dan menyerahkan urusan khilafah ini kepada Imam Ridha. Imam Ridha as dimintai pendapat tentang hal ini. Imam dengan tegas menolak usulan Makmun. Setelah itu, Makmun meminta supaya wilāyah ahd ini diserahkan kepadanya usai diterima oleh Imam Ridha. Imam Ridha as tetap menolak dengan tegas. Di sini Makmun meminta Imam Ridha as untuk datang ke rumahnya. Imam Ridha as datang ke kediaman Makmun dimana tiada orang selain Makmun, Imam Ridha dan Fadhl bin Shal Dzu al-Riyāsatain (orang yang merangkap dua jabatan militer dan sipil). ''"Saya ingin menyerahkan urusan kaum Muslimin kepada Anda dan dan melepaskan diriku dari tanggung-jawab dengan menyerahkannya kepada Anda."'' Ujar Makmun. ''"Wahai Amiral Mukminin! Demi Allah! Demi Allah! Saya tidak kuasa memikul beban ini dan juga tidak memiliki kemampuan untuk hal itu."'' Jawab Imam Ridha as. ''"Saya akan serahkan urusan wilāyah ahd kepada Anda setelahku."'' Tawar Makmun lagi. ''"Maafkanlah saya dari urusan ini wahai Amiral Mukminin."'' Tegas Imam Ridha as. ''"Umar bin Khattab membuat syura beranggotakan enam orang untuk memilih khalifah. Di antara mereka terdapat datukmu, Amirul Mukminin, 'Ali bin Abi Thalib. Umar mensyaratkan bahwa siapa yang menentang keputusan syura harus dipenggal kepalanya. Jadi, tidak ada jalan lain kecuali menerima apa yang saya tawarkan kepada Anda."'' Ujar Makmun dengan nada mengancam. ''"Aku akan setuju dengan apa yang engkau tawarkan kepadaku, dengan syarat bahwa aku tidak memerintah, tidak memberikan komando, tidak membuat keputusan-keputusan hukum, tidak menjadi hakim, tidak menunjuk, tidak memecat, tidak mengganti apa yang kini sudah ada."'' Pungkas Imam Ridha as. Makmun menerima semua syarat yang diajukan oleh Imam Ridha as. <ref>Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 455-456, </ref>


Dengan demikian, Makmun pada hari Senin, 7 Ramadhan 201 H memberikan baiat kepada putra makhota setelahnya dan memakaikan pakaian hijau kepada masyarakat sebagai ganti pakaian hitam (pakaian yang dikenakan oleh Abu Muslim Khurasani dan pengikutnya yang boleh jadi mengikuti bendera [[Rasulullah saw]] atau sebagai tanda duka cita para syahid [[Ahlulbait]] Rasulullah saw).  
Dengan demikian, Makmun pada hari Senin, 7 Ramadhan 201 H memberikan baiat kepada putra makhota setelahnya dan memakaikan pakaian hijau kepada masyarakat sebagai ganti pakaian hitam (pakaian yang dikenakan oleh Abu Muslim Khurasani dan pengikutnya yang boleh jadi mengikuti bendera [[Rasulullah saw]] atau sebagai tanda duka cita para syahid [[Ahlulbait]] Rasulullah saw).  
Makmun menuliskan instruksi ini di seluruh penjuru kota dan meminta warga masyarakat untuk berbaiat kepada Imam Ridha as serta membacakan namanya di mimbar-mimbar khutbah. Di samping itu, Makmun mencetak koin Dinar dan Dirham dengan nama Imam Ridha as. Seluruh masyarakat mengikuti titah ini kecuali seseorang yang enggan mengenakan pakaian hijau yaitu Ismail bin Ja'far bin Sulaiman bin Ali Hasyimi. <ref>Ya'qubi, Op cit, hlm. 465. </ref>
Makmun menuliskan instruksi ini di seluruh penjuru kota dan meminta warga masyarakat untuk berbaiat kepada Imam Ridha as serta membacakan namanya di mimbar-mimbar khutbah. Di samping itu, Makmun mencetak koin Dinar dan Dirham dengan nama Imam Ridha as. Seluruh masyarakat mengikuti titah ini kecuali seseorang yang enggan mengenakan pakaian hijau yaitu Ismail bin Ja'far bin Sulaiman bin Ali Hasyimi. <ref>Ya'qubi, Op cit, hlm. 465. </ref>


===Penyelenggaraan Majelis Debat ===
==Penyelenggaraan Majelis Debat==
Setelah membawa Imam Ridha ke Moro, Makmun mengadakan beberapa pertemuan ilmiah dengan menghadirkan ulama dari beberapa mazhab dan agama. Dalam beberapa pertemuan ini, berlangsung perdebatan antara Imam Ridha as dan ulama lainnya yang secara umum berkisar tentang masalah-masalah ideologi dan fikih. Sebagian dari debat ini disebutkan oleh Thabarsi dalam ''Ihtijāj''. <ref>Ja'fariyan, hlm. 442, 1381 S. </ref>
Setelah membawa Imam Ridha ke Marv, Makmun mengadakan beberapa pertemuan ilmiah dengan menghadirkan ulama dari beberapa mazhab dan agama. Dalam beberapa pertemuan ini, berlangsung perdebatan antara Imam Ridha as dan ulama lainnya yang secara umum berkisar tentang masalah-masalah ideologi dan fikih. Sebagian dari debat ini disebutkan oleh Thabrisi dalam ''Ihtijāj''. <ref>Ja'fariyan, hlm. 442, 1381 S. </ref>
Sebagian dari debat (atau ihtijajāj) adalah: <ref>Silakan lihat: al-Tabarsi, jld. 2, 1403 H, hlm. 396 dst. </ref>
Sebagian dari debat (atau ihtijajāj) adalah: <ref>Silakan lihat: al-Tabarsi, jld. 2, 1403 H, hlm. 396 dst. </ref>
*Debat tentang masalah [[Tauhid]] dan Keadilan
*Debat tentang masalah [[Tauhid]] dan Keadilan
Baris 115: Baris 124:
[[File:Ravaqdarhujjah.jpg|thumbnail|400 px|right|Serambi Dar al-Hujjah Haram Radhawi]]
[[File:Ravaqdarhujjah.jpg|thumbnail|400 px|right|Serambi Dar al-Hujjah Haram Radhawi]]


===Salat Id===
==Salat Id==
{{Quote box
{{Quote box
  |title = <center>Imam Ridha as</center>
  |title = <center>Imam Ridha as</center>
Baris 130: Baris 139:
[[Berkas:حرم-امام-رضا1.jpg|right|300 px|thumbnail|Haram Imam Ridha as]]
[[Berkas:حرم-امام-رضا1.jpg|right|300 px|thumbnail|Haram Imam Ridha as]]
Mengenai proses kesyahidan Imam Ridha as, terdapat sejumlah periwayatan yang berbeda dari sumber-sumber yang berbeda.  
Mengenai proses kesyahidan Imam Ridha as, terdapat sejumlah periwayatan yang berbeda dari sumber-sumber yang berbeda.  
*Sebagaimana yang disebutkan dalam ''Tarikh Ya'qubi'', Makmun pada tahun 202 H bertolak ke Irak melalui Moro. Bersamanya ikut ''wali ahd''-nya Imam Ridha as dan perdana menteri Fadhl bin Sahl Dzu al-Riyasatain. <ref>Ya'qubi, Op cit, hlm. 469. </ref>Tatkala tiba di Thus, Imam Ridha as wafat di sebuah desa yang bernama Nuqan pada awal tahun 203 H. Penyakit yang dideritanya hanya berlangsung tiga hari akibat dari racun dari buah delima yang diberikan oleh Ali bin Hisyam. Makmun menunjukkan perasaan berduka atas kepergian Imam Ridha as. Ya'qubi melanjutkan, ''"Diberitakan Abu al-Hasan bin Abi Ibad dan berkata, "Saya melihat Makmun mengenakan jubah putih dan berjalan kaki dan berkata, 'Wahai Abal Hasan! Setelahmu siapa yang saya harus andalkan?'" Makmun tinggal selama tiga hari berada di samping kuburan Imam Ridha as dan setiap harinya orang-orang membawakan sepotong roti dan sedikit garam untuknya. Makanannya hanyalah itu. Kemudian pada hari keempat ia kembali."'' <ref>Ibid, hlm. 471. </ref>
*Sebagaimana yang disebutkan dalam ''Tarikh Ya'qubi'', Makmun pada tahun 202 H bertolak ke Irak melalui Marv. Bersamanya ikut ''wali ahd''-nya Imam Ridha as dan perdana menteri Fadhl bin Sahl Dzu al-Riyasatain. <ref>Ya'qubi, Op cit, hlm. 469. </ref>Tatkala tiba di Thus, Imam Ridha as wafat di sebuah desa yang bernama Nuqan pada awal tahun 203 H. Penyakit yang dideritanya hanya berlangsung tiga hari akibat dari racun dari buah delima yang diberikan oleh Ali bin Hisyam. Makmun menunjukkan perasaan berduka atas kepergian Imam Ridha as. Ya'qubi melanjutkan, ''"Diberitakan Abu al-Hasan bin Abi Ibad dan berkata, "Saya melihat Makmun mengenakan jubah putih dan berjalan kaki dan berkata, 'Wahai Abal Hasan! Setelahmu siapa yang saya harus andalkan?'" Makmun tinggal selama tiga hari berada di samping kuburan Imam Ridha as dan setiap harinya orang-orang membawakan sepotong roti dan sedikit garam untuknya. Makanannya hanyalah itu. Kemudian pada hari keempat ia kembali."'' <ref>Ibid, hlm. 471. </ref>
*[[Syaikh Mufid]] menukil dari Abdullah bin Basyir bahwa Makmun menugaskan dirinya untuk tidak memotong kuku sehingga lebih panjang dari ukuran rata-rata orang kemudian ia diberikan sesuatu serupa asam India sehingga tercampur bak adonan di tangannya. Kemudian Makmun pergi ke hadapan Imam Ridha as dan memanggil Abdullah lalu memintanya untuk mengambilkan air delima dengan tangannya lalu disajikan untuk Imam Ridha as. Dan hal inilah yang menjadi penyebab wafatnya Imam Ridha as setelah dua hari berselang. <ref>Al-Mufid, Op cit, hlm. 464. </ref>
*[[Syaikh Mufid]] menukil dari Abdullah bin Basyir bahwa Makmun menugaskan dirinya untuk tidak memotong kuku sehingga lebih panjang dari ukuran rata-rata orang kemudian ia diberikan sesuatu serupa asam India sehingga tercampur bak adonan di tangannya. Kemudian Makmun pergi ke hadapan Imam Ridha as dan memanggil Abdullah lalu memintanya untuk mengambilkan air delima dengan tangannya lalu disajikan untuk Imam Ridha as. Dan hal inilah yang menjadi penyebab wafatnya Imam Ridha as setelah dua hari berselang. <ref>Syaikh Mufid, Op cit, hlm. 464. </ref>
*[[Syaikh Shaduq]] mengutip sebuah riwayat yang kandungannya sama dengan riwayat di atas namun yang disebutkan adalah racun pada anggur dan pada sebagian lainnya disebutkan pada anggur dan juga pada delima. <ref>Silahkan lihat, Shaduq, jld. 2, hlm-hlm. 592-602. </ref>Ja'far Murtadha Husaini menyebutkan enam pendapat terkait dengan penyebab wafatnya Imam Ridha as. <ref>Silahkan lihat, Husaini, Ja'far Murtadha, hlm-hlm. 202-212. </ref>
*[[Syaikh Shaduq]] mengutip sebuah riwayat yang kandungannya sama dengan riwayat di atas namun yang disebutkan adalah racun pada anggur dan pada sebagian lainnya disebutkan pada anggur dan juga pada delima. <ref>Silahkan lihat, Shaduq, jld. 2, hlm-hlm. 592-602. </ref>Ja'far Murtadha Husaini menyebutkan enam pendapat terkait dengan penyebab wafatnya Imam Ridha as. <ref>Silahkan lihat, Husaini, Ja'far Murtadha, hlm-hlm. 202-212. </ref>
*Ibnu Hibban salah seorang ahli hadis dan rijal abad keempat Hijriah, di bawah nama Ali bin Musa al-Ridha, menulis, ''"Ali bin Musa al-Ridha wafat lantaran racun yang diberikan Makmun. Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu tahun 203 H."'' <ref>Ibnu Hibban, jld. 8, hlm. 456-457, 1402 H; Ja'fariyan, hlm. 460, 1376 S. </ref>
*Ibnu Hibban salah seorang ahli hadis dan rijal abad keempat Hijriah, di bawah nama Ali bin Musa al-Ridha, menulis, ''"Ali bin Musa al-Ridha wafat lantaran racun yang diberikan Makmun. Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu tahun 203 H."'' <ref>Ibnu Hibban, jld. 8, hlm. 456-457, 1402 H; Ja'fariyan, hlm. 460, 1376 S. </ref>
Baris 140: Baris 149:


==Makam Imam Ridha as==
==Makam Imam Ridha as==
Setelah syahidnya Imam Ridha as, Makmun mengebumikannya di rumah Hamid bin Qahthabah Thai (Buq'ah Haruniyah) di desa Sanabad. <ref>Al-Mufid, ibid, hlm. 464. </ref>Dewasa ini desa itu menjadi Haram Radhawi di Iran dan tepatnya di kota [[Masyhad]] Muqaddas yang setiap tahunnya dikunjungi banyak peziarah dari berbagai negara. <ref>Dakhil, 1469 H, hlm. 76-77. </ref>
Setelah syahidnya Imam Ridha as, Makmun mengebumikannya di rumah Hamid bin Qahthabah Thai (Buq'ah Haruniyah) di desa Sanabad. <ref>Syaikh Mufid, ibid, hlm. 464. </ref>Dewasa ini desa itu menjadi Haram Radhawi di Iran dan tepatnya di kota [[Masyhad]] Muqaddas yang setiap tahunnya dikunjungi banyak peziarah dari berbagai negara. <ref>Dakhil, 1469 H, hlm. 76-77. </ref>


==Sirah Imam Ridha as==
==Sirah Imam Ridha as==
===Ibadah===
'''Ibadah''':Dikisahkan, suatu ketika Imam Ali Ridha as sedang melakukan dialog ilmiah dengan para pemuka agama dan ulama dari berbagai [[Mazhab Syi'ah|madzhab]]. Terdengarlah suara [[azan]] tanda masuk waktu salat. Saat itu juga Ia segera meninggalkan tempat. Yang lainnya berusaha mencegahnya supaya menunda salatnya dan melanjutkan dialog terlebih dahulu. Imam Ali Ridha As menjawab, ''“Aku [[salat]] dulu, nanti aku akan kembali.”'' <ref>Syaikh Shaduq, ''al-Tauhid'', hlm. 435. </ref>
Dikisahkan, suatu ketika Imam Ali Ridha as sedang melakukan dialog ilmiah dengan para pemuka agama dan ulama dari berbagai [[Mazhab Syi'ah|madzhab]]. Terdengarlah suara [[azan]] tanda masuk waktu salat. Saat itu juga Ia segera meninggalkan tempat. Yang lainnya berusaha mencegahnya supaya menunda salatnya dan melanjutkan dialog terlebih dahulu. Imam Ali Ridha As menjawab, ''“Aku [[salat]] dulu, nanti aku akan kembali.”'' <ref>Syaikh Shaduq, ''al-Tauhid'', hlm. 435. </ref>
Ada pula kisah menarik mengenai ibadah malam beliau. <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 184. </ref> Dikisahkan, ketika Imam Ali Ridha As menghadiahkan bajunya kepada Di'bil bin al-Kuza'i, Ia berpesan, ''“Jagalah baju ini, aku telah memakainya untuk ibadah seribu malam. Permalamnya aku salat seribu rakaat. Aku juga telah mengkhatamkan Al-Qur'an seribu kali dengan memakai baju ini.”'' <ref>Rijāl al-Najāsyi, hlm. 277. </ref>Disebutkan pula, Imam Ali Ridha as senang melakukan [[sujud]] berlama-lama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 17. </ref>
Ada pula kisah menarik mengenai ibadah malam beliau. <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 184. </ref> Dikisahkan, ketika Imam Ali Ridha As menghadiahkan bajunya kepada Di'bil bin al-Kuza'i, Ia berpesan, ''“Jagalah baju ini, aku telah memakainya untuk ibadah seribu malam. Permalamnya aku salat seribu rakaat. Aku juga telah mengkhatamkan Al-Qur'an seribu kali dengan memakai baju ini.”'' <ref>Rijāl al-Najāsyi, hlm. 277. </ref>Disebutkan pula, Imam Ali Ridha as senang melakukan [[sujud]] berlama-lama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 17. </ref>


===Akhlak===
'''Akhlak''': Banyak riwayat yang menyebutkan tentang bagaimana prilaku dan akhlak Imam Ali Ridha as di masyarakat. Ia selalu bersikap lembut dan akrab dengan para budak dan kalangan bawah. Bahkan setelah menjadi Putra Mahkota, <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 159. </ref>Ia  tetap tidak berubah. Ibnu Syahr Asyub meriwayatkan, suatu hari Imam Ali Ridha as pergi ke pemandian umum. Di sana ada seseorang yang tidak mengenalnya. Orang tersebut meminta Imam untuk membersihkan dan memijat badannya. Ia  menuruti permintaannya. Melihat hal itu, orang-orang yang mengenal Imam segera memberitahu pada orang tadi tentang siapa yang sedang memijatnya. Ia mengetahuinya, orang tersebut sangat merasa malu dan memohon maaf pada Imam. Namun ternyata Imam malah menenangkannya dan melanjutkan yang sedang dilakukannya tadi. <ref>Ibnu Syahr Asyub, ''al-Manāqib'', jld. 4, hlm. 362. </ref>
Banyak riwayat yang menyebutkan tentang bagaimana prilaku dan akhlak Imam Ali Ridha as di masyarakat. Ia selalu bersikap lembut dan akrab dengan para budak dan kalangan bawah. Bahkan setelah menjadi Putra Mahkota, <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 159. </ref>Ia  tetap tidak berubah. Ibnu Syahr Asyub meriwayatkan, suatu hari Imam Ali Ridha as pergi ke pemandian umum. Di sana ada seseorang yang tidak mengenalnya. Orang tersebut meminta Imam untuk membersihkan dan memijat badannya. Ia  menuruti permintaannya. Melihat hal itu, orang-orang yang mengenal Imam segera memberitahu pada orang tadi tentang siapa yang sedang memijatnya. Ia mengetahuinya, orang tersebut sangat merasa malu dan memohon maaf pada Imam. Namun ternyata Imam malah menenangkannya dan melanjutkan yang sedang dilakukannya tadi. <ref>Ibnu Syahr Asyub, ''al-Manāqib'', jld. 4, hlm. 362. </ref>


===Pendidikan===
'''Pendidikan''': Salah satu yang sangat ditekankan dalam ajaran Imam Ali Ridha as adalah hal mendidik anak dalam keluarga. Di antara pesan yang Ia sampaikan pada umatnya adalah supaya menikah dengan pasangan yang saleh atau salehah, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 327. </ref>menaruh perhatian serius selama masa kehamilan, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 23. </ref>memberikan nama yang baik pada anak, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 19. </ref>menyayangi dan memuliakan anak kecil, <ref>Nuri Tabarsi, Mustadrak al-Wasāil, jld. 3, hlm. 67. </ref> dan lain sebagainya. Disebutkan, Imam Ali Ridha as selalu berusaha menjalin keakraban dengan sanak saudara dan orang-orang di sekitarnya. Tiap kali memiliki waktu luang, Ia selalu mengumpulkan para saudara dan orang-rang sekitarnya, baik yang tua maupun muda untuk mengobrol dan bercengkrama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 159. </ref>
Salah satu yang sangat ditekankan dalam ajaran Imam Ali Ridha as adalah hal mendidik anak dalam keluarga. Di antara pesan yang Ia sampaikan pada umatnya adalah supaya menikah dengan pasangan yang saleh atau salehah, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 327. </ref>menaruh perhatian serius selama masa kehamilan, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 23. </ref>memberikan nama yang baik pada anak, <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 5, hlm. 19. </ref>menyayangi dan memuliakan anak kecil, <ref>Nuri Tabarsi, Mustadrak al-Wasāil, jld. 3, hlm. 67. </ref> dan lain sebagainya. Disebutkan, Imam Ali Ridha as selalu berusaha menjalin keakraban dengan sanak saudara dan orang-orang di sekitarnya. Tiap kali memiliki waktu luang, Ia selalu mengumpulkan para saudara dan orang-rang sekitarnya, baik yang tua maupun muda untuk mengobrol dan bercengkrama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 159. </ref>


===Ilmu===
'''Ilmu''': Ketika berada di [[Madinah]], tidak jarang para ulama bertanya pada Imam Ali Ridha As tentang persoalan yang tidak mereka ketahui jawabannya. <ref>Tabarsi,'' I'lām al-Wara'', jld. 2, hlm. 64. </ref>Saat sedang di Kota Marv Ia juga banyak didatangi orang untuk melakukan dialog menyangkut berbagai tema sehingga banyak persoalan dapat terjawab dan terselesaikan. Selain itu, di rumah dan di Masjid Marv Ia membuka majelis ilmu. Namun begitu majlis tersebut makin berkembang, Makmun memerintahkan supaya majelis itu ditutup. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-RIdha'', jld. 2, hlm. 172-173. </ref>
Ketika berada di [[Madinah]], tidak jarang para ulama bertanya pada Imam Ali Ridha As tentang persoalan yang tidak mereka ketahui jawabannya. <ref>Tabarsi,'' I'lām al-Wara'', jld. 2, hlm. 64. </ref>Saat sedang di Kota Moro Ia juga banyak didatangi orang untuk melakukan dialog menyangkut berbagai tema sehingga banyak persoalan dapat terjawab dan terselesaikan. Selain itu, di rumah dan di Masjid Moro Ia membuka majelis ilmu. Namun begitu majlis tersebut makin berkembang, Makmun memerintahkan supaya majelis itu ditutup. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-RIdha'', jld. 2, hlm. 172-173. </ref>


===Medis Imam Ridha as===
Banyak riwayat dari Imam Ali Ridha As yang menerangkan tentang pentingnya masalah kesehatan dan kedokteran. Imam banyak menjelaskan hal-hal terkait makanan sehat, kebersihan, kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit. Kitab yang berjudul ''Tibbu al-Ridha'' (terkenal dengan nama ''Risalah Dzahabiah'') adalah kitab yang diambil dari ajaran Imam Ali Ridha as. Di dalamnya termuat pesan-pesan Imam terkait masalah medis.
Banyak riwayat dari Imam Ali Ridha As yang menerangkan tentang pentingnya masalah kesehatan dan kedokteran. Imam banyak menjelaskan hal-hal terkait makanan sehat, kebersihan, kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit. Kitab yang berjudul ''Tibbu al-Ridha'' (terkenal dengan nama ''Risalah Dzahabiah'') adalah kitab yang diambil dari ajaran Imam Ali Ridha as. Di dalamnya termuat pesan-pesan Imam terkait masalah medis.


===Imam Tidak Bertaqiyyah dalam Persoalan Imamah===
'''Imam Tidak Bertaqiyyah dalam Persoalan Imamah''': Selama menjadi imam, Imam Ali Ridha as sedapat mungkin tidak mempraktikkan konsep [[taqiyyah]], khususnya menyangkut masalah imamah. Sebab waktu itu terjadi peristiwa-peristiwa yang mengancam keutuhan [[akidah]] imamiah, di antaranya adalah peristiwa yang menyangkut gerakan Waqifah. Terlebih, sisa-sisa pengikut kelompok Fathahiah masih terlihat aktif. Ia  justru makin banyak menyampaikan hal-hal yang menyangkut imamah. Misal, dalam pembahasan tentang wajibnya ketaatan pada imam. Sebenarnya hal itu telah dipaparkan sejak masa [[Imam Ja'far Shadiq as]], namun para imam menyampaikannya dengan cara taqiyyah. Sedangkan Imam Ali Ridha as, secara gamblang dan tanpa khawatir sedikitpun, menyampaikan bahwa ia adalah imam yang harus ditaati. <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 487. </ref>
Selama menjadi imam, Imam Ali Ridha as sedapat mungkin tidak mempraktikkan konsep [[taqiyyah]], khususnya menyangkut masalah imamah. Sebab waktu itu terjadi peristiwa-peristiwa yang mengancam keutuhan [[akidah]] imamiah, di antaranya adalah peristiwa yang menyangkut gerakan Waqifah. Terlebih, sisa-sisa pengikut kelompok Fathahiah masih terlihat aktif. Ia  justru makin banyak menyampaikan hal-hal yang menyangkut imamah. Misal, dalam pembahasan tentang wajibnya ketaatan pada imam. Sebenarnya hal itu telah dipaparkan sejak masa [[Imam Ja'far Shadiq as]], namun para imam menyampaikannya dengan cara taqiyyah. Sedangkan Imam Ali Ridha as, secara gamblang dan tanpa khawatir sedikitpun, menyampaikan bahwa ia adalah imam yang harus ditaati. <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 487. </ref>


Dengan sikapnya itu, kepada para pengikutnya Imam ingin menyampaikan, ''"Bertakwalah dengan baik, jangan menyampaikan perkataan dan ajaran kami kepada sembarang orang."'' <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 224. </ref>Suatu ketika Makmun mengirim surat kepada Imam Ali Ridha as. Isinya, dia meminta pada imam supaya menjelaskan apa saja pokok-pokok Islam yang asli. Dalam jawabannya Imam menulis, pokok-pokok [[Islam]] yang asli adalah: [[Tauhid]], kenabian [[Nabi Muhammad saw]], [[imamah]] [[Imam Ali as]] sebagai penerus dan penjaga risalah Nabi saw dan sebelas imam setelahnya. Dalam penjelasannya itu Ia menggunakan istilah “{{ia|القائم بامر المسلمین}}” (orang yang memegang tanggung jawab urusan kaum muslimin). <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 122. </ref>
Dengan sikapnya itu, kepada para pengikutnya Imam ingin menyampaikan, ''"Bertakwalah dengan baik, jangan menyampaikan perkataan dan ajaran kami kepada sembarang orang."'' <ref>Al-Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 224. </ref>Suatu ketika Makmun mengirim surat kepada Imam Ali Ridha as. Isinya, dia meminta pada imam supaya menjelaskan apa saja pokok-pokok Islam yang asli. Dalam jawabannya Imam menulis, pokok-pokok [[Islam]] yang asli adalah: [[Tauhid]], kenabian [[Nabi Muhammad saw]], [[imamah]] [[Imam Ali as]] sebagai penerus dan penjaga risalah Nabi saw dan sebelas imam setelahnya. Dalam penjelasannya itu Ia menggunakan istilah “{{ia|القائم بامر المسلمین}}” (orang yang memegang tanggung jawab urusan kaum muslimin). <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 122. </ref>
Baris 221: Baris 224:
*Al-Suyuthi, Jalaluddin, ''Tārikh al-Khulafā'', Riset oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, tanpa tempat, tanpa tahun.
*Al-Suyuthi, Jalaluddin, ''Tārikh al-Khulafā'', Riset oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, tanpa tempat, tanpa tahun.
*Al-'Amili, al-Sayid Ja'far Murtadha, ''al-Hayāt al-Siyāsiyah lil Imām al-Ridhā As: Dirāsah wa Tahlil'', Al-Markaz al-Islamiyah lid Dirasah, Beirut, 1430 H.
*Al-'Amili, al-Sayid Ja'far Murtadha, ''al-Hayāt al-Siyāsiyah lil Imām al-Ridhā As: Dirāsah wa Tahlil'', Al-Markaz al-Islamiyah lid Dirasah, Beirut, 1430 H.
*Al-Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man, ''al-Irsyād fi Ma'rifat Hujajilllah 'ala al-'Ibād'', Qum, 1428 H.
*Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man, ''al-Irsyād fi Ma'rifat Hujajilllah 'ala al-'Ibād'', Qum, 1428 H.
*''Dāirah al-Ma'ārif Tasyayyu''', jld. 1, Bunyad Islami, Tehran, 1366 S.
*''Dāirah al-Ma'ārif Tasyayyu''', jld. 1, Bunyad Islami, Tehran, 1366 S.
*Dakhil, Ali Muhammad Ali, A''immatuna: Sirah al-Aimmah al-Itsnā 'Asyar,'' jld. 2, Muassasah Dar al-Kitab al-Islami, 1429 H/2008 M.
*Dakhil, Ali Muhammad Ali, A''immatuna: Sirah al-Aimmah al-Itsnā 'Asyar,'' jld. 2, Muassasah Dar al-Kitab al-Islami, 1429 H/2008 M.
*'Asqalani, ''Tahdzib al-Tahdzib'', jld. 7, Dar Shadir, Beirut.
*'Asqalani, ''Tahdzib al-Tahdzib'', jld. 7, Dar Shadir, Beirut.
*'''Uyūn Akhbār al-Ridhā As,'' Terjemahan Ali Akbar Ghaffari, jld. 2, Nasyr Shaduq, Tehran, 1373 S.
*'''Uyūn Akhbār al-Ridhā As,'' Terjemahan Ali Akbar Ghaffari, jld. 2, Nasyr Shaduq, Tehran, 1373 S.
*Al-Thabarsi, al-Fadhl bin Hasan, ''I'lām al-Warā bi A'lām al-Hudā'', jld, 2, Muassasah Alu al-Bait li Ihya al-Turats, Qum, 1417 H.
*Thabrisi, al-Fadhl bin Hasan, ''I'lām al-Warā bi A'lām al-Hudā'', jld, 2, Muassasah Alu al-Bait li Ihya al-Turats, Qum, 1417 H.
*Al-Thabarsi, Abi Manshur Ahmad bin Ali bin Abi Thalib, ''al-Ihtijāj,'' Annotasi oleh Al-Sayid Muhammad Baqir al-Musawi al-Khurasan, Sa'id, Masyhad, 1403 H.
*Thabrisi, Abi Manshur Ahmad bin Ali bin Abi Thalib, ''al-Ihtijāj,'' Annotasi oleh Al-Sayid Muhammad Baqir al-Musawi al-Khurasan, Sa'id, Masyhad, 1403 H.
*Fadhlullah, Muhammad Jawad, ''Tahlili az Zendagāni Imām Ridhā As,'' Terjemahan Muhammad Shadiq Arif, Bunyad Pazyuhesy-ha Islami, Mashyad, 1377 S.
*Fadhlullah, Muhammad Jawad, ''Tahlili az Zendagāni Imām Ridhā As,'' Terjemahan Muhammad Shadiq Arif, Bunyad Pazyuhesy-ha Islami, Mashyad, 1377 S.
*Husaini, Ja'far Murtadha, ''Zendegi Siyāsi Hasytumin Imām,'' Terjemahan Sayid Khalil Khaliliyan, Daftar Nasyr Farhang Islami, Tehran, 1381 S.
*Husaini, Ja'far Murtadha, ''Zendegi Siyāsi Hasytumin Imām,'' Terjemahan Sayid Khalil Khaliliyan, Daftar Nasyr Farhang Islami, Tehran, 1381 S.
Baris 235: Baris 238:
*Dekhada, Ali Akbar, ''Lughat Nāme Dekhādā,'' jld. 8, cetakan 10, Danesygah Tehran, Tehran, 1377 S.
*Dekhada, Ali Akbar, ''Lughat Nāme Dekhādā,'' jld. 8, cetakan 10, Danesygah Tehran, Tehran, 1377 S.
*Al-Qurasyi, Baqir Syarif, ''Hayāt al-Imām Ali bin Musā al-Ridhā: Dirasah wa Tahlil,'' jld. 2, Mehr Deldar, 1429 H/2008 M.
*Al-Qurasyi, Baqir Syarif, ''Hayāt al-Imām Ali bin Musā al-Ridhā: Dirasah wa Tahlil,'' jld. 2, Mehr Deldar, 1429 H/2008 M.
*Irfan Manesy, Jalil, ''Jugrafiyah Tārikhi Hijrat Imām Ridhā Alaihi al-Salām az Madinah tā Moro,'' Astan Quds Radhawi, Bunyad Pazyuhesy Islami, Masyhad, 1374 S.
*Irfan Manesy, Jalil, ''Jugrafiyah Tārikhi Hijrat Imām Ridhā Alaihi al-Salām az Madinah tā Marv,'' Astan Quds Radhawi, Bunyad Pazyuhesy Islami, Masyhad, 1374 S.
*Al-'Atharidi, ''Musnad al-Imām al-Ridhā,'' jld. 1, Dar al-Shafwah, Beirut, 1413 H/1993 M.
*Al-'Atharidi, ''Musnad al-Imām al-Ridhā,'' jld. 1, Dar al-Shafwah, Beirut, 1413 H/1993 M.
*Qummi, Syaikh Abbas, ''Muntaha al-Āmāl,'' Riset oleh Nasir Baqiri Bidhindi, Dalil, Qum, 1379 S.
*Qummi, Syaikh Abbas, ''Muntaha al-Āmāl,'' Riset oleh Nasir Baqiri Bidhindi, Dalil, Qum, 1379 S.
Pengguna anonim