Lompat ke isi

Imam Ali al-Ridha as: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>M.hazer
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20: Baris 20:
  |kunyah =Abu al-Hasan
  |kunyah =Abu al-Hasan
  |Lahir =[[11 Dzulkaidah]] [[148 H]]
  |Lahir =[[11 Dzulkaidah]] [[148 H]]
  |Tempat lahir =Madinah
  |Tempat lahir =[[Madinah]]
  |Permulaan keimamahan = 83-203 H
  |Permulaan keimamahan = 83-203 H
  |durasi keimamahan =20 tahun  
  |durasi keimamahan =20 tahun  
  |Penguasa semasa =Makmun Abbasi
  |Penguasa semasa =Makmun Abbasi
  |Waktu syahid =Akhir [[Shafar]] [[203 H]]
  |Waktu syahid =Akhir [[Safar]] [[203 H]]
  |tempat syahid =Thus
  |tempat syahid =Thus
  |penyebab kesyahidan =
  |penyebab kesyahidan =
Baris 39: Baris 39:
  |Lakab =Ridha • Shabir • Wafi • Radhi
  |Lakab =Ridha • Shabir • Wafi • Radhi
}}
}}
'''Abu al-Hasan, Ali bin Musa al-Ridha''' (Bahasa Arab:{{ia|أبوالحسن علي بن موسى الرضا }}) adalah Imam Kedelapan mazhab [[Syiah]] Dua Belas Imam (148-203 H). Gelar yang paling populer yang melekat pada dirinya adalah ''Ridha'' sehingga beliau lebih dikenal sebagai Imam Ridha. Julukannya adalah Abul Hasan. Tempat kelahirannya adalah kota [[Madinah]] kemudian dipanggil secara paksa oleh Makmun Abbasi ke Khurasan dan dijadikan sebagai ''wali ahd'' (baca: putra mahkota) atas desakan Makmun Abbasi. Imam Ridha as dalam perjalanannya menuju Khurasan dari kota [[Madinah]] menyampaikan hadis yang terkenal yaitu ''[[hadis Silsilah al-Dzahab|silsilah al-dzahab]]'' (mata rantai emas) di kota Naisyabur. Di samping itu, dalam lembar sejarah tercatat dan masyhur bahwa Makmun menyelenggarakan beberapa acara debat antara Imam Ridha as dan pembesar agama dan mazhab lainnya. Masa [[imamah]] Imam Ridha as berlangsung selama 20 tahun dan wafat di Thus. Makmun dinilai sebagai orang yang bertanggung jawab atas meninggalnya Imam Ridha as. Pusaranya terletak di [[Masyhad]] dan menjadi tempat ziarah jutaan kaum Muslimin dari pelbagai penjuru dunia.   
'''Abu al-Hasan, Ali bin Musa al-Ridha''' (bahasa Arab:{{ia|أبوالحسن علي بن موسى الرضا }}) adalah Imam Kedelapan mazhab [[Syiah]] Dua Belas Imam (148-203 H). Gelar yang paling populer yang melekat pada dirinya adalah ''Ridha'' sehingga beliau lebih dikenal sebagai Imam Ridha. Julukannya adalah Abul Hasan. Tempat kelahirannya adalah kota [[Madinah]] kemudian dipanggil secara paksa oleh Makmun Abbasi ke Khurasan dan dijadikan sebagai ''wali ahd'' (baca: putra mahkota) atas desakan Makmun Abbasi. Imam Ridha as dalam perjalanannya menuju Khurasan dari kota [[Madinah]] telah menyampaikan sebuah hadis yang terkenal yaitu ''[[Hadis Silsilah al-Dzahab|silsilah al-dzahab]]'' (mata rantai emas) di kota Naisyabur. Di samping itu, dalam lembar sejarah tercatat dan masyhur bahwa Makmun menyelenggarakan beberapa acara debat antara Imam Ridha as dan pembesar agama dan mazhab lainnya. Masa [[imamah]] Imam Ridha as berlangsung selama 20 tahun dan wafat di Thus. Makmun dinilai sebagai orang yang bertanggung jawab atas meninggalnya Imam Ridha as. Pusaranya terletak di [[Masyhad]] dan menjadi tempat ziarah jutaan kaum muslimin dari pelbagai penjuru dunia.   


==Biografi==
==Biografi==
Nama lengkapnya Ali bin [[Imam Musa bin Ja'far As|Musa bin Ja’far]] bin [[Imam Muhammad bin Ali As|Muhammad]] bin [[Ali bin Husain As|Ali bin Husain]] bin [[Ali bin Abi Thalib]]. Kuniyahnya adalah Abu al-Hasan dan laqabnya yang populer adalah Ridha. Menurut sebagian riwayat, laqab Ridha diberikan oleh Ma’mun <ref>Mufid, ''al-Irsyād'' (1413 H), jld. 2, hlm. 261; ''Manāqib Ibnu Syahr Asyub'', jld. 4, hlm. 363. </ref>namun riwayat dari [[Imam Jawad as]] disebutkan laqab tersebut diberikan [[Allah swt]] kepada ayahnya. <ref>Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā'' (1378 H), jld. 1, hlm. 13. </ref>Shabir, Radhi dan Wafa adalah laqabnya yang lain. <ref>Al-Amin, al-Sayid Muhsin, ''A’yān al-Syiah'', jld. 2, Beirut: Dar al-Ta’āruf al-Mathbu’āt, 1418 H – 1998 M, hlm. 545. </ref>
Nama lengkapnya Ali bin [[Imam Musa bin Ja'far As|Musa bin Ja'far]] bin [[Imam Muhammad bin Ali As|Muhammad]] bin [[Ali bin Husain As|Ali bin Husain]] bin [[Ali bin Abi Thalib]]. panggilannya adalah Abu al-Hasan dan lakabnya yang populer adalah Ridha. Menurut sebagian riwayat, lakab Ridha diberikan oleh Makmun <ref>Mufid, ''al-Irsyād'', jld. 2, hlm. 261; ''Manāqib Ibnu Syahr Asyub'', jld. 4, hlm. 363. </ref> namun riwayat dari [[Imam Jawad as]] disebutkan lakab tersebut diberikan [[Allah swt]] kepada ayahnya. <ref>Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā'', jld. 1, hlm. 13. </ref>Shabir, Radhi dan Wafa adalah lakabnya yang lain. <ref>Al-Amin, al-Sayid Muhsin, ''A'yān al-Syiah'', jld. 2, Beirut: Dar al-Ta'āruf al-Mathbu'āt, hlm. 545. </ref>


===Kelahiran dan Wafat===
===Kelahiran dan Wafat===
Diriwayatkan bahwa Imam Ridha as lahir pada hari Kamis atau Jumat, tepatnya [[Dzulhijjah]] atau [[Dzulkaidah]] atau [[Rabi' al-Awwal]] tahun 148 H atau 153 H. <ref>Fadhlullah, 1377 HS, hlm. 43. </ref>[[Kulaini]] mengutip bahwa tahun kelahiran Imam Ridha as jatuh pada tahun 148 H. <ref>Al-Kulaini, 1363 HS, hlm. 486. </ref>
Diriwayatkan bahwa Imam Ridha as lahir pada hari Kamis atau Jumat, tepatnya [[Dzulhijjah]] atau [[Dzulkaidah]] atau [[Rabi' al-Awwal]] tahun 148 H atau 153 H. <ref>Fadhlullah, hlm. 43. </ref> [[Kulaini]] mengutip bahwa tahun kelahiran Imam Ridha as jatuh pada tahun 148 H. <ref>Al-Kulaini, hlm. 486. </ref>
Pendapat kebanyakan ulama dan sejarawan juga demikian. <ref>Al-'Amili, hlm. 168, 1430 H. </ref>Syahidnya diberitakan pada hari Jumat atau Senin akhir bulan [[Shafar]] yaitu 17, atau 21 [[Ramadhan]] atau 18 [[Jumadil Awal]] atau 23 [[Dzulkaidah]] atau akhirnya pada tahun 202 atau 203 atau 206 H<ref>Fadhlullah, hlm. 43, 1377 S. </ref>Kulaini menyebutkan hari wafat Imam Ridha pada bulan Shafar tahun 203 H ketika menginjak usia 55 tahun. <ref>Al-Kulaini, jld. 1, hlm. 486, 1363 S. </ref>Sesuai dengan pendapat kebanyakan ulama dan sejarawan tahun syahidnya Imam Ridha adalah pada tahun 203 H. <ref>''Al-'Amili'', hlm. 169, 1430 H. </ref>
 
Pendapat kebanyakan ulama dan sejarawan juga demikian. <ref>Al-'Amili, hlm. 168. </ref>Syahidnya diberitakan pada hari Jumat atau Senin akhir bulan [[Safar]] yaitu 17, atau [[21 Ramadhan]] atau [[18 Jumadil Awal]] atau [[23 Dzulkaidah]] atau akhirnya pada tahun 202 atau 203 atau 206 H, <ref>Fadhlullah, hlm. 43. </ref> Kulaini menyebutkan hari wafat Imam Ridha pada bulan Safar tahun 203 H ketika menginjak usia 55 tahun. <ref>Al-Kulaini, jld. 1, hlm. 486. </ref> Sesuai dengan pendapat kebanyakan ulama dan sejarawan tahun syahidnya Imam Ridha adalah pada tahun 203 H. <ref>''Al-'Amili'', hlm. 169. </ref>


Thabarsi mengutip bahwa hari wafat Imam Ridha as jatuh pada akhir bulan Shafar. <ref>Al-Thabarsi, hlm. 41, 1417 H. </ref>
Thabarsi mengutip bahwa hari wafat Imam Ridha as jatuh pada akhir bulan Shafar. <ref>Al-Thabarsi, hlm. 41, 1417 H. </ref>
Baris 55: Baris 56:


[[Syaikh Shaduq]] mencatat, ''"Sebagian orang meriwayatkan bahwa nama ibunda Imam Ridha as adalah Sakan Nubiyah demikian juga dinamai dengan Arwi, Najmah, Samanah. Julukannya adalah Ummul Banin."'' <ref>Shaduq, jld. 1, 1373 S, hlm. 27. </ref>
[[Syaikh Shaduq]] mencatat, ''"Sebagian orang meriwayatkan bahwa nama ibunda Imam Ridha as adalah Sakan Nubiyah demikian juga dinamai dengan Arwi, Najmah, Samanah. Julukannya adalah Ummul Banin."'' <ref>Shaduq, jld. 1, 1373 S, hlm. 27. </ref>
Dalam riwayat disebutkan, ''"Ibunda (Imam Ridha as) adalah seorang budak saleha dan bertakwa bernama Najmah yang dibeli oleh Hamidah ibunda Imam Musa Kazhim dan menghadiahkannya kepada putranya (Imam Musa). Setelah kelahiran Imam Ridha, Najmah diberi nama sebagai Thahirah."'' <ref>Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 24. </ref>Disebutkan bahwa ibunda Imam Ridha merupakan warga kota Nubah. <ref>Ja’fariyan, 1381 S, hlm. 425. </ref>
Dalam riwayat disebutkan, ''"Ibunda (Imam Ridha as) adalah seorang budak saleha dan bertakwa bernama Najmah yang dibeli oleh Hamidah ibunda Imam Musa Kazhim dan menghadiahkannya kepada putranya (Imam Musa). Setelah kelahiran Imam Ridha, Najmah diberi nama sebagai Thahirah."'' <ref>Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 24. </ref>Disebutkan bahwa ibunda Imam Ridha merupakan warga kota Nubah. <ref>Ja'fariyan, 1381 S, hlm. 425. </ref>


===Istri-istri ===
===Istri-istri ===
Baris 74: Baris 75:
Sebagian orang yang mengutip hadis-hadis dari [[Imam Musa bin Ja'far As]] atas imamah putranya Ali bin Musa al-Ridha adalah: Daud bin Katsir al-Riqqi, Muhammad bin Ishaq bin Ammar, Ali bin Yaqthin, Na'im al-Qabusi, al-Husain bin al-Mukhtar, Ziyad bin Marwan, al-Makhzumi, Daud bin Sulaiman, Nashr bin Qabus, Daud bin Zarbi, Yazid bin Sillith dan Muhammad bin Sanan. <ref>Al-Mufid, hlm. 448. </ref>
Sebagian orang yang mengutip hadis-hadis dari [[Imam Musa bin Ja'far As]] atas imamah putranya Ali bin Musa al-Ridha adalah: Daud bin Katsir al-Riqqi, Muhammad bin Ishaq bin Ammar, Ali bin Yaqthin, Na'im al-Qabusi, al-Husain bin al-Mukhtar, Ziyad bin Marwan, al-Makhzumi, Daud bin Sulaiman, Nashr bin Qabus, Daud bin Zarbi, Yazid bin Sillith dan Muhammad bin Sanan. <ref>Al-Mufid, hlm. 448. </ref>


Di samping banyak dalil riwayat, akseptablitas Imam Ridha as di kalangan [[Syiah]] dan keunggulan ilmu dan akhlaknya menetapkan bahwa [[imamah]] layak untuk disandang olehnya meski masalah imamah pada akhir-akhir hidup [[Imam Musa bin Ja'far As|Imam Musa bin Ja'far]] cukup pelik dan sulit namun kebanyakan sahabat Imam Kazhim As menerima bahwa Imam Ridha as adalah pelanjut dan khalifah mereka yang ditunjuk dari sisi Imam Musa Kazhim As. <ref>Ja’fariyan, 1381 S, hlm. 427. </ref>
Di samping banyak dalil riwayat, akseptablitas Imam Ridha as di kalangan [[Syiah]] dan keunggulan ilmu dan akhlaknya menetapkan bahwa [[imamah]] layak untuk disandang olehnya meski masalah imamah pada akhir-akhir hidup [[Imam Musa bin Ja'far As|Imam Musa bin Ja'far]] cukup pelik dan sulit namun kebanyakan sahabat Imam Kazhim As menerima bahwa Imam Ridha as adalah pelanjut dan khalifah mereka yang ditunjuk dari sisi Imam Musa Kazhim As. <ref>Ja'fariyan, 1381 S, hlm. 427. </ref>


===Perjalanan ke Khurasan===
===Perjalanan ke Khurasan===
{{Rute Perjalanan Imam Ridha as}}
{{Rute Perjalanan Imam Ridha as}}
Disebutkan bahwa hijrah Imam Ridha as dari [[Madinah]] ke Moro terjadi pada tahun 200 H. <ref> ''‘Irfan Manesy'', 1374 S, hlm. 18. </ref>Penulis buku ''Hayāt Fikri wa Siyāsi Imāmān Syiah'' berkata, ''"Imam Ridha hingga tahun 201 berada di Madinah dan pada bulan Ramadhan tahun tersebut tiba di Moro."'' <ref>Ja’fariyan, 1381 S, hlm. 426. </ref>
Disebutkan bahwa hijrah Imam Ridha as dari [[Madinah]] ke Moro terjadi pada tahun 200 H. <ref> ''‘Irfan Manesy'', 1374 S, hlm. 18. </ref>Penulis buku ''Hayāt Fikri wa Siyāsi Imāmān Syiah'' berkata, ''"Imam Ridha hingga tahun 201 berada di Madinah dan pada bulan Ramadhan tahun tersebut tiba di Moro."'' <ref>Ja'fariyan, 1381 S, hlm. 426. </ref>


Dalam ''Tārikh Ya'qubi'' tertulis bahwa Makmun membawa Imam Ridha as dari [[Madinah]] ke Khurasan. Orang yang ditugasi untuk mengantar Imam Ridha as dari Madinah ke Khurasan adalah Raja bin Abi Dhahak kerabat Fadhl bin Sahal. Mereka membawa Imam Ridha as melalui Bashrah hingga sampai di Moro. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 465, 1378 S. </ref>
Dalam ''Tārikh Ya'qubi'' tertulis bahwa Makmun membawa Imam Ridha as dari [[Madinah]] ke Khurasan. Orang yang ditugasi untuk mengantar Imam Ridha as dari Madinah ke Khurasan adalah Raja bin Abi Dhahak kerabat Fadhl bin Sahal. Mereka membawa Imam Ridha as melalui Bashrah hingga sampai di Moro. <ref>Ya'qubi, jld. 2, hlm. 465, 1378 S. </ref>
Baris 90: Baris 91:


Ishak bin Rahwiyah berkata, “Sewaktu Imam Ridha as dalam perjalanan ke Khurasan dan tiba di Naisyabur, para ahli hadis berkumpul dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah anda datang ke kota kami dan anda tidak memanfaatkan itu dengan menjelaskan hadis kepada kami?” Mendengarkan permintaan itu, Imam Ridha as mengeluarkan kepalanya dari tenda dan mengatakan:
Ishak bin Rahwiyah berkata, “Sewaktu Imam Ridha as dalam perjalanan ke Khurasan dan tiba di Naisyabur, para ahli hadis berkumpul dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah anda datang ke kota kami dan anda tidak memanfaatkan itu dengan menjelaskan hadis kepada kami?” Mendengarkan permintaan itu, Imam Ridha as mengeluarkan kepalanya dari tenda dan mengatakan:
Aku mendengar dari ayahku Musa bin Ja’far, dia berkata mendengar dari ayahnya, Ja’far bin Muhammad yang berkata mendengar dari ayahnya Muhammad bin Ali yang berkata mendengar dari ayahnya Ali bin al-Husain yang mendengar dari ayahnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as yang berkata mendengar dari [[Rasulullah saw]] yang berkata mendengar dari Jibril as yang berkata, [[Allah swt]] berfirman:  
Aku mendengar dari ayahku Musa bin Ja'far, dia berkata mendengar dari ayahnya, Ja'far bin Muhammad yang berkata mendengar dari ayahnya Muhammad bin Ali yang berkata mendengar dari ayahnya Ali bin al-Husain yang mendengar dari ayahnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as yang berkata mendengar dari [[Rasulullah saw]] yang berkata mendengar dari Jibril as yang berkata, [[Allah swt]] berfirman:  
Kalimat ''Laa ilaha illaLlah'' adalah pagar dan bentengku. Barang siapa yang masuk kedalamnya maka dia akan aman dari azab.  
Kalimat ''Laa ilaha illaLlah'' adalah pagar dan bentengku. Barang siapa yang masuk kedalamnya maka dia akan aman dari azab.  
Setelah itu Imam Ridha as berkata, “Tapi dengan syarat-syarat, dan aku adalah salah satu dari syarat-syarat itu.” <ref>Shaduq, ''Tsawāb al-A’māl wa ‘Iqāb al-A’māl'', hlm. 21-22. </ref>
Setelah itu Imam Ridha as berkata, “Tapi dengan syarat-syarat, dan aku adalah salah satu dari syarat-syarat itu.” <ref>Shaduq, ''Tsawāb al-A'māl wa ‘Iqāb al-A'māl'', hlm. 21-22. </ref>


[[File:Dar_al-Hujjah.jpg|thumbnail|300 px|Serambi Dar al-Hujjah Haram Radhawi]]
[[File:Dar_al-Hujjah.jpg|thumbnail|300 px|Serambi Dar al-Hujjah Haram Radhawi]]
Baris 100: Baris 101:


Dengan demikian, Makmun pada hari Senin, 7 Ramadhan 201 H memberikan baiat kepada putra makhota setelahnya dan memakaikan pakaian hijau kepada masyarakat sebagai ganti pakaian hitam (pakaian yang dikenakan oleh Abu Muslim Khurasani dan pengikutnya yang boleh jadi mengikuti bendera [[Rasulullah saw]] atau sebagai tanda duka cita para syahid [[Ahlulbait]] Rasulullah saw).  
Dengan demikian, Makmun pada hari Senin, 7 Ramadhan 201 H memberikan baiat kepada putra makhota setelahnya dan memakaikan pakaian hijau kepada masyarakat sebagai ganti pakaian hitam (pakaian yang dikenakan oleh Abu Muslim Khurasani dan pengikutnya yang boleh jadi mengikuti bendera [[Rasulullah saw]] atau sebagai tanda duka cita para syahid [[Ahlulbait]] Rasulullah saw).  
Makmun menuliskan instruksi ini di seluruh penjuru kota dan meminta warga masyarakat untuk berbaiat kepada Imam Ridha as serta membacakan namanya di mimbar-mimbar khutbah. Di samping itu, Makmun mencetak koin Dinar dan Dirham dengan nama Imam Ridha as. Seluruh masyarakat mengikuti titah ini kecuali seseorang yang enggan mengenakan pakaian hijau yaitu Ismail bin Ja'far bin Sulaiman bin Ali Hasyimi. <ref>Ya’qubi, Op cit, hlm. 465. </ref>
Makmun menuliskan instruksi ini di seluruh penjuru kota dan meminta warga masyarakat untuk berbaiat kepada Imam Ridha as serta membacakan namanya di mimbar-mimbar khutbah. Di samping itu, Makmun mencetak koin Dinar dan Dirham dengan nama Imam Ridha as. Seluruh masyarakat mengikuti titah ini kecuali seseorang yang enggan mengenakan pakaian hijau yaitu Ismail bin Ja'far bin Sulaiman bin Ali Hasyimi. <ref>Ya'qubi, Op cit, hlm. 465. </ref>


===Penyelenggaraan Majelis Debat ===
===Penyelenggaraan Majelis Debat ===
Baris 148: Baris 149:
===Ibadah===
===Ibadah===
Dikisahkan, suatu ketika Imam Ali Ridha as sedang melakukan dialog ilmiah dengan para pemuka agama dan ulama dari berbagai [[Mazhab Syi'ah|madzhab]]. Terdengarlah suara [[azan]] tanda masuk waktu salat. Saat itu juga Ia segera meninggalkan tempat. Yang lainnya berusaha mencegahnya supaya menunda salatnya dan melanjutkan dialog terlebih dahulu. Imam Ali Ridha As menjawab, ''“Aku [[salat]] dulu, nanti aku akan kembali.”'' <ref>Syaikh Shaduq, ''al-Tauhid'', hlm. 435. </ref>
Dikisahkan, suatu ketika Imam Ali Ridha as sedang melakukan dialog ilmiah dengan para pemuka agama dan ulama dari berbagai [[Mazhab Syi'ah|madzhab]]. Terdengarlah suara [[azan]] tanda masuk waktu salat. Saat itu juga Ia segera meninggalkan tempat. Yang lainnya berusaha mencegahnya supaya menunda salatnya dan melanjutkan dialog terlebih dahulu. Imam Ali Ridha As menjawab, ''“Aku [[salat]] dulu, nanti aku akan kembali.”'' <ref>Syaikh Shaduq, ''al-Tauhid'', hlm. 435. </ref>
Ada pula kisah menarik mengenai ibadah malam beliau. <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 184. </ref> Dikisahkan, ketika Imam Ali Ridha As menghadiahkan bajunya kepada Di’bil bin al-Kuza’i, Ia berpesan, ''“Jagalah baju ini, aku telah memakainya untuk ibadah seribu malam. Permalamnya aku salat seribu rakaat. Aku juga telah mengkhatamkan Al-Qur’an seribu kali dengan memakai baju ini.”'' <ref>Rijāl al-Najāsyi, hlm. 277. </ref>Disebutkan pula, Imam Ali Ridha as senang melakukan [[sujud]] berlama-lama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 17. </ref>
Ada pula kisah menarik mengenai ibadah malam beliau. <ref>Syaikh Shaduq,'' ‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 184. </ref> Dikisahkan, ketika Imam Ali Ridha As menghadiahkan bajunya kepada Di'bil bin al-Kuza'i, Ia berpesan, ''“Jagalah baju ini, aku telah memakainya untuk ibadah seribu malam. Permalamnya aku salat seribu rakaat. Aku juga telah mengkhatamkan Al-Qur'an seribu kali dengan memakai baju ini.”'' <ref>Rijāl al-Najāsyi, hlm. 277. </ref>Disebutkan pula, Imam Ali Ridha as senang melakukan [[sujud]] berlama-lama. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā as'', jld. 2, hlm. 17. </ref>


===Akhlak===
===Akhlak===
Baris 157: Baris 158:


===Ilmu===
===Ilmu===
Ketika berada di [[Madinah]], tidak jarang para ulama bertanya pada Imam Ali Ridha As tentang persoalan yang tidak mereka ketahui jawabannya. <ref>Tabarsi,'' I’lām al-Wara'', jld. 2, hlm. 64. </ref>Saat sedang di Kota Moro Ia juga banyak didatangi orang untuk melakukan dialog menyangkut berbagai tema sehingga banyak persoalan dapat terjawab dan terselesaikan. Selain itu, di rumah dan di Masjid Moro Ia membuka majelis ilmu. Namun begitu majlis tersebut makin berkembang, Makmun memerintahkan supaya majelis itu ditutup. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-RIdha'', jld. 2, hlm. 172-173. </ref>
Ketika berada di [[Madinah]], tidak jarang para ulama bertanya pada Imam Ali Ridha As tentang persoalan yang tidak mereka ketahui jawabannya. <ref>Tabarsi,'' I'lām al-Wara'', jld. 2, hlm. 64. </ref>Saat sedang di Kota Moro Ia juga banyak didatangi orang untuk melakukan dialog menyangkut berbagai tema sehingga banyak persoalan dapat terjawab dan terselesaikan. Selain itu, di rumah dan di Masjid Moro Ia membuka majelis ilmu. Namun begitu majlis tersebut makin berkembang, Makmun memerintahkan supaya majelis itu ditutup. <ref>Syaikh Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-RIdha'', jld. 2, hlm. 172-173. </ref>


===Medis Imam Ridha as===
===Medis Imam Ridha as===
Pengguna anonim