Pengguna anonim
Ubaidillah bin Ziyad: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr |
imported>Smnazem Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 39: | Baris 39: | ||
Setelah kesyahidan Imam Husain As, Ibnu Ziyad memerintahkan untuk menyandera keluarganya yang tersisa dan membawa mereka ke Kufah. Masuknya [[Ahlulbait As|Ahlulbait Nabi Saw]] ke Kufah dalam keadaan tersandera, adalah peristiwa-peristiwa nyata yang dicatat dalam sumber-sumber sejarah. Salah satu di antaranya adalah peristiwa-peristiwa ini, berhadap-hadapan dan perdebatan Ibnu Ziyad dengan [[Zainab Al-Kubra|Sayidah Zainab Sa]] dan jawaban-jawabannya kepada Ibnu Ziyad yang dicatat oleh sumber-sumber sejarah, yang telah memberikan pengaruh kepada para pendengar dan orang-orang yang hadir di tempat tersebut. | Setelah kesyahidan Imam Husain As, Ibnu Ziyad memerintahkan untuk menyandera keluarganya yang tersisa dan membawa mereka ke Kufah. Masuknya [[Ahlulbait As|Ahlulbait Nabi Saw]] ke Kufah dalam keadaan tersandera, adalah peristiwa-peristiwa nyata yang dicatat dalam sumber-sumber sejarah. Salah satu di antaranya adalah peristiwa-peristiwa ini, berhadap-hadapan dan perdebatan Ibnu Ziyad dengan [[Zainab Al-Kubra|Sayidah Zainab Sa]] dan jawaban-jawabannya kepada Ibnu Ziyad yang dicatat oleh sumber-sumber sejarah, yang telah memberikan pengaruh kepada para pendengar dan orang-orang yang hadir di tempat tersebut. | ||
Salah satu di antara peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kufah pada waktu itu adalah dibawanya kepala suci Imam Husain As ke dalam majelis Ibnu Ziyad. Menurut penukilan sejarah, dia dengan kayu yang ada di tangannya, telah menyentuh bibir dan gigi Imam Husain As dan tidak menghormatinya sama sekali. [[Zaid bin Arqam]] salah seorang sahabat Nabi yang hadir di majelis menangis karena melihat tindakan tersebut dan berkata: Angkat kayu itu dari bibir Husain. Aku bersumpah demi Allah, sudah berkali-kali aku melihat [[Rasulullah Saw|Rasulullah]] meletakkan bibirnya mencium bibir Husain. Ubaidillah Marah dan berkata: Semoga Allah menangisimu, atas hal apa engkau menangis? Atas kemenangan Tuhan?! Demi Allah jika kamu bukan orang tua dan aku tidak tahu bahwa otakmu sudah hilang pasti tentu aku penggal lehermu. Mendengar hal itu, Zaid kemudian meninggalkan majelis. <ref> Mufid, ''al-Irsyād'', jld.2, hlm.114-115.</ref> | Salah satu di antara peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kufah pada waktu itu adalah dibawanya kepala suci Imam Husain As ke dalam majelis Ibnu Ziyad. Menurut penukilan sejarah, dia dengan kayu yang ada di tangannya, telah menyentuh bibir dan gigi Imam Husain As dan tidak menghormatinya sama sekali. [[Zaid bin Arqam]] salah seorang sahabat Nabi yang hadir di majelis menangis karena melihat tindakan tersebut dan berkata: Angkat kayu itu dari bibir Husain. Aku bersumpah demi Allah, sudah berkali-kali aku melihat [[Rasulullah Saw|Rasulullah]] meletakkan bibirnya mencium bibir Husain. Ubaidillah Marah dan berkata: Semoga Allah menangisimu, atas hal apa engkau menangis? Atas kemenangan Tuhan?! Demi Allah jika kamu bukan orang tua dan aku tidak tahu bahwa otakmu sudah hilang pasti tentu aku penggal lehermu. Mendengar hal itu, Zaid kemudian meninggalkan majelis. <ref> Mufid, ''al-Irsyād'', jld.2, hlm.114-115.</ref> | ||
===Berdebat dengan Zainab=== | ===Berdebat dengan Zainab=== | ||
Baris 48: | Baris 48: | ||
Sayidah Zainab menjawab: “Dari Allah aku tidak melihat kecuali keindahan dan kebaikan. Allah telah menentukan kepada keluarga kami kesyahidan dan mereka dengan segala keberanian telah berlari menunju tempat kematian mereka. Dan Allah segera akan mengumpulkan mereka dan kamu saling berdampingan sehingga di sisiNya Allah menghakimi kalian. Ketika itu akan kamu lihat kebahagian sejati milik siapa? Wahai anak Marjanah ibumu duduk sambil bertakziah menangisimu.” | Sayidah Zainab menjawab: “Dari Allah aku tidak melihat kecuali keindahan dan kebaikan. Allah telah menentukan kepada keluarga kami kesyahidan dan mereka dengan segala keberanian telah berlari menunju tempat kematian mereka. Dan Allah segera akan mengumpulkan mereka dan kamu saling berdampingan sehingga di sisiNya Allah menghakimi kalian. Ketika itu akan kamu lihat kebahagian sejati milik siapa? Wahai anak Marjanah ibumu duduk sambil bertakziah menangisimu.” | ||
Ibnu Ziayd marah dan dikatakan bahwa dia telah berniat untuk membunuh Zainab dan dengan perantara Umar bin Huraits akhirnya niat itu diurungkan dan berkata: “Allah telah memberikan ketentraman dalam hatiku dengan terbunuhnya saudara pembangkangmu dan para pemberontak lainnya dan seluruh pengikut keluargamu.” | Ibnu Ziayd marah dan dikatakan bahwa dia telah berniat untuk membunuh Zainab dan dengan perantara Umar bin Huraits akhirnya niat itu diurungkan dan berkata: “Allah telah memberikan ketentraman dalam hatiku dengan terbunuhnya saudara pembangkangmu dan para pemberontak lainnya dan seluruh pengikut keluargamu.” | ||
Sayidah Zainab berkata: “Demi Allah engkau telah membunuh pembesarku, ranting dan daunku kau potong, nasab dan keturunanku telah kau cabut. Maka jika hatimu dapat sembuh dengan ini semua, maka telah kau raih kesembuhan tersebut.” | Sayidah Zainab berkata: “Demi Allah engkau telah membunuh pembesarku, ranting dan daunku kau potong, nasab dan keturunanku telah kau cabut. Maka jika hatimu dapat sembuh dengan ini semua, maka telah kau raih kesembuhan tersebut.” | ||
Baris 60: | Baris 60: | ||
'''Baiat dengan Marwan bin Hakam''' | '''Baiat dengan Marwan bin Hakam''' | ||
Ketika [[Abdullah bin Zubair]] mendapatkan kekuasaan di [[Madinah]]-sebagaimana sebagian orang di Syam juga menyetujui pada kekhalifhaannya dan bahkan [[Marwan bin Hakam]] pergi ke [[Hijaz]] demi mengucapkan baiat kepadanya- Ibnu Ziyad bertemu dengan Marwan di Batsaniyah dan dia menahan Marwan untuk tidak melakukan hal itu, dan berjanji kepadanya jika ia mengaku tentang kekhalifahan, maka pasti akan ia dukung. Marwan kembali dan Ibnu Ziyad juga pergi ke Damaskus dan Dhahak bin Qais y ang mengambil baiat untuk Ibnu Zubair dari para penduduk kota pun ditipu dan diusir, dikeluarkan dari kota dan mengambil baiat untuk Marwan. Dalam peperangan yang terjadi antara para pengikut Marwan dengan Dhahak bin Qais di Marju Rahith dekat Damaskus yang akhirnya Dhahak kalah dalam perang tersebut, Ibnu Ziyadlah yang bertanggung jawab menjadi panglima perang pasukan berkendaraan Marwan. <ref>Ibnu Sa’ad, Thabaqāt al-Kubrā, jld. 5, hlm.40-42; Thabari, Tārikh al-Thabari, jld.7, hlm. 476-479.</ref> | Ketika [[Abdullah bin Zubair]] mendapatkan kekuasaan di [[Madinah]]-sebagaimana sebagian orang di Syam juga menyetujui pada kekhalifhaannya dan bahkan [[Marwan bin Hakam]] pergi ke [[Hijaz]] demi mengucapkan baiat kepadanya- Ibnu Ziyad bertemu dengan Marwan di Batsaniyah dan dia menahan Marwan untuk tidak melakukan hal itu, dan berjanji kepadanya jika ia mengaku tentang kekhalifahan, maka pasti akan ia dukung. Marwan kembali dan Ibnu Ziyad juga pergi ke Damaskus dan Dhahak bin Qais y ang mengambil baiat untuk Ibnu Zubair dari para penduduk kota pun ditipu dan diusir, dikeluarkan dari kota dan mengambil baiat untuk Marwan. Dalam peperangan yang terjadi antara para pengikut Marwan dengan Dhahak bin Qais di Marju Rahith dekat Damaskus yang akhirnya Dhahak kalah dalam perang tersebut, Ibnu Ziyadlah yang bertanggung jawab menjadi panglima perang pasukan berkendaraan Marwan. <ref>Ibnu Sa’ad, Thabaqāt al-Kubrā, jld. 5, hlm.40-42; Thabari, Tārikh al-Thabari, jld.7, hlm. 476-479.</ref> | ||
Pada periode kekuasaan Marwan, Ubaidillah juga berada di [[Damaskus]]. [[Perlawanan Thawwabin|Kelompok Thawwabin]] yang dipimpin oleh [[Sulaiman bin Surad al-Khuzai]] bangkit demi membalas darah Imam Husain As yang tertumpah. Marwan bin Hakam, mengutus Ibnu Ziyad untuk menghadapi kebangkitan tersebut dan kepemerintahan Irak akan diberikan kepadanya dengan syarat dia mampu mengalahkan mereka. <ref>Yakubi, Tārikh, jld.2, hlm.257.</ref> ketika Ubaidillah sampai di tempat bernama Jazirah, dia mendapat kabar tentang kematian Marwan (65 H./685 M.), namun ia terus melanjutkan pada kemajuannya. Sulaiman bin Surad memasang perkemahannya di sebuah tempat bernama Ainul Wardah dan sebelum itu, dia mengutus Musayib bin Najbah Fazari untuk berhadapan dengan Syarhabil bin Dzilkala’ yang datang untuk berperang atas perintah Ibnu Ziyad dan Musayib bin Najbah Fazari berhasil membunuh Syarhabil bin Dzilkala’. <ref> Abu Ali Maskawaih Ahmad, Tajārub al-Umam, jld.2. hlm, 95-110.</ref> Ibnu Ziyad mengutus Hashin bin Namir untuk pergi menghadapi Sulaiman, pada awalnya Hashin mengalami kekalahan, namun Ibnu Ziyad mengirim pasukan untuk membantunya dan pada peperangan berdarah yang terjadi di tempat bernama Ainul Wardah ini (pada akhir Jumadi Awal tahun 65) Sulaiman dan pengikutnya mengalami kekalahan yang fatal dan terbunuh. <ref>Thabari, Tārikh al-Thabari, jld.7, hlm. 557-560.</ref> | |||
Ibnu Ziyad kemudian sibuk membangun kota-kota Jazirah yang sebelum itu dia telah melakuakn baiat kepada Ibnu Zubair dan tidak ikut campur dengan urusan [[Mukhtar]] Tsaqafi di Irak yang bangkit melawan penguasa Bani Umaiyah demi membalas darah Husain bin Ali As. Namun pada akhirnya dia menyerang Mosul sebagai salah satu kaki tangan Mukhtar. Para pengikut Mukhtar mundur ke kota Tikrit dan Mukhtar diberi kabar tentang serangan Ibnu Ziyad. Mukhtar juga akhirnya mengirim pasukan untuk menghadang pasukan Ibnu Ziyad. Dan pasukan Mukhtar berhasil memporak-porandakan pasukan yang dikirim oleh Ibnu Ziyad. (10 [[Dzulhijjah]] 66). <ref>Ibid, hlm. 643,646,649 dan 707-713. </ref> | Ibnu Ziyad kemudian sibuk membangun kota-kota Jazirah yang sebelum itu dia telah melakuakn baiat kepada Ibnu Zubair dan tidak ikut campur dengan urusan [[Mukhtar]] Tsaqafi di Irak yang bangkit melawan penguasa Bani Umaiyah demi membalas darah Husain bin Ali As. Namun pada akhirnya dia menyerang Mosul sebagai salah satu kaki tangan Mukhtar. Para pengikut Mukhtar mundur ke kota Tikrit dan Mukhtar diberi kabar tentang serangan Ibnu Ziyad. Mukhtar juga akhirnya mengirim pasukan untuk menghadang pasukan Ibnu Ziyad. Dan pasukan Mukhtar berhasil memporak-porandakan pasukan yang dikirim oleh Ibnu Ziyad. (10 [[Dzulhijjah]] 66). <ref>Ibid, hlm. 643,646,649 dan 707-713. </ref> | ||
Baris 91: | Baris 91: | ||
* Dainuri Ahmad, Akhbār al-Thiwāl, riset: Abdul Mun’im ‘Āmir, Baghdad, 1379 H. | * Dainuri Ahmad, Akhbār al-Thiwāl, riset: Abdul Mun’im ‘Āmir, Baghdad, 1379 H. | ||
* Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibin, riset: Ahmad Shaqar, Cairo, 1368 H. | * Abu al-Faraj Isfahani, Maqatil al-Thalibin, riset: Ahmad Shaqar, Cairo, 1368 H. | ||
* Ibin Sa’ad Muhammad Bashri, Thabaqāt | * Ibin Sa’ad Muhammad Bashri, Thabaqāt | ||
</div> | </div> | ||
Baris 97: | Baris 97: | ||
==Pranala Luar== | ==Pranala Luar== | ||
* Sumber Artikel: Ensiklopedia Dairatu al-Ma’ārif Buzurg Islami, jld.3, hlm.640-642, di bawah tulisan Ibnu Ziyad, Abu Hafsh, tulisan Shadiq Sajjadi: [http://www.cgie.org.ir/fa/publication/entryview/1784] | * Sumber Artikel: Ensiklopedia Dairatu al-Ma’ārif Buzurg Islami, jld.3, hlm.640-642, di bawah tulisan Ibnu Ziyad, Abu Hafsh, tulisan Shadiq Sajjadi: [http://www.cgie.org.ir/fa/publication/entryview/1784] | ||
[[fa:عبیدالله بن زیاد]] | |||
[[ar:عبيد الله بن زياد]] | |||
[[Kategori:Gubernur Kufah]] | [[Kategori:Gubernur Kufah]] | ||
[[Kategori:Para Pelayan Bani Umayyah]] | [[Kategori:Para Pelayan Bani Umayyah]] | ||
[[Kategori:Perwakilan Bani Umayyah]] | [[Kategori:Perwakilan Bani Umayyah]] |