Pengguna anonim
Al-Mizan fi Tafsir al-Quran (buku): Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>E.amini Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Ismail Dg naba Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 59: | Baris 59: | ||
Ciri terpenting tafsir al-Mizan adalah tafsir ''al-Qur'an bi al-Qur'an''. | Ciri terpenting tafsir al-Mizan adalah tafsir ''al-Qur'an bi al-Qur'an''. | ||
Dalam tafsir-tafsir sebelumnya pada umumnya, apabila sebuah ayat kemungkinan memiliki beberapa makna, maka seorang mufasir akan menukil kemungkinan-kemungkinan tanpa memberikan mana yang lebih cocok menurut seorang mufasir itu namun salah satu kelebihan Tafsir al-Mizan adalah memberikan penjelasan makna, mana yang lebih cocok dengan bantuan ayat lainnya atau tanda-tanda yang ada pada ayat itu sendiri. | Dalam tafsir-tafsir sebelumnya pada umumnya, apabila sebuah ayat kemungkinan memiliki beberapa makna, maka seorang mufasir akan menukil kemungkinan-kemungkinan tanpa memberikan mana yang lebih cocok menurut seorang mufasir itu namun salah satu kelebihan Tafsir al-Mizan adalah memberikan penjelasan makna, mana yang lebih cocok dengan bantuan ayat lainnya atau tanda-tanda yang ada pada ayat itu sendiri. | ||
Allamah Thabathabai juga memberikan penjelasan sebagian istilah agama dan qurani seperti kemustahaban doa, [[tauhid]], [[taubat]], rizki, berkah, [[jihad]], dan lainnya dengan bantuan ayat-ayat Alquran. | [[Allamah Thabathabai]] juga memberikan penjelasan sebagian istilah agama dan qurani seperti kemustahaban doa, [[tauhid]], [[taubat]], rizki, [[berkah]], [[jihad]], dan lainnya dengan bantuan ayat-ayat Alquran. | ||
Pada masa lalu, tidak menjadi tradisi bahwa seorang mufasir meletakkan ayat-ayat [[Alquran]] pada satu tema yang kemudian menyatukan dan mengambil kesimpulan, namun Allamah Thabathabai dalam berbagai hal telah melakukan hal ini. Misalnya ia menyatukan semua ayat yang berkenaan dengan ''ihbāth'' (kisah turunnya Nabi Adam as) dan menarik kesimpulan apakah yang dimaksud dengan ''ihbāth'' menurut ayat Alquran. | Pada masa lalu, tidak menjadi tradisi bahwa seorang mufasir meletakkan ayat-ayat [[Alquran]] pada satu tema yang kemudian menyatukan dan mengambil kesimpulan, namun Allamah Thabathabai dalam berbagai hal telah melakukan hal ini. Misalnya ia menyatukan semua ayat yang berkenaan dengan ''ihbāth'' (kisah turunnya Nabi Adam as) dan menarik kesimpulan apakah yang dimaksud dengan ''ihbāth'' menurut ayat Alquran. |