Lompat ke isi

Al-Mizan fi Tafsir al-Quran (buku): Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26: Baris 26:
  | id_teks lengkap =
  | id_teks lengkap =
}}
}}
'''Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran''' (Bahasa Arab:{{ia|الميزان في تفسير القرآن}}) yang lebih dikenal dengan nama "Tafsir al-Mizan" merupakan kitab tafsir yang paling lengkap dan paling komprehensif dari tafsir [[Al-Quran]] mazhab [[Syiah]] yang ditulis dalam bahasa Arab pada abad ke 14 (Hijriah) oleh Allamah [[Sayid Muhammad Husain Thabathabai]] (1281-1360 S/1903-1981).
'''Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran''' (bahasa Arab:{{ia|الميزان في تفسير القرآن}}) yang lebih dikenal dengan nama "Tafsir al-Mizan" merupakan kitab tafsir yang paling lengkap dan paling komprehensif dari tafsir [[Alquran]] mazhab [[Syiah]] yang ditulis dalam bahasa Arab pada abad 14 H oleh Allamah [[Sayid Muhammad Husain Thabathabai]] (1903-1981).
Al-Mizan merupakan tafsir tartibi dan metode penafsirannya adalah Al-Quran bil Quran yaitu suatu metode penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan perantara ayat-ayat yang lain. Kejujuran ilmiah, ketepatan dan keadalaman tafsir al-Mizan menyebabkan tafsir ini menjadi perhatian ulama-ulama Syiah dan [[Sunni]] dan merupakan referensi terpercaya dalam memahami dan meriset Al-Quran. Dalam waktu yang singkat telah ditulis puluhan buku, ratusan makalah dan skripsi, tesis dan disertasi tentang Tafsir al-Mizan.
 
Salah satu kelebihan tafsir ini adalah penelitian secara mendalam tentang tema-tema penting seperti kemukjizatan al-Qur'an (''i'jāz al-Qurān''), kisah-kisah para nabi, ruh dan jiwa, terkabulkannya doa, tauhid, taubah, rizki, keberkahan, jihad, dan lainnya yang sesuai dengan ayat-ayat yang berkenaan dengannya dibahas dan dikaji secara teliti.
Al-Mizan merupakan tafsir tartibi dan metode penafsirannya adalah ''Al-Qur'an bil Qur'an'' yaitu suatu metode penafsiran ayat-ayat Alquran dengan perantara ayat-ayat yang lain. Kejujuran ilmiah, ketepatan dan keadalaman tafsir al-Mizan menyebabkan tafsir ini menjadi perhatian ulama-ulama Syiah dan [[Sunni]] dan merupakan referensi terpercaya dalam memahami dan meriset Alquran. Dalam waktu yang singkat telah ditulis puluhan buku, ratusan makalah dan skripsi, tesis dan disertasi tentang Tafsir al-Mizan.
Tafsir ini telah diterjemahkan dan diterbitkan ke berbagai bahasa: Persia, Inggris, Urdu, dan Turki (Azeri) dan Turki Istanbul.
 
Salah satu kelebihan tafsir ini adalah penelitian secara mendalam tentang tema-tema penting seperti kemukjizatan Alquran (''i'jāz al-Qurān''), kisah-kisah para nabi, ruh dan jiwa, terkabulkannya doa, tauhid, taubah, rizki, keberkahan, jihad, dan lainnya yang sesuai dengan ayat-ayat yang berkenaan dengannya dibahas dan dikaji secara teliti.
 
Tafsir ini telah diterjemahkan dan diterbitkan ke berbagai bahasa: Persia, Inggris, Urdu, Turki (Azeri), Turki Istanbul termasuk bahasa Indonesia.


==Pengarang==
==Pengarang==
{{main|Sayid Muhammad Husain Thabathabai}}
{{main|Sayid Muhammad Husain Thabathabai}}
Sayid Muhammad Husain Thabathabai adalah seorang filosof, hakim muta'allih, mufassir kenamaan lahir di sebuah desa Syadgan, Tabriz. Pada tahun 1304 S/1925 demi menyempurnakan pelajarannya hijrah ke [[Najaf]] dan belajar dari ulama-ulama terkenal seperti: Ayatullah Husain Gharawi (Isfahani) terkenal dengan Kumpani, Ayatullah Muhsin Naini, Ayatullah Hujjah Kuhkamari, Ayatullah Husain Badkubai, Ayatullah Abul Qasim Khunshari dan Ayatullah Sayid Ali Qadhi.
Sayid Muhammad Husain Thabathabai adalah seorang filosof, hakim muta'allih, mufassir kenamaan lahir di sebuah desa Syadgan, Tabriz. Pada tahun 1925 demi menyempurnakan pelajarannya, ia hijrah ke [[Najaf]] dan belajar dari ulama-ulama terkenal seperti: Ayatullah Husain Gharawi (Isfahani) terkenal dengan Kumpani, Ayatullah Muhsin Naini, Ayatullah Hujjah Kuhkamari, Ayatullah Husain Badkubai, Ayatullah Abul Qasim Khunshari dan Ayatullah Sayid Ali Qadhi.
Setelah mendapatkan derajat ijtihad, pada tahun 1314 S/1935 ia kembali ke tempat kelahirannya, Tabriz dan pada tahun 1325 S/1946 pergi ke [[Qom]] dan tinggal di kota itu. <ref> Diambil dari ''Zendegi Nāmeh Khud Newesy Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathabai'', Cet. Fulistan Quran, Adzar 1381, No. 136, hlm. 5. </ref>
 
Allamah Thabathabai semenjak saat itu hingga akhir hayatnya, di samping mengajar filsafat dan tafsir di Hauzah Ilmiyah Qom juga menulis Tafsir al-Mizan dan selesai pada malam 23 [[bulan Ramadhan]] ([[Lailatul Qadar]]) tahun 1392 H/1971, setelah hampir selama 20 tahun ditulisnya.
Setelah mendapatkan derajat ijtihad, pada tahun 1935 ia kembali ke tempat kelahirannya, Tabriz dan pada tahun 1946 pergi ke [[Qom]] dan tinggal di kota itu. <ref> Diambil dari ''Zendegi Nāmeh Khud Newesy Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathabai'', Cet. Fulistan Quran, Adzar 1381, No. 136, hlm. 5. </ref>
Allamah Thabathabai meninggal dunia pada 24 Aban 1360 S (sekitar pertengahan November 1981) dan dimakamkan di Masjid Al-Asr Haram [[Sayidah Fatimah Maksumah sa]] [[Qom]]. Selain Tafsir Al-Mizan, kitab-kitab lainnya yang merupakan karyanya di antaranya: ''Ushul Falsafah wa Rawisy Rialism, Bidāyah al-Hikmah, Nihāyah al-Hikmah'' dan ''Syiah dar Islām''.
Allamah Thabathabai semenjak saat itu hingga akhir hayatnya, di samping mengajar filsafat dan tafsir di Hauzah Ilmiyah Qom juga menulis Tafsir al-Mizan dan selesai pada malam [[23 Ramadhan]] ([[Lailatul Qadar]]) tahun 1392 H/1971, setelah hampir selama 20 tahun ditulisnya.
 
Allamah Thabathabai meninggal dunia pada 15 November 1981 dan dimakamkan di Masjid Al-Asr Haram [[Sayidah Fatimah Maksumah sa]] [[Qom]]. Selain Tafsir Al-Mizan, kitab-kitab lainnya yang merupakan karyanya di antaranya: ''Ushul Falsafah wa Rawisy Rialism, Bidāyah al-Hikmah, Nihāyah al-Hikmah'' dan ''Syiah dar Islām''.
{{Ilmu Tafsir}}
{{Ilmu Tafsir}}


==Mengenal Tafsir al-Mizan==
==Mengenal Tafsir al-Mizan==
Asas penulisan Tafsir al-Mizan adalah kaidah tafsir ''Al-Qur'ān bi Al-Qur'ān''. Artinya standar awal untuk menafsirkan Al-Quran adalah [[Al-Quran]] itu sendiri. Allamah Thabathabai sendiri percaya bahwa ketika Al-Quran sendiri mengenalkan sebagai "Penjelas segala sesuatu (''Tibyan likulli syai'')" <ref> Qs Al-Nahl: 88. </ref> maka bagaimana mungkin untuk menjelaskan makna dan maksudnya memerlukan penjelasan-penjelasan yang lainnya? Benar, bahwa Al-Quran memiliki sisi lahir dan batin dan kita dalam memahami takwil dan batin Al-Quran membutuhkan penjelas dan mufasir hakiki Al-Quran yaitu [[Nabi Muhammad saw]] dan [[para Imam as]] namun pemahaman Al-Quran secara lahir (tersurat) akan ayat-ayat itu tidak bersandar pada selain Al-Quran. <ref> Ayatullah Jawadi Amuli, ''Syams al-Wahyi Tabrizi (Sireh-ye Amali Allamah Thabathabai)'', hlm. 96. </ref>
Asas penulisan Tafsir al-Mizan adalah kaidah tafsir ''Al-Qur'ān bi Al-Qur'ān''. Artinya standar awal untuk menafsirkan Alquran adalah dengan Alquran itu sendiri. Allamah Thabathabai sendiri percaya bahwa ketika Alquran sendiri mengenalkan sebagai "Penjelas segala sesuatu (''Tibyan likulli syai'')" <ref> Qs Al-Nahl: 88. </ref> maka bagaimana mungkin untuk menjelaskan makna dan maksudnya memerlukan penjelasan-penjelasan yang lainnya? Benar, bahwa Alquran memiliki sisi lahir dan batin dan kita dalam memahami takwil dan batin Alquran membutuhkan penjelas dan mufasir hakiki Alquran yaitu [[Nabi Muhammad saw]] dan [[para Imam as]] namun pemahaman Alquran secara lahir (tersurat) akan ayat-ayat itu tidak bersandar pada selain Alquran. <ref> Ayatullah Jawadi Amuli, ''Syams al-Wahyi Tabrizi (Sireh-ye Amali Allamah Thabathabai)'', hlm. 96. </ref>
 
Ketika ayat-ayat rumit dan mutasyabih dapat ditafsirkan dan dijelaskan dengan ayat-ayat muhkam lainnya maka ''asbab nuzul'' (sebab-sebab diturunkan ayat), pendapat-pendapat mufasir dan riwayat-riwayat (yang menjelaskan ayat-ayat tersebut) menempati derajat kedua.
Sebenarnya metode Allamah Thabathabai ini bukan merupakan metode yang baru ditemukan dan sebagian besarnya telah dipakai namun dengan perbedaan yang sangat banyak dan oleh itu tafsir ini dikenal dengan tafsir Al-Qur'an bil Qur'an. Dalam tafsir al-Mizan, Allamah sangat banyak menggunakan metode ini sedangkan tafsir-tafsir lain lebih jarang. Dalam Tafsir al-Mizan metode ini digunakan dalam seluruh ayat dan Allamah Thabathabai secara konsekuen menggunakan metode ini.


Ketika ayat-ayat rumit dan mutasyabih dapat ditafsiran dan dijelaskan dengan ayat-ayat muhkam lainnya maka asbab nuzul (sebab-sebab diturunkan ayat), pendapat-pendapat mufasir dan riwayat-riwayat (yang menjelaskan ayat-ayat tersebut) menempati derajat kedua.
==Metode Penafsiran Al-Qur'an bi Al-Qur'an==
Sebenarnya metode Allamah Thabathabai ini bukan merupakan metode yang baru ditemukan dan sebagian besarnya telah dipakai namun dengan perbedaan yang sangat banyak dan oleh itu tafsir ini dikenal dengan tafsir Al-Quran bi Al-Quran. Dalam tafsir al-Mizan, Allamah sangat banyak menggunakan metode ini sedangkan tafsir-tafsir lain lebih jarang. Dalam Tafsir al-Mizan metode ini digunakan dalam seluruh ayat dan Allamah Thabathabai secara konsekuen menggunakan metode ini.
Dalam metode ini, pada awalnya pengarang menyebutkan beberapa ayat [[Alquran]] dalam suatu surah yang memiliki konteks yang sama, kemudian dengan menggunakan kitab kamus bahasa Arab dan penggunaan istilah kata yang lain dalam ayat-ayat lain untuk menjelaskan makna-makna ''mufradat'' (kosa kata), macam-macam ''istiqaq'' (asal-usul kata) dan juga membahas persoalan ''lughawi'' (kebahasaan). Kemudian pada bagian penjelasan ayat, dengan memisahkan setiap ayat Allamah Thabathabai akan menjelaskan penafsiran ayat-ayat itu. Jika dipandang perlu, maka Allamah Thabathabai akan mengkritik pendapat-pendapat mufasir besar baik dari kalangan [[Syiah]] maupun [[Ahlussunnah]]. Pada bagian akhir, terdapat pembahasan mengenai "Pembahasan Riwayat" untuk mengkritik riwayat-riwayat Syiah dan Ahlussunnah dalam ayat-ayat tertentu.


==Metode Penafsiran Al-Quran bi Al-Quran==
Dalam metode ini, pada awalnya pengarang menyebutkan beberapa ayat [[Al-Quran]] dalam suatu surah yang memiliki konteks yang sama, kemudian dengan menggunakan kitab Kamus Bahasa Arab dan penggunaan istilah kata yang lain dalam ayat-ayat lain untuk menjelaskan makna-makna mufradat (kosa kata), macam-macam istiqaq (asal-usul kata) dan juga membahas persoalan lughawi (kebahasaan). Kemudian pada bagian penjelasan ayat, dengan memisahkan setiap ayat Allamah Thabathabai akan menjelaskan penafsiran ayat-ayat itu. Jika dipandang perlu, maka Allamah Thabathabai akan mengkritik pendapat-pendapat mufasir besar baik dari kalangan [[Syiah]] maupun [[Ahlussunnah]]. Pada bagian akhir, terdapat pembahasan mengenai "Pembahasan Riwayat" untuk mengkritik riwayat-riwayat Syiah dan Ahlussunnah dalam ayat-ayat tertentu.
Demikian juga, pengarang dalam sela-sela tafsirnya, berusaha untuk menjelaskan ayat-ayat dengan disesuaikan dengan temanya, menganilisa suatu tema, mendeskripsikan, melakukan pendekatan filosofis, kemasyarakatan, sejarah dan atau keilmuan ayat-ayat yang bersangkutan.
Demikian juga, pengarang dalam sela-sela tafsirnya, berusaha untuk menjelaskan ayat-ayat dengan disesuaikan dengan temanya, menganilisa suatu tema, mendeskripsikan, melakukan pendekatan filosofis, kemasyarakatan, sejarah dan atau keilmuan ayat-ayat yang bersangkutan.
Dengan memperhatikan bahwa penguasaan Allamah Thabathabai atas berbagai ilmu dalam Tafsir al-Mizan, maka Allamah memiliki pendekatan yang komprehensif dalam membahas tema-tema dalam kitab tafsirnya. Ia dengan teliti dan penguasaannya yang luar biasa atas Al-Quran, berkali-kali dan dalam berbagai tem
Dengan memperhatikan bahwa penguasaan Allamah Thabathabai atas berbagai ilmu dalam Tafsir al-Mizan, maka Allamah memiliki pendekatan yang komprehensif dalam membahas tema-tema dalam kitab tafsirnya.


==Karakteristik Tafsir al-Mizan==
==Karakteristik Tafsir al-Mizan==
Pengguna anonim