Pengguna anonim
Al-Mizan fi Tafsir al-Quran (buku): Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Maitsam k (→Pengarang) |
imported>Maitsam Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 46: | Baris 46: | ||
Allamah Thabathabai meninggal dunia pada 24 Aban 1360 (sekitar pertengahan November 1981) dan dimakamkan di Masjid Al-Asr Haram [[Sayidah Maksumah]] Qum. Selain Tafsir Al-Mizan, kitab-kitab lainnya yang merupakan karyanya di antaranya: ''Ushul Falsafah wa Rawisy Rialism, Bidāyah al-Hikmah, Nihāyah al-Hikmah'' dan ''Syiah dar Islām''. | Allamah Thabathabai meninggal dunia pada 24 Aban 1360 (sekitar pertengahan November 1981) dan dimakamkan di Masjid Al-Asr Haram [[Sayidah Maksumah]] Qum. Selain Tafsir Al-Mizan, kitab-kitab lainnya yang merupakan karyanya di antaranya: ''Ushul Falsafah wa Rawisy Rialism, Bidāyah al-Hikmah, Nihāyah al-Hikmah'' dan ''Syiah dar Islām''. | ||
{{Ilmu Tafsir}} | |||
==Mengenal Tafsir al-Mizan== | ==Mengenal Tafsir al-Mizan== | ||
Asas penulisan Tafsir al-Mizan adalah kaidah tafsir ''al-Qur’ān bi al-Qur’ān''. Artinya standar awal untuk menafsirkan al-Quran adalah al-Quran itu sendiri. Allamah Thabathabai sendiri percaya bahwa ketika al-Quran sendiri mengenalkan sebagai “Penjelas segala sesuatu (''Tibyan likulli syai'')” <ref> Qs Al-Nahl: 88. </ref> maka bagaimana mungkin untuk menjelaskan makna dan maksudnya memerlukan penjelasan-penjelasan yang lainnya? Benar, bahwa al-Quran memiliki sisi lahir dan batin dan kita dalam memahami takwil dan batin al-Quran membutuhkan pensyarah dan mufasir hakiki al-Quran yaitu Nabi Muhammad Saw dan para Imam As namun pemahaman al-Quran secara lahir (tersurat) akan ayat-ayat itu tidak bersandar pada selain al-Quran. <ref> Syams al-Wahy Tabrizi (Sirah Amali Allamah Thabathabai), Ayatullah Jawadi Amuli, Nasyar Isra, Qum, 1386, hlm. 96. </ref> | Asas penulisan Tafsir al-Mizan adalah kaidah tafsir ''al-Qur’ān bi al-Qur’ān''. Artinya standar awal untuk menafsirkan al-Quran adalah al-Quran itu sendiri. Allamah Thabathabai sendiri percaya bahwa ketika al-Quran sendiri mengenalkan sebagai “Penjelas segala sesuatu (''Tibyan likulli syai'')” <ref> Qs Al-Nahl: 88. </ref> maka bagaimana mungkin untuk menjelaskan makna dan maksudnya memerlukan penjelasan-penjelasan yang lainnya? Benar, bahwa al-Quran memiliki sisi lahir dan batin dan kita dalam memahami takwil dan batin al-Quran membutuhkan pensyarah dan mufasir hakiki al-Quran yaitu Nabi Muhammad Saw dan para Imam As namun pemahaman al-Quran secara lahir (tersurat) akan ayat-ayat itu tidak bersandar pada selain al-Quran. <ref> Syams al-Wahy Tabrizi (Sirah Amali Allamah Thabathabai), Ayatullah Jawadi Amuli, Nasyar Isra, Qum, 1386, hlm. 96. </ref> | ||
Baris 158: | Baris 159: | ||
[[en:Al-Mizan fi tafsir al-Quran (book)]] | [[en:Al-Mizan fi tafsir al-Quran (book)]] | ||
[[tr:El-Mizan fi Tefsiri'l Kur'an]] | [[tr:El-Mizan fi Tefsiri'l Kur'an]] | ||
[[Kategori:Kitab Tafsir Syiah]] |