Lompat ke isi

Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Habrizen
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ali al-Hadadi
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 85: Baris 85:
*Miqdad bin Amr menyebut tindakan umat Islam dalam mengikuti keputusan Saqifah sangat mengejutkan dan dia dengan jelas menyatakan kebenaran hak Amirul Mukminin. <ref>Askari, ''Saqifah: Barrasi Nahwe Syiklgiri Hukumat pas az Rehlate Payambar'', hlm.76.</ref>
*Miqdad bin Amr menyebut tindakan umat Islam dalam mengikuti keputusan Saqifah sangat mengejutkan dan dia dengan jelas menyatakan kebenaran hak Amirul Mukminin. <ref>Askari, ''Saqifah: Barrasi Nahwe Syiklgiri Hukumat pas az Rehlate Payambar'', hlm.76.</ref>
*[[Umar bin Khattab]], di tahun terakhir kehidupan, berkata dalam sebuah khotbah umum: "Baiat kepada Abu Bakar adalah sebuah kecelakaan dan kesalahan, yang telah selesai dan berlalu, ya, memang demikian, tapi Tuhan telah menjaga dan menyelamatkan masyarakat dari kejelekan dan kejahatannya." Setiap  orang yang memilih khalifah dengan cara ini, maka bunuhlah dia. <ref>Thabari, ''Tārikh al-Thabari: Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.205.</ref> <ref> Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld.1, hlm.581.</ref> <ref>Dzahabi, ''Tārikh al-Islam wa Wafayat al-Masyahir wa al-'Alam'', jld.3, hlm.8.</ref> <ref>Maqdisi, ''al-Bad'u wa al-Tārikh'', jld.5, hlm.190.</ref>
*[[Umar bin Khattab]], di tahun terakhir kehidupan, berkata dalam sebuah khotbah umum: "Baiat kepada Abu Bakar adalah sebuah kecelakaan dan kesalahan, yang telah selesai dan berlalu, ya, memang demikian, tapi Tuhan telah menjaga dan menyelamatkan masyarakat dari kejelekan dan kejahatannya." Setiap  orang yang memilih khalifah dengan cara ini, maka bunuhlah dia. <ref>Thabari, ''Tārikh al-Thabari: Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.205.</ref> <ref> Baladzuri, ''Ansab al-Asyraf'', jld.1, hlm.581.</ref> <ref>Dzahabi, ''Tārikh al-Islam wa Wafayat al-Masyahir wa al-'Alam'', jld.3, hlm.8.</ref> <ref>Maqdisi, ''al-Bad'u wa al-Tārikh'', jld.5, hlm.190.</ref>
*[[Abu Sufyan]], yang sebelum kejadian ini dikirim oleh Nabi saw untuk melakukan sebuah pekerjaan di luar kota Madinah,  setelah memasuki kota Madinah, dan mendapat berita tentang wafatnya Nabi saw, serta pembaiatan di Saqifah, menayakan tentang reaksi [[Ali as]] dan Abbas bin Abdul Muththallib. Dengan mendapat info bahwa kedua orang tersebut tidak bertindak apa-apa dan diam di rumah ia berkata: "Aku bersumpah demi [[Allah]], jika aku hidup untuk mereka, akau akan membawa mereka ke dataran yang tinggi. Dia menambahkan: "Aku melihat tanah dan debu yang membumbung dimana hal itu tidak akan turun kecuali dengan hujan darah. <ref>Jauhari Bashri, ''al-Saqifah wa Fadak'', hlm.37.</ref> Menurut penjelasan sumber-sumber pustaka, Abu Sufyan ketika memasuki kota Madinah, dia dengan melantunkan puisi dalam mendukung suksesi Nabi saw dan penerusnya Ali as, dan juga mencela Abu Bakar dan Umar <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', jld.6, hlm.17.</ref> {{enote| Sebagian dari bait-bait puisi yang yang dilantunkan Abu Sufyan adalah sebagai berikut:  
*[[Abu Sufyan]], yang sebelum kejadian ini dikirim oleh Nabi saw untuk melakukan sebuah pekerjaan di luar kota Madinah,  setelah memasuki kota Madinah, dan mendapat berita tentang wafatnya Nabi saw, serta pembaiatan di Saqifah, menanyakan tentang reaksi [[Ali as]] dan Abbas bin Abdul Muththallib. Dengan mendapat info bahwa kedua orang tersebut tidak bertindak apa-apa dan diam di rumah ia berkata: "Aku bersumpah demi [[Allah]], jika aku hidup untuk mereka, akau akan membawa mereka ke dataran yang tinggi. Dia menambahkan: "Aku melihat tanah dan debu yang membumbung dimana hal itu tidak akan turun kecuali dengan hujan darah. <ref>Jauhari Bashri, ''al-Saqifah wa Fadak'', hlm.37.</ref> Menurut penjelasan sumber-sumber pustaka, Abu Sufyan ketika memasuki kota Madinah, dia dengan melantunkan puisi dalam mendukung suksesi Nabi saw dan penerusnya Ali as, dan juga mencela Abu Bakar dan Umar <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', jld.6, hlm.17.</ref> {{enote| Sebagian dari bait-bait puisi yang yang dilantunkan Abu Sufyan adalah sebagai berikut:  
{{ia|بنی هاشم لا تطمعوا النّاس فیکم/ و لا سیما تیم بن مرّة او عدی/ فما الامر الاّ فیکم و الیکم/ و لیس لها الاّ ابو حسن علی}}
{{ia|بنی هاشم لا تطمعوا النّاس فیکم/ و لا سیما تیم بن مرّة او عدی/ فما الامر الاّ فیکم و الیکم/ و لیس لها الاّ ابو حسن علی}}
Wahai Bani Hasyim, tutuplah atas masyarakat jalan keserakahan memerintah, khususnya bagi dua kabilah Taim dan Ady (suku Abu Bakar dan Umar). Pemerintahan ini adalah hak kalian, sejak awal milik kalian dan tetap harus dikembalikan kepada kalian. Tidak ada seorangpun yang layak untuk memerintah kecuali Abu al-Hasan Ali as.  
Wahai Bani Hasyim, tutuplah atas masyarakat jalan keserakahan memerintah, khususnya bagi dua kabilah Taim dan Ady (suku Abu Bakar dan Umar). Pemerintahan ini adalah hak kalian, sejak awal milik kalian dan tetap harus dikembalikan kepada kalian. Tidak ada seorangpun yang layak untuk memerintah kecuali Abu al-Hasan Ali as.  
Baris 97: Baris 97:
Menurut keterangan beberapa sumber, Ali as pernah berdiskusi ramah dan sopan namun terperinci dan eksplisit dengan Abu Bakar, di mana Abu Bakar di situ dihukumi atas pelanggarannya dalam peristiwa Saqifah karena tidak mengindahkan dan tidak memperhatikan atas hak [[keluarga Nabi]], Abu Bakar dengan menerima argumen-argumen yang disampaikan Amirul Mukminin dan hatinya terunggah dan sampai batas akan berbaiat kepada Ali as sebagai penerus Nabi yang pada dia akhirnya ia menolak untuk melakukannya setelah berkonsultasi dan musyawarah dengan beberapa rekannya. <ref>Rujuk: Thabrasi, ''al-Ihtijaj'', jld.1, hlm.115-130.</ref>
Menurut keterangan beberapa sumber, Ali as pernah berdiskusi ramah dan sopan namun terperinci dan eksplisit dengan Abu Bakar, di mana Abu Bakar di situ dihukumi atas pelanggarannya dalam peristiwa Saqifah karena tidak mengindahkan dan tidak memperhatikan atas hak [[keluarga Nabi]], Abu Bakar dengan menerima argumen-argumen yang disampaikan Amirul Mukminin dan hatinya terunggah dan sampai batas akan berbaiat kepada Ali as sebagai penerus Nabi yang pada dia akhirnya ia menolak untuk melakukannya setelah berkonsultasi dan musyawarah dengan beberapa rekannya. <ref>Rujuk: Thabrasi, ''al-Ihtijaj'', jld.1, hlm.115-130.</ref>


Ali as telah berkali-kali mengajukan protes dan keberatan-keberatannya atas apa yang terjadi pada kasus Saqifah dalam berbagai kesempatan dan senantiasa mengingatkan haknya akan suksesi setelah Nabi Muhammad saw. [[Khutbah Syiqsyiqiyyah]] adalah salah satu khotbahnya yang paling terkenal, yang mana beliau di dalamnya mengisyaratkan secara khusus pada kejadian ini. Beliau pada awal khutbahnya berkata: "Aku bersumpah demi [[Allah]], putra Abu Quhafah (Abu Bakar) telah menempatkan khalifah seperti sebuah kemeja. Meskipun dia tahu bahwa aku untuk kekhalifahan bagaikan sumbu penggilingan gandum, yang mana pengetahun dan keutamaan dariku bagaikan air bah yang mengalir dan burung-burung di udara pun tidak akan sampai pada posisi puncakku. "<ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', jld.1, hlm.151.</ref> Berdasarkan sebagian sumber-sumber lainnya, pasca peristiwa Saqifah, Ali as di masa hidupnya [[Sayidah Zahra sa]], ketika di malam hari beliau menaikkan putri Nabi saw untuk duduk di atas sebuah tunggangan dan membawanya ke perumahan untuk menghadiri  acara-acara Anshar dan beliau diminta bantuan dan mendengarkan jawaban kaum Anshar: "Wahai putri Nabi, kami telah berbaiat dengan Abu Bakar, jika Ali as datang terlebih dahulu, kami tidak akan meninggalkannya, Ali as juga akan menjawabnya: Apakah Nabi saw tidak perlu dikuburkan sehingga aku harus berselisih konflik tentang kekhalifahan? <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.29-30.</ref> <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', jld.6, hlm.13.</ref>
Ali as telah berkali-kali mengajukan protes dan keberatan-keberatannya atas apa yang terjadi pada kasus Saqifah dalam berbagai kesempatan dan senantiasa mengingatkan haknya akan suksesi setelah Nabi Muhammad saw. [[Khutbah Syiqsyiqiyyah]] adalah salah satu khotbahnya yang paling terkenal, yang mana beliau di dalamnya mengisyaratkan secara khusus pada kejadian ini. Beliau pada awal khutbahnya berkata: "Aku bersumpah demi [[Allah]], putra Abu Quhafah (Abu Bakar) telah menempatkan khalifah seperti sebuah kemeja. Meskipun dia tahu bahwa aku untuk kekhalifahan bagaikan sumbu penggilingan gandum, yang mana pengetahuan dan keutamaan dariku bagaikan air bah yang mengalir dan burung-burung di udara pun tidak akan sampai pada posisi puncakku. "<ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', jld.1, hlm.151.</ref> Berdasarkan sebagian sumber-sumber lainnya, pasca peristiwa Saqifah, Ali as di masa hidupnya [[Sayidah Zahra sa]], ketika di malam hari beliau menaikkan putri Nabi saw untuk duduk di atas sebuah tunggangan dan membawanya ke perumahan untuk menghadiri  acara-acara Anshar dan beliau diminta bantuan dan mendengarkan jawaban kaum Anshar: "Wahai putri Nabi, kami telah berbaiat dengan Abu Bakar, jika Ali as datang terlebih dahulu, kami tidak akan meninggalkannya, Ali as juga akan menjawabnya: Apakah Nabi saw tidak perlu dikuburkan sehingga aku harus berselisih konflik tentang kekhalifahan? <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.29-30.</ref> <ref>Ibnu Abi al-Hadid, ''Syarh Nahjul Balaghah'', jld.6, hlm.13.</ref>


==Reaksi Fatimah==
==Reaksi Fatimah==
Baris 132: Baris 132:
[[Ijma']] adalah salah satu sumber untuk menyimpulkan hukum-hukum, di kalangan [[Ahlusunah]], ijmak juga dijadikan sandaran sebagai salah satu alasan legitimasi pemilihan [[Abu Bakar]] dalam peristiwa Saqifah.<ref> Husaini Khurasani, ''Bazkawi Dalil Ijma''', hlm.19-57.</ref>
[[Ijma']] adalah salah satu sumber untuk menyimpulkan hukum-hukum, di kalangan [[Ahlusunah]], ijmak juga dijadikan sandaran sebagai salah satu alasan legitimasi pemilihan [[Abu Bakar]] dalam peristiwa Saqifah.<ref> Husaini Khurasani, ''Bazkawi Dalil Ijma''', hlm.19-57.</ref>


Menurut keyakinan sebagian para peneliti [[Syiah]], Ahlusunah menggunakan dan bersandar pada konsep ijmak umat [[Islam]] untuk melegitimasi kekuasaan dan [[kekhalifahan]] Abu Bakar. <ref> Husaini Khurasani, ''Bazkawi Dalil Ijma''', hlm.19-57.</ref> Mereka juga dalam kepemimpinan umum maupun kepemimpinan khusus, pembahasan Ijmak yang membuktikan integritas kesepakatan rakyat, diciptakan dengan tujuan untuk melawan keyakinan Syiah dan menolak kebutuhan akan keberadaan Imam yang maksum. <ref> Husaini Khurasani, ''Bazkawi Dalil Ijma''', hlm.19-57.</ref> Menurut pandangan para peneliti ini, gagasan pemikiran tentang ijmak mencerminkan sebuah interasksi dalam peristiwa Saqifah dan kekhalifahan Abu Bakar serta pembenaran untuknya dan perluasannya ke segala bidang kehidupan seperti [[Imamah]] umum dan permasalahan [[fikih]] (cabang-cabang agama) yang kesemuanya ini adalah upaya untuk mempromosikan keyakinan ini. <ref> Husaini Khurasani, ''Bazkawi Dalil Ijma''', hlm.19-57.</ref>
Menurut keyakinan sebagian para peneliti [[Syiah]], Ahlusunah menggunakan dan bersandar pada konsep ijmak umat [[Islam]] untuk melegitimasi kekuasaan dan [[kekhalifahan]] Abu Bakar. <ref> Husaini Khurasani, ''Bazkawi Dalil Ijma''', hlm.19-57.</ref> Mereka juga dalam kepemimpinan umum maupun kepemimpinan khusus, pembahasan Ijmak yang membuktikan integritas kesepakatan rakyat, diciptakan dengan tujuan untuk melawan keyakinan Syiah dan menolak kebutuhan akan keberadaan Imam yang maksum. <ref> Husaini Khurasani, ''Bazkawi Dalil Ijma''', hlm.19-57.</ref> Menurut pandangan para peneliti ini, gagasan pemikiran tentang ijmak mencerminkan sebuah interaksi dalam peristiwa Saqifah dan kekhalifahan Abu Bakar serta pembenaran untuknya dan perluasannya ke segala bidang kehidupan seperti [[Imamah]] umum dan permasalahan [[fikih]] (cabang-cabang agama) yang kesemuanya ini adalah upaya untuk mempromosikan keyakinan ini. <ref> Husaini Khurasani, ''Bazkawi Dalil Ijma''', hlm.19-57.</ref>


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Pengguna anonim