Lompat ke isi

Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Habrizen
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Habrizen
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31: Baris 31:
Tampaknya, riwayat asli tentang perkumpulan di [[Saqifah Bani Saidah]] mengacu kepada [[Abdullah bin Abbas]] dari [[Umar bin Khattab]]. Seluruh riwayat lain mengambil informasi darinya atau menceritakan narasi ini dari riwayat ini dengan sedikit perubahan pada sejumlah silsilah perawi yang berbeda dan dinukil oleh Ibnu Hisyam, Thabari, Abdul Razzaq bin Hammam, Bukhari dan Ibn Hanbal. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.47</ref>
Tampaknya, riwayat asli tentang perkumpulan di [[Saqifah Bani Saidah]] mengacu kepada [[Abdullah bin Abbas]] dari [[Umar bin Khattab]]. Seluruh riwayat lain mengambil informasi darinya atau menceritakan narasi ini dari riwayat ini dengan sedikit perubahan pada sejumlah silsilah perawi yang berbeda dan dinukil oleh Ibnu Hisyam, Thabari, Abdul Razzaq bin Hammam, Bukhari dan Ibn Hanbal. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.47</ref>


Menyusul kesadaran secara umum masyarakat muslim di [[Madinah]], sejak wafatnya Nabi Muhammad saw, sekelompok dari [[kaum Anshar]] berkumpul di Saqifah Bani Saidah untuk memutuskan tentang situasi mereka dan juga solusi untuk masalah suksesi Rasulallah. Menurut sumber-sumber sejarah, pada awal pertemuan, Sa'ad bin Ubadah, tokoh besar suku [[Khazraj]] karena beratnya sakit yang ia derita, ia berbicara dengan masyarakat dengan prantara anaknya. Dia dengan memberikan beberapa alasan suksesi Nabi Islam menyatakan bahwa kaum Anshar lebih berhak untuk suksesi tersebut dan mengundang mereka untuk mengelola urusan dan jabatan tersebut. Para hadirin mengukuhkan ucapannya dan mengumumkan bahwa mereka memilih Sa'ad sebagai hakim penguasa mereka dan menekankan bahwa mereka tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan pendapatnya. <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.22.</ref> Namun, beberapa peserta yang hadir memberikan kemungkinan penolakan kaum Muhajirin atas keputusan ini dan memberikan kemungkinan penentangan mereka akan keputusan pertemuan masyarakat ini. Kemungkinan ini menyebabkan acuan untuk memilih seorang amir dari Anshar dan seorang amir dari para Muhajirin. <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.22.</ref>
Menyusul kesadaran secara umum masyarakat muslim di [[Madinah]], sejak wafatnya Nabi Muhammad saw, sekelompok dari [[kaum Anshar]] berkumpul di Saqifah Bani Saidah untuk memutuskan tentang situasi mereka dan juga solusi untuk masalah suksesi setelah Rasulullah saw wafat. Menurut sumber-sumber sejarah, pada awal pertemuan, Sa'ad bin Ubadah, tokoh besar suku [[Khazraj]] karena beratnya sakit yang ia derita, ia berbicara dengan masyarakat dengan perantaraan anaknya. Dia dengan memberikan beberapa alasan suksesi Nabi Islam menyatakan bahwa kaum Anshar lebih berhak untuk suksesi tersebut dan mengundang mereka untuk mengelola urusan dan jabatan tersebut. Para hadirin mengukuhkan ucapannya dan mengumumkan bahwa mereka memilih Sa'ad sebagai hakim penguasa mereka dan menekankan bahwa mereka tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan pendapatnya. <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.22.</ref> Namun, beberapa peserta yang hadir melihat kemungkinan adanya penolakan kaum Muhajirin atas keputusan ini dan mungkin saja  mereka akan menolak keputusan pertemuan ini. Kemungkinan ini menyebabkan acuan untuk memilih seorang amir dari Anshar dan seorang amir dari para Muhajirin. <ref>Ibnu Qutaibah, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm.22.</ref>


Laporan pertemuan ini dan alasan pendiriannya sampai pada Abu Bakar dan Umar, dan keduanya, bersamaan dengan [[Abu Ubaidah bin al-Jarrah]] bergerak menuju Saqifah. Dengan masuknya mereka pada pertemuan ini, Abu Bakar, dengan mencegah pidato Umar, telah mengambil aksi inisiatif dan dalam sebuah pidato memberikan pembuktian akan ketinggian, keagungan dan superioritas Muhajirin dan prioritas [[kaum Quraisy]] untuk suksesi Nabi saw. <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.327.</ref> Kata-kata ini mendapatkan oposisi dan persetujuan para masa yang hadir dan sebagian orang juga memberikan isyarat akan kelayakan [[Ali as]] dan tidak ada [[baiat]] setia kecuali selain kepadanya; <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.325.</ref>namun di penghujung, Abu Bakar, menyebut Umar dan Abu Ubaidah sebagai individu-individu yang sesuai untuk posisi ini. Kedua orang tersebut menentang usulan Abu Bakar. <ref>Thabari, ''Tārikh al-Thabari: Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.206.</ref>
Laporan pertemuan ini dan alasan pendiriannya sampai pada Abu Bakar dan Umar, dan keduanya, bersamaan dengan [[Abu Ubaidah bin al-Jarrah]] bergerak menuju Saqifah. Dengan masuknya mereka pada pertemuan ini, Abu Bakar, dengan memotong  pidato Umar, telah mengambil aksi inisiatif dan dalam sebuah pidato memberikan pembuktian akan ketinggian, keagungan dan superioritas Muhajirin dan prioritas [[kaum Quraisy]] untuk suksesi Nabi saw. <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.327.</ref> Kata-kata ini mendapatkan oposisi dan persetujuan para masa yang hadir dan sebagian orang juga memberikan isyarat akan kelayakan [[Ali as]] dan tidak ada [[baiat]] setia kecuali selain kepadanya; <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.325.</ref>namun di penghujung, Abu Bakar, menyebut Umar dan Abu Ubaidah sebagai individu-individu yang sesuai untuk posisi ini. Kedua orang tersebut menentang usulan Abu Bakar. <ref>Thabari, ''Tārikh al-Thabari: Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.206.</ref>


Menurut sumber-sumber sejarah, Umar bin Khattab pada saat-saat ini mengatakan: "Saat itu, terdengar suara gemuruh dan keramaian para hadirin muncul dari semua sisi, dan kata-kata yang tak dipahami terdengar dari setiap sudut, sampai-sampai aku takut timbul konflik yang akan memecah kesenjangan pekerjaan kami. Pada saat itulah aku katakan kepada Abu Bakar: "Ulurkan tanganmu supaya aku bersumpah setia dan berbaiat kepadamu, namun sebelum tangan Umar sampai ke tangan Abu Bakar, Basyir bin Sa'ad Khazraji saingan Sa'ad bin Ubadah, lebih dahulu memegang tangan Abu Bakar dan membaiatnya. <ref>Thabari, ''Tārikh al-Thabari: Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.206.</ref> <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.327.</ref>
Menurut sumber-sumber sejarah, Umar bin Khattab pada saat itu mengatakan: "Saat itu, terdengar suara gemuruh dan keramaian para hadirin muncul dari semua sisi, dan kata-kata yang tak dipahami terdengar dari setiap sudut, sampai-sampai aku takut timbul konflik yang akan memecah kesenjangan pekerjaan kami. Pada saat itulah aku katakan kepada Abu Bakar: "Ulurkan tanganmu supaya aku bersumpah setia dan berbaiat kepadamu, namun sebelum tangan Umar sampai ke tangan Abu Bakar, Basyir bin Sa'ad Khazraji saingan Sa'ad bin Ubadah, lebih dahulu memegang tangan Abu Bakar dan membaiatnya. <ref>Thabari, ''Tārikh al-Thabari: Tārikh al-Umam wa al-Muluk'', jld.3, hlm.206.</ref> <ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld.2, hlm.327.</ref>


Setelah kejadian ini, banyak orang menyerbu Saqifah untuk berbaiat dan mulai menyatakan sumpah setia mereka kepada Abu Bakar dan ada kemungkinan karena begitu tergesa-gesanya masyarakat ketika melakukan baiat sehingga Sa'ad bin Ubadah yang saat itu dalam keadaan sakit terinjak-injak di bawah tangan dan kaki mereka. Tindakan ini menyebabkan konflik yang tajam antara Umar, Sa'ad dan Qais, putra Sa'ad, yang mana konflik tersebut berakhir dengan campur tangan Abu Bakar. [11] {{enote|Salah seorang dari kerabat Sa'ad bin Ubadah berteriak dan menyadarkan sekerumunan masyarakat yang mengancam keselamatan Sa'ad. Umar, dalam menanggapinya, berkata: Bunuh dia, semoga Tuhannya membunuhnya! Lantas dia datang ke depan Sa'ad dan berkata, "Sudah lama aku berkehendak meremukkanmu hingga tidak ada satupun dari anggota badanmu yang selamat." Qais, putra Sa'ad, juga bangkit dan menarik janggut Umar dan berkata: "Aku bersumpah demi Allah jika engkau mengurangi sehelai rambut dari kepalanya, jangan harap kau dapat kembali dengan gigi yang utuh!" Sa'ad juga berteriak kepada Umar: "Aku bersumpah dengan Allah, kalau saja aku tidak sakit, sungguh aku sangat mampu untuk bangkit dari tempatku dan kau akan mendengar aumanku di lorong-lorong jalanan dan gang-gang Madinah sehingga kau dan para sahabatmu sangat takut dan bersembunyi di pojok rumah; dan dalam keadaan itu, aku bersumpah demi Allah aku kirim engkau ke hadapan orang-orang yang sampai kemarin kau berada di bawah komandan mereka, bukan tuan dan atasan mereka. (Ibnu Qutaibah, Abdullah bin Muslim, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm. 27).}}
Setelah kejadian ini, banyak orang yang berdatangan ke Saqifah untuk berbaiat dan mulai menyatakan sumpah setia mereka kepada Abu Bakar dan dimungkinkan pada saat itu, ketika masyarakat tergesa-gesanya untuk melakukan baiat sehingga Sa'ad bin Ubadah yang saat itu dalam keadaan sakit terinjak-injak di bawah tangan dan kaki mereka. Tindakan ini menyebabkan konflik yang tajam antara Umar, Sa'ad dan Qais, putra Sa'ad, yang mana konflik tersebut berakhir dengan campur tangan Abu Bakar. [11] {{enote|Salah seorang dari kerabat Sa'ad bin Ubadah berteriak dan menyadarkan sekerumunan masyarakat yang mengancam keselamatan Sa'ad. Umar, dalam menanggapinya, berkata: Bunuh dia, semoga Tuhannya membunuhnya! Lantas dia datang ke depan Sa'ad dan berkata, "Sudah lama aku berkehendak meremukkanmu hingga tidak ada satupun dari anggota badanmu yang selamat." Qais, putra Sa'ad, juga bangkit dan menarik janggut Umar dan berkata: "Aku bersumpah demi Allah jika engkau mengurangi sehelai rambut dari kepalanya, jangan harap kau dapat kembali dengan gigi yang utuh!" Sa'ad juga berteriak kepada Umar: "Aku bersumpah dengan nama Allah, kalau saja aku tidak sakit, sungguh aku sangat mampu untuk bangkit dari tempatku dan kau akan mendengar aumanku di lorong-lorong jalanan dan gang-gang Madinah sehingga kau dan para sahabatmu sangat takut dan bersembunyi di pojok rumah; dan dalam keadaan itu, aku bersumpah demi Allah aku kirim engkau ke hadapan orang-orang yang sampai kemarin kau berada di bawah komandan mereka, bukan tuan dan atasan mereka. (Ibnu Qutaibah, Abdullah bin Muslim, ''al-Imāmah wa al-Siyāsah'', jld.1, hlm. 27).}}


===Perdebatan Saqifah===
===Perdebatan Saqifah===
Pengguna anonim