Lompat ke isi

Ali al-Akbar as: Perbedaan antara revisi

477 bita ditambahkan ,  23 Juli 2022
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ali al-Hadadi
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 21: Baris 21:
  | Masa Hidup = 28 tahun
  | Masa Hidup = 28 tahun
}}
}}
'''Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib''' (bahasa Arab:{{ia|علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب }}) atau lebih dikenal dengan nama '''Ali al-Akbar''' ({{ia|علي الأكبر}}) adalah putra [[Imam Husain as]] yang lahir pada tahun 33 H/653 di kota [[Madinah]] dan termasuk syuhada [[bani Hasyim]] pada [[hari Asyura]]. Imam Husain as memperkenalkan Ali Akbar sebagai orang yang paling mirip dengan [[Nabi Muhammad saw]], seraya mengatakan, 'setiap kali kami rindu kepada Nabi saw, kami melihatnya'.  
'''Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib''' (bahasa Arab:{{ia|علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب }}) atau lebih dikenal dengan nama '''Ali al-Akbar''' ({{ia|علي الأكبر}}) adalah putra [[Imam Husain as]] yang lahir pada tahun 33 H/653 di kota [[Madinah]] dan termasuk syuhada [[bani Hasyim]] pada [[hari Asyura]]. Imam Husain as memperkenalkan Ali Akbar sebagai orang yang paling mirip dengan [[Nabi Muhammad saw]], seraya mengatakan, "setiap kali kami rindu kepada Nabi saw, kami melihatnya".  


Ali Akbar adalah orang pertama dari kalangan bani Hasyim yang [[Mati Syahid|syahid]] pada hari Asyura. Ayahnya hadir di sisi jenazahnya dan melaknat para pembunuhnya. Ali Akbar dimakamkan di bagian bawah kaki ayahnya dan pusaranya berada di dalam [[dharih]] Imam Husain as.
Ali Akbar adalah orang pertama dari kalangan bani Hasyim yang [[Mati Syahid|syahid]] pada hari Asyura. Ayahnya hadir di sisi jenazahnya dan melaknat para pembunuhnya. Ali Akbar dimakamkan di bagian bawah kaki ayahnya dan pusaranya berada di dalam [[dharih]] Imam Husain as.


==Biografi==
==Biografi==
Ali Akbar adalah putra [[Imam Husain as]] dan [[Laila binti Abi Murrah]].<ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqatil al-Thalibiyyin'', hlm. 86; Abu Mikhnaf, ''Waq'ah al-Thaf'', hlm. 276; Ya'qubi, ''Tarikh al-Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 246-247</ref> Ia lahir pada masa kekhilafahan [[Usman]] (masa khilafah: 23/24 - 35 H).<ref>Zirikli, ''al-I'lam'', jld. 4, hlm. 277; Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqatil al-Thalibiyyin'', hlm. 87 </ref> Tanggal lahir Ali Akbar tidak begitu jelas, namun dalam kelender Repulik Islam Iran, 11 [[Syakban]] dinamakan dengan 'Hari Pemuda' mengenang hari kelahirannya.<ref>Syura Markaze Taqwim Muassasah Ziofisik Danesygah Tehran, Taqwim Rasmi Kisywar tahun 1398 HS, hlm. 4</ref> Sebagian sejarawan meyakini bahwa usia Ali Akbar saat [[Mati Syahid|mati syahid]] pada tahun 61 H adalah 28 tahun.<ref>[https://fa.shafaqna.com/news/248231/ Yusufi, Gharawi, ''Ali Akbar berusia 18 tahun dan tidak bujang, tetapi saat hadir di Karbala berusia sekitar 28 tahun'']</ref> Atas dasar ini berarti ia lahir pada tahun 33 H.
Ali Akbar adalah putra [[Imam Husain as]] dan [[Laila binti Abi Murrah]].<ref>Syekh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 135; Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqatil al-Thalibiyyin'', hlm. 86; Abu Mikhnaf, ''Waqi'ah al-Thaf'', hlm. 276; Ya'qubi, ''Tarikh al-Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 246-247</ref> Ia lahir pada masa kekhilafahan [[Utsman]] (masa khilafah: 23/24 - 35 H).<ref>Zirikli, ''al-I'lam'', jld. 4, hlm. 277; Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqatil al-Thalibiyyin'', hlm. 87 </ref> Tanggal lahir Ali Akbar tidak begitu jelas,<ref>Ali Mir, (Ali bin Husain), ''Danesname Jahan Islam''</ref> namun dalam kelender Repulik Islam Iran, 11 [[Syakban]] dinamakan dengan 'Hari Pemuda' mengenang hari kelahirannya.<ref>Syura Markaze Taqwim Muassasah Ziofisik Danesygah Teheran, ''Taqwim Rasmi Kisywar tahun 1398 S'', hlm. 4</ref> Sebagian sejarawan meyakini bahwa usia Ali Akbar saat [[Mati Syahid|mati syahid]] pada tahun 61 H adalah 28 tahun.<ref>[https://fa.shafaqna.com/news/248231/ Yusufi, Gharawi, ''Ali Akbar berusia 18 tahun dan tidak bujang, tetapi saat hadir di Karbala berusia sekitar 28 tahun'']</ref> Atas dasar ini berarti ia lahir pada tahun 33 H.


Kuniyahnya adalah Abu al-Hasan.<ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqatil al-Thalibiyin'', hlm. 86</ref> Ia juga diberi nama Akbar sebab lebih besar dari saudaranya, [[Imam Sajjad as]], imam keempat Syiah.<ref>Zirikli, ''al-I'lam'', jld. 4, hlm. 277</ref> Tentu saja, [[Syaikh Mufid]] mengatakan bahwa lakabnya adalah Ashghar, sementara Akbar adalah lakab Imam Sajjad as.<ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 135</ref> Sebagian ahli nasab dan sejarah meyakini bahwa Ali Akbar adalah anak tertua Imam Husain as.<ref>Ibnu Saa, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 5, hlm. 211; Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 5, hlm. 446; Syusytari, ''Qamus al-Rijal'', jld. 7, hlm. 419-420</ref>
Kuniyahnya adalah Abu al-Hasan.<ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqatil al-Thalibiyyin'', hlm. 86</ref> Ia juga diberi nama Akbar sebab lebih besar dari saudaranya, [[Imam Sajjad as]], imam keempat Syiah.<ref>Zirikli, ''al-I'lam'', jld. 4, hlm. 277</ref> Tentu saja, [[Syekh Mufid]]<ref>Syekh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 135</ref> dan  [[Fadhl bin Hasan Thabarsi]]<ref>Thabarsi, ''I'lam al-Wara'', jld. 1, hlm. 478</ref> mengatakan bahwa lakabnya adalah Ashghar, sementara Akbar adalah lakab Imam Sajjad as. Sebagian ahli nasab dan sejarah meyakini bahwa Ali Akbar adalah anak tertua Imam Husain as.<ref>Ibnu Sa'd, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 5, hlm. 211; Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 5, hlm. 446; Syusytari, ''Qamus al-Rijal'', jld. 7, hlm. 419-420</ref>


[[Kulaini]] menukil sebuah hadis dari [[Imam Ridha as]] yang menceritakan pernikahan Ali Akbar dan anak laki-lakinya bernama Hasan. Sebaliknya, beberapa ahli nasab dan sejarah percaya bahwa Ali Akbar tidak memiliki keturunan<ref>Ya'qubi, ''Tarikh Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 246</ref> dan keturunan Imam Husain as hanya berlanjut dari Imam Sajjad as.<ref>Ibnu Saad. ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 5, hlm. 211</ref>
Muhammad bin Ya'qub [[Kulaini]] menukil sebuah hadis dari [[Imam Ridha as]] yang menceritakan pernikahan Ali Akbar dan anak laki-lakinya bernama Hasan.<ref>Syekh Kulaini, ''al-Kafi'', jld. 5, hlm. 361</ref> Sebaliknya, beberapa ahli nasab dan sejarah percaya bahwa Ali Akbar tidak memiliki keturunan<ref>Ya'qubi, ''Tarikh al-Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 246</ref> dan keturunan Imam Husain as hanya berlanjut dari Imam Sajjad as.<ref>Ibnu Sa'd. ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 5, hlm. 211</ref>


Ali Akbar mati syhadi pada [[10 Muharram]] tahun 61 H dalam [[peristiwa Asyura]] dan jasadnya dimakamkan di bagian bawah kaki ayahnya.<ref>Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 114</ref> Pusaranya berada di dalam [[dharih]] Imam Husain as. Oleh karena inilah dharih tersebut memiliki enam sudut.<ref>Muhadditsi, ''Farhangge Asyura'', hlm. 352</ref> Adapun kepalanya dibawa ke [[Kufah]] dan Syam bersama kepala-kepala [[syuhada Karbala]]. Mengenai nasib kepala ini apakah disatukan dengan badannya atau dimakamkan di [[pekuburan Bab al-Shaghir]], terdapat perbedaan pendapat.<ref>Ranjbar, ''Pazuhesyi Darbare-e Farjam wa Mahalle Dafne Sare Muthahhare Imam Husain as wa Sarha-ye digare Syuhada'', hlm. 89</ref> [[Sayid Muhsin Amin]] mengatakan, pada tahun 1321 H di pekuburan Bab al-Shaghir terlihat sebuah cungkup yang tertulis di atas batu di bagian pintu masuknya 'ini adalah tempat dimakamkannya kepala-kepala [[Abbas bin Ali]], Ali Akbar dan [[Habib bin Muzhahir]].<ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld. 1, hlm. 637 dinukil dari Ranjbar, ''Pazuhesyi Darbare-ye Farjam wa Mahalle Dafne Sare Muthahhare Imam Husain as wa Sarha-ye digare Syuhada'', hlm. 89</ref> Ia melanjutkan bahwa setelah terjadi perenovasian cungkup tersebut, ditambahkan nama sebagian syuhada yang lain kepadanya.<ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld. 1, hlm. 637 dinukil dari Ranjbar, ''Pazuhesyi Darbare-ye Farjam wa Mahalle Dafne Sare Muthahhare Imam Husain as wa Sarha-ye digare Syuhada'', hlm. 89</ref> Kini, tempat ini terkenal dengan nama Ruus as-Syuhada (tempat kepala-kepala syuhada Karbala dimakamkan).<ref>Husaini, Jalali, ''Mazaratu Ahlilbait wa Tarikhuha'', hlm. 226</ref>
Ali Akbar mati syhadi pada [[10 Muharram]] tahun 61 H dalam [[peristiwa Asyura]] dan jasadnya dimakamkan di bagian bawah kaki ayahnya.<ref>Syekh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 114</ref> Pusaranya berada di dalam [[dharih]] Imam Husain as. Oleh karena inilah dharih tersebut memiliki enam sudut.<ref>Muhadditsi, ''Farhangge Asyura'', hlm. 352</ref> Adapun kepalanya dibawa ke [[Kufah]] dan Syam bersama kepala-kepala [[syuhada Karbala]].<ref>Ranjbar, ''Pazuhesyi Darbare-e Farjam wa Mahalle Dafne Sare Muthahhare Imam Husain as wa Sarha-ye digare Syuhada'', hlm. 88</ref> Mengenai nasib kepala ini apakah disatukan dengan badannya atau dimakamkan di [[pekuburan Bab al-Shaghir]], terdapat perbedaan pendapat.<ref>Ranjbar, ''Pazuhesyi Darbare-e Farjam wa Mahalle Dafne Sare Muthahhare Imam Husain as wa Sarha-ye digare Syuhada'', hlm. 89</ref> [[Sayid Muhsin Amin]] mengatakan, pada tahun 1321 H di pekuburan Bab al-Shaghir terlihat sebuah cungkup yang tertulis di atas batu di bagian pintu masuknya 'ini adalah tempat dimakamkannya kepala-kepala [[Abbas bin Ali]], Ali Akbar dan [[Habib bin Muzhahir]].<ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld. 1, hlm. 637 dinukil dari Ranjbar, ''Pazuhesyi Darbare-ye Farjam wa Mahalle Dafne Sare Muthahhare Imam Husain as wa Sarha-ye digare Syuhada'', hlm. 89</ref> Ia melanjutkan bahwa setelah terjadi perenovasian cungkup tersebut, ditambahkan nama sebagian syuhada yang lain kepadanya.<ref>Amin, ''A'yan al-Syiah'', jld. 1, hlm. 637 dinukil dari Ranjbar, ''Pazuhesyi Darbare-ye Farjam wa Mahalle Dafne Sare Muthahhare Imam Husain as wa Sarha-ye digare Syuhada'', hlm. 89</ref> Kini, tempat ini terkenal dengan nama Ruus as-Syuhada (tempat kepala-kepala syuhada Karbala dimakamkan).<ref>Husaini, Jalali, ''Mazarat Ahlilbait wa Tarikhuha'', hlm. 226</ref>


==Perawakan Ali Akbar==
==Perawakan Ali Akbar==
Wajahnya ibarat bulan purnama yang bercahaya. Ia tampan, bersih dan rapi. Kulitnya bersih agak kemerah-merahan, bola matanya hitam, alisnya tebal, tubuhnya seimbang, dada dan bahunya tegap. Kalau berjalan cekatan, ibarat seperti menuruni sebuah lembah. Jika ia dipanggil oleh seseorang, maka ia membalikkan seluruh tubuhnya menghadap kepada yang memanggilnya. Dari tubuhnya tercium bau wangi kesturi. <ref>''Farsān al-Haijah'', hlm. 393 dan 394. </ref>
Wajahnya ibarat bulan purnama yang bercahaya. Ia tampan, bersih dan rapi. Kulitnya bersih agak kemerah-merahan, bola matanya hitam, alisnya tebal, tubuhnya seimbang, dada dan bahunya tegap. Kalau berjalan cekatan, ibarat seperti menuruni sebuah lembah. Jika ia dipanggil oleh seseorang, maka ia membalikkan seluruh tubuhnya menghadap kepada yang memanggilnya. Dari tubuhnya tercium bau wangi kesturi. <ref>''Farsān al-Haijah'', hlm. 393 dan 394. </ref>
Dengan perawakannya yang indah tersebut, [[Imam Husain as]] menyebutnya sebagai orang yang paling mirip dengan [[Rasulullah saw]] dari kalangan [[bani Hasyim]], termasuk sifat, akhlak, adab, ucapan dan kebiasaannya. <ref>Sayid bin Thawus, ''Luhuf'', hlm. 139; Khawarizmi, ''Maqtal al-Husain'', jld. 2, hlm. 34. </ref>
Dengan perawakannya yang indah tersebut, [[Imam Husain as]] menyebutnya sebagai orang yang paling mirip dengan [[Rasulullah saw]] dari kalangan [[bani Hasyim]], termasuk sifat, akhlak, adab, ucapan dan kebiasaannya. <ref>Sayid bin Thawus, ''al-Luhuf'', hlm. 113; Khawarizmi, ''Maqtal al-Husain'', jld. 2, hlm. 34. </ref>


==Sifat, Karakter dan Keutamaannya==
==Sifat, Karakter dan Keutamaannya==


===Kedudukan sebagai Perawi Hadis===
===Kedudukan sebagai Perawi Hadis===
Ia dikenal banyak meriwayatkan hadis dari jalur kakeknya [[Imam Ali as]], sehingga ia pun dijuluki sebagai muhaddis. <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqātil al-Thālibiyin'', hlm. 86. </ref>
Ia dikenal banyak meriwayatkan hadis dari jalur kakeknya [[Imam Ali as]], sehingga ia pun dijuluki sebagai muhaddis. <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqātil al-Thālibiyyin'', hlm. 86. </ref>


===Pengakuan Musuh atas Keutamaan Ali Akbar===
===Pengakuan Musuh atas Keutamaan Ali Akbar===
[[Muawiyah]] pernah memberi pengakuan bahwa Ali Akbar layak untuk menjadi seorang khalifah. Ia berkata, "Yang paling layak untuk menjadi pemimpin pemerintahan adalah Ali Akbar, putra dari al-Husain bin Ali dan kakeknya adalah Rasulullah saw. Terhimpun di didalamnya keberanian bani Hasyim, kedermawanan [[bani Umayyah]] dan ketampanan Qabilah Tsaqifa." <ref>''Maqātil al-Thālibiyin'', hlm. 86. </ref>
[[Muawiyah]] pernah memberi pengakuan bahwa Ali Akbar layak untuk menjadi seorang khalifah. Ia berkata, "Yang paling layak untuk menjadi pemimpin pemerintahan adalah Ali Akbar, putra dari al-Husain bin Ali dan kakeknya adalah Rasulullah saw. Terhimpun di didalamnya keberanian bani Hasyim, kedermawanan [[bani Umayyah]] dan ketampanan Qabilah Tsaqifa." <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqātil al-Thālibiyyin'', hlm. 86. </ref>


===Cerminan Nabi Muhammad saw ===
===Cerminan Nabi Muhammad saw ===
Baris 50: Baris 50:


===Dukungan Ali Akbar kepada Imam Husain as===
===Dukungan Ali Akbar kepada Imam Husain as===
Pada hari [[Asyura]], sewaktu Ali Akbar memasuki medan pertempuran, seorang laki-laki meneriakinya, "Wahai Ali, kamu disukai oleh Amirul Mukminin [[Yazid]] dan ia menghendaki keberadaanmu untuk bersamanya. Jika kamu pun menghendaki, kami memberi jaminan keamanan untukmu." Ali Akbar menjawab pernyataan itu dengan berkata, "Mencari keridhaan Rasulullah saw lebih aku kehendaki dan itu telah sedemikian dekat untuk aku capai." <ref>Ibnu Asakir, ''Tarjumah al-Husain'', hlm. 227. </ref>
Pada hari [[Asyura]], sewaktu Ali Akbar memasuki medan pertempuran, seorang laki-laki meneriakinya, "Wahai Ali, kamu disukai oleh Amir al-Mukminin [[Yazid]] dan ia menghendaki keberadaanmu untuk bersamanya. Jika kamu pun menghendaki, kami memberi jaminan keamanan untukmu." Ali Akbar menjawab pernyataan itu dengan berkata, "Mencari keridhaan Rasulullah saw lebih aku kehendaki dan itu telah sedemikian dekat untuk aku capai." <ref>Ibnu Asakir, ''Tarjumah al-Husain'', hlm. 227. </ref>


===Syahid Pertama dari Bani Hasyim===
===Syahid Pertama dari Bani Hasyim===
Ali Akbar adalah orang yang pertama [[Mati Syahid|syahid]] dari [[bani Hasyim]] pada hari Asyura <ref>''Maqātil al-Thālibiyin'', hlm. 86; Abu Makhnaf, ''Waq'ah al-Thaf'', hlm. 276. </ref>dan dari bacaan [[ziarah]] Syuhada terdapat salam khususnya untuknya, yang berbunyi, "Salam atasmu yang pertama terbunuh dari sebaik-baiknya keturunan." <ref>Syaikh Abbas Qomi, ''Muntaha al-Amāl'', jld. 2, hlm. 867. </ref>
Ali Akbar adalah orang yang pertama [[Mati Syahid|syahid]] dari [[bani Hasyim]] pada hari Asyura <ref>Abu al-Faraj Isfahani, ''Maqātil al-Thālibiyyin'', hlm. 86; Abu Mikhnaf, ''Waqi'ah al-Thaf'', hlm. 276. </ref>dan dari bacaan [[ziarah]] Syuhada terdapat salam khususnya untuknya, yang berbunyi, "Salam atasmu yang pertama terbunuh dari sebaik-baiknya keturunan." <ref>Syekh Abbas Qomi, ''Muntaha al-Amāl'', jld. 2, hlm. 867. </ref>


===Tegar di Jalan Kebenaran===
===Tegar di Jalan Kebenaran===
Di dekat istana bani Muqatil, [[Imam Husain as]] tertidur sesaat dan ketika terbangun, ia lantas berujar, "Innalillahi wa inna ilahi raji'un wa Alhamdulillah Rabbil 'alamin." dan ia mengucapkan itu berulang-ulang. Hal tersebut mengherankan Ali Akbar, iapun bertanya penyebabnya kepada ayahnya. Imam Husain as menjawab, "Anakku, sewaktu saya tertidur seketika saya bermimpi dan mendengarkan langkah kuda. Saya mendengarkan suara berkata, kaum ini sedang berlari, dan kematian mengejarnya. Dari ucapan tersebut, saya menyadari, bahwa kematian saya tidak akan lama lagi." Ali Akbar berkata, "Ayahku, [[Allah swt]] tidak menghendaki keburukan bagimu, apakah kita tidak sedang berada diatas kebenaran?". Imam Husain as berkata, "Dengan hak-Nya, semua hamba-hambanya-Nya akan kembali ke sisi-Nya."
Di dekat istana bani Muqatil, [[Imam Husain as]] tertidur sesaat dan ketika terbangun, ia lantas berujar, "Innalillahi wa inna ilahi raji'un wa al-hamdulillah Rabbil 'alamin." dan ia mengucapkan itu berulang-ulang. Hal tersebut mengherankan Ali Akbar, iapun bertanya penyebabnya kepada ayahnya. Imam Husain as menjawab, "Anakku, sewaktu saya tertidur seketika saya bermimpi dan mendengarkan langkah kuda. Saya mendengarkan suara berkata, kaum ini sedang berlari, dan kematian mengejarnya. Dari ucapan tersebut, saya menyadari, bahwa kematian saya tidak akan lama lagi." Ali Akbar berkata, "Ayahku, [[Allah swt]] tidak menghendaki keburukan bagimu, apakah kita tidak sedang berada diatas kebenaran?". Imam Husain as berkata, "Dengan hak-Nya, semua hamba-hambanya-Nya akan kembali ke sisi-Nya."
Ali Akbar berkata, "Wahai ayah, jika kita tegar berada diatas jalan kebenaran, maka saya tidak memiliki ketakutan pada kematian."
Ali Akbar berkata, "Wahai ayah, jika kita tegar berada diatas jalan kebenaran, maka saya tidak memiliki ketakutan pada kematian."
Mendengar ketegasan putranya, Imam Husain as mendoakannya dengan berkata, "Semoga Allah swt mengaruniakan atasmu sebaik-baiknya pahala, yang lebih baik dari pemberian seorang ayah kepada anaknya sendiri." <ref>Ibnu Mikhnaf, ''Waq'ah al-Thaf'', hlm. 276; Thabari, ''Tārikh al-Umum wa al-Muluk'', jld. 3, hlm. 309. </ref>
Mendengar ketegasan putranya, Imam Husain as mendoakannya dengan berkata, "Semoga Allah swt mengaruniakan atasmu sebaik-baiknya pahala, yang lebih baik dari pemberian seorang ayah kepada anaknya sendiri." <ref>Ibnu Mikhnaf, ''Waq'ah al-Thaf'', hlm. 276; Thabari, ''Tārikh al-Umum wa al-Muluk'', jld. 3, hlm. 309. </ref>
Pengguna anonim