Lompat ke isi

Syiah: Perbedaan antara revisi

595 bita ditambahkan ,  13 Februari 2018
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hindr
imported>Hindr
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 30: Baris 30:
Para penulis buku ''Milal wa Nihal'' mengenai jumlah aliran-aliran Syiah memiliki berbagai pendapat dan mereka menyatakan bahwa jumlah aliran-aliran tersebut dari tiga sampai tiga ratus aliran. <ref>Kasyifi, ''Kalam Syiah'', hlm.85; Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld.1, hlm.170 mereka diyakini 5 aliran.</ref> Seluruh pengikut Syiah memiliki akidah yang sama bahwa [[Imam Ali]] adalah penerus [[Nabi saw]] secara langsung. meyakini pada [[Imamah]] (kepemimpinan) [[Hasanain]] juga merupakan kepercayaan bersama mereka. <ref>Lihat: Syaikh Mufid, ''Awail al-Maqalat'', hlm.39.</ref> Setelah [[peristiwa Karbala]], sekelompok dari kaum Syiah beralih pada Imamah [[Zaid bin Ali]] dan dikenal sebagai [[Zaidiyah]]. <ref>Kasyifi, ''Kalam Syiah'', hlm.85.</ref> Namun mayoritas orang Syiah menerima Imamah [[Ali bin Husain as]] dan kemudian setelahnya Imamah [[Muhammad bin Ali As|Muhammad bin Ali]] dan kemudian Imamah [[Ja'far bin Muhammad]]. Setelah Ja'far bin Muhammad, sejumlah orang Syiah pindah ke Imamah anak laki-lakinya yang lebih tua, Ismail. <ref>Syahristani, al-Milal wa an-Nihal, jld.1, hlm.266.</ref> Namun dikarenakan Ismail meninggal dunia saat ayahnya hidup, sekelompok dari mereka menolak dan mengingkari kematiannya dan sebagian yang lainnya percaya pada imamah anaknya Muhammad. Kelompok-kelompok ini dan para pengikut mereka dikenal dengan [[Ismailiyah]]. <ref>Lihat: Asyari, ''al-Maqalat wa al-Firaq'', hlm.213-214.</ref> Namun, mayoritas pengikut Syiah percaya pada Imamah [[Imam Musa bin Ja'far as|Musa bin Ja'far]]. <ref>Al-Naubakhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm.66-79.</ref> Dengan syahidnya Musa bin Ja'far, sebagian orang di antara mereka, berhenti pada keimamahannya dan dikenal sebagai [[Waqifiyah]] <ref>Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm.64-65.</ref> namun mayoritas pengikut Syiah menerima Imamah [[Ali bin Musa al-Ridha as|Ali bin Musa]], dan mereka disebut dengan Qath’iyah, kelompok ini setelah kesyahidan Imam Ridha as meyakini keimamahan [[Imam Jawad]], [[Imam Hadi]], [[Imam Hasan al-Askari as|Imam al-Askari]] dan [[Imam Mahdi as]] dan kemudian mereka disebut dan dikenang dengan [[imamiyah]] atau Syiah ua belas imam.<ref>Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld.1, hlm.169-199.</ref> Kemudian istilah Syiah lebih banyak digunakan untuk merujuk pada kelompok ini.
Para penulis buku ''Milal wa Nihal'' mengenai jumlah aliran-aliran Syiah memiliki berbagai pendapat dan mereka menyatakan bahwa jumlah aliran-aliran tersebut dari tiga sampai tiga ratus aliran. <ref>Kasyifi, ''Kalam Syiah'', hlm.85; Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld.1, hlm.170 mereka diyakini 5 aliran.</ref> Seluruh pengikut Syiah memiliki akidah yang sama bahwa [[Imam Ali]] adalah penerus [[Nabi saw]] secara langsung. meyakini pada [[Imamah]] (kepemimpinan) [[Hasanain]] juga merupakan kepercayaan bersama mereka. <ref>Lihat: Syaikh Mufid, ''Awail al-Maqalat'', hlm.39.</ref> Setelah [[peristiwa Karbala]], sekelompok dari kaum Syiah beralih pada Imamah [[Zaid bin Ali]] dan dikenal sebagai [[Zaidiyah]]. <ref>Kasyifi, ''Kalam Syiah'', hlm.85.</ref> Namun mayoritas orang Syiah menerima Imamah [[Ali bin Husain as]] dan kemudian setelahnya Imamah [[Muhammad bin Ali As|Muhammad bin Ali]] dan kemudian Imamah [[Ja'far bin Muhammad]]. Setelah Ja'far bin Muhammad, sejumlah orang Syiah pindah ke Imamah anak laki-lakinya yang lebih tua, Ismail. <ref>Syahristani, al-Milal wa an-Nihal, jld.1, hlm.266.</ref> Namun dikarenakan Ismail meninggal dunia saat ayahnya hidup, sekelompok dari mereka menolak dan mengingkari kematiannya dan sebagian yang lainnya percaya pada imamah anaknya Muhammad. Kelompok-kelompok ini dan para pengikut mereka dikenal dengan [[Ismailiyah]]. <ref>Lihat: Asyari, ''al-Maqalat wa al-Firaq'', hlm.213-214.</ref> Namun, mayoritas pengikut Syiah percaya pada Imamah [[Imam Musa bin Ja'far as|Musa bin Ja'far]]. <ref>Al-Naubakhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm.66-79.</ref> Dengan syahidnya Musa bin Ja'far, sebagian orang di antara mereka, berhenti pada keimamahannya dan dikenal sebagai [[Waqifiyah]] <ref>Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm.64-65.</ref> namun mayoritas pengikut Syiah menerima Imamah [[Ali bin Musa al-Ridha as|Ali bin Musa]], dan mereka disebut dengan Qath’iyah, kelompok ini setelah kesyahidan Imam Ridha as meyakini keimamahan [[Imam Jawad]], [[Imam Hadi]], [[Imam Hasan al-Askari as|Imam al-Askari]] dan [[Imam Mahdi as]] dan kemudian mereka disebut dan dikenang dengan [[imamiyah]] atau Syiah ua belas imam.<ref>Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld.1, hlm.169-199.</ref> Kemudian istilah Syiah lebih banyak digunakan untuk merujuk pada kelompok ini.


==Syiah Dua Belas Imam, Zaidiyah dan Ismailiyah==
==Prinsip dan Keyakinan==
Syiah Imamiyah atau Syiah Dua Belas Imam adalah kelompok terbesar diantara pecahan Syiah yang ada. Syiah Imamiyah muncul untuk menegakkan dua hal yang sangat penting dalam tubuh Islam yang pernah disampaikan Nabi saw kepada umat Islam di masa hayatnya. Hal tersebut adalah ‘Pemerintahan Islam dan Sumber Keilmuan'. Syiah meyakini bahwa dua hal tersebut merupakan preogratif Ahlul Bait As. <ref>Thabathabai, Syiah Dar Islam, hlm. 73. </ref>
Monoteisme atau [[tauhid]], [[keadilan Ilahi]], [[kenabian]] (nubuwah), [[imamah]] dan [[Ma'ad|hari kebangkitan]] (maad) adalah dasar-dasar prinsip mazhab Syiah dimana prinsip imamah dan keadilan Ilahi adalah dua hal yang  membedakan mazhab ini dengan mazhab [[Ahlusunah]].
Syiah berpendapat: Khilafah Islam adalah hak Ali dan para keturunannya. Kekuasaannya bersifat mutlak, mencakup sisi jasmani dan rohani setiap manusia. Sebagaimana yang dijelaskan Nabi saw dan seluruh Imam Ahlul Bait AS, para imam sekaligus khalifah setelah Nabi saw itu berjumlah 12 orang. Mereka berkata, “Ajaran Al-Qur'an yang memuat aturan dan syariat Islam memiliki keabsahan hingga hari kiamat dan tidak akan pernah berubah. Aturan dan syariat tersebut hanya boleh dipelajari melalui jalur Ahlul Bait. <ref>Thabathabai, Syiah Dar Islam, hlm. 73. </ref>


Secara umum, perbedaan antara Syiah Dua Belas Imam dengan Syiah Zaidiyah dan Ismailiyah adalah sebagai berikut:
===Keadilan Ilahi===
Berbeda dengan Syiah 12 Imam, kebanyakan Syiah Zaidiyah tidak mensyaratkatkan imam harus dari kalangan Ahlul Bait. Mereka meyakini bahwa imam tidak terbatas hanya berjumlah 12 orang. Sedangkan dari segi fikih, mereka tidak hanya mempraktikkan fikih yang bersumber dari Ahlul Bait. Sedangkan Ismailiyah, mereka meyakini bahwa imam setelah Nabi saw itu hanya sebatas 7 orang dan Nabi Muhammad saw bukanlah nabi terakhir. Menurut mereka, perubahan dan pergantian syariat dalam agama itu tidak masalah. Hal itu berbeda dengan akidah Syiah Imamiyah, Syiah ini meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi terakhir dan memiliki 12 washi dan pengganti setelahnya yang telah ia tentukan atas perintah Allah swt. Menurut Imamiyah, syariat yang ada sekarang ini merupakan hal yang telah ditetapkan, tidak bisa lagi dirubah atau dihapus. Dalam pandangan mereka, Al-Qur'an memiliki makna lahir dan batin. <ref>Thabathabai, Syiah Dar Islam, hlm. 73-74. </ref>
Pengikut Syiah meyakini bahwa akal manusia tanpa bantuan [[Alquran]] dan riwayat-riwayat, mampu mengenali beberapa kriteria baik atau buruk sebuah perbuatan dan berdasarkannya manusia dapat memutuskan perlunya melakukan sesuatu atau berhenti meninggalkannya. Misalnya, dia berkata: "Allah tidak berbuat zalim kepada siapa pun dari hambanya" atau "Allah tidak akan pernah melanggar janji-Nya." <ref>Muzhaffar, ''Aqaid al-Imamiyah'', hlm.41.</ref>
 
===Imamah===
{{main| Imamah}}
Selain [[Zaidiyah|Syiah Zaidiyah]], para pengikut Syiah lainnya mempercayai bahwa keberadaan dan kehadiran Imam di setiap waktu dan zaman sangat lazim dan bumi tidak akan pernah kosong dari seorang Imam sebagai hujjah [[Allah]] di muka bumi.<ref>Syaikh Mufid, ''Awail al-Maqalat'', hlm.39.</ref> Namun, aliran-aliran Syiah tidak memiliki satu pandangan mengenai karakteristik para Imam, contoh konkrit dan jumlah mereka. Syiah [[Imamiyah]] meyakini bahwa keberadaan nash atas imamah dan [[Ismah|infalibilitas]] adalah sebagai ciri khas Imam.<ref>Syaikh Mufid, ''Awail al-Maqalat'', hlm.38.</ref>. Begitu juga mereka meyakini bahwa para imam, ada 12 orang, yang pertama adalah [[Imam Ali as]], dan yang terakhir adalah [[Imam Mahdi as]], yang hidup dalam [[kegaiban]]. <ref>Allamah Thabathabai, ''Syiah dar Islam'', hlm.198-199.</ref> Tetapi aliran Syiah Zaidiyah, meyakini bahwa syarat-syarat seorang Imam adalah sebagai berikut: Membuat gerakan kebangkitan dengan bersenjata, berani, adil dan keturunan Fatimah dan mereka percaya bahwa setelah Imam Ali as dan [[Hasanain]], setiap person pemberani dari keturunan Fatimah yang bangkit bersenjata dan menyerukan perlawanannya terhadap para penindas dan masyarakat  ber[[baiat]] dengannya, maka dia adalah Imam.<ref>Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld.1, hlm.179-180.</ref> Mereka tidak menganggap bahwa infalibilitas bukan termasuk dari syarat imamah, dan meskipun mereka meyakini bahwa Imam Ali adalah person paling utama, namun mereka juga memperbolehkan keimamahan orang yang diutamakan. <ref>Sulthani, ''Tarikh wa Aqaid Zaidiyah'', hlm.292-294.</ref> para pengikut [[Ismailiyah]] meyakini bahwa Imamah memiliki jenjang dan periodik dan mereka berkeyakinan bahwa Muhammad bin Ismail adalah Imam ketujuh periode keenam yang hidup dalam ketersembunyian dan pada suatu hari akan muncul.<ref>Shabiri, ''Tarikh Firaq Islami'', jld.2, hlm.151-152.</ref>




Pengguna anonim