Lompat ke isi

Imam Hasan al-Askari as: Perbedaan antara revisi

tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 52: Baris 52:
Mengenai anak keturunan beliau, banyak pendapat yang diutarakan. Sebagian mengatakan bahwa Imam memiliki 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, <ref> Zarandi, ''Ma'ārij al-Wushul ila Ma'rifat Fadhli Āli al-Rasul'', hlm.176, dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 618-619. </ref> Khosaibi menambahkan bahwa selain Imam Mahdi as, Imam juga memiliki dua orang putri bernama Fatimah dan Dalalah. <ref> Khoshaibi,''al-Hidāyah al-Kubrā'', hlm. 328;. </ref> dan Ibnu al-Tsalj juga menambahkan bahwa selain Imam Mahdi as, Imam juga memiliki seorang putra bernama Musa dan dua orang putri bernama Fatimah dan Aisyah (atau Ummu Musa), <ref> Ibnu Abi al-Tsalj, ''Tarikh al-Aimmah'', Majmu'atu Nafisah, hlm.21-22; lihat: Fakhruddin Razi, ''al-Syajarah al-Mubārakah'', hlm. 79, dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 619. </ref> namun dalam sebagian buku ''Ansāb'', nama-nama yang disebutkan di atas tadi adalah nama-nama saudara laki-laki dan saudara perempuan Imam Hasan Askari as <ref> Lihat seperti: Fakhruddin Razi, ''al-Syajarah al-Mubārakah'', dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 619. </ref> yang ada kemungkinan terbaur dengan nama anak keturunannya. Sebaliknya, beberapa sumber Ahlusunnah mengingkari adanya keturunan bagi Imam Askari as.<ref> Lihat: Ibnu Hazm, ''Jamharah Ansāb al-Arab'', hlm.61; Dzahabi, ''Siyar 'Alām al-Nubalā'', jld. 13, hlm.121, dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 617. </ref>Ada kemungkinan bahwa pendapat ini muncul karena tersembunyinya kelahiran imam yang kedua belas dan ketidaktahuan mereka atas kelahiran tersebut.<ref>Sulaiman, ''Darsnameh Mahdawiyat'', hlm. 184</ref>
Mengenai anak keturunan beliau, banyak pendapat yang diutarakan. Sebagian mengatakan bahwa Imam memiliki 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, <ref> Zarandi, ''Ma'ārij al-Wushul ila Ma'rifat Fadhli Āli al-Rasul'', hlm.176, dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 618-619. </ref> Khosaibi menambahkan bahwa selain Imam Mahdi as, Imam juga memiliki dua orang putri bernama Fatimah dan Dalalah. <ref> Khoshaibi,''al-Hidāyah al-Kubrā'', hlm. 328;. </ref> dan Ibnu al-Tsalj juga menambahkan bahwa selain Imam Mahdi as, Imam juga memiliki seorang putra bernama Musa dan dua orang putri bernama Fatimah dan Aisyah (atau Ummu Musa), <ref> Ibnu Abi al-Tsalj, ''Tarikh al-Aimmah'', Majmu'atu Nafisah, hlm.21-22; lihat: Fakhruddin Razi, ''al-Syajarah al-Mubārakah'', hlm. 79, dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 619. </ref> namun dalam sebagian buku ''Ansāb'', nama-nama yang disebutkan di atas tadi adalah nama-nama saudara laki-laki dan saudara perempuan Imam Hasan Askari as <ref> Lihat seperti: Fakhruddin Razi, ''al-Syajarah al-Mubārakah'', dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 619. </ref> yang ada kemungkinan terbaur dengan nama anak keturunannya. Sebaliknya, beberapa sumber Ahlusunnah mengingkari adanya keturunan bagi Imam Askari as.<ref> Lihat: Ibnu Hazm, ''Jamharah Ansāb al-Arab'', hlm.61; Dzahabi, ''Siyar 'Alām al-Nubalā'', jld. 13, hlm.121, dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 617. </ref>Ada kemungkinan bahwa pendapat ini muncul karena tersembunyinya kelahiran imam yang kedua belas dan ketidaktahuan mereka atas kelahiran tersebut.<ref>Sulaiman, ''Darsnameh Mahdawiyat'', hlm. 184</ref>


'''Pindah ke Samarra''': Ketika Imam Hasan Askari masih kanak kanak, ayahnya Imam Hadi as diundang secara paksa ke Irak dan hidup di Samarra (ibu kota dinasti Abbasiyah) di bawah pengawasan mereka. Dalam perjalanan ini, Imam Askari juga bersama sang ayah. Mas'udi menyebut zaman perjalanan ini pada tahun 236 H<ref>Mas'udi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm. 259</ref> sementara Naubakhti menyebut tahun 233 H.<ref>Naubakhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm. 92</ref>Imam Hasan Askari as lebih banyak menghabiskan masa hidupnya di Samarra, dan diketahui secara masyhur bahwa beliau adalah satu satunya Imam yang tidak pernah naik haji, namun di dalam buku ''[[Uyun Akhbar al-Ridha]]'' dan ''[[Kasyf al-Ghummah]]'' dikutip satu riwayat dimana rawi mendengar riwayat tersebut dari Imam Hasan Askari as di [[Mekah]].<ref>Syaikh Shaduq, ''Uyun Akbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 135; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 198</ref>Selain perjalanan ke Mekah ini, dilaporkan pula bahwa Imam as pernah melakukan perjalanan ke Jurjan.<ref>Quthbuddin Rawandi, ''al-Kharāij wa al-Jarāih'', jld. 1, hlm. 425-426; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 427-428; Ibnu Hamzah Thusi, ''al-Tsaqib fi al-Manāqib'', hlm. 215</ref>
'''Pindah ke Samarra''': Ketika Imam Hasan Askari masih kanak kanak, ayahnya Imam Hadi as diundang secara paksa ke Irak dan hidup di Samarra (ibu kota dinasti Abbasiyah) di bawah pengawasan mereka. Dalam perjalanan ini, Imam Askari juga bersama sang ayah. Mas'udi menyebut zaman perjalanan ini pada tahun 236 H<ref>Mas'udi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm. 259</ref> sementara Naubakhti menyebut tahun 233 H.<ref>Naubakhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm. 92</ref>Imam Hasan Askari as lebih banyak menghabiskan masa hidupnya di Samarra, dan diketahui secara masyhur bahwa beliau adalah satu satunya Imam yang tidak pernah naik [[haji]], namun di dalam buku ''[[Uyun Akhbar al-Ridha]]'' dan ''[[Kasyf al-Ghummah]]'' dikutip satu riwayat dimana rawi mendengar riwayat tersebut dari Imam Hasan Askari as di [[Mekah]].<ref>Syaikh Shaduq, ''Uyun Akbār al-Ridha'', jld. 2, hlm. 135; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 198</ref>Selain perjalanan ke Mekah ini, dilaporkan pula bahwa Imam as pernah melakukan perjalanan ke Jurjan.<ref>Quthbuddin Rawandi, ''al-Kharāij wa al-Jarāih'', jld. 1, hlm. 425-426; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 427-428; Ibnu Hamzah Thusi, ''al-Tsaqib fi al-Manāqib'', hlm. 215</ref>


==Dalil-dalil Imamah dan Masa Imamah==
==Dalil-dalil Imamah dan Masa Imamah==