Lompat ke isi

Imam Hasan al-Askari as: Perbedaan antara revisi

3.266 bita ditambahkan ,  9 Desember 2018
tidak ada ringkasan suntingan
imported>M.hazer
imported>M.hazer
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 74: Baris 74:
*'''Kebangkitan [[Ali bin Zaid]] dan [[Isa bin Ja'far]]''': Dua sosok ini berkebangsaan Alawi dan dari keturunan [[Imam Hasan Mujtaba as]]. Pada tahun 255 H mereka melakukan kebangkitan di [[Kufah]]. Mu'taz mengirim bala tentara besar dengan dikomandani oleh  Said bin Shaleh yang terkenal dengan nama "Hajib" kepada mereka dan berhasil menaklukan kebangkitan tersebut.<ref>Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.4, hlm.94</ref>
*'''Kebangkitan [[Ali bin Zaid]] dan [[Isa bin Ja'far]]''': Dua sosok ini berkebangsaan Alawi dan dari keturunan [[Imam Hasan Mujtaba as]]. Pada tahun 255 H mereka melakukan kebangkitan di [[Kufah]]. Mu'taz mengirim bala tentara besar dengan dikomandani oleh  Said bin Shaleh yang terkenal dengan nama "Hajib" kepada mereka dan berhasil menaklukan kebangkitan tersebut.<ref>Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.4, hlm.94</ref>


===Situasi dan Keadaan Imam di Samarra===
*'''Kebangkitan Ali bin Zaid bin Husain''': Dia adalah termasuk dari cucu [[Imam Husain as]] dan pada masa Muhtada Abbasi melakukan kebangkitan di Kufah. Syah bin Maikal bersama pasukan tentara besar bertempur dengannya tapi mengalami kekalahan. Ketika Mu'tamad Abbasi memegang kekuasaan, ia mengirim Keijur Turki untuk melawannya. Setelah Ali bin Zaid beberapa lama berada dalam pengejaran dan pelarian, maka akhirnya terbunuh pada tahun 257 H.<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kamil fi Tarikh'', jld.7, hlm.239</ref>
Imam Hasan Askari as walaupun usianya masih belia, namun dikarenakan situasinya yang tinggi dari sisi ilmu dan moral, terlebih-lebih beliau adalah pemimpin orang-orang syiah dan keyakinan mereka kepada Imam tanpa ada sedikitpun kecurigaan dan penghormatan masyarakat kepadanya tanpa disangsikan lagi, menemukan reputasi yang besar. Begitu juga dengan hal tersebut dia mendapat perhatian [[Ahlusunnah]] dan [[Syiah]], pemerintahan Abbasiyah selain pada beberapa hal, secara lahir menunjukkan penghormatannya kepada Imam.


Sa'ad bin Abdullah 'Asyari salah satu ulama terkenal Syiah yang kemungkinan telah bertemu dengan Imam as <ref> Najasyi, ''Rijāl Najāsyi'', hlm. 126.</ref>  berkata: “pada bulan [[Sya'ban]] tahun 278 -18 tahun setelah wafatnya Imam as- kami duduk dalam sebuah majlis Ahmad bin Ubaidillah bin Khaqan ayahnya adalah seorang menteri Mu'tamid Abbasiyah <ref> Ibnu Atsir, ''Al-kāmil fi al-Tārikh'', jld.7, hlm. 235.</ref> -dimana ketika itu dia bertugas memegang perpajakan kota [[Qum]] dan memiliki permusuhan dengan keluarga Muhammad dan masyarakat Qum-. Perbincangan ketika itu mengenai pembahasan para Thalibiyun yang tinggal di [[Samarra]] dan madzhab serta posisi mereka di hadapan hakim, Ahmad berkata: “Aku tidak melihat dan tidak mendengar seseorang dari para Alawiyin di Samarra seperti Hasan bin Ali Askari as, yang begitu terkenal dengan martabat, kehormatan dan kecerdasan serta kedudukan yang tinggi di tengah-tengah [[Ahlulbait as|Ahlulbait]] dan terhormat di sisi hakim penguasa dan [[Bani Hasyim]], Sebagaimana dia lebih unggul dari para orang tua bahkan para menteri dan umara. Suatu hari aku berdiri di samping ayahku, saat itu ayahku duduk untuk bertemu dengan masyarakat. Salah seorang dari Jemaah haji datang dan berkata: Putra [[Imam Ridha as|Ridha]] sedang mengantri di samping pintu. Ayahku dengan suara yang keras mengatakan: Izinkan dia masuk dan kemudian diapun masuk… Ayahku beberapa langkah maju ke depan menyambutnya ketika melihatnya masuk, sebuah tindakan yang tidak pernah dia lakukan kepada siapapun baik kepada para menteri atau umara lainnya yang memiliki jabatan. Sesudah dekat, tangannya ia lingkari ke leher Imam dan mengecup kening dan wajahnya. Ketika itu tangannya memengang tangan Imam dan membawanya duduk di tempat duduknya.
*'''Kebangkitan Ahmad bin Muhammad bin Abdullah''': Ia pada masa Mu'tamad Abbasi melakukan kebangkitan di Mesir di antara Barqah dan Iskandariah, dan dengan dukungan para pengikutnya yang berjumlah banyak ia mengklaim diri sebagai khalifah. Ahmad bin Thulun, pejabat Turk khalifah pada saat itu, mengutus satu pasukan kepada Ahmad bin Muhammad untuk memporak-porandakan para pendukungnya dan mereka berhasil membunuhnya setelah sebelumnya ia berusaha melakukan perlawanan.<ref>Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.4, hlm.108</ref>


Ayahku duduk berhadapan dengannya dan mulai berbincang-bincang dengannya. Dalam perbincangannya dia memanggil Imam dengan julukan –yang menunjukkan penghormatan kepada Imam-  dan senantiasa mengucapkan ayah dan ibuku menjadi tebusanmu… malamnya ketika aku pergi menghadap ayahku… aku bertanya kepadanya: “Ayah, orang yang datang hari ini, yang sangat engkau hormati dan engkau junjung, siapakah dia sehingga engkau senantiasa mengatakan ayah dan ibuku menjadi tebusanmu? Dia berkata: Dia adalah putra Ridha, Imam para pengikut [[Syiah]]; kemudian terdiam. Kemudian dia memecah keheningannya dan melanjutkan: Anakku, jika suatu hari kepemimpinan ini keluar dari tangan Bani Abbas dan beralih ke tangan [[Bani Hasyim]], maka tidak ada orang yang paling layak untuk memikulnya kecuali orang tersebut. Dia adalah orang yang paling layak untuk memegang kekhilafahan karena keutamaan, keterjagaan jiwanya, zujud, dan ibadah serta moral baik yang dimilikinya. Jika engkau tidak melihat ayahnya, ayahnya adalah seorang yang berwibawa, pandai, cerdas, dan berhati baik. Dengan mendengar penjelasan ini, segala keharuan dan keemosian menguasai diriku, selain itu keingintahuanku bertambah untuk lebih mengenalnya.
*'''Pemberontakan Shahib Zanj''': Ali bin Muhammad Abdul Qaisi pada tahun 255 H pada masa pemerintahan Mu'tamad melakukan pemberontakan. Imam Hasan Askari as secara tegas mengumumkan bahwa Shahib Zanj bukan termasuk dari [[Ahlulbait as]].<ref>Ibnu Syahrasyub, ''Manāqib Āl Abi Thalib'', jld.3, hlm.529</ref>


Ketika aku bertanya tentangnya, dari setiap orang dari Bani Hasyim, para sekretaris, para hakim, dan para ahli hukum, bahkan orang-orang biasa, aku menemukannya sebagai orang yang terhormat dan memiliki keagungan yang tinggi di sisi mereka. Semua mengatakan bahwa dia Imam para pengikut Syiah. Sejak saat itu, kepentingannya di sisiku semakin bertambah, karena teman dan musuhnya memujinya dengan baik. <ref> Kulaini, ''Ushul Kāfi'', jld.1, hlm.503. </ref>
==Hubungan Imam dan Orang-orang Syiah==
Mengingat bahwa tersusunnya  satu komunitas mazhab di tengah masyarakat yang terbentuk dari mayoritas penduduk [[Ahlusunnah]], dan ditambah lagi adanya tekanan-tekanan dinasti Abbasi atas orang-orang [[Syiah]], maka komunitas Syiah hidup dalam kondisi [[taqiyah]]. Pun demikian Imam Hasan Askari as berupaya keras mengatur urusan orang-orang Syiah, mengumpulkan kewajiban-kewajiban harta (seperti zakat, khumus, kaffarh dll) dan mengutus perwakilan-perwakilan ke berbagai daerah.<ref>Masudi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm.270; Kasyi, ''Rijal Kasyi'', hlm.560</ref>


Riwayat ini dapat menunjukkan kondisi sosial dan moral baik Imam as di tengah kalangan masyarakat secara umum dan bahkan buat para pengikut Syiah secara khusus, dengan mengingat bahwa perawi hadis atau riwayat ini adalah salah seorang pembenci berat Ahlulbait as. Pelayan Imam Askari as berkata: Hari-hari dimana Imam pergi ke tempat kediaman khalifah, rasa gembira dan kebahagiaan yang tak terkira merasuk ke hati-hati penduduk. Jalan-jalan yang dilewati Imam penuh dengan penduduk dan dengan kendaraan mereka. Ketika Imam datang, hiruk pikuk jalanan hening seketika. Imam berlalu di tengah-tengah penduduk dan memasuki ruang pertemuan. <ref> Syaikh Thusi, ''Al-Ghaibah'', hlm.214</ref> hal ini adalah suatu hal yang alami dan dapat dipastikan bahwa kebanyakan dari mereka adalah para pengikut Syiah yang berdatangan ke Samarra dari segala penjuru, baik dekat maupun jauh, untuk melihat Imam mereka; walaupun keinginan dan kecintaan seluruh penduduk kepada keturunan [[Rasulullah saw]] mereka juga bersemangat untuk melihatnya, hal inilah yang menjadi sebab ramainya penduduk.
'''Pertemuan dengan Imam as'''


'''Para Khalifah yang Hidup Sezaman dengan Imam as'''
Dari laporan sejarah dapat dipahami bahwa pada fase kehidupan Imam Askari as terdapat keterbatasan-keterbatasan bagi Imam untuk mengadakan ikatan secara langsung dengan para pengikutnya.<ref>Paketchi, ''Hasan Askari, Imam'', hlm.626</ref>
{{Quote box
|title =  [[Imam Hasan askari]]:
|quote  = <center>{{ia|}}</center>
<center>“ Ibadah bukan dinilai dari banyaknya puasa dan salat, akan tetapi dinilai dari banyaknya berfikir tentang perkara Ilahi.”</center>
|tstyle = text-align: left;
|bgcolor = lightblue
|source = Ibnu Syu'bah Harrani, ''' Tuhaf al-Uqul, hlm. 488.'''
|qalign = right
  |width  = 35%
|align = right
}}
 
Oleh karena itu, tatkala Imam as dibawa ke istana khilafah,{{enote|Sesuai kutipan dari salah seorang pembantu Imam, beliau dipaksa hadir setiap hari Senin dan Kamis di Istana. Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm.215}}para pengikutnya mengambil kesempatan berjumpa beliau ditengah perjalanan menuju Istana.<ref>Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld.2, hlm.930</ref> [[Syaikh Thusi]] menukil sebuah berita yang menceritakan tentang perkumpukan masyarakat disaat Imam Askari as melintas dan juga penghormatan mereka kepadanya.<ref>Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm.215-216</ref>Namun karena penjagaan ketat pemerintahan, terkadang Imam as melarang untuk mengadakan hubungan kontak semacam ini dengan dirinya. Ali bin Ja'far Halabi menukilkan: pada suatu hari Imam as dijadwalkan hadir di istana khilafah, kami berkumpul menunggu pertemuan dengannya, dalam kondisi demikian datang sepucuk surat dari beliau kepada kami dengan konten berikut: "Seorang pun tidak berhak mengucapkan salam kepadaku bahkan mengisyaratkan dengan tangan, sebab kalian tidak dalam kondisi aman.<ref>Rawandi, ''al-Kharāij wa al-Jarāih'', jld.1, hlm.439</ref>
 
'''Wakil-wakil Imam'''
Imam Askari as sebagiaman imam-imam sebelumnya memilih beberapa orang wakil untuk mengadakan ikatan dan jaringan dengan para pengikutnya. Di antara mereka ini mesti disebut nama Aqid, pembantu khusus Imam dimana beliau membesarkannya semenjak ia masih kecil dan ia juga menjadi pembawa sekian banyak dari surat-surat beliau untuk orang-orang Syiah.<ref>Syaikh Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm.272, dikutip dari  Paketchi, ''Hasan Askari, Imam'', hlm.626</ref> Demikian juga seorang yang berjulukan Gharib Abul Adyan, pembantu Imam dan yang bertanggung jawab atas pengiriman sejumlah suratnya.<ref>Syaikh Shaduq, ''Kamāluddin'', hlm.475</ref> Namun, orang yang dikenal secara jelas sebagai pintu gerbang (wakil dan penghubung Imam dengan masyarakat) dalam sumber-sumber Imamiyah adalah [[Utsman bin Said]]. Pasca kesyahidan Imam Askari as dan pada masa [[ghaibah kecil]], Utsman bin Said juga memainkan perannya sebagai wakil dan duta pertama Imam Zaman as.<ref>Paketchi, ''Hasan Askari'', Imam, hlm. 626</ref>
 
'''Korespondensi'''
Salah satu jalan orang-orang Syiah untuk mengadakan hubungan kontak dengan Imam as adalah korespondensi. Sebagai contoh bisa disebutkan surat-surat beliau kepada [[Ali bin Husain Babawaih]].(Ibnu Syahrasyub, Manāqib Āl abi Thalib, jld.3, hlm.527; Khunsari, Raudhāt al-Jinan, jld.4, hlm.233-274) dan surat kepada penduduk [[Qom]] dam Abeh (Aveh)(Ibnu Syahrasyub, Manāqib Āl Abi Thalib, jld.3, hlm.526) Di dalam buku ''[[Kamaluddin wa Tamamun Ni'mah (buku)|Kamāluddin]]'' dimuat bahwa Imam Askari as beberapa saat sebelum kesyahidannya menulis banyak surat dengan tangannya sendiri kepada penduduk [[Madinah]].<ref>Shaduq, ''Kamāluddin'', jld.2, jlm.474</ref> Orang-orang Syiah melayangkan surat dalam berbagai permasalah dan tema kepada beliau dan menerima jawabannya.
 
==Pengajaran Ilmu-ilmu Agama==
{{Quote box
|title =  [[Imam Hasan Askari as]]:
|quote  = <center>{{ia| }}</center>
<center>“Tanda-tanda orang mukmin ada lima:
*Melaksanakan salat 51 rakaat (17 rakaat salat wajib (salat harian) dan 34 rakaat salat nafilah harian) dalam sehari semalam;
*Melakukan [[Ziarah Arbain]];
*Mengenakan ciincin di tangan kanan;
*Meletakkan dahi saat sujud di atas tanah;
*mengeraskan bacaan Basmalah.”</center>
|tstyle = text-align: left;
|bgcolor = lightblue
|source = Thusi, '''Tahdzib al-Ahkām, jld.6, hlm. 52.'''
|qalign = right
  |width  = 35%
|align = right
}}
'''Ajaran Syiah'''
 
Mengingat adanya kerumitan dan ketidakjelasan terkait penentuan Imam pada masa itu, maka kita menemukan dalam ucapan-ucapan dan surat-surat Imam Hasan Askari as pelajaran ini bahwa, bumi tidak akan kosong dari hujjah Allah <ref>Sebagai contoh lihatlah: Masudi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm.271</ref> dan bahwa jika [[keimamahan]] terputus niscaya urusan-urusan [[Tuhan]] akan terbengkalai<ref>Sebagai contoh lihatlah: Syaikh Shaduq, ''Kamāluddin'', hlm.222</ref>dan bahwa hujah Allah di muka bumi merupakan nikmat yang dianugerahkan [[Allah]] kepada orang-orang yang beriman, yang dengan petunjuk ini Ia memuliakan mereka.<ref>Sebagai contoh: Kasyi, ''Rijal Kasyi'', hlm.541</ref>
 
Pelajaran lain yang berulang kali dapat disaksikan dalam ucapan-ucapan Imam pada kondisi dimana orang-orang [[Syiah]] berada dalam tekanan, adalah seruan beliau untuk bersabar dan percaya pada kemenangan serta menunanti kemenangan tersebut.(Sebagai contoh: Ibnu Syahrasyub, ''Manāqib Al Abi Thalib'', jld.3, hlm.527</ref> Begitu juga dalam hadis-hadis beliau ditemukan penekanan-penekanan khusus untuk mengatur hubungan interen diantara komunitas Syiah dan pergaulannya dengan saudara-saudara seagamanya.<ref>Ibnu syahrasyub, Manāqib Āl Abi Thalib, jld.3, hlm.526</ref>
 
'''Tafsir Alquran'''
 
{{main|Tafsir Imam Hasan Askari}}


Priode Imamah dan kepemimpinan Imam Hasan Askari as bertepatan dan bersamaan dengan tiga Khalifah:  Mu'taz Abbasi (252-255 H), Muhtadi (255-256 H) dan Mu'tamid (256-279 H). <ref> Thabari, ''Dalāilu al-Imāmah'', hlm. 425. </ref>
Tafsir Alquran adalah salah satu lahan yang mendapat perhatian khusus Imam Hasan Askari as sehingga ada satu matan terperinci dalam Tafsir Alquran (yang dinilai sebagai karya terkuno tafsir Imamiyah) dinisbatkan kepadanya. Bahkan jika penisbahan ini tidak benar sekalipun, maka harus diperhatikan bahwa ketenaran Imam as dalam kajian-kajian tafsir dapat mendukung penisbatan tersebut.


===Periode Penahanan Imam===
'''Teologi dan Akidah'''
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa kedatangan [[Imam Hadi as]] beserta putranya Imam Askari as ke Samarra atas perintah Mutawakil Abbasi dan ini berarti memenjarakan kedua imam tersebut di dalam kota dengan tujuan mengontrol mereka dan hubungan mereka dengan para pengikutnya. Dalam beberapa keadaan selama penahanan ayah dan anak, terjadi banyak penekanan dan ketidakbebasan; khususnya ketika munculnya gerakan-gerakan tertentu yang mengancam pemerintahan, pribadi Imam bersama beberapa pengikutnya ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara.


Ada banyak riwayat yang mengungkit tentang penahanan Imam Askari as. Shaimuri dalam buku ''al-Aushiya''' meriwayatkan dan berkata: “Aku sendiri melihat tulisan khat Abu Muhammad Askari as ketika ia keluar dari penjara Mu'tamid yang di situ ayat ini tertulis di dalamnya:
Imam Hasan Askari memegang tampuk kepemimpinan [[Imamiyah]] pada satu kondisi dimana perbedaan-perbedaan akidah dan kayakinan muncul di barisan-barisan Imamiyah dan juga muncul beberapa perbedaan pandangan pada periode keimamahan beliau saat itu. Salah satu contoh dari permasalahan-permasalahan tersebut adalah pembahasan mengenai "peniadaan kebendaan Tuhan" yang telah  muncul dari tahun-tahun sebelumnya dan perbedaan pendapat di antara dua orang dari sahabat menonjol para Imam yakni [[Hisyam bin Hakam]] dan Hisyam bin Salaim. Pada masa Imam Hasan Askari perbedaan pendapat ini sedemikian banyak dimana Sahl bin Ziyad Adami sampai menulis surat kepada Imam dan memohon petunjuk darinya.
<center>{{ia|﴾يُريدُونَ لِيُطْفِؤُا نُورَ اللَّهِ بِأَفْواهِهِمْ وَ اللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْكافِرُونَ﴿}}</center>
<center>''Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.''</center>


[[Syaikh Mufid]] dari Muhammad bin Ismail Alawi meriwayatkan demikian: Imam Askari as dipenjara berdampingan dengan Ali bin Autamisy (atau Barmisy). Orang ini adalah salah satu dari para pemusuh keluarga [[Abu Thalib]]. Dia diperintahkan sedapat mungkin untuk selalu keras ketika bergaul dengan Imam as. Namun dia dengan melihat Imam ketika berpisah dengannya lebih aktif dari yang lain mengenal kebesaran Ilahi pada diri Imam dan selalu memujinya. <ref> Syaikh Mufid, ''al-Irsyād'', hlm. 432; Kulaini, ''Ushul Kāfi'', jld.1, hlm.503. </ref>
Dalam jawabannya, Imam malarang untuk masuk dalam pembahasan "dzat" kemudian dengan menyinggung beberapa [[ayat]] [[Alquran]] bersabda:
:Allah satu dan Maha Esa, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,  tiada sekutu bagi-Nya, Dialah Pencipta bukan diciptakan. Segala sesuatu yang dikehendaki dari benda dan selainnya pasti menciptakannya sementara Dia sendiri bukanlah benda. Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya dan Dia lah Maha Mendengar dan Melihat.<ref>Kulaini, ''al-Kafi'', jld.1, hlm.103</ref>


==Penghancuran Haram di Tangan Para Ekstrem Teroris==
'''Fikih'''
[[Berkas:بازسازی حرم شریف.jpg|right|400px|thumbnail|<center>Gambar perenovasian dan perbaikan haram </center> ]]
Haram dua imam [[Askariyain as]] dua kali hancur di tangan para teroris. Serangan pertama terjadi pada tahun 2005 dan serangan kedua terjadi pada tahun 2007 kira-kira setelah 16 bulan dari ledakan pertama.


Pada penghancuran pertama, para pelaku peledakan dengan menggunakan lebih dari dua ratus kilo gram bahan peledak TNT yang mereka taruh tepat di pusat kubah. Kubah dan sebagian menara-menara emas haram rusak dan kubahpun hancur luluh. dan pada serangan kedua juga menara-menara emas hancur.
Dalam ilmu hadis, salah satu gelar yang disandangkan kepada Imam Hasan Askari as adalah gelar "faqih".<ref>Sebagai contoh: Thuraihi, ''Jāmi al-Maqāl'', hlm.185</ref> Hal ini menunjukkan bahwa Imam dikenal secara khusus oleh para sahabatnya karena alasan tersebut. Sebagian hadis-hadisnya berkaitan khusus dengan kajian [[fikih]] dan beragam bab-babnya. Mengingat bahwa pembentukan mazhab fikih Imamiyah terlebih dahulu dilakukan oleh [[Imam Shadiq as]] dan kemudian tahap-tahap penyempurnaannya dilalui pada masa [[Imam Kazhim as]] dan [[Imam Ridha as]], maka Imam Hasan Askari lebih banyak mengutarakan masalah-masalah furu' yang baru muncul di zamannya atau masalah yang karena faktor tertentu menjadi ramai dibicarakan pada zaman tersebut seperti masalah permulaan [[bulan Ramadhan]] dan pembahasan [[khumus]].<ref>Paketchi, ''Hasan Askari, Imam'', hlm.630</ref>


Setelah serangan teroris ini, makam kedua Imam, berada dalam perbaikan dan perenovasiaan.
==Haram==
{{Main|Haram Askariyaim}}
Imam Hasan Askari as setelah syahid dikuburkan di rumahnya di sisi ayahnya [[Imam Hadi as]].<ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyād'', jld.2, hlm. 313</ref> Kemudian dibangunlah di tempat ini sebuah tempat untuk berziarah yang masyhur dengan [[Haram Askariyain]]. Haram Askariyain pada tahun 2005<ref>Khamehyar, ''Takhribe Ziyāratgahhaye Islami dar Kesywarhaye Arabi'', hlm. 29 dan 30</ref>dan 2007 dihancukan oleh kelompok teroris takfiri.<ref> Khamehyar, ''Takhribe Ziyāratgahhaye Islami dar Kesywarhaye Arabi'', hlm. 30</ref> Pemulihan dan perenovasian Haram dimulai pada tahun 2010<ref>[http://fa.abna24.com/institute/archive/2012/12/08/370499/story.html Kantor Berita ABNA. Kondisi akhir pembuatan Dharih Haram Askariyain]</ref> dan selesai pada tahun 2015.<ref>[https://www.ilna.ir/%D8%A8%D8%AE%D8%B4-%D8%A7%D8%AC%D8%AA%D9%85%D8%A7%D8%B9%DB%8C-5/300946-%D8%B9%D9%85%D9%84%DB%8C%D8%A7%D8%AA-%D8%A8%D8%A7%D8%B2%D8%B3%D8%A7%D8%B2%DB%8C-%DA%AF%D9%86%D8%A8%D8%AF-%D8%AD%D8%B1%D9%85-%D8%A7%D9%85%D8%A7%D9%85%DB%8C%D9%86-%D8%B9%D8%B3%DA%A9%D8%B1%DB%8C%DB%8C%D9%86-%D9%BE%D8%A7%DB%8C%D8%A7%D9%86-%DB%8C%D8%A7%D9%81%D8%AA Kantor berita ILNA. Kegitan perenovasian kubah Haram Askrariyain telah selesai]</ref>


==Lihat juga==
==Kajian-kajian Terkait==
<div style="{{column-count|3}}">
*[[Tafsir Imam Hasan al-Askari (buku)]]
*[[Askariyain]]
*[[Ahlulbait As|Ahlulbait]]
*[[Ahlulbait As|Ahlulbait]]
*[[Imam-imam Syiah]]
*[[Imam-imam Syiah]]
Baris 114: Baris 159:
*[[Musnad Imam Askari As]]
*[[Musnad Imam Askari As]]
*[[Tafsir Imam Hasan Askari]]
*[[Tafsir Imam Hasan Askari]]
</div>


==Pranala Luar==
==Pranala Luar==
Baris 141: Baris 185:
{{S-end}}
{{S-end}}
==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
{{Catatan Kaki}}
{{ck}}


==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
Pengguna anonim