imported>M.hazer |
imported>M.hazer |
Baris 60: |
Baris 60: |
| Imam Askari as memegang tampuk kepemimpinan selama 6 tahun (254-260 H). | | Imam Askari as memegang tampuk kepemimpinan selama 6 tahun (254-260 H). |
|
| |
|
| ===Hubungan dengan Para Pengikut Syiah=== | | ==Kondisi Politik== |
| Selama bertahun-tahun dari kehidupan Imam di Samarra, selain beberapa kali dipenjara, kelihatannya kehidupan dia sama seperti warga biasa, walaupun, perilakunya berada di bawah pengawasan [[Dinasti Abbasiyah]]. Berdasarkan bukti-bukti sejarah dapat diakui bahwa Imam Askari as sebagaimana [[Imam-imam Syiah|para imam Syiah]] yang lain, jika dibebaskan beliau akan memilih untuk hidup di [[Madinah]] ketimbang Samarra. Oleh karena itu, selama beliau tinggal di Samarra, hal itu dianggap sebagai bentuk penahanan dari pihak para khalifah Abbasiyah. Hal yang khusus ini disebabkan adanya jaringan yang tersusun dan terdiri dari para pengikut [[Syiah]] yang memang sudah terbentuk cukup lama dan dalam pandangan para khalifah hal ini memiliki kepentingan yang begitu besar sehingga dapat mengkhawatirkan dan menjadi penyebab ketakutannya.
| | Masa [[keimamahan]] Imam Askari as bertepatan dengan tiga khalifah Abbasi: Mu'taz Abbasi (252-255 H), Muhtada (255-256 H) dan Mu'tamad (256-279 H). |
|
| |
|
| Oleh karena itu, Imam dimohon untuk selalu hadir dan senantiasa menetap di Samarra supaya selalu berada dalam pengawasan Dinasti Abbasiyah; sebagaimana pernyataan yang dikatakan oleh salah satu pelayan Imam as, menurut penukilannya Imam setiap hari Senin dan Kamis harus selalu hadir di Dar al-Khilafah secara terpaksa. (dalam sebagian naskah disebut dengan Dar al-'Amah yang mana kemungkinan besar itu adalah Dar al-Khilafah). <ref> Syaikh Thusi, ''Al-Ghaibah'', hlm.129.</ref> Walaupun terlihat secara lahiriah adalah sebuah penghormatan untuk Imam, namun sebenarnya hal itu adalah sebuah pengawasan yang dilakukan oleh pihak pemerintahan saat itu.
| | Pada periode kehidupan Imam Askari as, sistem dinasti Abbasi berubah menjadi senjata dan sarana untuk para penguasa rival, khususnya para penguasa dinasti Turki mempunyai peran dan pengaruh besar dalam sistem pemerintahan. Barangkali posisi politik pertama yang terekam pada kehidupan Imam Hasan Askari as adalah berkaitan dengan satu masa dimana Imam berusia 20 tahun dan ayahnya masih hidup. Beliau dalam sepucuk surat kepada Abdullah bin Abdullah bin Thahir (termasuk menteri dinasti Abbasi yang berpengaruh dan menjadi musuh Musta'in, khalifah pada masa itu) menyebut khalifah seorang yang lalim dan beliau memohon kepada [[Allah]] supaya kekuasaannya dihancurkan. Surat ini beliau tulis beberapa hari sebelum lengsernya Musta'in dari kekuasaan.<ref>Ibnu Atsir, ''al-Kāmil fi al-Tarikh'', jld.7, hlm.151</ref> |
|
| |
|
| Para pengikut Syiah menghadapi kesulitan untuk menemui Imam; dimana ketika Khalifah pergi untuk melihat gubernur [[Basrah]] dan Imam juga dibawa bersama dengannya, para sahabat Imam di sepanjang jalan bersiap-sap untuk melihatnya. <ref> Syaikh Mufid, ''al-Irsyād'', hlm. 387.</ref> Dari hikayat ini dapat dipahami dengan baik bahwa dalam kehidupan Imam, setidaknya ada waktu untuk melihatnya, walaupun tidak secara langsung.
| | Pasca terbunuhnya Musta'in, musuhnya Mu'taz memegang kekuasaan. Mengingat bahwa dia mengetahui secara global tentang sikap Imam Hasan Askari as terhadap khalifah yang terbunuh, maka pada awal pemerintahannya (minimal secara zahir) ia tidak bersikap keras kepada beliau dan ayahnya. Pasca kesyahidan [[Imam Hadi as]] dan setelah Imam Askari as menjadi penggantinya juga terdapat bukti-bukti bahwa dengan adanya pembatasan-pembatasan dari pihak pemerintahan terhadap kegiatan-kegiatannya, Imam masih relatif bebas. Beberapa pertemuan Imam dengan para pengikutnya menjadi bukti atas hal tersebut. Namun setelah berlau satu tahun, sang khalifah berburuk sangka kepada Imam dan pada tahun 255 H beliau dijebloskan ke dalam penjara. Imam as pada periode satu tahun khalifah berikutnya (Muhtada) pun masih berada dalam penjara. |
|
| |
|
| Ismail bin Muhammad berkata: Aku duduk menghalangi jalan Imam untuk meminta bantuan uang dan ketika dia melewati jalan aku langsung meminta bantuan uang kepadanya. <ref> Arbili, ''Kasfu al-Gummah fi makrifati al-aimmah'', jld. 2, hlm. 413.</ref>
| | Dengan dimualinya kekhilafahan Mu'tamad (256 H) yang berhadap-hadapan dengan kebangkitan-kebangkitan Syiah, maka Imam terbebaskan dari penjara dan sekali lagi beliau mendapat kesempatan untuk mengatur dengan serius kondisi sosial dan ekonomi [[Imamiyah]]. Peran aktif Imam ini, itupun di ibu kota dinasti Abbasi, sekali lagi mengancam badan kekhilafahan. Pada bulan [[Shafar]] tahun 270 H, Imam masuk penjara lagi atas perintah Mu'tamad dan khalifah sendiri mengontrol setiap hari semua berita yang berkaitan dengan Imam.<ref>Mas'udi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm. 268</ref> Satu bulan setelahnya, Imam dibebaskan dari penjara, namun dipindahkan ke rumah Hasan bin Sahl (menteri Ma'mun) di dekat kota Wasit dan masih berada dalam pengawasan khalifah.<ref>Masudi, ''Itsbāt al-Washiyah'', hlm.269</ref> |
|
| |
|
| Perawi yang lain menukil bahwa di suatu hari telah dijanjikan bahwa Imam akan datang ke Dar al-Khilafah, kami berkumpul di sebuah pengepungan menunggu kedatangannya. Dalam situasi tersebut kami menerima sebuah catatan darinya yang kandungannya adalah sebagai berikut: Jangan ada seorangpun dari kalian yang memberikan salam atau isyarat ke arahku; karena kalian tidak akan berada dalam keamanan. <ref> Rawandi, ''al-Kharāij wa al-Jarāih'', jld.2, hlm.439</ref> Riwayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa seberapa kuat tangan kaki khalifah mengawasi tindakan dan hubungan Imam dengan para pengikutnya dan kemudian mengontrol mereka. Tentunya Imam juga dalam banyak kesempatan mempunyai waktu-waktu tertentu untuk saling bertemu dan mereka mempunyai cara tersendiri untuk membuat situasi tersebut. Salah satu kontak atau hubungan Imam dengan para pengikutnya adalah dengan cara surat menyurat dan ini juga disebutkan dalam banyak sumber yang sering kita temui. <ref> Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jld. 4, hlm. 425; Syaikh Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm.214.</ref>
| | ===Beberapa Kebangkitan dan Pemberontakan=== |
| | Pada zaman Imam Hasan Askari as muncul dan terjadi pergerakan-pergerakan anti pemerintahan yang sebagiannya dilakukan oleh orang-orang Syiah dan sebagian lagi dilakukan oleh kelompok lain dengan memanfaatkan nama kelompok Alawi. |
|
| |
|
| Batasan-batasan yang ketat dan larangan-larangan yang keras pemerintah terhadap kehidupan Imam Askari menyebabkannya untuk menggunakan para delegasi untuk mengadakan hubungan dengan para pengikut Syiah dan beberapa orang berada dalam jumlah tersebut. Dalam hal ini salah seorang dari mereka adalah Uqaid, seorang pelayan khusus Imam yang juga semenjak dari masa kecil diasuhnya dan pembawa surat Imam terbanyak untuk para pengikutnya. <ref> Syaikh Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm.282, dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 626. </ref> Dan seorang dengan julukan yang asing dan aneh Abu al-Adyan juga seorang pelayan untuk Imam as yang juga mempunyai tugas untuk menyampaikan sebagian surat-surat Imam. <ref> Syaikh Shaduq, Kamaluddin, hlm. 475., dikutip oleh Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 626.</ref> namun yang sudah dapat dipastikan bahwa dia adalah seorang yang ditunjuk sebagai wakil Imam sebagaimana yang disebut dalam sumber-sumber Syiah adalah [[Utsman bin Said]]. Yang mana peranan Utsman bin Said setelah Imam Hasan Askari as wafat terus berlanjut dengan masuknya masa [[Kegaiban Kecil|kegaiban kecil]], sebagai orang pertama yang menjadi wakil dan duta serta pengganti khusus Imam Zaman as. <ref> Paketchi, ''Hasan Askari as, Imam'', hlm. 626.</ref>
| | *'''Kebangkitan [[Ali bin Zaid]] dan [[Isa bin Ja'far]]''': Dua sosok ini berkebangsaan Alawi dan dari keturunan [[Imam Hasan Mujtaba as]]. Pada tahun 255 H mereka melakukan kebangkitan di [[Kufah]]. Mu'taz mengirim bala tentara besar dengan dikomandani oleh Said bin Shaleh yang terkenal dengan nama "Hajib" kepada mereka dan berhasil menaklukan kebangkitan tersebut.<ref>Masudi, ''Muruj al-Dzahab'', jld.4, hlm.94</ref> |
|
| |
|
| ===Situasi dan Keadaan Imam di Samarra=== | | ===Situasi dan Keadaan Imam di Samarra=== |