Lompat ke isi

Imam Hasan al-Askari as: Perbedaan antara revisi

imported>M.hazer
imported>M.hazer
Baris 54: Baris 54:
'''Pindah ke Samarra''': Ketika Imam Hasan Askari masih kanak kanak, ayahnya Imam Hadi as diundang secara paksa ke Irak dan hidup di Samarra, ibu kota dinasti Abbasi, di bawah pengawasan mereka. Dalam perjalanan ini, Imam Askari juga bersama sang ayah. Mas'udi menyebut zaman perjalanan ini pada tahun 236 H<ref>Mas'udi, ''Itsbat al-Washiyah'', hlm. 259</ref> sementara Naubakhti menyebut tahun 233 H.<ref>Naubakhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm. 92</ref>Imam Hasan Askari as lebih banyak menghabiskan masa hidupnya di Samarra, dan diketahui secara masyhur bahwa beliau adalah satu satunya Imam yang tidak pernah naik haji, namun di dalam buku ''Uyun Akhbar al-Ridha'' dan ''Kasyf al-Ghummah'' dikutip satu riwayat dimana rawi mendengar riwayat tersebut dari Imam Hasan Askari as di [[Mekah]].<ref>Syaikh Shaduq, ''Uyun Akbar al-Ridha'', jld. 2, hlm. 135; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 198</ref>Selain perjalanan ke Mekah ini, dilaporkan pula perjalanan beliau ke Jurjan.<ref>Quthbuddin Rawandi, ''al-Kharaij wa al-Jaraih, jld. 1, hlm. 425-426; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 427-428; Ibnu Hamzah Thusi, ''al-Tsaqib fi al-Manaqib'', hlm. 215</ref>
'''Pindah ke Samarra''': Ketika Imam Hasan Askari masih kanak kanak, ayahnya Imam Hadi as diundang secara paksa ke Irak dan hidup di Samarra, ibu kota dinasti Abbasi, di bawah pengawasan mereka. Dalam perjalanan ini, Imam Askari juga bersama sang ayah. Mas'udi menyebut zaman perjalanan ini pada tahun 236 H<ref>Mas'udi, ''Itsbat al-Washiyah'', hlm. 259</ref> sementara Naubakhti menyebut tahun 233 H.<ref>Naubakhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm. 92</ref>Imam Hasan Askari as lebih banyak menghabiskan masa hidupnya di Samarra, dan diketahui secara masyhur bahwa beliau adalah satu satunya Imam yang tidak pernah naik haji, namun di dalam buku ''Uyun Akhbar al-Ridha'' dan ''Kasyf al-Ghummah'' dikutip satu riwayat dimana rawi mendengar riwayat tersebut dari Imam Hasan Askari as di [[Mekah]].<ref>Syaikh Shaduq, ''Uyun Akbar al-Ridha'', jld. 2, hlm. 135; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 198</ref>Selain perjalanan ke Mekah ini, dilaporkan pula perjalanan beliau ke Jurjan.<ref>Quthbuddin Rawandi, ''al-Kharaij wa al-Jaraih, jld. 1, hlm. 425-426; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 427-428; Ibnu Hamzah Thusi, ''al-Tsaqib fi al-Manaqib'', hlm. 215</ref>


==Dalil-dalil Imamah==
==Dalil-dalil Imamah dan Masa Imamah==
{{Keyakinan-keyakinan Syiah}}
{{Keyakinan-keyakinan Syiah}}
[[Syaikh Mufid]] meyakini bahwa  Hasan bin Ali (Imam Hasan Askari) sepeninggal ayahnya [[Imam Hadi as]], karena memiliki keutamaan-keutamaan yang lazim dan keunggulan-keunggulan yang lebih dari pada yang lain dalam mengontrol dan mengatur urusan kepemimpinan, begitu pula karena adanya riwayat dari Imam Hadi as sebagai Imam kesepuluh [[Syiah]]. <ref> Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', hlm. 495.</ref> Dalam sebuah riwayat dari Imam Hadi as yang dinukil oleh Ali bin Umar Noufeli berkata:
Dalil utama untuk keimamahan Hasan bin Ali Askari as pasca kesyahidan [[Imam Hadi as]] adalah wasiat dan hadis-hadis yang menjelaskan bahwa Imam Askari as menjadi penggati dan penerusnya.<ref>Syaikh Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm. 120-122; Arbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 404-4-7</ref>[[Syaikh Mufid]] di dalam buku ''[[al-Irsyad]]'' menyebutkan lebih dari 10 riwayat dan surat terkait hal ini. Mayoritas orang Syiah dan sahabat Imam Hadi as pasca kesyahidan beliau juga merujuk kepada Imam Hasan Askari as sebagai seorang imam.<ref>Ja'fariyan, ''Hayat Fikri wa Siyasi Imaman Syiah'', hlm. 537</ref>Namun segelintir orang meyakini Ja'far bin Ali (yang terkenal dengan Ja'far Kazzab), putra lain dari Imam Hadi as, sebagai imamnya. Dan sekelompok orang juga percaya terhadap kepemimpinan Sayid Muhammad tatkala Imam Hadi as wafat.<ref>Asy'ari, ''al-Maqālāt wa al-Firaq'', hlm. 101</ref>


:“Saya pernah bersama Imam Hadi as di halaman teras rumahnya tiba-tiba anaknya Muhammad –Abu Ja'far- lewat di hadapan kami. Kemudian aku berkata: jiwaku menjadi tebusanmu wahai Imam! Apakah dia ini adalah imam kami setelahmu? Dia menjawab: Imam kalian setelahku adalah Hasan as”. <ref> Kulaini, ''Ushul Kafi'', jld.1, hlm.324. </ref>
Imam Askari as memegang tampuk [[kepemimpinan]] selama 6 tahun (254-260 H).
 
Sebenarnya hanya segelintir orang saja yang berdatangan meyakini keimamahan Muhammad bin Ali (yang meninggal di saat ayahnya Imam Hadi as masih hidup) dan begitu pula orang-orang yang meyakini bahwa Ja'far bin Ali adalah imam, jumlah mereka  bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan para sahabat dan penolong Imam Hadi as meyakini keimamahan Imam Hasan Askari as dan berkorban deminya. Masudi meyakini bahwa kebanyakan kalangan Syiah duabelas imam adalah para pengikut Imam Hasan Askari as dan putranya yang mana di dalam sejarah mereka ini terkenal dengan kelompok Qath'iyah. <ref> Masudi, ''Muruju al-Dzahab'', jld. 4, hlm.112.</ref>


===Hubungan dengan Para Pengikut Syiah===
===Hubungan dengan Para Pengikut Syiah===
Pengguna anonim