Pengguna anonim
Syekh Shaduq: Perbedaan antara revisi
→Kehidupan
imported>Hindr |
imported>Hindr |
||
Baris 65: | Baris 65: | ||
==Kehidupan== | ==Kehidupan== | ||
Syaikh Shaduq tumbuh besar di kota Qom dan selama 20 tahun tinggal bersama ayahnya, dia belajar dari ayahnya dan para ulama Qom lainnya, setelah itu atas permintaan masyarakat Rei dia pergi kesana, meskipun masih di awal remaja, namun suaranya sangatlah nyaring. Dia menetap beberapa waktu di tempat tersebut, kemudian dengan izin penguasa setempat, Ruknud Daulah Buwaihi, dia pergi ke Masyhad guna menziarahi Imam Ridha (As) dan sekembalinya ziarah, dia menetap di Nisyabur dan para pemuka setempat membuat lingkaran disekitarnya. Dengan demikian, sekeluarnya dari Qom dia telah melakukan perjalanan ke Rei, Astarabad, Gorgan, Nisyabur, Masyhad, Marw, Sarakhs, Ilāq, Samarqand, Farg’ona, Balkh termasuk kota-kota mawara’ al-Nahr, Hamedan, Baghdad, Kufah, Faid, Mekah dan Madinah. <ref>Ghaffari, Ali Akbar, Muqaddimah Man La Yahdhuruhu al-Faqih, Syaikh Shaduq, 1404 H, hlm. 8-9. </ref> | Syaikh Shaduq tumbuh besar di kota Qom dan selama 20 tahun tinggal bersama ayahnya, dia belajar dari ayahnya dan para ulama Qom lainnya, setelah itu atas permintaan masyarakat Rei dia pergi kesana, meskipun masih di awal remaja, namun suaranya sangatlah nyaring. Dia menetap beberapa waktu di tempat tersebut, kemudian dengan izin penguasa setempat, Ruknud Daulah Buwaihi, dia pergi ke Masyhad guna menziarahi Imam Ridha (As) dan sekembalinya ziarah, dia menetap di Nisyabur dan para pemuka setempat membuat lingkaran disekitarnya. Dengan demikian, sekeluarnya dari Qom dia telah melakukan perjalanan ke Rei, Astarabad, Gorgan, Nisyabur, Masyhad, Marw, Sarakhs, Ilāq, Samarqand, Farg’ona, Balkh termasuk kota-kota mawara’ al-Nahr, Hamedan, Baghdad, Kufah, Faid, Mekah dan Madinah. <ref>Ghaffari, Ali Akbar, Muqaddimah Man La Yahdhuruhu al-Faqih, Syaikh Shaduq, 1404 H, hlm. 8-9. </ref> | ||
==Wafat== | ==Wafat== | ||
Dia meninggal pada usia tujuh puluhan, tahun 381 H dan dikuburkan di kota Rei. Pusaranya sekarang ini berada di pekuburan bernama kuburan Ibnu Babuwaih, yang sangat masyhur dan menjadi tempat ziarah masyarakat. Renovasi bangunan kuburnya dilakukan pada masa Fath-Ali Shah Qajar, pada tahun 1238 S (1859 M), dengan memperhatikan datangnya banjir dan tersingkapnya pusara, jenazahnya tetap utuh setelah lewat berabad-abad sehingga membuat semua orang heran dan takjub. <ref>Al-Rabbani al-Syirazi, Abdul Rahim, muqaddimah Ma’ani al-Akhbar, Syaikh Shaduq, 1361 H, hlm. 74. </ref> | Dia meninggal pada usia tujuh puluhan, tahun 381 H dan dikuburkan di kota Rei. Pusaranya sekarang ini berada di pekuburan bernama kuburan Ibnu Babuwaih, yang sangat masyhur dan menjadi tempat ziarah masyarakat. Renovasi bangunan kuburnya dilakukan pada masa Fath-Ali Shah Qajar, pada tahun 1238 S (1859 M), dengan memperhatikan datangnya banjir dan tersingkapnya pusara, jenazahnya tetap utuh setelah lewat berabad-abad sehingga membuat semua orang heran dan takjub. <ref>Al-Rabbani al-Syirazi, Abdul Rahim, muqaddimah Ma’ani al-Akhbar, Syaikh Shaduq, 1361 H, hlm. 74. </ref> |