Lompat ke isi

Imam-Imam Syiah: Perbedaan antara revisi

70 bita ditambahkan ,  16 April 2023
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Hinduwan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
| prioritas =aa
| kualitas =b
| link =sudah
| foto =sudah
| kategori =sudah
| infobox =-
| navbox =sudah
| alih=sudah
| referensi =sudah
| Artikel bagus =
| Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
'''Imam-imam Syiah''' (bahasa Arab:{{ia|أئمة الشيعة}}) adalah para pemimpin yang terdiri dari dua belas orang dan berasal dari keluarga [[Rasulullah saw]]. Dalam pandangan [[Syiah]], para Imam ini adalah para khalifah setelah Nabi Muhammad saw dan pemimpin-pemimpin umat [[Islam]]. Imam Pertama adalah Imam Ali as dan para Imam setelahnya adalah anak-anak dan cucu-cucu dari pasangan [[Imam Ali as]] dan [[Sayidah Fatimah sa]].
'''Imam-imam Syiah''' (bahasa Arab:{{ia|أئمة الشيعة}}) adalah para pemimpin yang terdiri dari dua belas orang dan berasal dari keluarga [[Rasulullah saw]]. Dalam pandangan [[Syiah]], para Imam ini adalah para khalifah setelah Nabi Muhammad saw dan pemimpin-pemimpin umat [[Islam]]. Imam Pertama adalah Imam Ali as dan para Imam setelahnya adalah anak-anak dan cucu-cucu dari pasangan [[Imam Ali as]] dan [[Sayidah Fatimah sa]].


Baris 11: Baris 24:
Ajaran imamah para Imam Duabelas merupakan salah satu fondasi keyakinan [[Syiah Imamiyah|Syiah Dua Belas Imam]]. Keyakinan ini didukung oleh banyak nash dari [[Rasulullah saw]] dan para Imam as yang dapat dijumpai dalam beberapa literatur. Para ahli tafsir dan teolog Syiah meyakini bahwa dalam [[Alquran]] juga disinggung tentang masalah [[imamah]] para Imam. <ref>Makarim Syirazi, ''Payām Qur'ān'', jld. 9, ''Imāmān dar Syiah'', hlm. 182 dan seterusnya. </ref>
Ajaran imamah para Imam Duabelas merupakan salah satu fondasi keyakinan [[Syiah Imamiyah|Syiah Dua Belas Imam]]. Keyakinan ini didukung oleh banyak nash dari [[Rasulullah saw]] dan para Imam as yang dapat dijumpai dalam beberapa literatur. Para ahli tafsir dan teolog Syiah meyakini bahwa dalam [[Alquran]] juga disinggung tentang masalah [[imamah]] para Imam. <ref>Makarim Syirazi, ''Payām Qur'ān'', jld. 9, ''Imāmān dar Syiah'', hlm. 182 dan seterusnya. </ref>


Di antara ayat-ayat Al-Quran yang menyinggung masalah imamah adalah [[Ayat Ulil Amri]], [[Ayat Tathir]], [[Ayat Wilayah]], [[Ayat Ikmal]], [[Ayat Tabligh]], dan [[Ayat Shadiqin]]. Sesuai dengan keyakinan Syiah Duabelas Imam, masa keimamahan Dua Belas Imam bermula semenjak wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun 11 H/632 dan ketika [[Imam Ali as]] menjadi Imam dan terus berlangsung hingga sekarang ini tanpa terputus. Semenjak tahun 260 H/873, setelah wafatnya Imam Hasan Askari as dan berpindahnya posisi imamah ke putranya, Imam Mahdi as. Pada masa Imam Mahdi as, kondisi imamah berubah dari kondisi lahir (zhuhur) menjadi kondisi ghaib dan masa panjang keimamahan [[Imam Mahdi as]] hampir dalam kondisi ghaibat. Kaum Syiah memandang para Imam itu sebagai maksum dan memiliki ilmu ''ladunni''. <ref>''Terjemahan Persia al-Mizan'', jld. 13, hlm. 274. </ref>
Di antara ayat-ayat Al-Quran yang menyinggung masalah imamah adalah [[Ayat Ulil Amri]], [[Ayat Tathir]], [[Ayat Wilayah]], [[Ayat Ikmal]], [[Ayat Tabligh]], dan [[Ayat Shadiqin]]. Sesuai dengan keyakinan Syiah Duabelas Imam, masa keimamahan Dua Belas Imam bermula semenjak wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun 11 H/632 dan ketika [[Imam Ali as]] menjadi Imam dan terus berlangsung hingga sekarang ini tanpa terputus. Semenjak tahun 260 H/873, setelah wafatnya Imam Hasan Askari as dan berpindahnya posisi imamah ke putranya, Imam Mahdi as. Pada masa Imam Mahdi as, kondisi imamah berubah dari kondisi lahir (zhuhur) menjadi kondisi ghaib dan masa panjang keimamahan [[Imam Mahdi as]] hampir dalam kondisi ghaibat. Kaum Syiah memandang para Imam itu maksum (terjaga dari dosa) dan memiliki ilmu ''ladunni'' (diberi oleh Allah swt tanpa perlu belajar). <ref>''Terjemahan Persia al-Mizan'', jld. 13, hlm. 274. </ref>


Mereka meyakini bahwa dengan [[Tawassul|bertawassul]] kepada mereka dapat bertaqarrub kepada [[Allah swt]]. [[ziarah Kubur|Ziarah kuburan]] para Imam merupakan bagian dari ajaran Syiah dan mereka menilai bahwa para Imam ini menyandang kedudukan di sisi Allah swt dan dapat memberikan syafaat kepada umatnya.<ref> Syaikh Thusi, ''al-Tibyan'', jld. 1, hlm. 214. </ref>
Mereka meyakini bahwa dengan [[Tawassul|bertawassul]] kepada mereka dapat bertaqarrub kepada [[Allah swt]]. [[ziarah Kubur|Ziarah kuburan]] para Imam merupakan bagian dari ajaran Syiah dan mereka menilai bahwa para Imam ini menyandang kedudukan di sisi Allah swt dan dapat memberikan syafaat kepada umatnya.<ref> Syaikh Thusi, ''al-Tibyan'', jld. 1, hlm. 214. </ref>
Baris 17: Baris 30:
==Dalil-dalil Pembuktian Imamah==
==Dalil-dalil Pembuktian Imamah==
Dalil-dalil pembuktian imamah, senantiasa menjadi tema penting bagi penyusunan buku di kalangan [[Syiah Imamiyah]] dan ulama Syiah telah banyak menulis buku dengan pendekatan yang beragam dalam hal ini. Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali adalah kitab yang ditulis pada akhir-akhir abad pertama Hijriyah. Kitab ini tergolong sebagai kitab yang paling kuno yang menyebutkan tentang Dua Belas Imam. <ref>, Syaikh Thusi, ''al-Tibyan'', jld. 1, hlm. 227; silakan lihat Najjasyi, hlm. 440. </ref>
Dalil-dalil pembuktian imamah, senantiasa menjadi tema penting bagi penyusunan buku di kalangan [[Syiah Imamiyah]] dan ulama Syiah telah banyak menulis buku dengan pendekatan yang beragam dalam hal ini. Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali adalah kitab yang ditulis pada akhir-akhir abad pertama Hijriyah. Kitab ini tergolong sebagai kitab yang paling kuno yang menyebutkan tentang Dua Belas Imam. <ref>, Syaikh Thusi, ''al-Tibyan'', jld. 1, hlm. 227; silakan lihat Najjasyi, hlm. 440. </ref>
Sebagai contoh buku dalam masalah nash atas Dua Belas Imam as yang harus disebutkan di sini adalah tulisan-tulisan seperti ''Muqtadhab al-Atsar'' karya Ibnu ‘Ayyassy Jauhari (W. 401 H/1010), dan ''Kifayat al-Atsar'' karya Khazar Qummi (akhir-akhir abad 4 H) dimana para penulisnya berusaha mengumpulkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan nash para imam Dua Belas dari literatur-literatur yang beragam dari kalangan Syiah dan [[Sunni]].
Sebagai contoh buku dalam masalah nash atas Dua Belas Imam as yang harus disebutkan di sini adalah tulisan-tulisan seperti ''Muqtadhab al-Atsar'' karya Ibnu ‘Ayyassy Jauhari (W. 401 H/1010), dan ''Kifayat al-Atsar'' karya Khazar Qummi (akhir-akhir abad 4 H) dimana para penulisnya berusaha mengumpulkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan nash para imam Dua Belas dari literatur-literatur yang beragam dari kalangan Syiah dan [[Sunni]].
Di samping kitab-kitab nash-nash, yang patut disebut di sini seperti Dalāil al-Imāmah dalam masalah mukjizat para Imam, seperti ''Dalāil al-Imāmah'' yang disandarkan sebagai karya Ibnu Rustam Thabari (cetakan Najaf, 1383 H), atau karya dengan judul umum ''Al-Washiyah'' dalam memaparkan perpindahan wasiat dalam silsilah para Imam Dua Belas, seperti ''Itsbāt al-Washiyyah'' karya Mas'udi (cetakan Najaf, Kitabkhaneh Haidairiyah). <ref>Untuk contoh-contoh lainnya silakan lihat, ibid, hlm. 219, 298. </ref>
Di samping kitab-kitab nash-nash, yang patut disebut di sini seperti Dalāil al-Imāmah dalam masalah mukjizat para Imam, seperti ''Dalāil al-Imāmah'' yang disandarkan sebagai karya Ibnu Rustam Thabari (cetakan Najaf, 1383 H), atau karya dengan judul umum ''Al-Washiyah'' dalam memaparkan perpindahan wasiat dalam silsilah para Imam Dua Belas, seperti ''Itsbāt al-Washiyyah'' karya Mas'udi (cetakan Najaf, Kitabkhaneh Haidairiyah). <ref>Untuk contoh-contoh lainnya silakan lihat, ibid, hlm. 219, 298. </ref>
Para teolog melakukan pembuktian secara referensial (naqli) imamah para Imam Dua Belas as dan mengkhususukan sebuah pasal dari karya penting mereka. <ref>Misalnya silakan lihat, Sayid Murtadha, hlm. 502-503; Allamah Hilli, hlm. 314. </ref>
 
Di antara yang terkenal dari riwayat ini yang dapat disebut pada kesempatan ini adalah seperti [[Hadis Tsaqalain|hadis tsaqalain]], [[Hadis Manzilah|hadis Manzilah]], [[Hadis Safinah|hadis Safinah]], [[Hadis Yaum al-Dār|hadis Yaum al-Dar]], [[hadis Madinah al-'Ilm]], hadis Thair Masywi, [[hadis Rayat]], [[hadis Kisa]], hadis Jabir, dan [[hadis Dua Belas Khalifah]].
Para teolog membuktikan ke-imamahan dua belas Imam as secara referensial (naqli) dan mengkhususukan sebuah bab tertentu dalam karya penting mereka terkait hal tersebut. <ref>Misalnya silakan lihat, Sayid Murtadha, hlm. 502-503; Allamah Hilli, hlm. 314. </ref>
 
Diantara yang terkenal dari riwayat ini yang dapat disebut pada kesempatan ini adalah seperti [[Hadis Tsaqalain|hadis tsaqalain]], [[Hadis Manzilah|hadis Manzilah]], [[Hadis Safinah|hadis Safinah]], [[Hadis Yaum al-Dār|hadis Yaum al-Dar]], [[hadis Madinah al-'Ilm]], hadis Thair Masywi, [[hadis Rayat]], [[hadis Kisa]], hadis Jabir, dan [[hadis Dua Belas Khalifah]].


===Hadis 12 Khalifah===
===Hadis 12 Khalifah===
Baris 38: Baris 54:
====Di Masa Rasulullah====
====Di Masa Rasulullah====
[[Amirul Mukminin Ali as]] (berdasarkan penukilan masyhur) lahir 10 tahun sebelum [[Bi'tsah]]. Setelah 6 tahun akibat kekeringan yang melanda kota [[Makkah]] dan sekitarnya, sesuai dengan permintaan Nabi Muhammad saw, Imam Ali as pindah dari ruamhnya ke kediaman saudara sepupunya yaitu Nabi saw dan berada di bawah bimbingan dan gemblengan langsung Nabi Muhammad saw. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar  Islām'', hlm, 199. </ref>
[[Amirul Mukminin Ali as]] (berdasarkan penukilan masyhur) lahir 10 tahun sebelum [[Bi'tsah]]. Setelah 6 tahun akibat kekeringan yang melanda kota [[Makkah]] dan sekitarnya, sesuai dengan permintaan Nabi Muhammad saw, Imam Ali as pindah dari ruamhnya ke kediaman saudara sepupunya yaitu Nabi saw dan berada di bawah bimbingan dan gemblengan langsung Nabi Muhammad saw. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar  Islām'', hlm, 199. </ref>
Pada permulaan masa risalah, tatkala Nabi Muhammad saw kembali dari [[goa Hira]] dan pulang ke kediamannya, Ali as disertai [[Khadijah sa]] istri Rasulullah saw adalah orang yang pertama beriman kepadanya. Pada awal masa penyampaian risalah secara terbuka yaitu pada peristiwa Yaum al-Dar juga Imam Ali as adalah satu-satunya yang menyatakan iman kepada Nabi Muhammad saw secara terang-terangan. Sepanjang hidupnya Imam Ali as sekali pun tidak pernah menyembah selain [[Allah swt]]. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar  Islām'', hlm, 199-200. </ref>
Pada permulaan masa risalah, tatkala Nabi Muhammad saw kembali dari [[goa Hira]] dan pulang ke kediamannya, Ali as disertai [[Khadijah sa]] istri Rasulullah saw adalah orang yang pertama beriman kepadanya. Pada awal masa penyampaian risalah secara terbuka yaitu pada peristiwa Yaum al-Dar juga Imam Ali as adalah satu-satunya yang menyatakan iman kepada Nabi Muhammad saw secara terang-terangan. Sepanjang hidupnya Imam Ali as sekali pun tidak pernah menyembah selain [[Allah swt]]. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar  Islām'', hlm, 199-200. </ref>
Imam Ali as senantiasa berada di samping Rasulullah saw hingga Sang Nabi melakukan [[hijrah ke Madinah]]. Pada malam hijrah juga dimana ketika itu orang-orang kafir mengepung rumah Nabi Muhammad saw dan memutuskan untuk mencabik-cabik Rasulullah saw di atas pembaringan, Ali tidur di atas pembaringan Rasulullah saw demi menjaga keselamatan Rasulullah saw supaya ia dalam keadaan aman bertolak menuju [[Madinah]]. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 200. </ref>Sebab turun (asbabun nuzul) [[ayat Isytira]] juga sehubungan dengan pengorbanan Imam Ali as ini.
Imam Ali as senantiasa berada di samping Rasulullah saw hingga Sang Nabi melakukan [[hijrah ke Madinah]]. Pada malam hijrah juga dimana ketika itu orang-orang kafir mengepung rumah Nabi Muhammad saw dan memutuskan untuk mencabik-cabik Rasulullah saw di atas pembaringan, Ali tidur di atas pembaringan Rasulullah saw demi menjaga keselamatan Rasulullah saw supaya ia dalam keadaan aman bertolak menuju [[Madinah]]. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 200. </ref>Sebab turun (asbabun nuzul) [[ayat Isytira]] juga sehubungan dengan pengorbanan Imam Ali as ini.
Demikian juga, selama di Madinah Imam Ali as senantiasa mendampingi Rasulullah saw dan menikah dengan [[Fatimah Zahra sa]] putri kinasih Rasulullah saw. Tatkala mengikatkan tali persaudaraan di antara para sahabat, Nabi Muhammad saw menjadikan Imam Ali as sebagai saudaranya. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 200-201. </ref>
Demikian juga, selama di Madinah Imam Ali as senantiasa mendampingi Rasulullah saw dan menikah dengan [[Fatimah Zahra sa]] putri kinasih Rasulullah saw. Tatkala mengikatkan tali persaudaraan di antara para sahabat, Nabi Muhammad saw menjadikan Imam Ali as sebagai saudaranya. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 200-201. </ref>
Setiap perang yang diikuti Nabi Muhammad saw, Imam Ali as hadir dan turut serta bersama Rasulullah saw kecuali [[perang Tabuk]] dimana Rasulullah saw menjadikan Imam Ali as sebagai penggantinya di Madinah. Imam Ali as tidak pernah kabur dari medan perang dan tidak pernah berpaling dari musuhnya. Imam Ali as tidak pernah menentang Nabi Muhammad saw sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi saw sendiri, "Sekali-kali Ali tidak pernah berpisah dari kebenaran dan kebenanran pun tidak pernah berpisah dari Ali." <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201. </ref>
 
Setiap perang yang diikuti Nabi Muhammad saw, Imam Ali as hadir dan turut serta bersama Rasulullah saw kecuali [[perang Tabuk]] dimana Rasulullah saw menjadikan Imam Ali as sebagai penggantinya di Madinah. Imam Ali as tidak pernah kabur dari medan perang dan tidak pernah berpaling dari musuhnya. Imam Ali as tidak pernah menentang Nabi Muhammad saw sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi saw sendiri, "Sekali-kali Ali tidak pernah berpisah dari kebenaran dan kebenaran pun tidak pernah berpisah dari Ali." <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201. </ref>


====Sepeninggal Rasulullah saw====
====Sepeninggal Rasulullah saw====
Masa ketika Rasulullah saw wafat, Imam Ali as berusia 33 tahun. Meski ia memiliki segudang keutamaan dan kepribadian unggul di antara para [[sahabat]], dan pada berbagai peristiwa misalnya [[hari Ghadir Khum]], Rasulullah saw memperkenalkan Imam Ali as sebagai khalifahnya. Namun karena usianya masih muda dan orang-orang memusuhinya karena banyak menumpahkan darah pada peperangan bersama Rasulullah saw, Imam Ali as disingkirkan dari posisi khalifah sehingga dengan demikian Imam Ali as tersingkir dari pelbagai urusan pemerintahan. Setelah lebih dari setahun menyampaikan protes, Imam Ali as berdiam diri selama 25 tahun (masa tiga khalifah setelah wafatnya Rasulullah saw) dan menghabiskan waktunya untuk menggembleng orang-orang untuk menjaga dan membela [[Islam]]. Setelah terbunuhnya [[Khalifah Ketiga]], orang-orang memberikan baiat kepada Imam Ali as dan memilihnya sebagai khalifah. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201. </ref>
Masa ketika Rasulullah saw wafat, Imam Ali as berusia 33 tahun. Meski ia memiliki segudang keutamaan dan kepribadian unggul di antara para [[sahabat]], dan pada berbagai peristiwa misalnya [[hari Ghadir Khum]], Rasulullah saw memperkenalkan Imam Ali as sebagai khalifahnya. Namun karena usianya masih muda dan orang-orang memusuhinya karena banyak menumpahkan darah pada peperangan bersama Rasulullah saw, Imam Ali as disingkirkan dari posisi khalifah sehingga dengan demikian Imam Ali as tersingkir dari pelbagai urusan pemerintahan.  
Imam Ali as pada masa khilafahnya yang berumur kurang lebih 4 tahun 9 bulan terlibat dalam 3 perang saudara. Sebagaian sahabat diantaranya Ummul Mukminin [[Aisyah]], [[Talhah bin Ubaidillah|Talhah]] dan [[Zubair]] menjadikan darah [[Utsman]] (menuntut pembunuhnya) sebagai dalih untuk memberontak dan mengobarkan [[Perang Jamal]] di dekat daerah Basrah, Irak.
 
Setelah lebih dari setahun menyampaikan protes, Imam Ali as berdiam diri selama 25 tahun (masa tiga khalifah setelah wafatnya Rasulullah saw) dan menghabiskan waktunya untuk menggembleng orang-orang untuk menjaga dan membela [[Islam]]. Setelah terbunuhnya [[Khalifah Ketiga]], orang-orang memberikan baiat kepada Imam Ali as dan memilihnya sebagai khalifah. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201. </ref>
 
Imam Ali as pada masa khilafahnya yang berumur kurang lebih 4 tahun 9 bulan terlibat dalam 3 perang saudara. Sebagian sahabat diantaranya [[Aisyah]], [[Talhah bin Ubaidillah|Talhah]] dan [[Zubair]] menjadikan darah [[Utsman]] (menuntut pembunuhnya) sebagai dalih untuk memberontak dan mengobarkan [[Perang Jamal]] di dekat daerah Basrah, Irak.
 
Dalam [[Perang Shiffin]] di perbatasan Irak  dan Suriah, Imam Ali as kontak senjata dengan [[Muawiyah]] selama satu tahun setengah. Adapun fitnah terakhir yang harus dihadapi oleh Imam Ali as selama masa pemerintahannya adalah [[Perang Nahrawan]] melawan kaum [[Khawarij]]. Dapat dikatakan bahwa kebanyakan urusan pemerintahan Imam Ali as adalah untuk menyelesaikan persoalan internal, selang tidak beberapa lama, disubuh hari tepatnya pada tanggal [[19 Ramadhan]] tahun [[40 H]]/660 di [[Masjid Kufah]], ketika menunaikan [[salat]], kepala Imam Ali as ditebas oleh sebagian Khawarij dan pada malam ke-21 bulan itu juga, Imam Ali as gugur sebagai [[Mati Syahid|syahid]]. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201-202. </ref>
Dalam [[Perang Shiffin]] di perbatasan Irak  dan Suriah, Imam Ali as kontak senjata dengan [[Muawiyah]] selama satu tahun setengah. Adapun fitnah terakhir yang harus dihadapi oleh Imam Ali as selama masa pemerintahannya adalah [[Perang Nahrawan]] melawan kaum [[Khawarij]]. Dapat dikatakan bahwa kebanyakan urusan pemerintahan Imam Ali as adalah untuk menyelesaikan persoalan internal, selang tidak beberapa lama, disubuh hari tepatnya pada tanggal [[19 Ramadhan]] tahun [[40 H]]/660 di [[Masjid Kufah]], ketika menunaikan [[salat]], kepala Imam Ali as ditebas oleh sebagian Khawarij dan pada malam ke-21 bulan itu juga, Imam Ali as gugur sebagai [[Mati Syahid|syahid]]. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 201-202. </ref>


====Tipologi Karakter Imam Ali as as====
====Tipologi Karakter Imam Ali as as====
Sesuai dengan kesaksian sejarah dan pengakuan dari kawan dan lawan, Amirul Mukminin Ali as tidak memiliki cela dan kekurangan dalam kesempurnaan. Imam Ali as adalah teladan sempurna sebagai murid dan hasil gemblengan Rasulullah saw. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 202. </ref>
Sesuai dengan kesaksian sejarah dan pengakuan dari kawan dan lawan, Amirul Mukminin Ali as tidak memiliki cela dan kekurangan dalam kesempurnaan. Imam Ali as adalah teladan sempurna sebagai murid dan hasil gemblengan Rasulullah saw. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 202. </ref>
Imam Ali as dalam masalah ilmu dan pengetahuan merupakan sahabat [[Nabi Muhammad saw]] yang paling cerdas dan pandai. Ia adalah orang yang paling fasih dalam Islam, dalam mengekspresikan penjelasan-penjelasan ilmiah, dalam argumentasi dan dalil. Ia mengemukakan pembahasan-pembahasan filosofis dalam masalah-masalah teologi dan berbicara tentang batin [[Al-Quran]]. Imam Ali as adalah orang yang paling fasih dalam bahasa Arab dan menetapkan sastra Arab untuk menjaga lafadz-lafadznya. Ia adalah orang yang paling fasih di kalangan Arab dalam berpidato. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar  Islām'', hlm, 202-203. </ref> ( Lihat Nahj al-Balaghah)
Imam Ali as dalam masalah ilmu dan pengetahuan merupakan sahabat [[Nabi Muhammad saw]] yang paling cerdas dan pandai. Ia adalah orang yang paling fasih dalam Islam, dalam mengekspresikan penjelasan-penjelasan ilmiah, dalam argumentasi dan dalil. Ia mengemukakan pembahasan-pembahasan filosofis dalam masalah-masalah teologi dan berbicara tentang batin [[Al-Quran]]. Imam Ali as adalah orang yang paling fasih dalam bahasa Arab dan menetapkan sastra Arab untuk menjaga lafadz-lafadznya. Ia adalah orang yang paling fasih di kalangan Arab dalam berpidato. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar  Islām'', hlm, 202-203. </ref> ( Lihat Nahj al-Balaghah)
Dalam masalah keberanian, Imam Ali as bak pepatah. Banyak cerita dan kisah tentang [[Imam Ali as]] dalam urusan takwa dan ibadah, sikap pengasih kepada orang-orang yang ada di bawahnya dan peduli kepada orang-orang yang kurang mampu, pemurah kepada orang-orang miskin. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar  Islām'', hlm, 204-205. </ref>
Dalam masalah keberanian, Imam Ali as bak pepatah. Banyak cerita dan kisah tentang [[Imam Ali as]] dalam urusan takwa dan ibadah, sikap pengasih kepada orang-orang yang ada di bawahnya dan peduli kepada orang-orang yang kurang mampu, pemurah kepada orang-orang miskin. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar  Islām'', hlm, 204-205. </ref>


Baris 158: Baris 184:
{{main|Imam Mahdi afs}}
{{main|Imam Mahdi afs}}
Mahdi Mau'ud (yang umumnya dikenal dengan Imam Ashr dan Shahib al-Zaman) adalah putra Imam Kesebelas. Nama dan julukannya sama dengan nama dan julukan ([[kunyah]]) [[Rasulullah saw]]. [[Imam Mahdi afs]] yang dijanjikan lahir pada tahun [[255 H]]/869 di kota [[Samarra]]. Hingga tahun 260 H/874 (yang merupakan tahun kesyahidan ayahandanya) berada di bawah bimbingan dan gemblengan ayahandanya. Selama itu, keberadaan Imam Mahdi afs tidak diketahui oleh masyarakat kecuali beberapa orang-orang khusus [[Syiah]]. Setelah [[Mati Syahid|kesyahidan]] Imam Askari as, periode keimamahan Imam Mahdi afs dimulai. Dan atas perintah [[Allah swt]] beliau disembunyikan dari pandangan masyarakat (gaib).
Mahdi Mau'ud (yang umumnya dikenal dengan Imam Ashr dan Shahib al-Zaman) adalah putra Imam Kesebelas. Nama dan julukannya sama dengan nama dan julukan ([[kunyah]]) [[Rasulullah saw]]. [[Imam Mahdi afs]] yang dijanjikan lahir pada tahun [[255 H]]/869 di kota [[Samarra]]. Hingga tahun 260 H/874 (yang merupakan tahun kesyahidan ayahandanya) berada di bawah bimbingan dan gemblengan ayahandanya. Selama itu, keberadaan Imam Mahdi afs tidak diketahui oleh masyarakat kecuali beberapa orang-orang khusus [[Syiah]]. Setelah [[Mati Syahid|kesyahidan]] Imam Askari as, periode keimamahan Imam Mahdi afs dimulai. Dan atas perintah [[Allah swt]] beliau disembunyikan dari pandangan masyarakat (gaib).
Gaibnya Imam Mahdi afs dibagi menjadi dua bagian:
Gaibnya Imam Mahdi afs dibagi menjadi dua bagian:
#[[Ghaibah Sughra]] yang bermula semenjak tahun 260 H/874 hingga tahu 329 H/940 (yang kurang lebih berlangsung selama 70 tahun). Pada masa-masa ini, Imam Mahdi afs berhubungan dengan masyarakat melalui empat wakil khususnya (nawwab khas). <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 230. </ref>
#[[Ghaibah Sughra]] yang bermula semenjak tahun 260 H/874 hingga tahu 329 H/940 (yang kurang lebih berlangsung selama 70 tahun). Pada masa-masa ini, Imam Mahdi afs berhubungan dengan masyarakat melalui empat wakil khususnya (nawwab khas). <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 230. </ref>
Baris 164: Baris 191:
==Literatur Sunni tentang Para Imam==
==Literatur Sunni tentang Para Imam==
Di samping apa yang disampaikan di atas, ulama dan masyarakat [[Sunni]] senantiasa menyebut para Imam as dengan penuh penghormatan dan kemuliaan sehingga karena rasa hormat ini mendorong mereka untuk menulis kitab terkait dengan kemuliaan-kemuliaan dan keutamaan-keutamaan mereka.
Di samping apa yang disampaikan di atas, ulama dan masyarakat [[Sunni]] senantiasa menyebut para Imam as dengan penuh penghormatan dan kemuliaan sehingga karena rasa hormat ini mendorong mereka untuk menulis kitab terkait dengan kemuliaan-kemuliaan dan keutamaan-keutamaan mereka.
Kitab-kitab yang telah ditulis oleh ulama Sunni terkait dengan keutamaan [[Ahlulbait as]] tidak terhitung banyaknya. Salah satu tindakan yang menginsiprasi banyak penulis dalam hal ini adalah sebuah kasidah karya Abu al-Fadhl Yahya bin Salamah Hashkafi yang memuji satu persatu Imam Dua Belas dalam kasidah tersebut. <ref>Sibth Ibnu Jauzi, hlm. 365-367; Ibnu Thulun, hlm. 40-43.  </ref>


Berikut ini adalah beberapa contoh kitab yang yang ditulis oleh ulama Sunni terkait dengan keutamaan para Imam Ahlulbait as:
Kitab-kitab yang telah ditulis oleh ulama Sunni terkait dengan keutamaan [[Ahlulbait as]] tidak terhitung banyaknya. Salah satu tindakan yang menginspirasi banyak penulis dalam hal ini adalah sebuah kasidah karya Abu al-Fadhl Yahya bin Salamah Hashkafi yang memuji satu persatu Imam Dua Belas dalam kasidah tersebut. <ref>Sibth Ibnu Jauzi, hlm. 365-367; Ibnu Thulun, hlm. 40-43.  </ref>
 
Berikut ini adalah beberapa contoh kitab yang ditulis oleh ulama Sunni terkait dengan keutamaan para Imam Ahlulbait as:
#''Mathalib al-Su'ul fi Manaqib Al al-Rasul'', Kamaluddin Ibnu Thalhah Syafi'i (W. 562 H/1167), cet. Najaf, Dar al-Kutub al-Tijariyah.
#''Mathalib al-Su'ul fi Manaqib Al al-Rasul'', Kamaluddin Ibnu Thalhah Syafi'i (W. 562 H/1167), cet. Najaf, Dar al-Kutub al-Tijariyah.
#''Tadzkirah Khawwash al-Ummah fi Khasaish al-Aimmah'', karya ulama Hanafi, Yusuf bin Qazhawagli, Sibth Ibnu Jauzi (W. 654 H/1256), telah berulang kali dicetak salah satuna di Najaf, tahun 1369 H/1950.
#''Tadzkirah Khawwash al-Ummah fi Khasaish al-Aimmah'', karya ulama Hanafi, Yusuf bin Qazhawagli, Sibth Ibnu Jauzi (W. 654 H/1256), telah berulang kali dicetak salah satunya di Najaf, tahun 1369 H/1950.
#''Al-Fushul al-Muhimmah fi Ma'rifah al-Aimmah'', Ibnu Sabbagh Maliki (W. 855 H/1451),  yang telah berulang kali dicetak salah satunya di Najaf, Dar al-Kutub al-Tijariyah. Ibnu Sabbagh dalam karyanya ini banyak mengutip kitab ''al-Irsyad'' Syaikh Mufid. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 199. </ref>
#''Al-Fushul al-Muhimmah fi Ma'rifah al-Aimmah'', Ibnu Sabbagh Maliki (W. 855 H/1451),  yang telah berulang kali dicetak salah satunya di Najaf, Dar al-Kutub al-Tijariyah. Ibnu Sabbagh dalam karyanya ini banyak mengutip kitab ''al-Irsyad'' Syaikh Mufid. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 199. </ref>
#''Al-Syadzarat al-Dzahabiyah'' atau ''al-Aimmah al-Itsna ‘Asyar'', karya Syamuddin Ibnu Thulun, salah seorang ulama Hanafi kelahiran Suriah (W. 953 H/1546), cet. Beirut, 1958.
#''Al-Syadzarat al-Dzahabiyah'' atau ''al-Aimmah al-Itsna ‘Asyar'', karya Syamuddin Ibnu Thulun, salah seorang ulama Hanafi kelahiran Suriah (W. 953 H/1546), cet. Beirut, 1958.
Baris 174: Baris 202:
#''Nur al-Abshar fi Manaqib Ali Bait al-Nabi al-Mukhtar'', Sayid Mu'min Syablanji (W. 1290 H/1873), telah berulang kali dicetak salah satunya di Mesir, 1346 H/1927.
#''Nur al-Abshar fi Manaqib Ali Bait al-Nabi al-Mukhtar'', Sayid Mu'min Syablanji (W. 1290 H/1873), telah berulang kali dicetak salah satunya di Mesir, 1346 H/1927.
#''Yanabi' al-Mawaddah'', karya Sulaiman bin Ibrahim Qundusi, salah seorang ulama Hanafi (W. 1294 H/1877), cet. Istanbul, 1302 H/1885. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 199. </ref>
#''Yanabi' al-Mawaddah'', karya Sulaiman bin Ibrahim Qundusi, salah seorang ulama Hanafi (W. 1294 H/1877), cet. Istanbul, 1302 H/1885. <ref>Thabathabai, ''Syi'ah dar Islām'', hlm, 199. </ref>
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
 
| prioritas =aa
| kualitas =b
| link =sudah
| foto =sudah
| kategori =sudah
| infobox =-
| navbox =sudah
| alih=sudah
| referensi =sudah
| Artikel bagus =
| Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Baris 193: Baris 209:
==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
{{referensi}}
{{referensi}}
*Abu Daud Sajistani, Sulaiman, ''Sunan'', Kairo, Dar Ihya al-Sunnah al-Nabawiyah.
*Abu Daud Sajistani, Sulaiman. ''Sunan'', Kairo, Dar Ihya al-Sunnah al-Nabawiyah.
*Ahmad bin Hanbal, ''Musnad'', Kairo, 1313 H.
*Ahmad bin Hanbal, ''Musnad'', Kairo, 1313 H.
*Allamah Hilli, Hasan, ''Kasyf al-Murād fi Syarh Tajrid al-I'tiqād'', Qum, Maktabah al-Mustafawi.
*Allamah Hilli, Hasan. ''Kasyf al-Murād fi Syarh Tajrid al-I'tiqād'', Qum, Maktabah al-Mustafawi.
*Bukhari, Muhammad, ''Shahih'', Istanbul, 1315 H.
*Bukhari, Muhammad. ''Shahih'', Istanbul, 1315 H.
*Hakim Naisyaburi, Muhammad, ''al-Mustadrak'', Haidar Abad, 1334 H.
*Hakim Naisyaburi, Muhammad. ''al-Mustadrak'', Haidar Abad, 1334 H.
*Ibnu ‘Ayyash Jauhari, Ahmad, ''Muqathadhib al-Atsar'', Qum, 1379 H.
*Ibnu ‘Ayyash Jauhari, Ahmad. ''Muqathadhib al-Atsar'', Qum, 1379 H.
*Ibnu Babawaih, Muhammad, ''al-Khishāl'', 1403 H.
*Ibnu Babawaih, Muhammad. ''Al-Khishāl'', 1403 H.
*Ibnu Shabbagh Maliki, Ali, ''al-Fushul al-Muhimmah'', Najaf, Dar al-Kutub al-Tijariyah.
*Ibnu Shabbagh Maliki, Ali. ''Al-Fushul al-Muhimmah'', Najaf, Dar al-Kutub al-Tijariyah.
*Ibnu Thulun, Muhammad, ''al-Aimmah al-Itsnā Asyar'', Beirut, 1958 M.
*Ibnu Thulun, Muhammad. ''Al-Aimmah al-Itsnā Asyar'', Beirut, 1958 M.
*Ibnu Yamin Farayumundi, ''Diwān Asy'ar'', Editor oleh Husain Ali Bastani Rad, Tanpa Tempat, Intisyarat Kitabkhaneh Sanai, 1344 S.
*Ibnu Yamin Farayumundi. ''Diwān Asy'ar'', Editor oleh Husain Ali Bastani Rad, Tanpa Tempat, Intisyarat Kitabkhaneh Sanai, 1344 S.
*Khazar Qummi, Ali, ''Kifāyat al-Atsar'', Qum, 1401 H.
*Khazar Qummi, Ali. ''Kifāyat al-Atsar'', Qum, 1401 H.
*''Kitab Sulaim bin Qais'', Beirut, 1400 H/1980 M.
*''Kitab Sulaim bin Qais'', Beirut, 1400 H/1980 M.
*Muslim bin Hajjaj Naisyaburi, Kairo, 1955 M.
*Muslim bin Hajjaj Naisyaburi, Kairo, 1955 M.
*''Nahj al-Balāghah'', Penj. Sayid Ja'far Syahidi, Tehran, Ilmi wa Farhanggi, 1377 S.
*''Nahj al-Balāghah'', Penj. Sayid Ja'far Syahidi, Tehran, Ilmi wa Farhanggi, 1377 S.
*Najasyi, Ahmad, ''al-Rijāl'', Qum, 1407 H.
*Najasyi, Ahmad. ''al-Rijāl'', Qum, 1407 H.
*Nu'mani, Muhammad, ''al-Ghaibah'', Beirut, 1403 H/1983 M.
*Nu'mani, Muhammad. ''al-Ghaibah'', Beirut, 1403 H/1983 M.
*Sayid Murtadha, Ali, ''al-Dzakhirah'', Qum, 1411 H.
*Sayid Murtadha, Ali. ''al-Dzakhirah'', Qum, 1411 H.
*Sibth Ibnu Jauzi, Yusuf, ''Tadzkirah al-Khawwāsh'', Najaf, 1383 H/1964 M.
*Sibth Ibnu Jauzi, Yusuf. ''Tadzkirah al-Khawwāsh'', Najaf, 1383 H/1964 M.
*Thabathabai, Abdul Aziz, ''Ahlulbait as fi al-Maktabah al-Arabiyah'', Qum, 1405 H.
*Thabathabai, Abdul Aziz. ''Ahlulbait as fi al-Maktabah al-Arabiyah'', Qum, 1405 H.
*Thabathabai, Sayid Muhammad Husain, ''Syi'ah dar Islām'', Qum, Daftar Intisyarat Islami, 1383 S.
*Thabathabai, Sayid Muhammad Husain. ''Syi'ah dar Islām'', Qum, Daftar Intisyarat Islami, 1383 S.
*Tirmidzi, Muhammad, ''Sunan'', Kairo, 1357 H/1938 M.
*Tirmidzi, Muhammad. ''Sunan'', Kairo, 1357 H/1938 M.
{{akhir}}
{{akhir}}


Pengguna anonim