Lompat ke isi

Imam Muhammad al-Jawad as: Perbedaan antara revisi

imported>Hinduwan
imported>Hinduwan
Baris 76: Baris 76:


===Syahadah===
===Syahadah===
Pemerintahan Abbasiah mengundang dua kali Imam Jawad as dari [[Madinah]] menuju Baghdad. Perjalanan pertama pada masa Makmun tidak menghabiskan waktu begitu lama. <ref>Lihat: Ibnu Syahrasyub, ''Manaqib Al Abi Thalib'', jld. 4, hlm. 380</ref> Perjalanan kedua, atas perintah Mu'tashim, Imam masuk kota Baghdad pada hari [[28 Muharram]] tahun 220 H/835 M, dan beliau meninggal pada bulan [[Dzulkaidah]],<ref>Mufid, ''al-Irsyad'', jld.2, hlm. 295</ref> atau [[Dzulhijjah]]<ref>Ibnu Abi al-Tsalj, ''Tarikh al-Aimmah'', hlm. 12</ref> di Baghdad pada tahun yang sama. Dalam kebanyakan referensi, hari syahadahnya adalah akhir Dzulhijjah, <ref>Asy'ari, ''al-Maqalat wa al-Firaq'', hlm. 99; Thabrisi, ''I'lam al-Wara'', jld.2, hlm. 106</ref> namun dalam sebagian referensi, tanggal 5<ref>Ibnu Abi al-Tsalj, ''Tarikh al-Aimmah'', hlm. 13</ref> atau 6<ref>Ibnu Fattal, ''Raudhah al-Wa'izhin'', jld. 1, hlm. 242</ref> Dzulkaidah juga disebutkan. Tubuh suci beliau dimakamkan di sisi kakeknya, [[imam Musa bin Ja'far as]] di pekuburan Quraisy di Kazhimain.<ref>Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 295</ref> Beliau berusia 25 tahun saat meneguk cawan syahdah.<ref>Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm.273, 295</ref> Atas dasar ini, beliau adalah imam Syiah yang berusia paling muda saat syahid.   
Pemerintahan Abbasiah dua kali mengundang  Imam Jawad as dari [[Madinah]] menuju Baghdad. Perjalanan pertama pada masa Ma'mun tidak menghabiskan waktu begitu lama. <ref>Lihat: Ibnu Syahrasyub, ''Manaqib Al Abi Thalib'', jld. 4, hlm. 380</ref> Perjalanan kedua, atas perintah Mu'tashim, Imam masuk kota Baghdad pada hari [[28 Muharram]] tahun 220 H/835 M, dan beliau meninggal pada bulan [[Dzulkaidah]],<ref>Mufid, ''al-Irsyad'', jld.2, hlm. 295</ref> atau [[Dzulhijjah]]<ref>Ibnu Abi al-Tsalj, ''Tarikh al-Aimmah'', hlm. 12</ref> di Baghdad pada tahun yang sama. Dalam kebanyakan referensi, hari syahadahnya adalah akhir Dzulhijjah, <ref>Asy'ari, ''al-Maqalat wa al-Firaq'', hlm. 99; Thabrisi, ''I'lam al-Wara'', jld.2, hlm. 106</ref> namun dalam sebagian referensi, tanggal 5<ref>Ibnu Abi al-Tsalj, ''Tarikh al-Aimmah'', hlm. 13</ref> atau 6<ref>Ibnu Fattal, ''Raudhah al-Wa'izhin'', jld. 1, hlm. 242</ref> Dzulkaidah juga disebutkan. Tubuh suci beliau dimakamkan di sisi kakeknya, [[imam Musa bin Ja'far as]] di pekuburan Quraisy di Kazhimain.<ref>Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm. 295</ref> Beliau berusia 25 tahun saat meneguk cawan syahadah.<ref>Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 2, hlm.273, 295</ref> Atas dasar ini, beliau adalah imam Syiah yang berusia paling muda saat syahid.   


Sebagian ahli sejarah meyakini bahwa penyebab kesyahidan Imam Jawad as adalah gunjingan Ibnu Abi Dawud (hakim Baghdad) di sisi Mu'tashim khalifah Abbasiah. Dan dalilnya adalah karena diterimanya pendapat imam tentang dipotongnya tangan pencuri, yang mana hal ini membuat Ibnu Abi Dawud dan sebagian besar para [[fakih]] dan para anggota istana menjadi malu.<ref>Ayyasi, ''Tafsir'', jld. 1, hlm. 320</ref>
Sebagian ahli sejarah meyakini bahwa penyebab kesyahidan Imam Jawad as adalah gunjingan Ibnu Abi Dawud (hakim Baghdad) di sisi Mu'tashim khalifah Abbasiah. Dan dalilnya adalah karena diterimanya pendapat imam tentang dipotongnya tangan pencuri, yang mana hal ini membuat Ibnu Abi Dawud dan sebagian besar para [[fakih]] dan para anggota istana menjadi malu.<ref>Ayyasi, ''Tafsir'', jld. 1, hlm. 320</ref>


Terkait bagaimana terjadinya kesyahidan imam ke-9 Syiah, terdapat perbedaan pendapat. Dalam sebagian sumber dimuat bahwa Mu'tashim melalui salah seorang menterinya meracuni imam dan ia pun syahid.<ref> Ayasyi, ''Tafsir'', jld. 1, hlm. 320.</ref> Namun, sebagian orang meyakini bahwa Mu'tashim melalui Ummul Fadhl meracuni imam.<ref> Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 50, 13, 17</ref> Mas'udi, sejarawan abad ke-[[3 H]] (wafat 346 H/958 M) mengatakan, Mu'tashim dan Ja'far bin Ma'mun (saudara Ummul Fadhl, istri Imam Jawad) senantiasa berfikir untuk membunuh Imam Jawad as. Karena Imam Jawad tidak memiliki keturunan dari Ummul Fadhl, maka Ja'far pun memprovokasi saudarinya, Ummul Fadhl supaya meracunnya. Dengan cara inilah mereka bedua menuang racun ke dalam anggur dan imam pun meminumnya. Ummul Fadhl setelah itu menyesal dan menangis, namun imam memberitahukan kepadanya bahwa ia akan tertimpa bencana yang tak akan ada penyembuhnya.<ref> Mas'udi, ''Itsbat al-Washiyyah lil Imam Ali bin Abi Thalib as'', hlm. 227.</ref>
Terkait bagaimana kesyahidan imam ke-9 Syiah, terdapat perbedaan pendapat. Dalam sebagian sumber dimuat bahwa Mu'tashim melalui salah seorang menterinya meracuni Imam dan ia pun syahid.<ref> Ayasyi, ''Tafsir'', jld. 1, hlm. 320.</ref> Namun, sebagian orang meyakini bahwa Mu'tashim melalui [[Ummu al-Fadhl]] meracuni Imam.<ref> Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 50, 13, 17</ref> Mas'udi, sejarawan abad ke-[[3 H]] (W. 346 H/958 M) mengatakan, Mu'tashim dan Ja'far bin Ma'mun (saudara Ummu al-Fadhl, istri Imam Jawad) senantiasa berfikir untuk membunuh Imam Jawad as. Karena Imam Jawad tidak memiliki keturunan dari Ummu al-Fadhl, maka Ja'far pun memprovokasi saudarinya, Ummu al-Fadhl supaya meracunnya. Dengan cara inilah mereka bedua menuang racun ke dalam anggur dan Imam pun meminumnya. Ummu al-Fadhl setelah itu menyesal dan menangis, namun Imam memberitahukan kepadanya bahwa ia akan tertimpa bencana yang tak akan ada penyembuhnya.<ref> Mas'udi, ''Itsbat al-Washiyyah lil Imam Ali bin Abi Thalib as'', hlm. 227.</ref>


Mengenai bagaimana kesyahidan Imam Jawad di tangan Ummul Fadhl terdapat laporan-laporan lain.<ref>Ibnu Syahrasyub, ''Manaqib Al Abi Thalib'', jld. 4, hlm. 391</ref>
Terdapat catatan-catatan lain terkait bagaimana kesyahidan Imam Jawad di tangan Ummu al-Fadhl.<ref>Ibnu Syahrasyub, ''Manaqib Al Abi Thalib'', jld. 4, hlm. 391</ref>


==Periode Keimamahan==
==Periode Keimamahan==
Pengguna anonim