Lompat ke isi

Imam Muhammad al-Jawad as: Perbedaan antara revisi

imported>Yuwono
imported>Yuwono
Baris 168: Baris 168:
Sibth Ibn Jauzi mengatakan, "Dia dalam ilmu, takwa, zuhud dan kedermawanan berdasarkan metode ayahnya."<ref> Sibth ibn Jauzi, ''Tazkira al-Khawash'', hlm. 359.</ref>
Sibth Ibn Jauzi mengatakan, "Dia dalam ilmu, takwa, zuhud dan kedermawanan berdasarkan metode ayahnya."<ref> Sibth ibn Jauzi, ''Tazkira al-Khawash'', hlm. 359.</ref>


Ibn Hajar Haitsami menulis, "Makmun memilih dia sebagai menantunya karena meskipun umurnya masih belia, namun dari sisi keilmuan, pengetahuan dan santun memiliki prioroitas di atas semua para ilmuan."<ref> Haitsami, Ibn Hajar, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 206.</ref>
Ibn Hajar Haitsami menulis, "Makmun memilih dia sebagai menantunya karena meskipun umurnya masih belia, namun dari sisi keilmuan, pengetahuan dan santun memiliki prioritas di atas semua para ilmuan."<ref> Haitsami, Ibn Hajar, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 206.</ref>


Fattal Nisyaburi menjelaskan bahwa, Makmun sangat tertarik denganya (Imam Jawad), karena meskipun dia masih belia namun dia sering melihat bahwa dari sisi keilmuan, hikmah, adab dan kesempurnaan akal, dia berada pada tingkatan tinggi yang mana tidak ada seorangpun dari para pemuka ilmiah pada waktu itu yang sampai pada landasan tersebut.<ref> Fattal Nisyaburi, ''Raudhah al-Wā'idzin'', hlm. 237.</ref>
Fattal Nisyaburi menjelaskan bahwa, Makmun sangat tertarik denganya (Imam Jawad), karena meskipun dia masih belia namun dia sering melihat bahwa dari sisi keilmuan, hikmah, adab dan kesempurnaan akal, dia berada pada tingkatan tinggi yang mana tidak ada seorangpun dari para pemuka ilmiah pada waktu itu yang sampai pada landasan tersebut.<ref> Fattal Nisyaburi, ''Raudhah al-Wā'idzin'', hlm. 237.</ref>
Pengguna anonim