Lompat ke isi

Al-Qur'an al-Karim: Perbedaan antara revisi

52 bita ditambahkan ,  25 Mei 2017
imported>M.hazer
imported>M.hazer
Baris 1.053: Baris 1.053:
==Pengumpulan dan Penghimpunan Al-Qur’an==
==Pengumpulan dan Penghimpunan Al-Qur’an==


Maksud pengumpulan dan penghimpunan Al-Qur’an adalah proses pengumpulan wahyu yang turun secara berangsur selama 23 tahun, dimana tiap kali turun hanya 3 atau 5 ayat, akhirnya menjadi sebuah kitab seperti sekarang ini. <ref>Terj. Itqān, jld. 1, hlm. 200. </ref>
Maksud pengumpulan dan penghimpunan Al-Qur’an adalah proses pengumpulan [[wahyu]] yang turun secara berangsur selama 23 tahun, dimana tiap kali turun hanya 3 atau 5 [[ayat]], akhirnya menjadi sebuah kitab seperti sekarang ini. <ref>Terj. Itqān, jld. 1, hlm. 200. </ref>
Proses pengumpulan Al-Qur’an sampai menjadi kitab dilakukan dalam beberapa masa, di antaranya:
Proses pengumpulan Al-Qur’an sampai menjadi kitab dilakukan dalam beberapa masa, di antaranya:


===Masa Nabi Muhammad saw===
===Masa Nabi Muhammad saw===


Pada zaman turunnya Al-Qur’an, yaitu di masa hidupnya Nabi saw, Al-Qur’an sudah tertulis namun masih dalam bentuk lembaran-lembaran dan belum tersusun. Dengan peralatan seadanya ayat-ayat Al-Qur’an ditulis di atas benda-benda seperti kulit binatang, tulang domba dan onta, dahan kurma, batu, kain sutra dan kertas. Yang sangat penting di masa itu adalah banyak sahabat Nabi yang mengahafal Al-Qur’an. Semua surah Al-Qur’an telah lengkap dan masing-masing mempunyai nama, namun hingga ahir hidup Nabi saw Al-Qur’an masih belum tersusun rapi berbentuk satu kitab. Faktor utama yang menyebabkan Nabi saw saat itu belum membukukan Al-Qur’an adalah dua hal:
Pada zaman turunnya Al-Qur’an, yaitu di masa hidupnya [[Nabi saw]], Al-Qur’an sudah tertulis namun masih dalam bentuk lembaran-lembaran dan belum tersusun. Dengan peralatan seadanya ayat-ayat Al-Qur’an ditulis di atas benda-benda seperti kulit binatang, tulang domba dan onta, dahan kurma, batu, kain sutra dan kertas. Yang sangat penting di masa itu adalah banyak sahabat Nabi yang mengahafal Al-Qur’an. Semua [[surah]] Al-Qur’an telah lengkap dan masing-masing mempunyai nama, namun hingga ahir hidup Nabi saw Al-Qur’an masih belum tersusun rapi berbentuk satu kitab. Faktor utama yang menyebabkan Nabi saw saat itu belum membukukan Al-Qur’an adalah dua hal:


Wahyu masih turun. Setiap kali ada ayat baru yang turun Nabi saw memerintahkan para penulis wahyu untuk menempatkannya di surah dan di sela-sela ayat tertentu.
Wahyu masih turun. Setiap kali ada ayat baru yang turun Nabi saw memerintahkan para penulis wahyu untuk menempatkannya di surah dan di sela-sela ayat tertentu.
Baris 1.071: Baris 1.071:
====Mushaf Imam Ali as====
====Mushaf Imam Ali as====
{{main|Mushaf Imam Ali as}}
{{main|Mushaf Imam Ali as}}
Menurut Nabi saw, Imam Ali as adalah orang yang paling memahami Al-Qur’an. Setelah wafatnya Nabi saw, Imam Ali as mengumpulkan dan menyusun [[Al-Quran]] di rumahnya menjadi satu [[Mushaf Imam Ali|mushaf]] dengan berdasarkan urutan turunnya ayat. Tidak lebih enam bulan setelah wafat Rasulullah saw, Imam Ali as membawa mushaf tersebut menggunakan onta ke masyarakat namun penguasa pada waktu itu menolaknya. <ref>Khuramsyahi, ''Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi'', jld. 2, hlm. 1634. </ref>
Menurut Nabi saw, [[Imam Ali as]] adalah orang yang paling memahami Al-Qur’an. Setelah wafatnya Nabi saw, Imam Ali as mengumpulkan dan menyusun [[Al-Quran]] di rumahnya menjadi satu [[Mushaf Imam Ali|mushaf]] dengan berdasarkan urutan turunnya ayat. Tidak lebih enam bulan setelah wafat Rasulullah saw, Imam Ali as membawa mushaf tersebut menggunakan onta ke masyarakat namun penguasa pada waktu itu menolaknya. <ref>Khuramsyahi, ''Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi'', jld. 2, hlm. 1634. </ref>


===Masa Abu Bakar===
===Masa Abu Bakar===


Peristiwa Yamamah (pertempuran antara Khalifah Abu Bakar melawan Musailamah al-Kazzab yang mengaku nabi) mengakibatkan guncangan besar bagi tubuh Islam yang saat itu masih baru. Pada peristiwa tersebut banyak hafiz Al-Qur’an yang terbunuh, disebutkan sampai 70 hafiz. Atas saran Umar bin Khatab, Abu Bakar yang saat itu sebagai khalifah segera mengambil langkah guna mengumpulkan dan menghimpun Al-Qur’an supaya keberadaannya tetap terjaga. Abu Bakar menunjuk Zaid bin Sabit -yang saat itu sebagai penulis wahyu termuda sekaligus hafiz dan memiliki mushaf husus- untuk melakukan tugas tersebut. <ref>Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1635. </ref>
Peristiwa Yamamah (pertempuran antara Khalifah Abu Bakar melawan Musailamah al-Kazzab yang mengaku nabi) mengakibatkan guncangan besar bagi tubuh [[Islam]] yang saat itu masih baru. Pada peristiwa tersebut banyak hafiz Al-Qur’an yang terbunuh, disebutkan sampai 70 hafiz. Atas saran Umar bin Khatab, Abu Bakar yang saat itu sebagai khalifah segera mengambil langkah guna mengumpulkan dan menghimpun Al-Qur’an supaya keberadaannya tetap terjaga. Abu Bakar menunjuk Zaid bin Tsabit -yang saat itu sebagai penulis wahyu termuda sekaligus hafiz dan memiliki mushaf husus- untuk melakukan tugas tersebut. <ref>Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1635. </ref>


Zaid pun mengumpulkan seluruh tulisan ayat Al-Qur’an yang tersebar. Meskipun ada puluhan hafiz dan salinan namun dia hanya menerima ayat-ayat yang disertai dua bukti, yaitu bukti tulisan dan hafalan. Al-Qur’an yang dihimpun Zaid masih berupa lembaran-lembaran, belum menjadi sebuah kitab. Setelah Al-Qur’an terkumpul kaum Muslimin menyimpannya di sebuah peti dan memerintahkan seseorang untuk menjaganya. Proses pengumpulan tersebut memakan waktu selama 16 bulan atau maksimal sampai meninggalnya Abu Bakar pada tahun 13 H. Abu Bakar menitipkan Al-Qur’an tersebut kepada Umar. Kemudin Umar menitipkannya kepada putrinya yang bernama Hafshah –istri Nabi saw-.<ref>Tārikh Qur’an. Ramyar, hlm. 423 dinukil oleh Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1635. </ref>
Zaid pun mengumpulkan seluruh tulisan ayat Al-Qur’an yang tersebar. Meskipun ada puluhan hafiz dan salinan namun dia hanya menerima ayat-ayat yang disertai dua bukti, yaitu bukti tulisan dan hafalan. Al-Qur’an yang dihimpun Zaid masih berupa lembaran-lembaran, belum menjadi sebuah kitab. Setelah Al-Qur’an terkumpul kaum Muslimin menyimpannya di sebuah peti dan memerintahkan seseorang untuk menjaganya. Proses pengumpulan tersebut memakan waktu selama 16 bulan atau maksimal sampai meninggalnya Abu Bakar pada tahun 13 H. Abu Bakar menitipkan Al-Qur’an tersebut kepada Umar. Kemudin Umar menitipkannya kepada putrinya yang bernama Hafshah –istri Nabi saw-.<ref>Tārikh Qur’an. Ramyar, hlm. 423 dinukil oleh Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1635. </ref>
Baris 1.081: Baris 1.081:
===Masa Utsman===
===Masa Utsman===


Utsman menjadi khalifah pada tahun 24 H. Karena wilayah Islam mengalami perluasan, sebagian Al-Qur’an dikirim ke wilayah-wilayah tersebut. Pada masa kekhalifahan Utsman timbul problema dan perselisihan bacaan Al-Qur’an. Hal demikian sangat berbahaya, karena itu ia segera meneruskan tugas pengumpulan Al-Qur’an yang sempat tertunda guna menyelamatkan Al-Qur’an dan umat Islam. Utsman membentuk sebuah tim yang dimotori oleh Zaid bin Zabit, Sa’id bin ‘ash, Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Harits. Bersama 12 orang dari suku Qurays dan kaum Anshar (termasuk Imam Ali as yang bertugas memantau pekerjaan mereka) <ref>Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1635. </ref>mereka ditugaskan untuk menyalin transkripsi Al-Qur’an.
[[Utsman bin Affan]] menjadi khalifah pada tahun 24 H. Karena wilayah Islam mengalami perluasan, sebagian Al-Qur’an dikirim ke wilayah-wilayah tersebut. Pada masa kekhalifahan Utsman timbul problema dan perselisihan bacaan Al-Qur’an. Hal demikian sangat berbahaya, karena itu ia segera meneruskan tugas pengumpulan Al-Qur’an yang sempat tertunda guna menyelamatkan Al-Qur’an dan umat Islam. Utsman membentuk sebuah tim yang dimotori oleh Zaid bin Zabit, Sa’id bin ‘ash, Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Harits. Bersama 12 orang dari suku Qurays dan kaum Anshar (termasuk Imam Ali as yang bertugas memantau pekerjaan mereka) <ref>Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1635. </ref>mereka ditugaskan untuk menyalin transkripsi Al-Qur’an.


Pertama-tama mereka mengumpulkan Al-Qur’an yang ditulis di zaman Nabi saw kemudian meminta dari Hafshah salinan yang pernah ditulis Zaid di masa Abu Bakar. Setiap kali tiga orang yang membantu Zaid mendapati ada perbedaan tulisan, mereka harus menyesuaikannya dengan aksen Qurays. Berbekal lembaran-lembaran peninggalan Nabi saw dan salinan-salinan yang telah ada, di antaranya milik Zaid dan yang disimpan Hafshah, juga didukung hafalan para hafiz dan kesaksian para saksi, ahirnya selama kurang lebih lima tahun (24 – sebelum 30 H) mereka berhasil menyelesaikan tugas. Al-Qur’an yang terkumpul tersebut dinamakan “Mushaf Imam” yang berarti mushaf resmi dan teladan. Ahirnya Mushaf Imam dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani. Mushaf tersebut disalin menjadi 5 atau 6 salinan. 2 mushaf disimpan di Mekah dan Madinah, sedangkan lainnya dikirim ke pusat-pusat Islam, yaitu Bashrah, Kufah, Syam dan Bahrain. Setiap mushaf yang dikirim disertai seorang hafiz Al-Qur’an yang bertugas sebagai pengajar dan pembimbing bacaan yang benar.
Pertama-tama mereka mengumpulkan Al-Qur’an yang ditulis di zaman Nabi saw kemudian meminta dari Hafshah salinan yang pernah ditulis Zaid di masa Abu Bakar. Setiap kali tiga orang yang membantu Zaid mendapati ada perbedaan tulisan, mereka harus menyesuaikannya dengan aksen Qurays. Berbekal lembaran-lembaran peninggalan Nabi saw dan salinan-salinan yang telah ada, di antaranya milik Zaid dan yang disimpan Hafshah, juga didukung hafalan para hafiz dan kesaksian para saksi, ahirnya selama kurang lebih lima tahun (24 – sebelum 30 H) mereka berhasil menyelesaikan tugas. Al-Qur’an yang terkumpul tersebut dinamakan “Mushaf Imam” yang berarti mushaf resmi dan teladan. Ahirnya Mushaf Imam dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani. Mushaf tersebut disalin menjadi 5 atau 6 salinan. 2 mushaf disimpan di [[Mekah]] dan [[Madinah]], sedangkan lainnya dikirim ke pusat-pusat Islam, yaitu Basrah, [[Kufah]], Syam dan Bahrain. Setiap mushaf yang dikirim disertai seorang hafiz Al-Qur’an yang bertugas sebagai pengajar dan pembimbing bacaan yang benar.


Setelah al-Quran tersusun menjadi Mushaf, Utsman memerintahkan kaum Muslimin untuk merebus dengan air dan cuka hingga pudar semua catatan ayat Al-Qur’an yang tertulis pada tulang, kulit, batu, kain sutra dan semisalnya. Sebagian peneliti mengatakan, mereka membakar barang-barang tersebut untuk menghilangkan akar perselisihan dan mempermudah terwujudnya “Tauhid Nash” (kesatuan nas), yaitu nas Mushaf Imam/Mushaf Utsmani. <ref>Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1636. </ref>
Setelah al-Quran tersusun menjadi Mushaf, Utsman memerintahkan kaum Muslimin untuk merebus dengan air dan cuka hingga pudar semua catatan ayat Al-Qur’an yang tertulis pada tulang, kulit, batu, kain sutra dan semisalnya. Sebagian peneliti mengatakan, mereka membakar barang-barang tersebut untuk menghilangkan akar perselisihan dan mempermudah terwujudnya “Tauhid Nash” (kesatuan nas), yaitu nas Mushaf Imam/Mushaf Utsmani. <ref>Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1636. </ref>


Dahulu Mushaf Utsmani ditulis menggunakan khat Kufi kuno yang tidak memiliki titik dan harakat. Setelah satu/dua abad kemudian, penulisan Al-Qur’an baru disertai titik dan harakat. <ref>Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1636-1337. </ref>
Dahulu Mushaf Utsmani ditulis menggunakan khat Kufi kuno yang tidak memiliki titik dan harakat. Setelah satu/dua abad kemudian, penulisan Al-Qur’an baru disertai titik dan harakat. <ref>Khuramsyahi, Dāneshnameh Qur’an wa Qur’an Pesyuhi, jld. 2, hlm. 1636-1337. </ref>
==Bacaan Al-Qur’an dan para Qari’ Besar
==Bacaan Al-Qur’an dan Para Qari’ Besar==


Ada beberapa perbedaan bacaan Al-Qur’an. Pada masa Nabi saw, bahkan di hadapan beliau pun, kadang terjadi perselisihan pengucapan bacaan ayat Al-Qur’an. Kadang Nabi saw membenarkan salah satunya, kadang dua-duanya. Contoh dari hal tersebut adalah adanya hadits sab’ah ahruf (tujuh jenis qira’at/bacaan Al-Qur’an yang diakui). Selama tidak merusak dan merubah maksud dan makna Al-Qur’an Nabi saw tidak mempermasalahkannya. Hal itu bertujuan untuk mempermudah pengucapan bacaan Al-Qur’an.
Ada beberapa perbedaan bacaan Al-Qur’an. Pada masa Nabi saw, bahkan di hadapan beliau pun, kadang terjadi perselisihan pengucapan bacaan ayat Al-Qur’an. Kadang Nabi saw membenarkan salah satunya, kadang dua-duanya. Contoh dari hal tersebut adalah adanya hadits sab’ah ahruf (tujuh jenis qira’at/bacaan Al-Qur’an yang diakui). Selama tidak merusak dan merubah maksud dan makna Al-Qur’an Nabi saw tidak mempermasalahkannya. Hal itu bertujuan untuk mempermudah pengucapan bacaan Al-Qur’an.
Pengguna anonim