Lompat ke isi

Syiah: Perbedaan antara revisi

9.877 bita ditambahkan ,  13 Maret
tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14: Baris 14:
{{Syiah}}
{{Syiah}}
{{Sejarah Islam}}
{{Sejarah Islam}}
'''Mazhab Syiah''' (bahasa Arab: {{ia|مذهب الشيعة}}) adalah salah satu mazhab terbesar agama [[Islam]] yang dengan keyakinan mereka pada prinsip dasar [[Imamah]] dan [[Keadilan Ilahi]] menjadikan perbedaan para pengikutnya dengan pengikut [[Ahlusunah]]. Menurut keyakinan kaum Syiah, [[Allah swt]] telah menentukan pengganti dan suksesi kepemimpinan Nabi Muhammad saw kepada [[Ali bin Abi Thalib as]]. Para pengikut mazhab ini telah terbagi dalam berbagai aliran dan kelompok yang mana kelompok terpenting darinya adalah [[Imamiyah]], [[Ismailiyah]] dan [[Zaidiyah]].  
Artikel ini membahas tentang Syiah. Untuk informasi lebih tentang Syiah Dua Belas Imam, silahkan lihat [[Imamiyah]].


Menurut laporan dari Lembaga Yayasan "Pew" pada tahun 2009, 10 hingga 13 persen penduduk muslim di dunia bermazhabkan Syiah. Dan diperkirakan jumlah mereka mencapai 154 hingga 200 juta jiwa. Kebanyakan mereka tinggal di Negara-negara seperti Iran, Pakistan, India dan Irak.
Syiah adalah salah satu dari dua mazhab besar dalam agama [[Islam]]. [[Imamah]] adalah salah satu [[ushul mazhab Syiah]] dan hal yang membedakannya dari Ahlusunah. Menurut ushul mazhab ini, Imam ditetapkan oleh Allah dan diperkenalkan kepada manusia melalui Nabi saw. Berdasarkan keyakinan mazhab ini, Nabi Muhammad saw atas perintah [[Allah swt]], menunjuk [[Imam Ali as]] sebagai pengganti setelahnya secara langsung.


==Penamaan==
Semua mazhab Syiah kecuali [[Zaidiyah]], meyakini bahwa Imam haruslah [[maksum]] dan mereka percaya bahwa Imam terakhir, Imam Mahdi as sedang mengalami [[Kegaiban Imam Mahdi as|kegaiban]] dan suatu hari nanti akan bangkit untuk menegakkan keadilan di dunia.
Syiah dalam bahasa berarti pengikut, pembela, sekumpulan dan grup <ref>Farahidi, ''al-'Ain'', di bawah kata Syiah, jld.2, hlm.191.</ref> dan dalam istilah dikhususkan kepada seseorang yang meyakini bahwa [[Imam Ali as]] adalah penerus dan pengganti [[Rasulullah saw]] secara langsung pasca wafatnya dari sisi [[Allah swt]]. <ref>Syaikh Mufid, ''Awail al-Maqalat'', hlm. 35.</ref> kebalikan dari pandangan [[Ahlusunah]] yang meyakini bahwa pengganti Nabi saw dipilih oleh masyarakat.<ref>Lihat: Eiji, ''Syarh al-Mawaqif'', jld. 8, hlm.354.</ref>


Pada abad pertama [[Hijriyah]], kata Syiah digunakan hanya secara bahasa saja dan kepada para pecinta dan pengikut seseorang dikatakan Syiah. Sebagian meyakini bahwa orang-orang yang mengedepankan Ali as atas [[Utsman]], mereka itu dikatakan Syiah. Sejatinya bagi kelompok ini dikenal sebagai Syiah politis di hadapan Syiah ideologi (orang-orang yang meyakini bahwa suksesi Nabi saw pasca wafatnya adalah Ali as)<ref> Ja'fariyan, ''Tarikh Tasyayyu' dar Iran''', hlm .19, 30.</ref>. Kemudian kata Syiah dikhususkan kepada orang-orang yang meyakini bahwa suksesi atau penganti Ali as adalah dari sisi Allah swt dan hanya terbatas pada anak keturunannya saja. <ref> Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld. 1, hlm. 169.</ref>
Beberapa keyakinan [[Teologi Islam|teologi]] yang membedakan Syiah antara lain, [[Husnu wa Qubhu]], kesucian sifat-sifat Allah, [[Amrun bainal Amrain]], ketiadaan [[keadilan sahabat]], [[Taqiyyah|taqiyyah]], [[Tawasul|tawasul]] dan [[syafaat]].


==Kemunculan==
Dalam mazhab Syiah, sumber-sumber pengistinbatan [[hukum-hukum syariat]] terdiri dari, [[Al-Qur'an]], [[sunah]], [[akal]] dan [[ijma']]. Selain Sunah Nabi saw, Syiah juga menganggap sunah para Imam as sebagai hujjah, yaitu perbuatan dan perkataan mereka.
Mengenai sejarah kemunculan Syiah, terdapat perspektif yang berbeda-beda, sebagian di antaranya mengatakan bahwa Syiah muncul: Pada masa hidup [[Nabi Muhammad saw]] {{enote|menurut penukilan Suyuthi yang dimuat dalam ''al-Durr al-Mantsur'',Kata Syiah pertama kali digunakan oleh Nabi saw mengenai sebagian dari sahabat khusus Imam Ali as. (Suyuthi, ''al-Durr al-Mantsur'', jld.6, hlm.379). Sebagian lagi dengan menggunakan riwayat ini dan riwayat-riwayat yang lainnya mengatakan bahwa Syiah sudah muncul dan ada sejak zaman Rasulullah saw.(Halim, ''Tasyayyu''', hlm.73-76).}} Setelah [[Peristiwa Saqifah]], setelah pembunuhan [[Utsman]], <ref>Abu Zahrah, ''Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah'', hlm.33.</ref> setelah [[Peristiwa Tahkim]]. <ref>Muharrami, ''Tarikh Tasyayu'', hlm.43-44; Fayyadh, ''Peidayesye wa Ghustarisye Tasyayyu'', hlm.49-53.</ref> Yang pasti, pada zaman Nabi saw, sebagian dari para pembesar [[sahabat]], seperti [[Salman]], [[Abu Dzar]], [[Miqdad]] dan [[Ammar Yasir|Ammar]], percaya bahwa [[Tuhan]] telah menunjuk dan melantik [[Ali as]] untuk memegang tampuk kepemimpinan dan juga suksesi Nabi saw, dan mereka dikenang sebagai orang-orang Syiah pertama dan merupakan pondasi-pondasi tasyayu'. <ref>Al-Nubkhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm. 17-18. </ref>


==Aliran-aliran==
Saat ini, mazhab Syiah terbagi menjadi tiga aliran: [[Imamiyah]], [[Ismailiyah]] dan [[Zaidiyah]]. Penganut Syiah Imamiyah atau Syiah Dua Belas Imam menjadi mayoritas dari penganut Syiah. Mereka meyakini Imamah dari Dua Belas Imam, dimana imam yang terakhir adalah [[Imam Mahdi as]].
Para penulis buku ''Milal wa Nihal'' berbeda pendapat mengenai jumlah aliran-aliran Syiah dan mereka menyatakan bahwa jumlah aliran-aliran tersebut dari tiga sampai tiga ratus aliran. <ref>Kasyifi, ''Kalam Syiah'', hlm.85; Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld.1, hlm.170 mereka diyakini 5 aliran.</ref> Seluruh pengikut Syiah memiliki [[akidah]] yang sama bahwa [[Imam Ali]] adalah penerus [[Nabi saw]] secara langsung. Meyakini pada [[Imamah]] (kepemimpinan) [[Hasanain]] juga merupakan salah satu dari kepercayaan mereka. <ref>Lihat: Syaikh Mufid, ''Awail al-Maqalat'', hlm.39.</ref> Setelah [[Peristiwa Karbala]], sekelompok dari kaum Syiah beralih pada [[Imamah]] [[Zaid bin Ali]] dan dikenal sebagai [[Zaidiyah]]. <ref>Kasyifi, ''Kalam Syiah'', hlm.85.</ref> Namun mayoritas orang Syiah menerima Imamah [[Ali bin Husain as]] dan kemudian setelahnya Imamah [[Muhammad bin Ali As|Muhammad bin Ali]] dan kemudian Imamah [[Ja'far bin Muhammad]]. Setelah Ja'far bin Muhammad, sejumlah orang Syiah pindah ke Imamah anak laki-lakinya yang lebih tua, Ismail. <ref>Syahristani, al-Milal wa an-Nihal, jld.1, hlm.266.</ref> Namun dikarenakan Ismail meninggal dunia saat ayahnya hidup, sekelompok dari mereka menolak dan mengingkari kematiannya dan sebagian yang lainnya percaya pada imamah anaknya Muhammad. Kelompok-kelompok ini dan para pengikut mereka dikenal dengan [[Ismailiyah]]. <ref>Lihat: Asyari, ''al-Maqalat wa al-Firaq'', hlm.213-214.</ref> Namun, mayoritas pengikut Syiah percaya pada Imamah [[Imam Musa bin Ja'far as|Musa bin Ja'far]]. <ref>Al-Naubakhti, ''Firaq al-Syiah'', hlm.66-79.</ref> Dengan syahidnya Musa bin Ja'far, sebagian orang di antara mereka, berhenti pada keimamahannya dan dikenal sebagai Waqifiyah.<ref>Thusi, ''al-Ghaibah'', hlm.64-65.</ref> Namun mayoritas pengikut Syiah menerima Imamah [[Ali bin Musa al-Ridha as|Ali bin Musa]], dan mereka disebut dengan Qath'iyah, kelompok ini setelah kesyahidan Imam Ridha as meyakini keimamahan [[Imam Jawad]], [[Imam Hadi]], [[Imam Hasan al-Askari as|Imam al-Askari]] dan [[Imam Mahdi as]] dan kemudian mereka disebut dan dikenang dengan [[imamiyah]] atau Syiah dua belas imam.<ref>Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld.1, hlm.169-199.</ref> Kemudian istilah Syiah lebih banyak digunakan untuk merujuk pada kelompok ini.


==Prinsip dan Keyakinan==
Ismailiyah menerima imam-imam dari Imamiyah hingga Imam keenam, yaitu [[Imam Shadiq as]] dan setelahnya mereka mengakui [[Ismail bin Imam Ja'far Shadiq as|Ismail bin Ja'far dan Muhammad bin Ismail sebagai Imam serta mereka percaya bahwa dia adalah Mahdi Maw'ud. Sedangkan Zaidiyah tidak membatasi jumlah Imam dan mereka percaya bahwa setiap keturunan [[Sayidah Fatimah sa]] yang alim, zuhud, berani dan dermawan serta melakukan kebangkitan adalah seorang Imam.
Monoteisme atau [[tauhid]], [[keadilan Ilahi]], [[kenabian]] (Nubuwah), [[imamah]] dan [[Ma'ad]] adalah dasar-dasar prinsip mazhab Syiah dimana prinsip imamah dan keadilan Ilahi adalah dua hal yang membedakan mazhab ini dengan mazhab [[Ahlusunah]].


===Keadilan Ilahi===
Pemerintahan-pemerintahan Dinasti Idrisiyyah, Alawiyyah dari Tabaristan, [[Alu Buwaih]], [[Zaidiyah]] di Yaman, Fatimiyah, Ismailiyah, Sarbadars dari Sabzevar, Safawiyah dan Republik Islam Iran adalah di antara pemerintahan Muslim Syiah di dunia Islam.
Pengikut Syiah meyakini bahwa akal manusia mampu mengenali beberapa kriteria baik atau buruk sebuah perbuatan tanpa bantuan [[Alquran]] dan riwayat-riwayat. Maka berdasarkan kemampuan ini, manusia dapat memutuskan perlunya melakukan sesuatu atau meninggalkannya. Misalnya, dia berkata: "Allah tidak berbuat zalim kepada siapa pun dari hambanya" atau "Allah tidak akan pernah melanggar janji-Nya." <ref>Muzhaffar, ''Aqaid al-Imamiyah'', hlm.41.</ref>


===Imamah===
Menurut laporan Pew Research Center, antara 10 hingga 13 persen dari populasi Muslim dunia adalah Syiah. Populasi Syiah diperkirakan sekitar 154 hingga 200 juta orang. Sebagian besar umat Syiah tinggal di Iran, Pakistan, India dan Irak.
{{main| Imamah}}
 
Selain [[Zaidiyah|Syiah Zaidiyah]], para pengikut Syiah lainnya mempercayai bahwa keberadaan dan kehadiran Imam di setiap waktu dan zaman sangat perlu dan bumi tidak akan pernah kosong dari seorang Imam sebagai hujjah [[Allah]] di muka bumi.<ref>Syaikh Mufid, ''Awail al-Maqalat'', hlm.39.</ref> Namun, aliran-aliran Syiah tidak memiliki satu pandangan mengenai karakteristik para Imam, contoh konkrit dan jumlah mereka. Syiah [[Imamiyah]] meyakini bahwa keberadaan nash atas imamah dan [[Ismah|infalibilitas]] adalah sebagai ciri khas Imam.<ref>Syaikh Mufid, ''Awail al-Maqalat'', hlm.38.</ref>. Begitu juga mereka meyakini bahwa para imam, ada 12 orang, yang pertama adalah [[Imam Ali as]], dan yang terakhir adalah [[Imam Mahdi as]], yang hidup dalam [[kegaiban]]. <ref>Allamah Thabathabai, ''Syiah dar Islam'', hlm.198-199.</ref> Tetapi aliran Syiah Zaidiyah, meyakini  bahwa syarat-syarat seorang Imam adalah sebagai berikut: Membuat gerakan kebangkitan dengan bersenjata, berani, adil dan keturunan Fatimah dan mereka percaya bahwa setelah Imam Ali as dan [[Hasanain]], setiap person pemberani dari keturunan Fatimah yang bangkit bersenjata dan menyerukan perlawanannya terhadap para penindas dan masyarakat ber[[baiat]] dengannya, maka dia adalah Imam.<ref>Syahristani, ''al-Milal wa an-Nihal'', jld.1, hlm.179-180.</ref> Mereka tidak menganggap bahwa infalibilitas bukan termasuk dari syarat imamah, dan meskipun mereka meyakini bahwa Imam Ali adalah person paling utama, namun mereka juga memperbolehkan keimamahan orang yang diutamakan. <ref>Sulthani, ''Tarikh wa Aqaid Zaidiyah'', hlm.292-294.</ref> Para pengikut [[Ismailiyah]] meyakini bahwa Imamah memiliki jenjang dan periodik dan mereka berkeyakinan bahwa Muhammad bin Ismail adalah Imam ketujuh periode keenam yang hidup dalam ketersembunyian dan pada suatu hari akan muncul.<ref>Shabiri, ''Tarikh Firaq Islami'', jld.2, hlm.151-152.</ref>
==Definisi Syiah==
Syiah adalah merujuk kepada para pengikut Imam Ali as, dimana mereka meyakini bahwa Nabi saw dengan jelas menunjuk Imam Ali as sebagai penggantinya secara langsung.[1] [[Syekh Mufid]] meyakini bahwa kata {{ia|الشیعه}} bila digunakan dengan "alif dan lam" hanya mengacu pada pengikut Imam Ali as, dimana mereka meyakini pada wilayah dan imamah langsung setelah Nabi saw.[2] Di sisi lain, [[Ahlusunah]] meyakini bahwa Nabi saw tidak menunjuk penggantinya dan karena ijma' kaum muslimin dalam berbaiat setia kepada [[Abu Bakar]], maka ia adalah penerus Nabi saw.[3]
 
Menurut Rasul Ja'fariyan, seorang sejarawan Syiah, hingga beberapa abad setelah kemunculan Islam, para pecinta Ahlulbait as menganggap Imam Ali as lebih dulu dari Utsman (khalifah ketiga) sebagimana juga diyakini Syiah.[4] Mereka disebut dengan Syiah Muhibbin (pecinta Ahlulbait)[5] sebagai kebalikan dari kelompok pertama yang disebut Syiah keyakinan.[catatan 1]
 
Syiah secara harfiah adalah berarti pengikut, penolong dan kelompok.[6]
 
==Sejarah Singkat Kemunculan Syiah==
Ada perbedaan pendapat tentang sejarah kemunculan Syiah; Antara lain, sejak zaman hidup Nabi saw, setelah [[Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah|peristiwa Saqifah]], setelah [[Peristiwa Terbunuhnya Utsman|peristiwa terbunuhnya Utsman]] dan setelah [[Peristiwa Tahkim|peristiwa tahkim]] disebutkan sebagai sejarah kemunculan Syiah.[7] Beberapa ulama Syiah meyakini bahwa sejak masa hidup Nabi saw, beberapa sahabat berada di sekitar Imam Ali as dan Syiah ada sejak saat itu.[8] Mereka bersandar dengan hadis-hadis[ 9] dan laporan-laporan sejarah[10] yang menyatakan bahwa pada masa Nabi Muhammad saw, beliau memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang disebut sebagai Syiah Ali.[11] Setelah wafatnya Nabi saw, kelompok ini keberatan dengan keputusan syura Saqifah yang memilih Abu Bakar sebagai khalifah dan menolak berbaiat setia kepadanya sebagai khalifah.[12] Menurut Nasyi Akbar dalam kitab ''"Masail al-Umamah"'', keyakinan Syiah i'tiqadi sudah ada sejak zaman Imam Ali as.[13]
 
==Teori Imamah==
{{main|Imamah}}
Pandangan Syiah tentang Imamah dianggap sebagai titik persamaan di antara aliran-aliran Syiah.[14] Imamah mempunyai tempat yang sangat penting dan sentral dalam diskusi teologis Syiah.[15] Menurut keyakinan Syiah, imam adalah otoritas tertinggi dalam menafsirkan hukum-hukum agama setelah Nabi saw.[16] Dalam riwayat-riwayat Syiah, kedudukan imam sedemikian rupa sehingga jika seseorang meninggal tanpa mengenal imamnya, maka ia meninggal sebagai orang kafir.[17]
 
Nabi Muhammad saw bersabda: ''"Barangsiapa meninggal tanpa mengenal Imam zamannya, maka ia meninggal dalam keadaan jahiliyah."'' (Taftazani, Syarh al-Maqashid, jld. 5, hal. 239.)
 
===Keharusan Nash atas Imam===
Orang-orang Syiah meyakini bahwa Imamah adalah salah satu prinsip agama dan kedudukan Ilahi; Artinya, [[para nabi]] tidak bisa menyerahkan pemilihan imam kepada masyarakat dan wajib bagi para nabi untuk mengangkat penggantinya.[18] Oleh karena itu, para teolog Syiah (kecuali [[Zaidiyah]])[19] menekankan perlunya “pengangkatan” imam (oleh nabi atau imam sebelumnya).[20] Dan mereka menganggap "Nash" (ucapan atau tindakan yang secara jelas menunjukkan maksud yang dimaksudkan)[21] sebagai satu-satunya cara untuk mengetahui Imam.[22]
 
Argumen mereka adalah bahwa imam haruslah seorang yang [[Kemaksuman Para Imam|maksum]] dan hanya Allah yang mengetahui maksumnya manusia;[23] Karena [[Ishmah|ishmah]] adalah sifat internal dan seseorang tidak dapat mengetahui kemaksuman dari lahiriahnya.[24] Oleh karena itu, Allah perlu mengangkat imam dan melalui Nabi yang memperkenalkannya kepada masyarakat.[25]
 
Dalam kitab-kitab teologi Syiah, terdapat beberapa argumen tekstual dan rasional tentang perlunya keberadaan Imam di tengah-tengah masyarakat.[26] [[Ayat Ulu al-Amr]] dan [[Hadis Man Mata]] termasuk di antara argumentasi tekstual Syiah tentang perlunya keberadaan seorang Imam.[27] Bersandar kepada Kaidah Lutf juga termasuk di antara argumentasi rasional mereka. Dalam menjelaskan argumentasi ini, mereka menulis: Di satu sisi, kehadiran seorang imam membuat manusia lebih taat kepada Allah dan mengurangi perbuatan dosa; Dan sebaliknya, menurut kaidah lutf, Allah wajib melakukan apa pun yang menyebabkan hal tersebut; Oleh karena itu, pengangkatan seorang imam adalah wajib bagi Allah swt.[28]
 
===Kemaksuman Para Imam===
{{main|Kemaksuman Para Imam}}
Orang-orang Syiah meyakini [[Ishmah|ishmah]] para imam dan menganggapnya sebagai syarat imamah.[29] Dalam konteks ini mereka bersandar kepada argumen tekstual dan rasional,[30] di mana [[Ayat Ulu al-Amr|ayat ulu al-Amr]],[31] [[Ayat Ujian Nabi Ibrahim as|ayat ujian Nabi Ibrahim as]][32] dan [[Hadis Tsaqalain|hadis Tsaqalain]] adalah di antara argumen tersebut.[33]
 
Di antara kalangan Syiah, [[Zaidiyah]] tidak meyakini pada kemaksuman semua imam. Menurut keyakinan mereka, hanya [[Ashab al-Kisa']] yaitu, [[Nabi Muhammad saw|Nabi saw]], [[Imam Ali bin Abi Thalib as|Ali as]], [[Fatimah az-Zahra sa|Fatimah sa]], [[Imam Hasan al-Mujtaba as|Hasan as]] dan [[Imam Husain bin Ali as|Husain as]] yang maksum [34] dan para imam lainnya tidak maksum seperti orang pada umumnya.[35]
 
==Persoalan Pengganti Nabi saw==
Orang-orang Syiah meyakini bahwa Nabi Muhammad saw memperkenalkan Imam Ali as kepada masyarakat sebagai penggantinya dan menganggap Imamah sebagai hak istimewanya dan anak-anaknya.[36] Tentu saja di antara mereka, [[Zaidiyah]] juga menerima imamah [[Abu Bakar]] dan [[Umar bin Khattab|Umar]]; Tetapi mereka menganggap Imam Ali as lebih layak daripada keduanya dan menyatakan bahwa umat Islam telah salah memilih Umar dan Abu Bakar sebagai imam, tetapi karena Imam Ali as menyetujuinya, kita juga menerima imamah mereka.[37]
 
Para teolog Syiah untuk membuktikan suksesi langsung Imam Ali as setelah Nabi saw, bersandar pada ayat-ayat dan riwayat-riwayat, di mana di antaranya adalah [[Ayat Wilayah]], [[Khotbah al-Ghadir]] dan [[Hadis Manzilah]].[38]
 
==Aliran-aliran Syiah==
 
Sekte-sekte Syiah paling penting dikenal sebagai [[Imamiyah]], [[Zaidiyah]], [[Ismailiyah]], [[Ghulat]], Kaisaniyah dan Waqifiyah sampai batas tertentu.[39] Beberapa sekte ini memiliki cabang berbeda; Seperti Zaidiyah terbagi menjadi sepuluh cabang;[40] dan Kaisaniyah terbagi menjadi empat cabang.[41] Hal ini menyebabkan banyak sekte disebut sebagai sekte Syiah. Banyak sekte Syiah telah menghilang dan saat ini hanya tinggal tiga mazhab, Imamiyah, Zaidiyah dan Ismailiyah yang masih memiliki pengikut.[43]
 
Kaisaniyah adalah pengikut [[Muhammad bin al-Hanafiyah|Muhammad Hanafiyah]]. Setelah Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as, mereka menganggap Muhammad Hanafiyah, putra Imam Ali as yang lain, sebagai Imam dan mereka percaya bahwa Muhammad Hanafiyah tidak mati, dialah Mahdi Mau'ud dan dia tinggal di Gunung Razvi.[44]
 
Waqifiyah adalah orang-orang yang berhenti sampai Imam Kazhim as setelah ia syahid. Artinya, mereka menganggapnya sebagai imam terakhir.[45] Orang-orang Ghulat juga merupakan kelompok yang membesar-besarkan kedudukan imam Syiah. Artinya, mereka meyakini ketuhanan mereka, mereka tidak menganggapnya sebagai makhluk dan menyerupakan mereka dengan Tuhan.[46] Imam-imam Syiah dalam berbagai situasi, telah melawan aliran ghulat dan segala bentuk pemikiran ghulat.[47]
 
===Syiah Dua Belas Imam===
{{main|Imamiyah}}
Syiah Dua Belas Imam adalah sekte terbesar dalam mazhab Syiah.[48] Menurut mazhab Imamiyah setelah [[Nabi Islam]], ada dua belas imam yang pertama adalah [[Imam Ali as]] dan yang terakhir adalah [[Imam Mahdi as]][49] yang masih hidup hingga kini, beliau mengalami kegaiban dan suatu hari dia akan muncul untuk menegakkan keadilan di muka bumi.[50]
 
[[Raj'ah]] dan bada' adalah keyakinan khusus Syiah Dua Belas Imam.[51] Menurut doktrin raj'ah, setelah kemunculan Imam Mahdi as, sebagian orang mati akan dibangkitkan. Mereka yang mati termasuk orang-orang saleh dan orang-orang Syiah, begitu juga musuh-musuh Ahlulbait yang seharusnya menerima hukuman atas perbuatan mereka di dunia ini juga.[52] Bada' juga berarti bahwa Tuhan terkadang mengubah apa yang telah diperintahkan-Nya kepada Nabi atau Imam di karenakan kemaslahatan dan menggantikannya dengan sesuatu lainnya.[53]
 
Para [[Teologi Imamiah|teolog Imamiyah]] yang paling terkemuka adalah: [[Syekh Mufid]] (336 atau 338-413 H), [[Syekh Thusi]] (385-460 H), [[Khajah Nashiruddin al-Thusi]] (597-672 H) dan [[Allamah Hilli]] (648-726 H).[54] Para [[fukaha]] Imamiyah yang paling terkemuka adalah: [[Syekh Thusi]], [[Muhaqqiq Hilli]], [[Allamah Hilli]], [[Syahid Awwal]], [[Syahid Tsani]], [[Ja'far Kasyif al-Ghitha]], [[Mirza al-Qummi]] dan [[Syaikh Murtadha al-Anshari]].[55]
 
Kebanyakan penganut Syiah berda di Iran, di mana 90% dari populasi negara tersebut, adalah Syiah Dua Belas Imam.[55]
 
===Zaidiyah===
{{main|Zaidiyah}}
Mazhab Zaidiyah dinisbahkan kepada [[Zaid bin Imam Ali Zainal Abidin as|Zaid]], putra [[Imam Sajjad as]]. [57] Menurut mazhab ini, hanya [[Imam Ali as]], [[Imam Hasan as]] dan [[Imam Husain as]] yang diangkat oleh Nabi saw.[58] Kecuali Ketiga imam ini, siapa pun yang berasal dari keturunan [[Sayidah Zahra sa]] yang melakukan kebangkitan dan alim, zuhud, dermawan dan berani adalah seorang imam.[59]
 
Zaidiyah mempunyai dua pendapat tentang Imamah [[Abu Bakar]] dan [[Umar bin Khattab]]: Sebagian dari mereka meyakini Imamah keduanya dan sebagian lagi tidak menerimanya.[60] Pandangan Zaidiyah di Yaman saat ini mirip dengan pandangan kelompok Zaidiyah pertama.[60]
 
Jarudiyah, Shalihiyah dan Sulaimaniyah adalah tiga sekte utama Zaidiyah.[61] Menurut Syahrestani, penulis kitab ''"Al-Milal wa al-Nihal"'', sebagian besar Zaidiyah dipengaruhi oleh Mu'tazilah dalam bidang teologi dan mazhab Hanafi dalam bidang fikih yang merupakan salah satu dari empat mazhab fikih [[]Ahlusunah]].[62]
 
Menurut kitab ''"Athlas Syiah"'', Zaidiyah sekitar 35-40% dari 20 juta penduduk Yaman.[63]
 
===Ismailiyah===
{{main|Ismailiyah}}
Ismailiyah adalah sebuah sekte Syiah, selain meyakini imamah [[Imam Ali as]] hingga [[Imam Ja'far Shadiq as]], setelah Imam Ja'far Shadiq as menganggap [[Ismail bin Imam Ja'far Shadiq as|Ismail]], putra sulungnya, sebagai imam dan tidak menerima imamah [[Imam Kazhim as]] dan Imam-imam imamiyah lainnya.[64] Ismailiyah meyakini bahwa [[imamiyah]] memiliki tujuh periode dan setiap periode dimulai dengan seorang "Nathiq" yang membawa syariat baru, diikuti oleh tujuh imam setelahnya dalam setiap periode.[65]
 
Menurut keyakinan Ismailiyah, Nathiq dari enam periode pertama imamah adalah [[para nabi]] [[ulul azmi]] yaitu: [[Nabi Adam as|Adam as]], [[Nabi Nuh as|Nuh as]], [[Nabi Ibrahim as|Ibrahim as]], Musa as, Isa as, dan [[Nabi Muhammad saw]].[66] Muhammad Maktum putra Ismail adalah Imam ketujuh dari periode keenam imamah yang dimulai dengan Nabi Islam saw. Dia adalah Mahdi Mau'ud di mana ketika bangkit akan menjadi Nathiq dari periode ketujuh imamah.[67] Mereka berpendapat bahwa beberapa ajaran ini mengalami perubahan selama pemerintahan Fatimiyah.[68]
 
Ismailiyah memiliki cirikhas terpenting adalah [[Batiniah|batiniah]]; sebab mereka mena'wilkan ayat-ayat, hadis-hadis, pengetahuan dan hukum-hukum Islam secara batiniah dan memahami makna yang berbeda dari makna lahiriah. Menurut keyakinan mereka, ayat-ayat [[Al-Qur'an]] dan riwayat memiliki dimensi lahiriah dan batiniah. Imam mengetahui batinya dan filosofi imamah mereka adalah mengajarkan batiniah agama dan menyampaikan pengetahuan batiniah.[69]
 
Qadhi Nu'man sebagai fukaha terbesar Ismailiyah[70] dan kitabnya ''"Da'aim al-Islam"'' sebagai rujukan primer fikih bagi mazhab ini. Abu Hatim al-Razi, Nashir Khusru dan kelompok yang dikenal sebagai Ikhwan al-Ṣhafa juga dianggap sebagai cendekiawan terkemuka Ismailiyah.[71] Kitab-kitab sperti, ''"Rasail Ikhwan al-Ṣhafa"'' dan ''"A'lam al-Nubuwwah"'' yang ditulis oleh Abu Hatim Razi yang merupakan salah satu karya filosofis terpenting mereka.[72]
 
Ismailiyah saat ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu Agha Khaniyah dan Buhra, yang merupakan turunan dari dua cabang Fatimiyah di Mesir yaitu, Nizariyah dan Musta'liyah.[73] Kelompok pertama diperkirakan berjumlah sekitar satu juta orang, di mana sebagian besar tinggal di negara-negara Asia seperti India, Pakistan, Afghanistan dan Iran.[74] Jumlah kelompok kedua diperkirakan sekitar lima ratus ribu orang, lebih dari 80% di antaranya tinggal di India.[75]
 
===Mahdawiyah===
Mahdawiyah dianggap sebagai doktrin umum di antara semua mazhab Islam;[76] Tetapi gagasan ini mempunyai tempat khusus di dalam mazhab Syiah dan telah disebutkan dalam banyak riwayat-riwayat, kitab-kitab dan artikel-artikel.[77]
 
Meskipun semua sekte Syiah sepakat tentang keberadaan Imam Mahdi as, tetapi terdapat perbedaan dalam detail dan implementasinya. Penganut Syiah Dua Belas Imam meyakini bahwa Mahdi as adalah putra dari [[Imam Hasan Askari as]] yaitu Imam kedua belas dan Mahdi yang dijanjikan yang sedang mengalami kegaiban.[78] Ismailiyah menganggap Muhammad Maktum putra Ismail, putra dari [[Imam Ja'far Shadiq as]] sebagai Mahdi yang dijanjikan.[79] Sedangkan Zaidiyah, karena mereka menganggap kebangkitan sebagai syarat untuk menjadi Imam, mereka tidak percaya pada [[Penantian Imam Zaman|penantian Imam Zaman]] dalam masa gaibah.[80] Mereka menganggap setiap Imam sebagai Mahdi dan penyelamat.[81]
 
 
==Pandangan Teologis Penting Lainnya==
Penganut Syiah, meskipun memiliki kesamaan [[ushuluddin]] dengan umat Islam lainnya seperti, [[Tauhid|tauhid]], [[Kenabian|kenabian]] dan [[Ma'ad|hari kiamat]] dengan umat Islam lainnya, penganut Syiah juga memiliki keyakinan-keyakinan yang membedakan mereka dari sebagian atau seluruh [[Ahlusunah]]. Keyakinan-keyakinan ini, selain dua persoalan Imamah dan Mahdawiyah, keyakinan tersebut meliputi: [[Husnu wa Qubhu]], pensucian sifat-sifat Allah, [[Amrun bainal Amrain|amrun bainal amrain]], [[Keadilan Sahabat|keadilan sahabat]], [[Taqiyyah|taqiyyah]], [[Tawasul|tawasul]] dan [[Syafaat|syafaat]].
 
Ulama Syiah seperti hal Mu'tazilah, menganggap [[Husnu wa Qubhu|husnu wa qubhu]] bersifat rasional.[82] Husnu wa Qubhu Aqli berarti bahwa perbuatan-perbuatan terlepas apakah Allah menghukuminya sebagai baik atau buruk, secara rasional dapat dibedakan antara baik dan buruk.[83] Pernyataan ini berlawanan dengan  pandangan Asy'ariyah yang memandang husnu wa qubhu bersifat syariat;[84] Artinya mereka berpendapat bahwa baik dan buruk tidak memiliki eksistensi yang nyata dan semata-mata bersifat konvensional; oleh karena itu, apapun yang Allah perintahkan adalah baik dan apapun yang Allah larang adalah buruk.[85]
 
Teori "Tanzih sifat" berlawanan dengan pandangan "Ta'til" dan "Tasybih", di mana yang pertama menyatakan bahwa tidak ada sifat yang bisa dinisbahkan kepada Allah dan yang kedua menyerupakan sifat-sifat Allah dengan makhluk.[86] Menurut mazhab Syiah, beberapa sifat tsubutiyah (positif) yang digunakan untuk makhluk bisa dinisbahkan kepada Allah, tetapi tidak boleh menganggap bahwa Dia memiliki sifat-sifat tersebut sebagaimana makhluk-Nya.[87] Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa sebagaimana manusia memiliki ilmu, kekuatan dan kehidupan, Allah juga memiliki sifat-sifat tersebut, namun ilmu, kekuatan dan kehidupan Allah tidak sama dengan yang dimiliki oleh manusia.[88]
 
Menurut teori [[Amrun bainal Amrain|Amrum bainal Amrain]] manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya bebas seperti yang dipercayai oleh Mu'tazilah dan tidak pula sepenuhnya dipaksa seperti yang dikatakan oleh Ahlul Hadis;[89] sebaliknya manusia memiliki kebebasan dalam melakukan perbuatan-perbuatan, tetapi kehendak dan kekuatannya tidak berdiri sendiri dan bergantung pada kehendak Allah.[90] Dari kalangan Syiah, Zaidiyah berpikir seperti Mu'tazilah.[91]
 
Para teolog Syiah berbeda pendapat dengan [[Ahlusunah]],[92] tidak meyakini bahwa semua sahabat Nabi adalah adil[93] dan mereka mengatakan bahwa besahabat dengan Nabi saw saja bukanlah argumen keadilan.[94]
 
Selain Zaidiyah,[95] Syiah lainnya menganggap taqiyyah diperbolehkan; Artinya mereka meyakini bahwa dalam situasi di mana mengungkapkan keyakinan dapat berisiko merugikan dari pihak lawan, kita dapat menyembunyikan keyakinan kita dan mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan itu.[96]
 
Meskipun konsep tawassul telah umum di kalangan sekte Islam lainnya, namun memiliki tempat  yang lebih penting di kalangan Syiah.[97] Syiah, berbeda dengan sebagian Ahlusunah seperti Wahabi,[98] menganggap penting bagi seseorang untuk menjadikan wali-wali Allah sebagai perantara dalam ber[[doa]] dan mendekatkan diri kepada Allah.[99] Tawassul memiliki hubungan yang erat dengan [[syafaat]].[99] Menurut [[Syekh Mufid]] maksud dari syafaat adalah bahwa Nabi dan Imam-imam dapat menjadi pensyafaat bagi orang-orang berdosa di hari Kiamat dan Allah akan menyelamatkan banyak dari orang-orang berdosa melalui syafaat mereka.[101]


==Fikih==
==Fikih==
Pengikut Syiah, selain mengambil dari [[Alquran]] dan riwayat-riwayat Nabi saw untuk menyimpulkan hukum-hukum, mereka juga menggunakan akal, [[ijma']] dan riwayat-riwayat [[Ahlulbait as]]. Mereka tidak seperti pengikut [[Ahlusunah]] yang menjadikan perkara-perkara seperti Qiyas (menyamakan sesuatu yang tidak memiliki nash hukum dengan sesuatu yang ada nash hukum), Saddu Dzarai' (melarang sesuatu yang secara zahir mubah, namun mengantarkan dan mengakibatkan pada mafsadah dan perbuatan haram), istihsan, [[Fatwa|Fatwa-fatwa]], dari para [[Sahabat]] dan Mashaleh Mursalah sebagai sumber validitas untuk penyimpulan keputusan hukum-hukum [[fikih]]. Mereka menolak kevaliditasan perkara-perkara tersebut. <ref>Lihat: Jannati, ''Manabi' Ijtihad az didgahe Mazahib Islami''', hlm.3-5.</ref> Sejatinya telah dikatakan bahwa kelompok Zaidiyah dalam masalah fikih, mereka dekat dengan kelompok Hanafi dan menggunakan analogi untuk menyimpulkan keputusan hukum fikih. Mereka juga seperti Ahlusunah tidak mengizinkan pernikahan bertempo dan mereka menolak konsep [[taqiyah]]. <ref>Halim, ''Tasyayyu''', hlm.385.</ref>
{{main|Fikih}}
[[Al-Qur'an]] dan [[Sunah]] [[Nabi saw]] dianggap sebagai dua rujukan utama hukum-hukum syariat yang sah bagi semua Syiah;[102] Tetapi mereka berbeda pendapat dalam hal cara menggunakan kedua rujukan ini dan juga rujukan-rujukan fikih lainnya.
 
Sebagian besar Syiah, yaitu [[Imamiah]] dan [[Zaidiyah]] seperti Ahlusunah, menganggap [[akal]] dan [[ijma']] juga sebagai hujjah  selain [[Al-Qur'an]] dan Sunah Nabi;[103] Tetapi [[Ismailiyah]] tidak berpandangan demikian. Menurut mazhab Ismailiyah,  bertaqlid dari seorang mujtahid tidak diperbolehkan dan hukum-hukum syariat harus diperoleh langsung dari Al-Qur'an, Sunnah Nabi dan ajaran para Imam.[104]
 
Zaidiyah hanya menganggap tindakan dan perkataan Nabi saw sebagai hujjah dalam hal hadis, dan mereka merujuk kepada sumber-sumber hadis Ahlusunah seperti ''Shihah Sittah'';[105] Tetapi, Imamiah dan Ismailiyah juga menganggap hadis yang dinukil dari para Imam mereka sebagai sumber fikih.[106]
 
Zaidiyah juga menganggap Qiyas dan Istihsan sebagai hujjah seperti Ahlusunah;[107] Tetapi, hal ini tidak dianggap sah oleh Syiah Imamiyah dan Ismailiyah[108]. Tentu saja, dalam  beberapa hukum berbeda dengan Imamiyah dan Ahlusunah, Zaidiyah lebih memilih fatwa Syiah; seperti menganggap kalimat [[Hayya 'Ala Khairil 'Amal] sebagai bagian dari [[adzan]] dan menganggap mengumandangkan "As-Shalatu Khairun minan Nawm (Salat lebih baik dari tidur) dalam adzan sebagai haram.[109]
 
Mengenai [[Nikah Mut'ah| nikah mut'ah]] juga merupakan salah satu perbedaan antara Imamiyah dan Ahlusunah, Ismailiyah dan Zaidiyah sependapat dengan Ahlusunah;[110] artinya berbeda dengan Imamiyah yang menganggap pernikahan mut'ah halal, mereka menganggapnya haram.[111]
 
==Populasi dan Sebaran Geografis==
Pada tahun 2009 "Pew Religion and Public Life Association" mengumumkan bahwa jumlah Syiah di dunia adalah antara 154 hingga 200 juta orang dan setara dengan 10 hingga 13 persen umat Islam[113]. Tentu saja, beberapa menganggap jumlah ini tidak akurat dan menganggap populasi Syiah sebenarnya lebih dari tiga ratus juta, yaitu 19 persen dari populasi Muslim di dunia.[114]
 
Menurut laporan "Pew Religion and Public Life Association", 68-80% Syiah dunia tinggal di empat negara yaitu Iran, Irak, Pakistan dan India.[115] di Iran sekitar 66-70 juta (37-40% Syiah dunia), di Pakistan sekitar 17-26 juta (10-15%), di India sekitar 16-24 juta (9-14%), di Irak sekitar 19-22% (11-12%) 7-11 juta (2-6 %) Syiah tinggal di Turki.[116]
 
Di Iran, Azerbaijan, Bahrain dan Irak, mayoritas penduduknya adalah Syiah.[117] Syiah juga tinggal di Timur Tengah, Afrika Utara, kawasan Asia-Pasifik serta Amerika dan Kanada[118] dan Cina.[119]
 
==Pemerintahan-pemerintahan==
Pemerintahan [[Dinasti Idrisiyyah]], Alawi Thabaristan, [[Alu Buwaih]], Zaidiyah Yaman, Dinasti Fatimiyah, Ismailiyah Alamut, Sarbdaran Sabzevar, Shafawiyah dan Republik Islam Iran termasuk di antara pemerintahan Syiah di dunia Islam.
 
Pemerintahan Dinasti Idrisiyah di Maroko dan sebagian Al-Jazair[120] dianggap sebagai pemerintahan pertama yang dibentuk oleh orang Syiah.[121] Pemerintahan ini didirikan pada tahun 172 H oleh Idris, cucu [[Imam Hasan Mujtaba as]] dan berlangsung selama sekitar dua abad.[122] Kaum Alawi adalah Zaidiyah.[123] Zaidiyah juga memerintah Yaman dari tahun 284 H hingga 1382 H.[124] Dinasti Fatimiyah dan Ismailiyah Alamut menganut mazhab Ismailiyah.[125] Sebagian dari mereka menganggap mereka sebagai Zaidiyah, sebagian mengatakan bahwa mereka adalah Imamiyah dan menurut yang lain, mereka awalnya adalah Zaidiyah dan kemudian menjadi Imamiyah.[126]


==Para Penguasa==
Sultan Muhammad Khodabande yang dikenal dengan Uljaito (memerintah 703-716 H) juga menyatakan mazhab Syiah Dua Belas Imam sebagai mazhab resmi pemerintahannya. Tetapi, karena tekanan dari organisasi pemerintahannya yang berbasis pada agama Ahlusunah, ia mendeklarasikan kembali mazhab Sunni mazhab resmi.[127]
Syiah di sepanjang sejarahnya, mereka berhasil membentuk dan merumuskan berbagai pemerintahan di berbagai belahan dunia Islam di antaranya adalah pemerintahan Al Buyah, Safawiyah, Qajar, Idrisiyyah, Qaramitah dan Alawi. Al Buyah adalah sebuah silsilah mazhab Imamiyah yang menguasai bagian perkawasan Iran, Irak dan jazirah sejak tahun 322 H/934 hingga 448 H/1057. Mereka banyak menyokong dan membantu kelancaraan beberapa slogan dan ritual-ritual Syiah. <ref>Syaibi, Tasyayu wa Tashawwuf, hlm.43.</ref> Safawiyah juga memerintah Iran dari tahun 907 H/1502 sampai 1135 H/1723 dan mendeklarasikan Syiah sebagai mazhab resmi pemerintahan mereka. <ref>Rumlu, Ahsan al-Tawarikh, hlm.85-86.</ref> Begitu juga dengan Republik Islam, yang sejak tahun 1979 terbentuk dengan pemimpin tertinggi spiritual Islam [[Imam Khomeini]] di Iran, termasuk salah satu dari pemerintahan para Syiah Imammiyah.
Pemerintahan Idrisiyyah di Maroko dan Alawi di utara Iran adalah [[Zaidiyah]], dan [[Ismailiyah]] juga membentuk pemerintahan Fatimiyah dan Qaramitah di Mesir dan Bahrain.


==Situasi Syiah==
Pemerintahan Sarbdaran di Sabzevar juga dianggap sebagai pemerintahan Syiah.[128] Tentu saja, menurut Rasul Ja'farian, mazhab para pemimpin dan penguasa Sarbdaran tidak diketahui secara pasti; Namun yang jelas, para pemimpin agama mereka adalah penganut Sufi yang cenderung Syiah.[129] Khajah Ali Muayid adalah penguasa terakhir Sarbdaran[130] mendeklarasikan Imamiah sebagai mazhab resmi pemerintahannya.[131]
===Populasi Syiah===
Menurut laporan yayasan Pew (Institute of Religion and Life) pada tahun 2009, antara 10% hingga 13% kependudukan Syiah telah membentuk populasi Muslim dunia. <ref>[http://www.pewforum.org/Muslim/Mapping-the-Global-Muslim-Population(6).aspx Penelitian Yayasan pada tahun 2009]</ref>. Jumlah mereka diperkirakan antara 154 sampai 200 juta jiwa. Namun juru laporan tersebut memperkirakan bahwa data ini tidak realistis dan memperkirakan populasi Syiah lebih dari 300 juta (19% dari populasi Muslim di dunia). <ref> yayasan Pew (Institute of Religion and Life), Peta Populasi Muslim Dunia,hlm, 11.</ref>


===Geografi===
Pada pemerintahan Shafawiyah yang didirikan oleh Syah Ismail pada tahun 907 H, mazhab Syiah Dua Belas Imam diakui secara resmi.[132] Pemerintah ini menyebarkan mazhab Imamiyah di Iran dan mengubah Iran menjadi negara yang sepenuhnya Syiah.[133]
Mayoritas populasi Syiah tinggal di Iran, Pakistan, India dan Irak. Di Iran, ada 66 sampai 70 juta  jiwa orang Syiah, setara dengan 37 sampai 40 persen orang Syiah di dunia. Masing-masing dari negara-negara seperti Pakistan, India dan Irak juga memiliki lebih dari 16 juta jiwa orang Syiah. <ref> yayasan Pew (Institute of Religion and Life), Peta Populasi Muslim Dunia,hlm, 19.</ref> Begitu juga banyak orang Syiah yang tinggal di Turki, Yaman, Azerbaijan, Afghanistan, Suriah, Arab Saudi, Lebanon, Nigeria dan Tanzania. Sekitar tiga ratus ribu jiwa orang Syiah tinggal di Amerika Utara, termasuk Kanada dan Amerika Serikat. <ref> yayasan Pew (Institute of Religion and Life), Peta Populasi Muslim Dunia,hlm, 19 -20.</ref>


==Link Terkait==
Di Republik Islam Iran, prinsip-prinsip mazhab dan fikih Syiah Dua Belas Imam menjadi rujukan.[134]
*[[Ahlusunah]]


== catatan ==
==Kajian Lebih Lanjut==
<references group="catatan"/>
[[Islam Syiah (buku)|Kitab Syiah dalam Islam]] ditulis oleh Allamah Thabathabai: Buku ini ditulis dalam bahasa Persia dengan tujuan untuk memperkenalkan mazhab Syiah -khususnya bagi pembaca non Muslim-. Dalam buku ini, materi yang diperlukan untuk memahami Syiah telah disajikan dalam bahasa yang sederhana dan ringkas. Buku Syiah dalam Islam telah diterjemahkan ke berbagai bahasa.


==Pranala Terkait==
* [[Islam]]
* [[Ahlusunah]]
==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
{{Catatan Kaki}}
{{ck}}


==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
{{Ref}}
{{ref}}
*Abu Zahra, Muhammad. ''Tārīkh al-Madzāhib al-Islāmiyyah''. Dar al-Fikr al-Arabi, 1989.
 
*Anjuman-e Din wa Zendegi Umumi Pew. ''Naqsye Jam'iyyat Musalmānān-e Jahān''. Diterjemahkan oleh Mahmud Taqi Zadeh Dawari. Qom: Entesyarat Syiah Syenasi, 1393 HS (2014).
{{akhir}}
*Asy'ari, Sa'ad bin Abdullah. ''Al-Maqālāt wa al-Firaq''. Markaz Entesyarat Ilmi wa Farhanggi, 1360 HS (1981).
 
*Farahidi, Khalil bin Ahmad. ''Al-'Ain''. Diedit oleh Mahdi Makhzumi dan Ibrahim Samarai. Qom: Nasyr-e Hejrat, 1410 H.
*Fayyadh, Abdullah. ''Peidāyesy wa Gusytaresy-e Tasyayyu' ''. Diterjemahkan oleh Sayid Jawad Khatami. Sabzewar: Entesyarat-e Ibnu Yamin, 1382 HS(2003).
*Heinz Halm. ''Tasyayyu' ''. Diterjemahkan oleh Muhammad Taqi Akbari. Qom: Nasyr-e Adyan, 1389 HS (2010).
*Ja'fariyan, Rasul. ''Tārīkh-e Tasyayyu' dar Iran az Āghāz ta Thulū'-e Daulat-e Shafawi''. Tehran: Nasyr-e Islami, 1388  HS(2009).
*Jannati, Muhammad Ibrahim. ''Manābe' Ejtehād az Dīdgāh-e Madzāheb-e Islāmī''.
*Jurjani, Mir Sayid Syarif. ''Syarh al-Mawāqif fī 'Ilm al-Kalām''. Diedit oleh Badruddin Na'sani. Qom: Asy-Syarif ar-Radhi, 1325 H.
*Kasyifi, Muhammad Ridha. ''Kalām-e Syiah Māhiyat, Mukhtashshāt wa Manābi' ''. Tehran: Sazman-e Entesyarat Pazuhesygah-e Farhang wa Andisye-ye Islami, 1387 HS(2008).
*Mufid, Muhammad bin Muhammad.''Al-Amāli''. Qom: Muktamar Syeikh Mufid, 1413 H.
*Muharrami, Ghulam Hasan. ''Tārīkh-e Tasyayyu' az Āghāz tā Pāyān-e Gheibat-e Shugrā''. Qom: Muassese Amuzesyi wa Pazuhesyi Imam Khomeini, 1382 HS (2003).
*Muzhaffar, Muhammad Ridho. ''Aqāid al-Imāmiyyah''. Qom: Ismailiyan, 1387 HS(2008).
*Naubakhti, Hasan bin Musa.  ''Firaq asy-Syiah''. Beirut: Dar al-Adhwa`, 1404 H.
*Rumlu, Hasan Beg. ''Ahsan at-Tawārīkh''. Diedit Abdul Husain Nawai. Tehran: Entesyarat Babak, 1357 HS (1978).
*Shabiri, Husain. ''Tārīkh-e Firaq-e Eslāmī''. Tehran: Samt, 1384 HS (2005).
*Sulthani, Mushthafa. ''Tārīkh wa Aqāyed-e Zaidiyyeh''.
*Suyuthi, Abdurrahman bin Abi Bakr. ''Ad-Durr al-Mantsūr fī Tafsīr al-Ma'tsūr''. Qom: Maktabah Ayatullah Mar'asyi Najafi, 1404 H.
*Syahristani, Muhammad bin 'Abdul Karim. ''Al-Milal wa an-Nihal''. Riset Muhammad Badran. Qom: Asy-Syarif ar-Radhi, 1364 HS (1985).
*Syaibi, Kamil Mushthafa. ''Tasyayyu' wa Tashawwuf''. Diterjemahkan oleh Ali Ridha Dzekawati Qaraguzlu. Tehran: Amir Kabir, 1385 HS (2006).
*Thabathabai, Sayid Muhammad Husain. ''Syiah dar Islam''. Qom: Ismailiyan,1379 HS(2000).
*Thusi, Muhammad bin Hasan. ''Al-Ghaibah''. Qom: Dar al-Ma'arif al-Islamiyyah, 1411 H.
{{Akhir}}
{{Islam Navbox}}
{{Islam Navbox}}


confirmed, templateeditor
5.284

suntingan