Lompat ke isi

Ghina': Perbedaan antara revisi

3 bita ditambahkan ,  28 Maret 2023
imported>Rizal
imported>Rizal
Baris 11: Baris 11:
Beberapa fuqaha lainnya tidak setuju dengan keharaman ghina’ secara zatnya dan secara mutlak, akan tetapi mengatakan bahwa ghina’ adalah haram hanya jika disertai dengan tharb (yang menyebabkan kepuasaan dan kegembiraan serta kesedihan jiwa) atau lahw (hura-hura yang menyebabkan maksiat) dan la’ib (sia-sia);  Diantaranya Muhaqqiq Karaki,<ref> Muhaqqiq Karaki, ''Jami' al-Maqashid'', 1414 Q, jld. 4, hlm. 23 </ref> Faidh Kâsyâni,<ref> Faidh Kasyani, ''Wafi'', 1406 Q, jld. 17, hlm. 218 </ref> Muhaqqiq Sabzawâri,<ref> Muhaqqiq sabzawari, ''Kifayah al-Ahkam'', 1423 Q, jld. 1, hlm. 432-433 </ref> Syekh Anshâri<ref> Syekh Anshari, ''Makasib Muharramah'', 1411 Q, jld. 1, hlm. 141-145 </ref> dan Imam Khumaini<ref> Khumaini, ''Makasib Muharramah'', 1415 Q, jld. 1, hlm. 299 </ref>.
Beberapa fuqaha lainnya tidak setuju dengan keharaman ghina’ secara zatnya dan secara mutlak, akan tetapi mengatakan bahwa ghina’ adalah haram hanya jika disertai dengan tharb (yang menyebabkan kepuasaan dan kegembiraan serta kesedihan jiwa) atau lahw (hura-hura yang menyebabkan maksiat) dan la’ib (sia-sia);  Diantaranya Muhaqqiq Karaki,<ref> Muhaqqiq Karaki, ''Jami' al-Maqashid'', 1414 Q, jld. 4, hlm. 23 </ref> Faidh Kâsyâni,<ref> Faidh Kasyani, ''Wafi'', 1406 Q, jld. 17, hlm. 218 </ref> Muhaqqiq Sabzawâri,<ref> Muhaqqiq sabzawari, ''Kifayah al-Ahkam'', 1423 Q, jld. 1, hlm. 432-433 </ref> Syekh Anshâri<ref> Syekh Anshari, ''Makasib Muharramah'', 1411 Q, jld. 1, hlm. 141-145 </ref> dan Imam Khumaini<ref> Khumaini, ''Makasib Muharramah'', 1415 Q, jld. 1, hlm. 299 </ref>.


Para peneliti mengatakan bahwa perbedaan putusan fatwa tersebut disebabkan oleh perbedaan dari definisi ghina’ yang mereka miliki; Karena sebagian dari mereka menganggap tharb atau lahw dan la’ib sebagai inti dari konsep ghina’. Oleh karena itu, mereka memberikan fatwa keharaman ghina’ berdasarkan definisnya, dan sebagian ulama lainnya yang menganggap hal-hal tersebut terpisah dari konsep ghina’, sehingga mereka tidak menganggap ghina secara zatnya adalah haram.<ref> Yusufi Maqdam, ''Pazuhesh dar Ghina'', 1391 S, hlm. 22-31: Qazi Zadeh, ''Gina az Didgahe Islam'', hm. 337-341: Sayid Karimi, ''Naqd va Barresiye Taarife Maujud dar Mauzue Ghina'', hlm. 117-120 </ref>
Para peneliti mengatakan bahwa perbedaan putusan fatwa tersebut disebabkan oleh perbedaan dari definisi ghina’ yang mereka miliki; Karena sebagian dari mereka menganggap tharb atau lahw dan la’ib sebagai inti dari konsep ghina’. Oleh karena itu, mereka memberikan fatwa keharaman ghina’ berdasarkan definisnya, dan sebagian ulama lainnya yang menganggap hal-hal tersebut terpisah dari konsep ghina’, sehingga mereka tidak menganggap ghina secara zatnya adalah haram.<ref> Yusufi Maqdam, ''Pazuhesh dar Ghina''', 1391 S, hlm. 22-31: Qazi Zadeh, ''Gina' az Didgahe Islam'', hm. 337-341: Sayid Karimi, ''Naqd va Barresiye Taarife Maujud dar Mauzue Ghina''', hlm. 117-120 </ref>


==Ghina' yang Halal Seperti Apa?==
==Ghina' yang Halal Seperti Apa?==
Pengguna anonim