Lompat ke isi

Kesyahidan Sayidah Fatimah sa: Perbedaan antara revisi

imported>Yuwono
imported>Yuwono
Baris 39: Baris 39:
Akar perbedaan mengenai tema kesyahidan Fatimah sa adalah meninggalnya beliau yang terjadi dalam waktu singkat paska kewafatan [[Nabi saw]] dan perseteruan yang terjadi terkait masalah pengganti Nabi Muhammad saw. Setelah kelompok [[Anshar]] dan [[Muhajirin]] berbaiat kepada Abu Bakar di [[Saqifah Bani Saidah]], sekelompok sahabat enggan berbait kepada Abu Bakar karena pesan dan wasiat Nabi saw akan kekhalifahan dan kepenggantian [[Ali bin Abi Thalib]]. Karena itu, atas perintah Abu Bakar, Umar bin Khatthab bersama beberapa orang pergi ke rumah Ali as untuk mengambil [[baiat]] darinya, dan Umar mengancam jika ia tidak berbaiat maka akan membakar rumah dan penghuninya.<ref>Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 3, hlm. 202; Ibnu Abd Rabbah, ''al-'Aqd al-Farid, jld. 5, hlm. 15</ref> Pada periode ini, Fatimah sa menemui Abu Bakar untuk memprotes penyitaan tanah [[Fadak]] oleh para pekerja Abu Bakar dan menuntut darinya supaya dikembalikan.<ref>Baladzuri, ''Futuh al-Buldan'', hlm. 40 dan 41</ref> Setelah pejabat kekhalifahan tidak sudi mengembalikan tanah Fadak, Sayidah Fatimah az-Zahra sa pergi ke [[Masjid Nabi]] menyampaikan pidato protesnya.<ref>Syahidi, ''Zandegi-ye Fatimah Zahra as'', hlm. 126-135</ref>
Akar perbedaan mengenai tema kesyahidan Fatimah sa adalah meninggalnya beliau yang terjadi dalam waktu singkat paska kewafatan [[Nabi saw]] dan perseteruan yang terjadi terkait masalah pengganti Nabi Muhammad saw. Setelah kelompok [[Anshar]] dan [[Muhajirin]] berbaiat kepada Abu Bakar di [[Saqifah Bani Saidah]], sekelompok sahabat enggan berbait kepada Abu Bakar karena pesan dan wasiat Nabi saw akan kekhalifahan dan kepenggantian [[Ali bin Abi Thalib]]. Karena itu, atas perintah Abu Bakar, Umar bin Khatthab bersama beberapa orang pergi ke rumah Ali as untuk mengambil [[baiat]] darinya, dan Umar mengancam jika ia tidak berbaiat maka akan membakar rumah dan penghuninya.<ref>Thabari, ''Tarikh al-Umam wa al-Muluk'', jld. 3, hlm. 202; Ibnu Abd Rabbah, ''al-'Aqd al-Farid, jld. 5, hlm. 15</ref> Pada periode ini, Fatimah sa menemui Abu Bakar untuk memprotes penyitaan tanah [[Fadak]] oleh para pekerja Abu Bakar dan menuntut darinya supaya dikembalikan.<ref>Baladzuri, ''Futuh al-Buldan'', hlm. 40 dan 41</ref> Setelah pejabat kekhalifahan tidak sudi mengembalikan tanah Fadak, Sayidah Fatimah az-Zahra sa pergi ke [[Masjid Nabi]] menyampaikan pidato protesnya.<ref>Syahidi, ''Zandegi-ye Fatimah Zahra as'', hlm. 126-135</ref>


Sumber-sumber referensi Syiah hampir sepakat bahwa Muhsin, kandungan janin Fatimah, gugur akibat penyerangan ke rumahnya.<ref> Allah Akbari, ''Muhsin bin Ali'', hlm. 68-72; Sebagai contoh lihatlah, Muqaddas Ardabilli, ''Ushuluddin'', hlm. 113-114; Syekh Mufid, ''al-Ikhtishash'', hlm. 185</ref> Dan menurut sebagian sumber referensi [[Ahlusunah]], ia lahir dalam keadaan hidup dan meninggal di masa masih kanak-kanak.<ref> Ibnu Qutaibah Dinawari, ''al-Ma'arif'', hlm. 211</ref> Pun demikian, [[Ibu Abil Hadid Mu'tazili]] (w. 656 H), pensyarah [[Nahjul Balaghah]], dalam dialognya dengan gurunya, Abu Ja'far Naqib, mengisyaratkan kepada gugurnya Muhsin dalam proses pengambilan baiat dari Imam Ali as.<ref>Ibnu Abdil Hadid, ''Syarah Nahjul Balaghah'', jld. 14, hlm. 192-193</ref> Keyakinan ini juga dinisbahkan kepada Ibrahim bin Sayyar yang tersohor dengan sebutan Nazzham Mu'tazili (w. 221 H).<ref>Syahristani, ''al-Milal wa Nihal'', jld. 1, hlm. 71</ref>
Sumber-sumber referensi Syiah hampir sepakat bahwa Muhsin, kandungan janin Fatimah, gugur akibat penyerangan ke rumahnya.<ref> Allah Akbari, ''Muhsin bin Ali'', hlm. 68-72; Sebagai contoh lihatlah, Muqaddas Ardabilli, ''Ushuluddin'', hlm. 113-114; Syekh Mufid, ''al-Ikhtishash'', hlm. 185</ref> Dan menurut sebagian sumber referensi [[Ahlusunah]], ia lahir dalam keadaan hidup dan meninggal di masa masih kanak-kanak.<ref> Ibnu Qutaibah Dinawari, ''al-Ma'arif'', hlm. 211</ref> Pun demikian, [[Ibnu Abil Hadid Mu'tazili]] (w. 656 H), pensyarah [[Nahjul Balaghah]], dalam dialognya dengan gurunya, Abu Ja'far Naqib, mengisyaratkan kepada gugurnya Muhsin dalam proses pengambilan baiat dari Imam Ali as.<ref>Ibnu Abdil Hadid, ''Syarah Nahjul Balaghah'', jld. 14, hlm. 192-193</ref> Keyakinan ini juga dinisbahkan kepada Ibrahim bin Sayyar yang tersohor dengan sebutan Nazzham Mu'tazili (w. 221 H).<ref>Syahristani, ''al-Milal wa Nihal'', jld. 1, hlm. 71</ref>


Berdasarkan kutipan yang beraneka ragam, Fatimah dikuburkan di malam hari.<ref> Yusuf Gharawi, ''Mausu'ah al-Tarikh al- Islami'', jld. 4, hlm. 157-162</ref> Menurut penuturan Yusufi Gharawi, peneliti sejarah abad kelimabelas, penguburan di malam hari dilakukan atas wasiat Sayidah Fatimah az-Zahra,<ref> Yusuf Gharawi, ''Mausu'ah al-Tarikh al- Islami'', jld. 4, hlm. 144-147</ref>  sebab sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat,<ref> Sebagai contoh lihatlah, Fattal Naisyaburi, ''Raudhah al-Wa'izhin'', jld. 1, hlm. 151</ref> Fatimah tidak rela bahwa mereka yang pernah berbuat zalim kepada dirinya ikut serta dalam [[Tasyyi' dan Penguburan Sayidah Fatimah sa|tasyyi dan pemakamannya]].
Berdasarkan kutipan yang beraneka ragam, Fatimah dikuburkan di malam hari.<ref> Yusuf Gharawi, ''Mausu'ah al-Tarikh al- Islami'', jld. 4, hlm. 157-162</ref> Menurut penuturan Yusufi Gharawi, peneliti sejarah abad kelimabelas, penguburan di malam hari dilakukan atas wasiat Sayidah Fatimah az-Zahra,<ref> Yusuf Gharawi, ''Mausu'ah al-Tarikh al- Islami'', jld. 4, hlm. 144-147</ref>  sebab sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat,<ref> Sebagai contoh lihatlah, Fattal Naisyaburi, ''Raudhah al-Wa'izhin'', jld. 1, hlm. 151</ref> Fatimah tidak rela bahwa mereka yang pernah berbuat zalim kepada dirinya ikut serta dalam [[Tasyyi' dan Penguburan Sayidah Fatimah sa|tasyyi dan pemakamannya]].
Pengguna anonim