Pengguna anonim
Firqah Najiyah: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Makhtum |
imported>Ali al-Hadadi Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 21: | Baris 21: | ||
===Kevalidan Hadist=== | ===Kevalidan Hadist=== | ||
Ada berbagai perdebatan tentang kevalidan hadits Iftiraq. Ibn Hazm Andalusi (w.456 H), salah satu ulama [[Ahlussunnah]], menganggap hal itu tidak dapat diterima dan tidak benar.<ref>Ibn Hazm. ''Al-Fisl'', jld. 3, hlm. 292</ref> Dan menurut pendapat Ibn Wazir, ulama fiqh dari mazhab Zaidi (w.840 H.), dibagian terakhir hadist tersebut (semua terkecuali satu sekte adalah penghuni neraka) adalah kalimat buatan. <ref>Ibn Wazir. ''Al-Awasim wa al-Qawasim'', jld. 3, hlm. 170-172</ref> Dalam hal, sebagian dari kitab-kitab hadis [[Syiah]] <ref>sebagai contoh silahkan lihat. Syeikh Shaduq. ''Al-Khisal'', jld. 1, hlm. 584-585; Allamah Majeisi. ''Bihar al-Anwar'', jld. 28, hlm. 13</ref> dan Ahlussunnah. <ref>sebagai contoh silahkan lihat. Ibnu Hanbal ''Musnad'', jld. 3, hlm. 569; Ibnu Abi Asm. ''Al-Sunnah'', jld. 1, hlm. 75-80; Tabrani. ''Al-Mu'jam al-Kabir'',''Mutaba'ah al-Ammah, jld.18 ,hlm.51 </ref> dan sebagian dari para penulis kitab tentang mazhab dan agama <ref>sebagai contoh silahkan lihat. Al-Bagdadi. ''Al-Firqa bayn al-Firqa'', hlm. 5-8; Subhani. ''Buhtsu fii al-Millal wa al-Nihal''. Muasassah al-Nasr al-Islami jld. 1, hlm. 24-25</ref> telah mengutip dan menerima hadits tersebut. Oleh karena itu, dikatakan bahwa hadist Iftiraq tidak hanya disebut sebagai hadist masyhur dan mustafidz <ref>Subhani. ''Al-Firqa bayn al-Firqa'', hlm. 5-8; Subhani. ''Buhtsu fii al-Millal wa al-Nihal''. Muasassah al-Nasr al-Islami jld. 1, hlm. 23; Muzhafar. ''Dalail al-Sadiq'', jld. 5, hlm. 289</ref> tetapi juga termasuk dalam hadist Mutawatir <ref>Ibnu Tawwuus. ''Al-Tharaif'', jld. 1, hlm. 287 & jld. 2, hlm. 259; Manawai. ''Faid al-Qodir'', jld. 2, hlm. 20</ref> atau mendekati Mutawatir <ref>Al Amadi. ''al-Ihkam fii Ushul al-Ahkam''. Dar al-Kutub al-Alamiyah, jld. 1, hlm. 219</ref>. Karena hadis ini adalah khabar wahid maka tidak bisa bersandar kepada hadis ini untuk menentukan akidah kita dan firqah najiyah.<ref>Ogho Nuri, ''Hadist iftiraq Ummat'', hlm. 136</ref> Akan tetapi menurut Ayyatullah Subhani karena hadis ini banyak dinukil dalam | Ada berbagai perdebatan tentang kevalidan hadits Iftiraq. Ibn Hazm Andalusi (w.456 H), salah satu ulama [[Ahlussunnah]], menganggap hal itu tidak dapat diterima dan tidak benar.<ref>Ibn Hazm. ''Al-Fisl'', jld. 3, hlm. 292</ref> Dan menurut pendapat Ibn Wazir, ulama fiqh dari mazhab Zaidi (w.840 H.), dibagian terakhir hadist tersebut (semua terkecuali satu sekte adalah penghuni neraka) adalah kalimat buatan. <ref>Ibn Wazir. ''Al-Awasim wa al-Qawasim'', jld. 3, hlm. 170-172</ref> Dalam hal, sebagian dari kitab-kitab hadis [[Syiah]] <ref>sebagai contoh silahkan lihat. Syeikh Shaduq. ''Al-Khisal'', jld. 1, hlm. 584-585; Allamah Majeisi. ''Bihar al-Anwar'', jld. 28, hlm. 13</ref> dan Ahlussunnah. <ref>sebagai contoh silahkan lihat. Ibnu Hanbal ''Musnad'', jld. 3, hlm. 569; Ibnu Abi Asm. ''Al-Sunnah'', jld. 1, hlm. 75-80; Tabrani. ''Al-Mu'jam al-Kabir'',''Mutaba'ah al-Ammah, jld.18 ,hlm.51 </ref> dan sebagian dari para penulis kitab tentang mazhab dan agama <ref>sebagai contoh silahkan lihat. Al-Bagdadi. ''Al-Firqa bayn al-Firqa'', hlm. 5-8; Subhani. ''Buhtsu fii al-Millal wa al-Nihal''. Muasassah al-Nasr al-Islami jld. 1, hlm. 24-25</ref> telah mengutip dan menerima hadits tersebut. Oleh karena itu, dikatakan bahwa hadist Iftiraq tidak hanya disebut sebagai hadist masyhur dan mustafidz <ref>Subhani. ''Al-Firqa bayn al-Firqa'', hlm. 5-8; Subhani. ''Buhtsu fii al-Millal wa al-Nihal''. Muasassah al-Nasr al-Islami jld. 1, hlm. 23; Muzhafar. ''Dalail al-Sadiq'', jld. 5, hlm. 289</ref> tetapi juga termasuk dalam hadist Mutawatir <ref>Ibnu Tawwuus. ''Al-Tharaif'', jld. 1, hlm. 287 & jld. 2, hlm. 259; Manawai. ''Faid al-Qodir'', jld. 2, hlm. 20</ref> atau mendekati Mutawatir <ref>Al Amadi. ''al-Ihkam fii Ushul al-Ahkam''. Dar al-Kutub al-Alamiyah, jld. 1, hlm. 219</ref>. Karena hadis ini adalah khabar wahid maka tidak bisa bersandar kepada hadis ini untuk menentukan akidah kita dan firqah najiyah.<ref>Ogho Nuri, ''Hadist iftiraq Ummat'', hlm. 136</ref> Akan tetapi menurut Ayyatullah Subhani karena hadis ini banyak dinukil dalam kitab-kitab sunni dan syiah maka kelemehan sanadnya bisa dikesampingkan. Penukilan hadis ini didalam sumber-sumber memberikan keyakinan dan kepercayaan pada hadis tersebut.<ref>Subhani, ''Buhuts fi al-Milal wa al-Nihal'', Muassasah al-Imam al-Shadiq, jld. 1, hlm. 25</ref> | ||
==Manakah Golongan Yang Selamat?== | ==Manakah Golongan Yang Selamat?== | ||
Mengenai penentuan perwujudan golongan yang selamat terjadi perbedaan pendapat di antara ulama mazhab-mazhab. Umumnya setiap dari mereka mengklaim mazhabnya sebagai golongan yang selamat, | Mengenai penentuan perwujudan golongan yang selamat terjadi perbedaan pendapat di antara ulama mazhab-mazhab. Umumnya setiap dari mereka mengklaim mazhabnya sebagai golongan yang selamat, sementara 73 golongan yang lain celaka:<ref>Baghdadi, ''al-Farqu baina al-Firaq'', hlm. 11-21; Isfarayini, ''al-Tabshir fi al-Din'', hlm. 23-25; Malathi Syafii, ''al-Tanbih wa al-Radd'', hlm. 12</ref> Jamaluddin Razi dari ulama [[Syiah]] dalam kitab ''Tabshirat al-'Awām fi Ma'rifati Maqālāt al-Anām'',<ref>Razi, ''Tabshirat al-Awam'', hlm. 194-199</ref>Jakfar bin Manshur Al Yaman dari ulama Ismailiyah dalam kitab ''Sarāir wa Asrār al-Nuthaqā''<ref>''Sarāir wa Asrār al-Nuthaqā''', hlm. 243</ref> dan Syahrestani dari ulama [[Ahlusunnah]] dalam kitab ''al-Milal wa al-Nihal''<ref>Syahrestani, ''al-Milal wa al-Nihal'', jl. 1, hlm. 19-20</ref> mengklaim mazhab dirinya sebagai bentuk nyata dari Firqah Najiyah. | ||
Untuk menentukan bentuk nyata Firqah Najiyah terkadang didasarkan pada berbagai penukilan hadis tujuh puluh tiga golongan<ref>Agha Nuriz ''Hadits-e Iftiraq-e Ummat...'', hlm. 133</ref> dan setiap golongan memilih satu penukilan yang mendukung golongannya sendiri.<ref>Agha Nuri, ''Hadits-e Iftiraq-e Ummat..'', hlm. 133</ref> Berdasarkan hasil penelitian Ali Agha Nuri, dalam kutipan-kutipan hadis ini ada lima belas ungkapan beragam untuk menentukan Firqah Najiyah<ref>Agha Nuri, ''Hadits-e Iftiraq-e Ummat..'', hlm. 134</ref> yang mana delapan ungkapan darinya berkenaan dengan [[kepemimpinan]] Ali as atau mengikuti [[Ahlulbait]] atau syiah [[Imam Ali as]].<ref>Agha Nuri, ''Hadits-e Iftiraq-e Ummat..'', hlm. 134</ref> meskipun menurut dia dalam sebagian kutipan-kutipan itu tidak disinggung tolok ukur keselamatan.<ref>Agha Nuri, Hadits-e Iftiraq-e Ummat, hlm. 131</ref> | Untuk menentukan bentuk nyata Firqah Najiyah terkadang didasarkan pada berbagai penukilan hadis tujuh puluh tiga golongan<ref>Agha Nuriz ''Hadits-e Iftiraq-e Ummat...'', hlm. 133</ref> dan setiap golongan memilih satu penukilan yang mendukung golongannya sendiri.<ref>Agha Nuri, ''Hadits-e Iftiraq-e Ummat..'', hlm. 133</ref> Berdasarkan hasil penelitian Ali Agha Nuri, dalam kutipan-kutipan hadis ini ada lima belas ungkapan beragam untuk menentukan Firqah Najiyah<ref>Agha Nuri, ''Hadits-e Iftiraq-e Ummat..'', hlm. 134</ref> yang mana delapan ungkapan darinya berkenaan dengan [[kepemimpinan]] Ali as atau mengikuti [[Ahlulbait]] atau syiah [[Imam Ali as]].<ref>Agha Nuri, ''Hadits-e Iftiraq-e Ummat..'', hlm. 134</ref> meskipun menurut dia dalam sebagian kutipan-kutipan itu tidak disinggung tolok ukur keselamatan.<ref>Agha Nuri, Hadits-e Iftiraq-e Ummat, hlm. 131</ref> |