Pengguna anonim
Muwalat: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Yuwono |
imported>Hakimah Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
| Artikel pilihan = | | Artikel pilihan = | ||
}}}}</onlyinclude> | }}}}</onlyinclude> | ||
'''Muwalat''' (bahasa Arab: {{ia|الموالاة}}) yaitu tidak | '''Muwalat''' (bahasa Arab: {{ia|الموالاة}}) yaitu tidak memberi jarak antara bagian-bagian sebuah pekerjaan (berkesinambungan). Menjaga kesinambungan dalam [[wudu]] dan [[salat]] merupakan salah satu syarat keabsahannya, namun tidak [[wajib]] menjaganya dalam [[mandi]]. Sebagian dari para [[Fakih]] juga menganggap perlu dan harus menjaga kesinambungan atau muwalat antara bagian-bagian kalimat kontrak secara syar'i (ijab dan kabul). Tolak ukur dalam menentukan muwalat adalah pandangan umum masyarakat bagaimana menilainya. | ||
==Terminologi== | ==Terminologi== | ||
Muwalat memiliki arti dua hal yang datang berturut-turut atau silih berganti.<ref> Ibnu Manzhur, ''Lisan al-Arab'', jld.15, hlm.412.</ref> Dalam istilah [[fikih]], melaksanakan bagian-bagian ibadah seperti [[salat]] dan [[wudu]] dengan berturut-turut tanpa ada jarak, itu disebut muwalat. <ref> Bashmehji, ''Mu'jam Musthalahat alfazh al-Fiqh al-Islami'', hlm.556.</ref> Para [[fakih]] telah menyerahkan tolak ukur penentuan muwalat kepada masyarakat umum. <ref> Misykini, ''Musthalahat al-Fiqh'', hlm.518.</ref> | Muwalat memiliki arti dua hal yang datang berturut-turut atau silih berganti.<ref> Ibnu Manzhur, ''Lisan al-Arab'', jld.15, hlm. 412.(terkait ayat ''Wala''</ref> Dalam istilah [[fikih]], melaksanakan bagian-bagian ibadah seperti [[salat]] dan [[wudu]] dengan berturut-turut tanpa ada jarak, itu disebut muwalat. <ref> Bashmehji, ''Mu'jam Musthalahat alfazh al-Fiqh al-Islami'', hlm. 556.</ref> Para [[fakih]] telah menyerahkan tolak ukur penentuan muwalat kepada masyarakat umum. <ref> Misykini, ''Musthalahat al-Fiqh'', hlm. 518.</ref> | ||
==Kewajiban-Kewajiban== | ==Kewajiban-Kewajiban== | ||
Menjaga muwalat dianggap sebagai salah satu syarat | Menjaga muwalat dianggap sebagai salah satu syarat benarnya dari sebagian ibadah, diantaranya adalah: | ||
*'''Salat''': Bagian-bagian [[salat]] seperti bacaan [[surah]], [[rukuk]] dan [[sujud]] harus dilakukan secara berturut-turut. Tidak menjaga muwalat sebagaimana yang dikatakan oleh masyarakat umum (dalam artian masyarakat mengatakan dia tidak menjaga kesinambungan salat) maka hal itu dapat membatalkan salat. <ref> Kasyif al-Ghitha, ''Sual wa Jawab'', hlm.76; Bani Hasyimi Khumaini, ''Taudhih al-Masail Maraji''', jld.1, hlm.602, masalah 1114.</ref> Namun yang pasti, memperlama | *'''Salat''': Bagian-bagian [[salat]] seperti bacaan [[surah]], [[rukuk]] dan [[sujud]] harus dilakukan secara berturut-turut. Tidak menjaga muwalat sebagaimana yang dikatakan oleh masyarakat umum (dalam artian masyarakat mengatakan dia tidak menjaga kesinambungan salat) maka hal itu dapat membatalkan salat. <ref> Kasyif al-Ghitha, ''Sual wa Jawab'', hlm. 76; Bani Hasyimi Khumaini, ''Taudhih al-Masail Maraji''', jld. 1, hlm. 602, masalah 1114.</ref> Namun yang pasti, memperlama rukuk dan sujud atau membaca surah-surah yang panjang, hal itu tidak merusak muwalat. <ref> Bani Hasyimi Khumaini, ''Taudhih al-Masail Maraji''', jld. 1, hlm. 603, masalah 1116.</ref> | ||
*'''Wudu''': Ketika mengambil [[wudu]], tidak boleh ada jarak atau | *'''Wudu''': Ketika mengambil [[wudu]], tidak boleh ada jarak atau jeda antara membasuh dan mengusap anggota wudu. Sehingga saat membasuh atau mengusap anggota wudu, kelembapan dari anggota sebelumnya menjadi kering. <ref> Bani Hasyimi Khumaini, ''Taudhih al-Masail Maraji''', jld. 1, hlm. 173, masalah 283 dan 284.</ref> | ||
*'''Azan dan Iqamah''': Menurut [[fatwa]] para [[ | *'''Azan dan Iqamah''': Menurut [[fatwa]] para [[Fakih]] [[Syiah]], salah satu syarat keabsahan [[azan]] dan [[iqamah]] adalah menjaga muwalat di antara frasa-frasa azan dan iqamah.<ref> Thabathabai Yazdi, ''al-Urwah al-Wusqa'', jld. 2, hlm. 425.</ref> | ||
*'''Akad syar'i''': Menurut fatwa sebagian [[ | *'''Akad syar'i''': Menurut fatwa sebagian [[Fukaha]], menjaga muwalat atau kesinambungan antara bagian-bagian akad syar'i perlu diperhatikan. Seperti transaksi jual beli dan [[nikah]] yang memiliki dua komponen ijab dan kabul dan diumumkannya persetujuan dan keridhoan kedua belah pihak yang dilakukan dengan bentuk atau shigah khusus. <ref> Syekh Anshari, ''Kitab al-Makasib'', jld. 3, hlm. 157-161.</ref> | ||
==Mustahab dalam Mandi== | ==Mustahab dalam Mandi== | ||
Menurut penuturan [[Faidh Kasyani]], sesuai dengan [[fatwa]] para [[ | Menurut penuturan [[Faidh Kasyani]], sesuai dengan [[fatwa]] para [[Fakih]] [[Imamiyah]], tidak diwajibkan untuk menjaga muwalat dalam [[mandi]]; <ref> Faidh Kasyani, ''Mu'tasham al-Syiah'', jld. 1, hlm. 423.</ref> meskipun menjaga hal itu dalam mandi sebagai hal yang [[mustahab]]. <ref> Faidh Kasyani, ''Mu'tasham al-Syiah'', jld. 1, hlm. 423.</ref> | ||
==Catatan Kaki== | ==Catatan Kaki== | ||
Baris 32: | Baris 32: | ||
==Daftar Pustaka== | ==Daftar Pustaka== | ||
{{ref}} | {{ref}} | ||
*Bani Hasyimi Khumaini, Sayid Muhammad Hasan. ''Taudhih al-Masail Maraji'''. Teheran | *Bani Hasyimi Khumaini, Sayid Muhammad Hasan. ''Taudhih al-Masail Maraji'''. Teheran: Daftar Intisyarat Islami berafiliasi dengan Jami'ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom. 1383 S. | ||
*Bashmehji, Sair. ''Mu'jam Musthalahat alfazh al-Fiqh al-Islami''. Damaskus | *Bashmehji, Sair. ''Mu'jam Musthalahat alfazh al-Fiqh al-Islami''. Damaskus: Shafahat li al-Dirasah wa al-Nasyr, 2009. | ||
*Faidh Kasyani, Muhammad Muhsin bin Syah Murtadha. Mu'tasham al- | *Faidh Kasyani, Muhammad Muhsin bin Syah Murtadha. ''Mu'tasham al-Syiah fi Ahkam al-Syari'ah''. Teheran: Madrasah Ali Syahid Mutahhari, 1429 H. | ||
*Ibnu Manzhur, Muhammad bin Mukrim. Lisan al-Arab. Editor: Ahmad Faris. Beirut | *Ibnu Manzhur, Muhammad bin Mukrim. ''Lisan al-Arab''. Editor: Ahmad Faris. Beirut: Dar al-Fikr li Thaba'ah, 1414 H. | ||
*Kasyif al-Ghitha, Muhammad Husein bin Ali. Sual wa Jawab. Muassasah Kasyif al-Ghita. Tanpa Tahun. | *Kasyif al-Ghitha, Muhammad Husein bin Ali. Sual wa Jawab. Muassasah Kasyif al-Ghita. Tanpa Tahun. | ||
*Misykini, Mirza Ali. Musthalahat al-Fiqh. Qom | *Misykini, Mirza Ali. ''Musthalahat al-Fiqh''. Qom: Al-Hadi, 1428 H. | ||
*Syekh Anshari, Murtadha bin Muhammad Amin. Kitab al-Makasib wa al-Bai' wa al-Khiyarat. Qom | *Syekh Anshari, Murtadha bin Muhammad Amin. ''Kitab al-Makasib wa al-Bai' wa al-Khiyarat''. Qom: Kongres International peringatan Syekh Azham Anshari, 1415 H. | ||
*Thabathabai Hakim, sayid Muhsin. Mustamsak al-Urwah. Beirut | *Thabathabai Hakim, sayid Muhsin. ''Mustamsak al-Urwah''. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi. | ||
*Thabathabai Yazdi, Sayid Muhammad Kazhim. al-Urwah al- | *Thabathabai Yazdi, Sayid Muhammad Kazhim. ''al-Urwah al-Wusqa (Mahsyi)''. Qom: Muasasah al-Nasyr al-Islami, 1419 H. | ||
{{akhir}} | {{akhir}} | ||
{{Salat-salat}} | {{Salat-salat}} |