Pengguna anonim
Akhirat: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Ismail Dg naba Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 29: | Baris 29: | ||
==Dalil-Dalil Keberadaan Akhirat== | ==Dalil-Dalil Keberadaan Akhirat== | ||
Para ulama muslim menganggap bahwa dalil terpenting keberadaan akhirat adalah dalil naqli yang diantaranya adalah [[wahyu]]; yaitu keberadaan para nabi yang [[Ismah|maksum]], yang mengumumkan keberadaan akhirat dan menyeru kepada masyarakat untuk | Para ulama muslim menganggap bahwa dalil terpenting keberadaan akhirat adalah dalil naqli yang diantaranya adalah [[wahyu]]; yaitu keberadaan para nabi yang [[Ismah|maksum]], yang mengumumkan keberadaan akhirat dan menyeru kepada masyarakat untuk meyakininya, adalah dalil keberadaan alam akhirat. <ref> Muthahhari, ''Majmueh Atsar'', jld.2, hlm.502 dan 503.</ref> Salah satu dari dalil-dalil naqli dalam hal ini adalah ayat 7 [[Surah Al-Taghabun|Surah al-Taghabun]]: “{{ia |قُلْ بَلى وَ رَبِّي لَتُبْعَثُنَّ }} Katakanlah:" Ya demikianlah, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan,”. <ref> Misbah Yazdi, ''Amuzest Aqaid'', hlm.389.</ref> | ||
Menurut penuturan [[Murtadha Muthahhari]], selain dalil naqli, masih ada cara-cara lain untuk membuktikan alam akhirat, yang setidaknya itu dapat menjadi “bukti-bukti dan tanda-tanda” keberadaan alam akhirat. Dia menyebutkan tiga cara dalam hal ini: Pengenalan Tuhan, 2. Mengenal dunia dan 3. Mengenal jiwa dan roh manusia. <ref> Muthahhari, ''Majmueh Atsar'', jld.2, hlm.503.</ref> | Menurut penuturan [[Murtadha Muthahhari]], selain dalil naqli, masih ada cara-cara lain untuk membuktikan alam akhirat, yang setidaknya itu dapat menjadi “bukti-bukti dan tanda-tanda” keberadaan alam akhirat. Dia menyebutkan tiga cara dalam hal ini: Pengenalan Tuhan, 2. Mengenal dunia dan 3. Mengenal jiwa dan roh manusia. <ref> Muthahhari, ''Majmueh Atsar'', jld.2, hlm.503.</ref> | ||
Baris 35: | Baris 35: | ||
"Argumen hikmah atau kebijaksanaan" dan "argumen keadilan" adalah di antara argumen rasional atau akli yang dikemukakan oleh para teolog untuk membuktikan keberadaan alam akhirat. <ref> Misbah Yazdi, ''Amuzest Aqaid'', hlm.364 dan 366.</ref> | "Argumen hikmah atau kebijaksanaan" dan "argumen keadilan" adalah di antara argumen rasional atau akli yang dikemukakan oleh para teolog untuk membuktikan keberadaan alam akhirat. <ref> Misbah Yazdi, ''Amuzest Aqaid'', hlm.364 dan 366.</ref> | ||
Dalam argumen | Dalam argumen hikmah, dikatakan bahwa kehidupan manusia yang memiliki kemungkinan untuk hidup abadi tidak sesuai dengan hikmah [[Tuhan]] jika hal itu hanya terbatas dalam kehidupan duniawi; karena Tuhan menciptakan manusia untuk mencapai kesempurnaan setinggi mungkin, dan kesempurnaan tertinggi tidak bisa tercapai di dunia; dikarenakan nilai eksistensial kesempurnaan akhirat tidak sebanding dengan kesempurnaan duniawi. <ref> Misbah Yazdi, ''Amuzest Aqaid'', hlm.364.</ref> | ||
Argumen keadilan juga mengatakan: Karena di dunia ini orang-orang yang baik dan orang-orang jahat tidak melihat pahala dan hukuman mereka sebagaimana yang selayaknya mereka terima, [[keadilan Allah]] menuntut adanya dunia lain di mana setiap orang mencapai apa yang layak dan pantas diterimanya. <ref> Misbah Yazdi, ''Amuzest Aqaid'', hlm.365.</ref> | Argumen keadilan juga mengatakan: Karena di dunia ini orang-orang yang baik dan orang-orang jahat tidak melihat pahala dan hukuman mereka sebagaimana yang selayaknya mereka terima, [[keadilan Allah]] menuntut adanya dunia lain di mana setiap orang mencapai apa yang layak dan pantas diterimanya. <ref> Misbah Yazdi, ''Amuzest Aqaid'', hlm.365.</ref> |