Lompat ke isi

Syahrbanu: Perbedaan antara revisi

Dari wikishia
imported>Esmail
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12: Baris 12:
  | Artikel pilihan =  
  | Artikel pilihan =  
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
'''Syahrbanu''' atau ''Syah-e Zanan'' menurut beberapa riwayat adalah istri Imam Husain as yang berkebangsaan Persia. Menurut sejumlah sejarawan dan ahli hadis, setelah penaklukan Iran oleh kaum muslimin, Imam Husain menikahi Syahrbanu dan dari pernikahan tersebut lahirlah Imam Sajjad ad. Berdasarkan sumber yang diyakini paling muktabar, Syahrbanu meninggal dunia selepas melahirkan Imam Sajjad as.  
'''Syahrbanu''' atau ''Syah-e Zanan'' menurut beberapa riwayat adalah istri [[Imam Husain as]] yang berkebangsaan Persia. Menurut sejumlah sejarawan dan ahli hadis, setelah penaklukan Iran oleh kaum muslimin, Imam Husain as menikahi Syahrbanu dan dari pernikahan tersebut lahirlah [[Imam Sajjad as]]. Berdasarkan sumber yang diyakini paling muktabar, Syahrbanu meninggal dunia selepas melahirkan Imam Sajjad as.  


Menurut riwayat dan catatan sejarah, Syahrbanu adalah putri Yazdgerd III, raja terakhir dari Dinasti Sassania. Sebagian lain berpendapat bahwa ia hanya perempuan Iran tanpa menyebutkan asal usulnya. Sementara juga terdapat pendapat yang meragukan bahwa ia adalah istri Imam Husain as.  
Menurut riwayat dan catatan sejarah, Syahrbanu adalah putri Yazdgerd III, raja terakhir dari Dinasti Sassania. Sebagian lain berpendapat bahwa ia hanya perempuan Iran tanpa menyebutkan asal usulnya. Sementara juga terdapat pendapat yang meragukan bahwa ia adalah istri Imam Husain as.  
Baris 19: Baris 19:


==Garis Keturunan==
==Garis Keturunan==
Ada ketidaksepakatan dikalangan sejarawan mengenai siapa ayah Syahrbanu.<ref>Yusufi Gharawi, Haul al-Sayidah Syahrbanu, hlm. 15</ref> Mayoritas berpendapat, ia adalah putri Yazdgerd III, raja Sassania terakhir. Para ahli yang berpendapat demikian adalah Ya'qubi<ref>Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 247</ref>, al-Naubakhti, al-Asy'ari al-Qummi, Hasan bin Muhammad al-Qummi <ref>Al-Qummi, Tarikh-e Qum, hlm. 196</ref>, Ibnu Abi Tsalj al-Bagdadi <ref>Bagdadi, Tarikh Ahl al-Bait, hlm. 121</ref>, Ibnu Hayyun<ref>Ibnu Hayyun, Syarh al-Akhbar, jld. 3, hlm. 266</ref>, dan Khalifah ibn Khayyat<ref>Tarikh Khalifah, hlm. 240</ref> pada abad ke-3 H, dan al-Kulaini <ref>Al-Kafi, jld. 1, hlm. 466</ref>dan Syaikh Shaduq<ref>Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 307; Shaduq, 'Uyun Akhbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 41</ref>pada abad ke-4 H.  
Ada ketidaksepakatan dikalangan sejarawan mengenai siapa ayah Syahrbanu.<ref>Yusufi Gharawi, ''Haul al-Sayidah Syahrbanu'', hlm. 15</ref> Mayoritas berpendapat, ia adalah putri Yazdgerd III, raja Sassania terakhir. Para ahli yang berpendapat demikian adalah Ya'qubi<ref>Ya'qubi, ''Tarikh al-Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 247</ref>, al-Naubakhti, ''al-Asy'ari al-Qummi'', Hasan bin Muhammad al-Qummi <ref>Al-Qummi, ''Tarikh-e Qum'', hlm. 196</ref>, Ibnu Abi Tsalj al-Bagdadi <ref>Bagdadi, ''Tarikh Ahl al-Bait'', hlm. 121</ref>, Ibnu Hayyun<ref>Ibnu Hayyun, ''Syarh al-Akhbar'', jld. 3, hlm. 266</ref>, dan Khalifah ibn Khayyat<ref>''Tarikh Khalifah'', hlm. 240</ref> pada abad ke-3 H, dan al-Kulaini <ref>''Al-Kafi'', jld. 1, hlm. 466</ref>dan Syaikh Shaduq<ref>Shaduq, ''Kamal al-Din'', jld. 1, hlm. 307; Shaduq, '''Uyun Akhbar al-Ridha'', jld. 1, hlm. 41</ref>pada abad ke-4 H.  


Syaikh Mufid juga dalam kitab al-Muqni'ah<ref>Syaikh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 472</ref>dan Syaikh Thusi dalam kitab al-Tahdzib<ref>Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 77</ref> menyebutkan ibu Imam Sajjad as adalah putri Yazdgerd. Namun sebagian dari sejarawan dan ahli hadis berpendapat berbeda dengan meyakini ibu Imam Sajjad as tersebut adalah perempuan Persia namun bukan putri dari Yazdgerd III.  
[[Syaikh Mufid]] juga dalam kitab ''al-Muqni'ah''<ref>Syaikh Mufid, ''al-Muqni'ah'', hlm. 472</ref>dan [[Syaikh Thusi]] dalam kitab ''Tahdzib''<ref>''Tahdzib al-Ahkam'', jld. 6, hlm. 77</ref> menyebutkan ibu Imam Sajjad as adalah putri Yazdgerd. Namun sebagian dari sejarawan dan ahli hadis berpendapat berbeda dengan meyakini ibu Imam Sajjad as tersebut adalah perempuan Persia namun bukan putri dari Yazdgerd III.  


Dalam kitab Majmal al-Tawarikh wa al-Qashash terdapat catatan-catatan yang beragam, diantaranya menyebutkan ayah Syahrbanu bernama Sanjan, salah seorang raja Persia.<ref>Majmal al-Tawarikh wa al-Qishash, Tehran, hlm. 456</ref>Ibnu Syahar Asyub dalam al-Manaqib setelah menjelaskan beragam pendapat mengenai identitas ibu Imam Sajjad as, ia menyebutkan bahwa ayah Syahrbanu bernama Nusyjan.<ref>Manaqib Al Abi Thalib as, jld. 4, hlm. 176</ref>Al-Irbili menukil dari Ibnu Khasysyab ayah Syahrbanu bernama Nusyjan. <ref>Irbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 105</ref>
Dalam kitab ''Majmal al-Tawarikh wa al-Qishash'' terdapat catatan-catatan yang beragam, diantaranya menyebutkan ayah Syahrbanu bernama Sanjan, salah seorang raja Persia.<ref>''Majmal al-Tawarikh wa al-Qishash'', Tehran, hlm. 456</ref>Ibnu Syahar Asyub dalam ''al-Manaqib'' setelah menjelaskan beragam pendapat mengenai identitas ibu Imam Sajjad as, ia menyebutkan bahwa ayah Syahrbanu bernama Nusyjan.<ref>''Manaqib Al Abi Thalib as'', jld. 4, hlm. 176</ref>Al-Irbili menukil dari Ibnu Khasysyab ayah Syahrbanu bernama Nusyjan. <ref>Irbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 105</ref>


==Menikah dengan Imam Husain as==
==Menikah dengan Imam Husain as==
Catatan-catatan sejarah yang menyebutkan peristiwa pernikahan Imam Husain as dengan Syahrbanu tidak sepakat mengenai waktu terjadinya. Sejarawan menyebutkan pernikahan tersebut berlangsung ketika Syahrbanu memasuki kota Madinah, namun kapan Syahrbanu memasuki kota Madinah tidak ada catatan yang jelas.  
Catatan-catatan sejarah yang menyebutkan peristiwa pernikahan Imam Husain as dengan Syahrbanu tidak sepakat mengenai waktu terjadinya. Sejarawan menyebutkan pernikahan tersebut berlangsung ketika Syahrbanu memasuki kota [[Madinah]], namun kapan Syahrbanu memasuki kota Madinah tidak ada catatan yang jelas.  


Berikut pendapat-pendapat yang muncul mengenai waktu berlangsungnya pernikahan antara Imam Husain as dengan Syahrbanu:
Berikut pendapat-pendapat yang muncul mengenai waktu berlangsungnya pernikahan antara Imam Husain as dengan Syahrbanu:
*Pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab, diriwayatkan oleh Al-Kulaini <ref>''Al-Kafi'', jld. 1, hlm. 467</ref>, Ya'qubi<ref>Ya'qubi, ''Tarikh al-Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 303</ref>, Mas'udi dalam kitab Itsbat al-Washiah<ref>Mas'udi, ''Itsbat al-Washiah'', hlm. 170</ref> dan al-Tsaqafi al-Kufi. <ref>Tsaqafi, ''al-Gharat'' (cet. al-Haditsah), jld. 2, hlm. 725</ref>
*Pada masa kekhalifahan [[Umar bin Khattab]], diriwayatkan oleh [[Al-Kulaini]] <ref>''Al-Kafi'', jld. 1, hlm. 467</ref>, Ya'qubi<ref>Ya'qubi, ''Tarikh al-Ya'qubi'', jld. 2, hlm. 303</ref>, Mas'udi dalam kitab Itsbat al-Washiah<ref>Mas'udi, ''Itsbat al-Washiah'', hlm. 170</ref> dan al-Tsaqafi al-Kufi. <ref>Tsaqafi, ''al-Gharat'' (cet. al-Haditsah), jld. 2, hlm. 725</ref>
*Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, disebutkan oleh Syaikh Shaduq dalam kitab 'Uyun Akhbar al-Ridha<ref>Shaduq, '''Uyun Akhbar al-Ridha'', jld. 2, hlm. 128, hadis no. 6</ref>
*Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, disebutkan oleh Syaikh Shaduq dalam kitab 'Uyun Akhbar al-Ridha<ref>Shaduq, '''Uyun Akhbar al-Ridha'', jld. 2, hlm. 128, hadis no. 6</ref>
*Pada masa kekhalifahan Imam Ali as, disebutkan oleh Syaikh Mufid<ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 1, hlm. 137</ref>, Fattal al-Naisyaburi <ref>Fattal Naisyaburi, ''Raudhah al-Wa'idzhin'', hlm. 332</ref>, Tabarsi<ref>Tabrisi, ''Taj al-Mawalid'', hlm. 89; Tabrisi, ''A'lam al-Wara'', jld. 1, hlm. 480</ref>dan Irbili<ref>Irbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 83</ref>.
*Pada masa kekhalifahan Imam Ali as, disebutkan oleh Syaikh Mufid<ref>Syaikh Mufid, ''al-Irsyad'', jld. 1, hlm. 137</ref>, Fattal al-Naisyaburi <ref>Fattal Naisyaburi, ''Raudhah al-Wa'idzhin'', hlm. 332</ref>, Tabarsi<ref>Tabrisi, ''Taj al-Mawalid'', hlm. 89; Tabrisi, ''A'lam al-Wara'', jld. 1, hlm. 480</ref>dan Irbili<ref>Irbili, ''Kasyf al-Ghummah'', jld. 2, hlm. 83</ref>.

Revisi per 8 Desember 2018 21.38

Syahrbanu atau Syah-e Zanan menurut beberapa riwayat adalah istri Imam Husain as yang berkebangsaan Persia. Menurut sejumlah sejarawan dan ahli hadis, setelah penaklukan Iran oleh kaum muslimin, Imam Husain as menikahi Syahrbanu dan dari pernikahan tersebut lahirlah Imam Sajjad as. Berdasarkan sumber yang diyakini paling muktabar, Syahrbanu meninggal dunia selepas melahirkan Imam Sajjad as.

Menurut riwayat dan catatan sejarah, Syahrbanu adalah putri Yazdgerd III, raja terakhir dari Dinasti Sassania. Sebagian lain berpendapat bahwa ia hanya perempuan Iran tanpa menyebutkan asal usulnya. Sementara juga terdapat pendapat yang meragukan bahwa ia adalah istri Imam Husain as.

Terdapat makam dibagian timur laut kota Rey, yang dikaitkan dengan Syahrbanu.

Garis Keturunan

Ada ketidaksepakatan dikalangan sejarawan mengenai siapa ayah Syahrbanu.[1] Mayoritas berpendapat, ia adalah putri Yazdgerd III, raja Sassania terakhir. Para ahli yang berpendapat demikian adalah Ya'qubi[2], al-Naubakhti, al-Asy'ari al-Qummi, Hasan bin Muhammad al-Qummi [3], Ibnu Abi Tsalj al-Bagdadi [4], Ibnu Hayyun[5], dan Khalifah ibn Khayyat[6] pada abad ke-3 H, dan al-Kulaini [7]dan Syaikh Shaduq[8]pada abad ke-4 H.

Syaikh Mufid juga dalam kitab al-Muqni'ah[9]dan Syaikh Thusi dalam kitab Tahdzib[10] menyebutkan ibu Imam Sajjad as adalah putri Yazdgerd. Namun sebagian dari sejarawan dan ahli hadis berpendapat berbeda dengan meyakini ibu Imam Sajjad as tersebut adalah perempuan Persia namun bukan putri dari Yazdgerd III.

Dalam kitab Majmal al-Tawarikh wa al-Qishash terdapat catatan-catatan yang beragam, diantaranya menyebutkan ayah Syahrbanu bernama Sanjan, salah seorang raja Persia.[11]Ibnu Syahar Asyub dalam al-Manaqib setelah menjelaskan beragam pendapat mengenai identitas ibu Imam Sajjad as, ia menyebutkan bahwa ayah Syahrbanu bernama Nusyjan.[12]Al-Irbili menukil dari Ibnu Khasysyab ayah Syahrbanu bernama Nusyjan. [13]

Menikah dengan Imam Husain as

Catatan-catatan sejarah yang menyebutkan peristiwa pernikahan Imam Husain as dengan Syahrbanu tidak sepakat mengenai waktu terjadinya. Sejarawan menyebutkan pernikahan tersebut berlangsung ketika Syahrbanu memasuki kota Madinah, namun kapan Syahrbanu memasuki kota Madinah tidak ada catatan yang jelas.

Berikut pendapat-pendapat yang muncul mengenai waktu berlangsungnya pernikahan antara Imam Husain as dengan Syahrbanu:

  • Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, diriwayatkan oleh Al-Kulaini [14], Ya'qubi[15], Mas'udi dalam kitab Itsbat al-Washiah[16] dan al-Tsaqafi al-Kufi. [17]
  • Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, disebutkan oleh Syaikh Shaduq dalam kitab 'Uyun Akhbar al-Ridha[18]
  • Pada masa kekhalifahan Imam Ali as, disebutkan oleh Syaikh Mufid[19], Fattal al-Naisyaburi [20], Tabarsi[21]dan Irbili[22].

Ibu Imam Sajjad as

Banyak dari rujukan utama dari kitab-kitab sejarah menyebutkan ibu Imam Sajjad as adalah putri dari Yazdgerd III, raja terakhir dari Dinasti Sassania, namun mengenai namanya terdapat perbedaan pendapat.

Diantara nama-nama yang disebutkan sebagai ibu Imam Sajjad as adalah sebagai berikut:

  • Syahrbanu: disebutkan oleh Syaikh Shaduq[23], Tabrisi dalam Taj al-Mawalid[24], Syaikh Mufid dalam Arsyad sebagai nama kemungkinan [25], al-Shaffar al-Qummi [26], al-Tabari [27], Ibnu Thawus[28], Ibnu Abi al-Tsal al-Bagdadi [29] dan Ibnu Dawud[30]. Dari kitab Tarikh-e Qum juga disebutkan nama aslinya adalah Syahrbanu[31], demikian pula disebutkan oleh al-Irbili bahwa nama aslinya adalah Syahrbanu setelah menyebutkan beberapa kemungkinan nama.
  • Salamah: disebutkan oleh al-Kulaini[32] dan Ibnu Katsir [33], juga dalam kitab Tarikh Qum, disebutkan nama Salamah.[34]
  • Salafah: Al-Baladzuri menyebutkan namanya Salafah dan berasal dari Sijistan.[35]
  • Jahansyah: menurut Mas'udi[36]
  • Syah-e Zanan: disebutkan oleh Syaikh Mufid dalam al-Irsyad [37], al-Muqni'ah [38] dan al-Tabrisi dalam A'lam al-Wari [39] yang menyebut namanya adalah Syah-e Zanan namun tetap memberi kemungkinan namanya adalah Syahrbanu. Oleh Naisyaburi mengutamakan namanya adalah Syah-e Zanan dan juga menukil kemungkinan nama-nama lainnya.[40]Al-Tsaqafi juga menyebutkan nama ibu Imam Sajjad as adalah Syah-e Zanan. [41]
  • Syahrnaz: penulis kitab Majma al-Tawarikh wa al-Qishash berpendapat namanya adalah Syaharnaz.[42]
  • Harrar: Ya'qubi berkata, namanya adalah Harrar dan berubah menjadi 'Uzalah.[43]

Sejumlah sumber lainnya menyebutkan ibu Imam Sajjad as berasal dari kalangan budak.

Bantahan

Meskipun sejumlah besar sejarawan telah menyebutkan bahwa Syahrbanu adalah ibu dari Imam Sajjad as dan putri Yazdgerd III, namun sejarawan kontemporer meragukan pendapat tersebut. Diantara mereka yang menyatakan keraguannya adalah Muthahari [44], Syariati [45], Dehkhuda [46], Syahidi [47], Taqi Zadeh, Sa'id Nafisi dan Christensen dengan mengajukan pendapat yang berbeda. Yusuf Gharawi meskipun pada awalnya menunjukkan keraguannya, namun memilih pendapat masyhur yang menyebut ibu Imam Sajjad as bernama Syahrbanu.[48]

Sayid Jakfar Syahidi dalam kitabnya Zendegi Name Ali bin al-Husain (Biografi Ali bin Husain) menyebutkan secara lengkap perbedaan pendapat yang ada dan memberikan bantahan atas pendapat yang menyebutkan nama ibu Imam Sajjad as adalah Syahrbanu. [49]

Alasan Keraguan

Sejumlah peneliti sejarah menyebutkan ibu Imam Sajjad as adalah seorang budak dari Sistan, Sind atau Kabul. [50]Disebutkan tidak seorangpun sejarawan yang menyebutkan bahwa Syahrbanu adalah diantara anak-anak dari raja Sasania terakhir.[51]Mas'udi menyebutkan tiga putri Yazdgerd III bernama Adark, Shahin dan Muravand.[52]Dan ketiga putri tersebut tidak dikenal oleh Bani Hasyim sampai abad 2 H. Mansur al-Dawaniqi ketika membalas surat dari Muhammad bin Abdullah (al-Nafs al-Zakiyyah) menulis, "Pasca wafat Rasullah saw tidak ada yang dilahirkan lebih tinggi dari Ali bin Husain as, ibunya adalah Umm Walad (budak)."[53]

Ulasan

Sayid Jakfar Syahid secara kritis menyatakan pendapatnya:
"Al-Mansur al-Dawaniqi menggunakan istilah Umm Walad untuk melecehkan Muhammad bin Abdullah (dikenal dengan laqab al-Nafs al-Zakkiyah). Surat ini ditulis setengah abad setelah Imam Sajjad as wafat yang pada waktu itu sejumlah besar dari Bani Hasyim yang masih hidup. Jika kisah Syahrbanu itu benar, maka al-Mansur tidak menuliskan hal demikian namun jika itu salah, maka tentu Muhammad bin Abdullah akan membalas surat tersebut dengan keras dan menyatakan ibu Imam Sajjad as adalah putri raja, bukan seorang budak.[54]

Menurut Dehkhuda, hasil penelitian menyebutkan kisah tersebut tidak benar, karena Yazdgerd tidak memiliki putri yang bernama Syahrbanu. Syahrbanu adalah kisah dari Rabi' al-Abrar oleh Zamakhsari dan Qabusnameh.[55]

Yusufi Gharawi tidak menerima pendapat Ya'qubi dengan alasan pendapat tersebut tanpa sanad. Selain itu nama Harrar tidak dikenal sebagai nama perempuan di masa Persia kuno. Ia juga menolak riwayat dari al-Kafi, karena pada sanad terdapat Amr bin Syimr yang oleh al-Najasyi disebut sebagai perawi yang lemah. Demikian pula, ia menolak riwayat Syaikh Shaduq karena jalur riwayatnya terdapat nama Sahl bin Qasim al-Nusyjani yang dikatakan sebagai perawi yang majhul (identitasnya tidak diketahui). Oleh karena itu, pendapat tersebutpun ditolak oleh Gharawi, namun setelah melakukan penelitian lebih detail, ia berpendapat nama yang benar adalah Syahrbanu dan merupakan putri dari Yazdgerd.[56]

Wafat

Berdasarkan catatan dari mayoritas sejarawan, Syahrbanu disebutkan meninggal dunia selepas melahirkan Imam Sajjad as. [57] Terdapat pendapat yang lemah yang menyebutkan Syahrbanu turut hadir dalam peristiwa Karbala dan setelah tragedi tersebut ia kembali ke Iran dan meninggal dunia di kota Rey dan dimakamkan di kaki bukit di kota tersebut. [58] Hari ini, kuburan yang terdapat di dekat kota Rey tersebut tetap diyakini sebagai kuburan Syahrbanu.

Catatan Kaki

  1. Yusufi Gharawi, Haul al-Sayidah Syahrbanu, hlm. 15
  2. Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 247
  3. Al-Qummi, Tarikh-e Qum, hlm. 196
  4. Bagdadi, Tarikh Ahl al-Bait, hlm. 121
  5. Ibnu Hayyun, Syarh al-Akhbar, jld. 3, hlm. 266
  6. Tarikh Khalifah, hlm. 240
  7. Al-Kafi, jld. 1, hlm. 466
  8. Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 307; Shaduq, 'Uyun Akhbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 41
  9. Syaikh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 472
  10. Tahdzib al-Ahkam, jld. 6, hlm. 77
  11. Majmal al-Tawarikh wa al-Qishash, Tehran, hlm. 456
  12. Manaqib Al Abi Thalib as, jld. 4, hlm. 176
  13. Irbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 105
  14. Al-Kafi, jld. 1, hlm. 467
  15. Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 303
  16. Mas'udi, Itsbat al-Washiah, hlm. 170
  17. Tsaqafi, al-Gharat (cet. al-Haditsah), jld. 2, hlm. 725
  18. Shaduq, 'Uyun Akhbar al-Ridha, jld. 2, hlm. 128, hadis no. 6
  19. Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 1, hlm. 137
  20. Fattal Naisyaburi, Raudhah al-Wa'idzhin, hlm. 332
  21. Tabrisi, Taj al-Mawalid, hlm. 89; Tabrisi, A'lam al-Wara, jld. 1, hlm. 480
  22. Irbili, Kasyf al-Ghummah, jld. 2, hlm. 83
  23. Shaduq, 'Uyun Akhbar al-Ridha, jld. 1, hlm. 41; Shaduq, Kamal al-Din, jld. 1, hlm. 307
  24. Tabrisi, Taj al-Mawalid, hlm. 88
  25. Syaikh Shaduq, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 137
  26. Shaffar, Basair al-Darajat, jld. 1, hlm. 335
  27. Tabari, Dalail al-Imamah, hlm. 195
  28. Al-Tasyrif bi al-Manan, fi al-Ta'rif bi al-Fatan, hlm. 373
  29. Tarikh Aimmah Naqila 'ala al-Aimmah…, hlm. 325
  30. Al-Rijal, hlm. 372
  31. Al-Qummi, Tarikh Qum, hlm. 197
  32. Al-Kafi, jld. 2, hlm. 512
  33. Al-Bidayah wa al-Nihayah, jld. 9, hlm. 104
  34. Al-Qummi, Tarikh-e Qum, hlm. 197
  35. Ansab al-Asyraf, jld. 3, hlm. 102
  36. Mas'udi, Itsbat al-Washiah, hlm. 170
  37. Syaikh Mufid, al-Irsyad, jld. 2, hlm. 137
  38. Syaikh Mufid, al-Muqni'ah, hlm. 472
  39. Tabrisi, I'lam al-Wara bi A'lam al-Huda, hlm. 256
  40. Fattal Naisyaburi, Raudhah al-Wa'izhin, jld. 1, hlm. 210
  41. Tsaqafi, al-Ghurat, jld. 2, hlm. 825
  42. Majmal al-Tawarikh wa al-Qishash, hlm. 456
  43. Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi, jld. 2, hlm. 246
  44. Mutahari, Khidmat Mutaqabil Islam wa Iran, hlm. 131-133
  45. Syariati, Tasayyu Alawi wa Tasayyu Shafawi, hlm. 91
  46. Lugatnameh Dehkhuda
  47. Zendeginame Ali bin al-Husain as, hlm. 12
  48. Haul Sayidah Syahrbanu, hlm. 20, dan juga Mausu'ah al-Tarikh al-Islami, jld. 4, hlm. 357 dam 652
  49. Syahidi, Zendegi Husain bin Ali, hlm. 12-27
  50. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 46, hlm. 9
  51. Zendeginame Ali bin al-Husain as, hlm. 12
  52. Marwaj, al-Dzahab, jld. 1, hlm. 314
  53. Thabari, Tarikh Thabari, jld. 6, hlm. 198
  54. Syahidi, Zendegani Ali bin al-Husain, hlm. 24
  55. Qabusnameh, bab. 27, hlm. 144
  56. Haul al-Sayidah Syahrbanu, hlm. 28 dan juga Mausu'ah al-Tarikh al-Islami, jld. 4, hlm. 357 dan 652
  57. Mas'udi, Itsbat al-Washiah, hlm. 145; al-Rijal, hlm. 372
  58. Syahid, Zendegi Ali bin Husain, hlm. 27

Daftar Pustaka

  • 'Anshar al-Ma'ali Kikawus bin Iskandar Wasymgir, Qabusnameh, riset: Gulam Husain Yusufi, cet. III, Tehran: Amir Kabir, 1368 HS
  • Al-Kulaini, Muhammad bin Ya'qub bin Ishaq, al-Kafi, Dar al-Hadits, Qom, 1429 H, cet. I
  • Al-Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, Tehran, 1301 H
  • Anonim (ditulis tahun 520 H), Majmal al-Tawarikh wa al-Qishash, riset: Mulk al-Sya'ra Bahar, Tehran, Kalalah Khawar, tanpa tahun
  • Bagdadi, Muhammad bin Ahmad, Tarikh Ahl al-Bait Nuqila 'an al-Aimmah as, Qom, Al al-Bait as, cet. I, 1410 H
  • Baladzuri, Ahmad bin Yahya bin Jabir, Jamal min Ansab al-Asyraf, riset: Sahil Zakar dan Riyadh Zirkili, Beirut, Dar al-Fikr, cet. I, 1417 H
  • Fattal Naisyaburi, Muhammad bin Ahmad, Raudhah al-Wa'zhin wa Bashirah al-Muta'azhin (cet. lama), Qom, Intisyarat Radhi, cet. I, 1375 HS
  • Ibnu Dawud, al-Rijal, riset: Bahrul Ulum, Muhammad Shadiq, Universitas Tehran, Tehran, 1342 HS, cet. I
  • Ibnu Hayyun, Nu'man bin Muhammad, Syarh al-Akhbar fi Fadhail al-Aimmah al-Athhar as, Qom, Muassasah al-Nasyr al-Islami, cet. I, 1409 H
  • Ibnu Katsir, Abu al-Fada Ismail bin Umar bin Katsir al-Damsyqi, al-Bidayah wa al-Nihayah, Beirut, Dar al-Fikr, 1407 H/1986
  • Ibnu Sa'ad, Muhammad bin Sa'ad bin Muni' al-Hasyimi al-Bashri, al-Thabaqat al-Kubra, riset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, Beirut, Dar al-Kutub al-'Ilmiah, cet. I, 1410 H
  • Ibnu Thawus, Ali bin Musa, al-Tasyrif bi al-Manan fi al-Ta'rif bi al-Fatan (dikenal dengan Malahim wa Fatan), Muassasah Shahib al-Amr, Qom, 1416 H, cet. I
  • Irbili, Ali bin Isa, Kasyf al-Ghummah fi Ma'rifah al-Aimmah, Tabriz, Bani Hasyimi, cet. I, 1381 H
  • Mas'udi, Ali bin Husain bin Ali, Muruj al-Dzahab wa Ma'adin al-Jauhar, riset: As'ad Dagir, Qom, Dar al-Hijrah, cet. II, 1409 H
  • Mas'udi, Itsbat al-Washiah, Mansyurat al-Radhi, Qom
  • Muthahari, Murtadha, Khidmat Mataqabil Islam wa Iran, Murtadha Muthahari, Tehran, Nasyr Shadra, 1380 HS
  • Qummi, Hasan bin Muhammad bin Hasan, Tarikh Qum, terj. Hasan bin Ali bin Hasan Abdul Malik al-Qummi, riset: Sayid Jalaluddin Tehrani, Tehran, Intisyarat Tus, 1361 HS
  • Qummi, Syaikh Abbas, Muntaha al-Amal, Penerbit: Hijrat
  • Shaduq, Muhammad bin Ali, 'Uyun Akhbar al-Ridha, riset: Sayid Mahdi Husain Lajurdi, penerbit: Mirza Muhammad Reza Muhtadi, 1377 H
  • Shaduq, Muhammad bin Ali, Kamal al-Din wa Tamam al-Ni'mah, Tehran, Islamiyah, cet. II, 1395 H
  • Shaffar, Muhammad bin Hasan, Bashair al-Darajat fi Fadhail Ali Muhammad saw, Qom, Maktabah Ayatullah al-Mara'asyi al-Najafi, cet. II, 1404 H
  • Syahidi, Sayid Jakfar, Zendeginame Ali bin al-Husain, Tehran, Daftar Nasyr Farhang, 1365
  • Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad, al-Irsyad fi Ma'rifah Hujjajullah 'ala al-'Ibad, Qom, Kongres Syaikh Mufid, cet. I, 1413 H
  • Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad, al-Mughni'ah, Kongres Internasional 1000 Syaikh Mufid, Qom, cet. I, 1413 H
  • Syariati, Ali, Tasayyu 'Alawi wa Tasayyu Shafavi, Tehran: Capkhash, 1377 HS
  • Thabari Amuli, Muhammad bin Jarir bin Rustum, Dalail al-Imamah, Bi'tsat, Iran, Qom, 1413 H, cet. I
  • Thabari, Muhammad bin Jarir, Tarikh Thabari, terj. Abul Qasim Payandeh, Intisyarat Bunyad Farhangg-e Iran, 1352 HS, cet. II
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan, A'lam al-Wara bi A'lam al-Huda, Tehran, Islamiyah, cet. III, 1390 H
  • Thabrisi, Fadhl bin Hasan, Taj al-Walaid, Beirut, Dar al-Qura, cet. I, 1422 H
  • Tsaqafi, Ibrahim bin Muhammad, al-Ghurat, Tehran, Anjuman Atsar Melli, cet. I, 1395 H
  • Ya'qubi, Ahmad bin Abi Ya'qub, Tarikh al-Ya'qubi, Beirut, Dar Shadr, tanpa tahun
  • Yusufi Gharawi, Muhammad Hadi, Haul al-Sayidah Syahrbanu, Nasyriah Risalah al-Husain as, tahun I, no. 2, Rabiul Awal, 1412 H
  • Yusufi, Muhammad Hadi, Mausu'ah al-Tarikh al-Islami, Majma' Andisyeh Islami, Qom, 1417 H, cet. I