Lompat ke isi

Kun Fayakun: Perbedaan antara revisi

9 bita ditambahkan ,  4 Februari 2019
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
imported>Yuwono
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6: Baris 6:
  | kategori =sudah
  | kategori =sudah
  | infobox =-
  | infobox =-
  | navbox =
  | navbox =sudah
  | alih=
  | alih=
  | referensi =sudah
  | referensi =sudah
Baris 12: Baris 12:
  | Artikel pilihan =
  | Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
Kun Fayakun (bahasa Arab: {{ia| كُنْ فَيَكُونُ}}) adalah sebuah ungkapan dan kalimat yang disebutkan di beberapa [[ayat]] [[Alquran]]. Di antaranya pada ayat 117 [[surah Al-Baqarah]] dimuat:
Kun Fayakun (bahasa Arab: {{ia| كُنْ فَيَكُونُ}}) adalah sebuah ungkapan dan kalimat yang disebutkan di beberapa [[ayat]] [[Alquran]]. Di antaranya pada ayat 117 [[Surah Al-Baqarah]] dimuat:
إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ  
إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ  
"Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia".
"Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia".


Sejumlah besar mufasir [[Ahlusunnah]] berkata: Allah swt dalam menciptakan setiap entitas benar-benar menggunakan kata "kun" (jadilah), sementara mufasir [[Syiah]] sesuai dengan riwayat-riwayat yang dinukil dari [[para Imam as]] terkait tafsiran kalimat tersebut, mengatakan bahwa "kun fayakun" adalah sebuah penjelasan berupa permisalan (tamtsil) tentang hakikat ini bahwa, iradah dan kehendak Allah untuk mewujudkan sesuatu sama dengan mewujudkan sesuatu itu sendiri. Oleh karenanya, Allah dalam mewujudkan entitas-entitas pada hakikatnya tidak menggunakan lafal "kun".
Sejumlah besar mufasir [[Ahlusunah]] berpendapat bahwa, [[Allah swt]] dalam menciptakan setiap entitas benar-benar menggunakan kata "kun" (jadilah), sementara mufasir [[Syiah]] sesuai dengan riwayat-riwayat yang dinukil dari [[para Imam as]] terkait tafsiran kalimat tersebut, mengatakan bahwa "kun fayakun" adalah sebuah penjelasan berupa permisalan (tamtsil) tentang hakikat ini bahwa, iradah dan kehendak Allah untuk mewujudkan sesuatu sama dengan mewujudkan sesuatu itu sendiri. Oleh karenanya, Allah dalam mewujudkan entitas-entitas pada hakikatnya tidak menggunakan lafal "kun".


Beberapa orang arif mengatakan bahwa ahli [[surga]] dan orang-orang arif memiliki kedudukan "kun fayakun" atas izin [[Allah]].  
Beberapa orang arif mengatakan bahwa ahli [[surga]] dan orang-orang arif memiliki kedudukan "kun fayakun" atas izin Allah.  


=="Kun Fayakun" dalam Ayat-Ayat Alquran==
=="Kun Fayakun" dalam Ayat-Ayat Alquran==
Kalimat "Kun fayakun" artinya 'jadilah! lalu jadilah ia'. Dalam delapan [[ayat]] [[Alquran]] kalimat tersebut digunakan dalam tema-tema seperti kelahiran [[Nabi Isa as]] yang tidak umum, penciptaan dan terjadinya [[kiamat]].<ref>Lihat: surah Al-Baqarah: 117; surah Ali Imran: 47 dan 59; surah Al-An'am: 73; surah An-Nahl: 40; surah Ghafir: 68</ref> Sebagai contoh, pada ayat 117 [[surah Al-Baqarah]], ayat 35 [[surah Maryam]] dan ayat 47 [[surah Ali Imran]] dimuat berkenaan dengan kelahiran Nabi Isa as:
Kalimat "Kun fayakun" artinya 'jadilah! lalu jadilah ia'. Dalam delapan ayat Alquran kalimat tersebut digunakan dalam tema-tema seperti kelahiran [[Nabi Isa as]] yang tidak umum, penciptaan dan terjadinya [[Kiamat]].<ref>Lihat: surah Al-Baqarah: 117; surah Ali Imran: 47 dan 59; surah Al-An'am: 73; surah An-Nahl: 40; surah Ghafir: 68</ref> Sebagai contoh, pada ayat 117 Surah Al-Baqarah, ayat 35 [[Surah Maryam]] dan ayat 47 [[Surah Ali Imran]] dimuat berkenaan dengan kelahiran Nabi Isa as:
إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ  
إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ  
"Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:"Jadilah", maka jadilah ia."
"Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:"Jadilah", maka jadilah ia."
Pada ayat 68 [[surah Ghafir]] kalimat "kun fayakun" dimuat pula dan menjelaskan: "Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya:" Jadilah", maka jadilah ia".
Pada ayat 68 [[Surah Ghafir]] kalimat "kun fayakun" dimuat pula dan menjelaskan: "Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya:" Jadilah", maka jadilah ia".
Pada ayat 40 [[surah An-Nahl]] dan ayat 82 [[surah Yasin]], kalimat tersebut dimuat pula, dimana ketika Allah menghendaki sesuatu, maka dengan sekedar mengatakan: "Jadilah!" sesuatu itu akan menjadi dan wujud.
Pada ayat 40 [[Surah An-Nahl]] dan ayat 82 [[Surah Yasin]], kalimat tersebut dimuat pula, dimana ketika Allah menghendaki sesuatu, maka dengan sekedar mengatakan: "Jadilah!" sesuatu itu akan menjadi dan wujud.


==Interpretasi Beragam Mengenai "Kun Fayakun"==
==Interpretasi Beragam Mengenai "Kun Fayakun"==
Di dalam ''[[Majma al-Bayan fi Tafsir al-Quran]]'' dinukil tiga pandangan mufasir terkait tafsiran kalimat tersebut: pandangan pertama mengatakan bahwa ungkapan dan kalimat tersebut adalah sebuah permisalan (tamtsil) dengan alasan bahwa sesuatu yang kini belum ada, tidak bisa dijadikan audiensi (mukhathab) dan diperintahkan. Pandangan kedua mengatakan bahwa perintah [[Allah]] untuk mewujudkan sesuatu adalah bersifat nyata (waqi'i) dan Allah berbuat demikian supaya para [[Malaikat]] tahu ada makhluk baru yang diciptakan. Menurut pandangan ketiga pun perintah tersebut bersifat nyata. Atas dasar ini, mengingat bahwa setiap entitas sebelum ada telah diketahui (maklum) oleh Allah, maka dari sisi inilah Allah bisa memerintahkan untuk eksis.<ref>Thabrisi, ''Majma' al-Bayān'', jld.1, hlm.368</ref>
Di dalam ''[[Majma al-Bayan fi Tafsir al-Quran]]'' dinukil tiga pandangan mufasir terkait tafsiran kalimat tersebut:
# Pandangan pertama mengatakan bahwa ungkapan dan kalimat tersebut adalah sebuah permisalan (tamtsil) dengan alasan bahwa sesuatu yang kini belum ada, tidak bisa dijadikan audiensi (mukhathab) dan diperintahkan.
# Pandangan kedua mengatakan bahwa perintah [[Allah swt]] untuk mewujudkan sesuatu adalah bersifat nyata (waqi'i) dan Allah berbuat demikian supaya para [[malaikat]] tahu ada makhluk baru yang diciptakan.
# Menurut pandangan ketiga pun perintah tersebut bersifat nyata. Atas dasar ini, mengingat bahwa setiap entitas sebelum ada telah diketahui (maklum) oleh Allah, maka dari sisi inilah Allah swt bisa memerintahkan untuk eksis.<ref>Thabrisi, ''Majma' al-Bayān'', jld.1, hlm.368</ref>


[[Fadhl bin Hasan Thabrisi|Thabrisi]] salah seorang mufasir [[Syiah]] abad ke-6 H menerima interpretasi pertama dan menyandarkan dua tafsiran yang lain kepada sebagian ulama [[Ahlusunnah]].<ref>Thabrisi, ''Majma' al-Bayan'', jld.1, hlm.368</ref> Alusi salah seorang mufasir [[Ahlusunnah]] abad ke-13 H mengatakan, mayoritas ulama Ahlusunnah berkeyakinan bahwa Allah benar-benar mengatakan: "kun" (jadilah), sebab makna leksikal ayat pun mengatakan demikian.<ref>Alusi, ''Ruh al-Ma'āni'', jld.12, hlm.55</ref> sementara para mufasir Syiah menyakini bahwa maksud dari keterangan semacam ini adalah bahwa Allah dengan hanya menghendaki sesuatu eksis, maka sesuatu itu akan eksis.<ref>Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.12, hlm.249; Thabrisi, ''Majma al-Bayān'', jld.6, hlm.556; Makarim Syirazi, ''Tafsir Nemuneh'', jld.11, hlm.233</ref>
[[Fadhl bin Hasan Thabrisi|Thabrisi]] salah seorang mufasir [[Syiah]] abad ke-6 H menerima interpretasi pertama dan menyandarkan dua tafsiran yang lain kepada sebagian ulama Ahlusunah.<ref>Thabrisi, ''Majma' al-Bayan'', jld.1, hlm.368</ref> Alusi salah seorang mufasir [[Ahlusunah]] abad ke-13 H mengatakan, mayoritas ulama Ahlusunah berkeyakinan bahwa Allah benar-benar mengatakan: "kun" (jadilah), sebab makna leksikal ayat pun mengatakan demikian.<ref>Alusi, ''Ruh al-Ma'āni'', jld.12, hlm.55</ref> sementara para mufasir Syiah menyakini bahwa maksud dari keterangan semacam ini adalah bahwa Allah dengan hanya menghendaki sesuatu eksis, maka sesuatu itu akan eksis.<ref>Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.12, hlm.249; Thabrisi, ''Majma al-Bayān'', jld.6, hlm.556; Makarim Syirazi, ''Tafsir Nemuneh'', jld.11, hlm.233</ref>


[[Sayid Muhammad Husain Thabathabai]] dalam ''[[Al-Mizan fi Tafsir al-Quran (buku)|al-Mizan]]'' dengan menegaskan kepermisalan kalimat "kun fayakun" menyebutkan bahwa Allah dalam mewujudkan entitas-entitas benar-benar tidak menggunakan lafal "kun", karena selain menimbulkan tasalsul (infinite circle) juga tidak memberikan fungsi. Menimbulkan tasalsul karena untuk mewujudkan "kun" itu sendiri memerlukan "kun" yang lain, dan begitulah seterusnya hingga tak terhingga. Sisi ketidakberfungsiannya adalah karena:pertama, belum ada ektensi yang akan menjadi audiensi (mukhathab) "kun", dan kedua, anggaplah sudah ada entitas, maka tetap tidak perlu lafal "kun", sebab ia sudah eksis sebelumnya. <ref>Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.17, hlm.115</ref>
[[Sayid Muhammad Husain Thabathabai]] dalam ''[[Al-Mizan fi Tafsir al-Quran (buku)|al-Mizan]]'' dengan menegaskan kepermisalan kalimat "kun fayakun" menyebutkan bahwa Allah dalam mewujudkan entitas-entitas benar-benar tidak menggunakan lafal "kun", karena selain menimbulkan tasalsul (infinite circle) juga tidak memberikan fungsi. Menimbulkan tasalsul karena untuk mewujudkan "kun" itu sendiri memerlukan "kun" yang lain, dan begitulah seterusnya hingga tak terhingga. Sisi ketidakberfungsiannya adalah karena:pertama, belum ada ektensi yang akan menjadi audiensi (mukhathab) "kun", dan kedua, anggaplah sudah ada entitas, maka tetap tidak perlu lafal "kun", sebab ia sudah eksis sebelumnya. <ref>Thabathabai, ''al-Mizan'', jld.17, hlm.115</ref>
Pengguna anonim