Lompat ke isi

Dosa: Perbedaan antara revisi

87 bita dihapus ,  29 November 2022
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Rezvani
kTidak ada ringkasan suntingan
imported>Hinduwan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 13: Baris 13:
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
{{Akhlak-Vertikal}}
{{Akhlak-Vertikal}}
'''Dosa''' (bahasa Arab: {{ia|الاثم}}), ketidaktaatan kepada [[Allah]]. Mengerjakan apa yang telah dilarang oleh Allah atau meninggalkan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya, itu semua disebut dengan dosa. Dosa terbagi menjadi dua bagian; [[dosa besar]] ("kabirah") dan dosa kecil ("shaghirah"). Dosa besar adalah dosa yang ditetapkan kebesarannya dalam [[Alquran]] dan riwayat atau pelakunya telah dijanjikan azab, seperti membunuh jiwa, melakukan [[zina]], memakan harta anak yatim dan berbuat riba.
'''Dosa''' (bahasa Arab: {{ia|الاثم}}), ketidaktaatan kepada [[Allah]]. Mengerjakan apa yang telah dilarang oleh Allah atau meninggalkan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya, itu semua disebut dengan dosa. Dosa terbagi menjadi dua bagian; [[dosa besar]] (kabirah) dan dosa kecil (shaghirah). Dosa besar adalah dosa yang ditetapkan dalam [[Alquran]] dan riwayat, atau pelakunya telah dijanjikan azab, seperti membunuh, ber[[zina]], memakan harta anak yatim dan berbuat riba.


Menurut ajaran-ajaran [[Agama Islam|agama]], sebagian dosa-dosa memiliki efek-efek khusus seperti lepasnya kenikmatan-kenikmatan, hilangnya kehormatan dan mempercepat kematian. Berdasarkan ayat-ayat Alquran, sebagian dari perbuatan-perbuatan baik menyebabkan pembersihan dan pensucian dosa. Hal ini disebut dengan "Takfir" (penutupan). Menurut beberapa riwayat, Allah menghapus dosa-dosa para hamba-Nya melalui hal-hal seperti, derita sakit dan kemiskinan. Demikian juga, telah disebutkan dalam Alquran bahwa jika seorang pendosa itu ber[[taubat]], maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.
Menurut ajaran-ajaran [[Agama Islam|agama]], sebagian dosa-dosa memiliki efek-efek khusus seperti menghilangkan nikmat, merusak kehormatan dan mempercepat kematian. Berdasarkan ayat-ayat Alquran, sebagian dari perbuatan-perbuatan baik menggugurkan dan menyucikan dosa. Hal ini disebut dengan "Takfir" (penutupan). Menurut beberapa riwayat, Allah menghapus dosa-dosa para hamba-Nya melalui hal-hal seperti, musibah sakit dan kemiskinan. Demikian juga, telah disebutkan dalam Alquran bahwa jika seorang pendosa itu ber[[taubat]], maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.


Menurut akidah kaum [[Syiah]], [[Empat Belas Maksum|empat belas maksum]] dan para nabi terjaga dari dosa.
Menurut akidah kaum [[Syiah]], [[Empat Belas Maksum|empat belas maksum]] dan para nabi terjaga dari dosa.


==Dosa, Ketidaktaatan kepada Tuhan==
==Dosa, Ketidaktaatan kepada Tuhan==
Dosa dalam budaya agama, berarti ketidaktaatan kepada Allah. <ref>Qiraati, ''Gonah Shenasi'', hlm. 7. </ref> Dengan kata lain, melakukan suatu perbuatan yang telah dilarang oleh Allah atau meninggalkan perbuatan yang telah Dia perintahkan. <ref>Sajjadi, ''Farhang Ma’arif Islami'', hlm. 429. </ref> Istilah ini dalam bahasa Arab setara dengan kata-kata seperti dosa, maksiat, itsm, sayyi’ah dan khathiah. <ref>Lihat: Qaraati, ''Gonah Shenasi'', hlm 7. </ref>
Dosa dalam budaya agama, berarti ketidaktaatan kepada Allah. <ref>Qiraati, ''Gonah Shenasi'', hlm. 7. </ref> Dengan kata lain, melakukan suatu perbuatan yang telah dilarang oleh Allah atau meninggalkan perbuatan yang telah Dia perintahkan. <ref>Sajjadi, ''Farhang Ma’arif Islami'', hlm. 429. </ref> Istilah ini dalam bahasa Arab setara dengan kata-kata seperti dosa, maksiat, itsm, sayyiah dan khathiah. <ref>Lihat: Qaraati, ''Gonah Shenasi'', hlm 7. </ref>


==Dosa-Dosa Besar dan Kecil==
==Dosa-Dosa Besar dan Kecil==
Di sebagian buku-buku akhlak, dosa terbagi menjadi dua bagian; dosa kecil dan dosa besar. <ref>Lihat: Dastghaib, ''Gonahane Kabireh'', jld. 1, hlm. 31; Qaraati, ''Gonah Shenasi'', hlm. 13-15. </ref> Diyakini bahwa akar pembagian ini diambil dari [[Alquran]] dan hadis. <ref>Qaraati, ''Gonah Shenasi'', hlm. 13. </ref> Sebagai contoh, dalam [[surah An-Nisa]] ayat 31, disebutkan {{ia|«إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ‌ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ‌ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ»}} “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang kamu dilarang untuk mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu…”. Menurut apa yang ditulis oleh [[Sayid Muhammad Husain Thabathabai]], maksud dari "Sayyiatikum" (kesalahan-kesalahan) adalah dosa-dosa kecil; karena berlawanan dengan [[dosa-dosa besar]]. Oleh karenanya, ayat ini menjelaskan bahwa dosa-dosa terbagi menjadi dua bagian; besar dan kecil. <ref>Lihat: Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld. 4, hlm. 323. </ref>
Dalam beberapa buku-buku akhlak, dosa dibagi menjadi dua bagian; dosa kecil dan dosa besar. <ref>Lihat: Dastghaib, ''Gonahane Kabireh'', jld. 1, hlm. 31; Qaraati, ''Gonah Shenasi'', hlm. 13-15. </ref> Diyakini bahwa sumber pembagian ini diambil dari [[Alquran]] dan hadis. <ref>Qaraati, ''Gonah Shenasi'', hlm. 13. </ref> Sebagai contoh, dalam [[surah An-Nisa]] ayat 31, disebutkan {{ia|«إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ‌ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ‌ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ»}} “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang kamu dilarang untuk mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu…”. Menurut apa yang ditulis oleh [[Sayid Muhammad Husain Thabathabai]], maksud dari "Sayyiatikum" (kesalahan-kesalahan) adalah dosa-dosa kecil; karena berlawanan dengan [[dosa-dosa besar]]. Oleh karenanya, ayat ini menjelaskan bahwa dosa-dosa terbagi menjadi dua bagian; besar dan kecil. <ref>Lihat: Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld. 4, hlm. 323. </ref>


Dalam buku '''Urwah al-Wutsqa'', dosa besar adalah dosa yang sudah didefinisikan yang mana di dalam Alquran atau hadis telah dinyatakan kebesarannya atau bagi pelakunya telah dijanjikan azab dan hukuman, atau dalam Alquran dan riwayat termasuk salah satu dosa yang lebih besar atau dianggap besar oleh umat muslim. <ref>Yazdi, ''al-Urwah al-Wutsqa'', jld. 1, hlm. 681. </ref>
Dalam buku '''Urwah al-Wutsqa'', dosa besar adalah dosa yang sudah didefinisikan yang mana di dalam Alquran atau hadis telah dinyatakan kebesarannya atau bagi pelakunya telah dijanjikan azab dan hukuman, atau dalam Alquran dan riwayat termasuk salah satu dosa yang lebih besar atau dianggap besar oleh umat muslim. <ref>Yazdi, ''al-Urwah al-Wutsqa'', jld. 1, hlm. 681. </ref>


Membunuh jiwa, perbuatan [[zina]], memfitnah atau menuduh perempuan yang suci, makan harta anak yatim, berbuat riba, meninggalkan [[salat]], melakukan pencurian dan putus asa dari rahmat Allah adalah salah satu dosa besar yang disebutkan dalam riwayat. <ref>Syaikh Kulaini, ''al-Kafi'', jld. 2, hlm. 276-278. </ref>
Membunuh, perbuatan [[zina]], memfitnah atau menuduh perempuan yang suci, makan harta anak yatim, berbuat riba, meninggalkan [[salat]], melakukan pencurian dan putus asa dari rahmat Allah adalah salah satu dosa besar yang disebutkan dalam riwayat. <ref>Syaikh Kulaini, ''al-Kafi'', jld. 2, hlm. 276-278. </ref>


==Dampak Materi dan Spiritual Dosa==
==Dampak Materi dan Spiritual Dosa==
Berdasarkan hadis dari [[Imam Shadiq as]], ketika seseorang melakukan dosa, sebuah titik hitam muncul dan keluar di dalam hatinya. Jika dia ber[[taubat]], maka titik hitam itu akan hilang; namun jika dia masih terus berbuat dosa maka titik hitam itu akan bertambah, maka akan semakin bertambah hitamnya sampai mencakup seluruh hatinya. Jika demikian, maka dia tidak akan pernah bahagia dan selamat. <ref>Allamah Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 70, hlm. 327. </ref>
Berdasarkan hadis dari [[Imam Shadiq as]], ketika seseorang melakukan dosa, sebuah titik hitam muncul di dalam hatinya. Jika dia ber[[taubat]], maka titik hitam itu akan hilang; namun jika dia masih terus berbuat dosa maka titik hitam itu akan bertambah, maka akan semakin bertambah hitamnya sampai menutupi seluruh hatinya. Jika demikian, maka dia tidak akan pernah bahagia dan selamat. <ref>Allamah Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 70, hlm. 327. </ref>


[[Imam Ali as]] dalam satu hadis, dengan mengacu pada ayat [[Alquran]] ini, yang mengatakan: “Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka itu disebabkan oleh perbuatan kamu sendiri” <ref>QS. Asy-Syura: 30. </ref> menganggap bahwa dosa-dosa adalah penyebab dari segala musibah yang menimpa pada kehidupan manusia, walau hanya luka lecet dan jatuh tersandung. <ref>Allamah Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 70, hlm. 362. </ref>  
[[Imam Ali as]] dalam satu hadis, dengan mengacu pada ayat [[Alquran]] “Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka itu disebabkan oleh perbuatan kamu sendiri” <ref>QS. Asy-Syura: 30. </ref> menganggap bahwa dosa-dosa adalah penyebab dari segala musibah yang menimpa pada kehidupan manusia, walau hanya luka lecet dan jatuh tersandung. <ref>Allamah Majlisi, ''Bihar al-Anwar'', jld. 70, hlm. 362. </ref>  


==Pembagian Dosa dari Aspek Dampak dan Pengaruh==
==Pembagian Dosa dari Aspek Dampak dan Pengaruh==
Di sebagian riwayat, dosa-dosa dibagi menurut konsekuensinya. Sebagai contoh, misalnya dalam buku ''Ma'ani al-Akhbar'' dalam sebuah hadis dari [[Imam Sajjad as]], dosa-dosa dibagi menjadi beberapa kategori, sebagian di antaranya adalah sebagai berikut:
Di sebagian riwayat, dosa-dosa dibagi menurut konsekuensinya. Sebagai contoh, misalnya dalam buku ''Ma'ani al-Akhbar'' dalam sebuah hadis dari [[Imam Sajjad as]], dosa-dosa dibagi menjadi beberapa kategori, sebagian di antaranya adalah sebagai berikut:
*Dosa yang dapat mencabut kenikmatan dari manusia: Tangan besi (bully), meninggalkan amar ma’ruf dan kufur nikmat.
*Dosa yang dapat mencabut kenikmatan dari manusia: Tangan besi (bully), meninggalkan amar ma’ruf dan kufur nikmat.
*Dosa yang menyebabkan penyesalan: Membunuh jiwa, meninggalkan [[silaturrahmi]], meninggalkan [[salat]] dan tidak membayar [[zakat]].
*Dosa yang menyebabkan penyesalan: Membunuh, meninggalkan [[silaturrahmi]], meninggalkan [[salat]] dan tidak membayar [[zakat]].
*Dosa yang menyebabkan turunnya azab Allah: Mencemooh orang.
*Dosa yang menyebabkan turunnya azab Allah: Mencemooh orang.
*Dosa yang menghilangkan martabat manusia: Minum alkohol, berjudi, perbuatan sia-sia, mencari aib orang lain.
*Dosa yang menghilangkan martabat manusia: Minum alkohol, berjudi, perbuatan sia-sia, mencari aib orang lain.
Baris 44: Baris 44:


==Ihbat dan Takfir==
==Ihbat dan Takfir==
Gugurnya pahala perbuatan-perbuatan baik di masa lalu dikarenakan dosa disebut dengan "Ihbat" dan hilangnya hukuman dosa di masa lalu dikarenakan perbuatan baik disebut dengan "Takfir". <ref>Allamah Hilli, ''Kasyf al-Murad'', hlm. 413.</ref>
Gugurnya pahala perbuatan-perbuatan baik di masa lalu dikarenakan dosa disebut dengan "Ihbat" dan gugurnya dosa di masa lalu dikarenakan perbuatan baik disebut dengan "Takfir". <ref>Allamah Hilli, ''Kasyf al-Murad'', hlm. 413.</ref>
Beberapa mazhab [[Islam]], seperti Mu'tazilah, secara umum percaya pada "ihbat" dan "takfir", yaitu, mereka mengatakan: Dosa-dosa menyebabkan sirnanya semua perbuatan baik di masa lalu dan perbuatan-perbuatan baik dapat menyebabkan penghapusan semua dosa di masa lalu. <ref>Allamah Hilli, ''Kasyf al-Murad'', hlm. 413.</ref> Sebagian yang lain percaya pada "takfir" dan "ihbat" parsial; menurut mereka dosa dan perbuatan baik, masing-masing memiliki peringkat, yang memberikan pengaruh satu sama lainnya. <ref>Allamah Hilli, ''Kasyf al-Murad'', hlm. 413.</ref>
Beberapa mazhab [[Islam]], seperti Mu'tazilah, secara umum percaya pada "ihbat" dan "takfir", yaitu, mereka mengatakan: Dosa-dosa menyebabkan sirnanya semua perbuatan baik di masa lalu dan perbuatan-perbuatan baik dapat menyebabkan penghapusan semua dosa di masa lalu. <ref>Allamah Hilli, ''Kasyf al-Murad'', hlm. 413.</ref> Sebagian yang lain percaya pada "takfir" dan "ihbat" parsial; menurut mereka dosa dan perbuatan baik, masing-masing memiliki peringkat, yang memberikan pengaruh satu sama lainnya. <ref>Allamah Hilli, ''Kasyf al-Murad'', hlm. 413.</ref>


Baris 55: Baris 55:
Menurut fatwa para [[fakih]], [[taubat]] dari dosa, yaitu penyesalan hati dari melakukan dosa dan keputusan untuk meninggalkannya, adalah hal yang [[wajib]]. <ref>Semisalnya, lihat: Yazdi, ''Urwah al-Wutsqa'', jld. 1, hlm. 287; Kasyif al-Ghitha, ''Anwar al-Faqahah'', hlm. 40; Khu’i, ''Shirat al-Najah'', jld. 3, hlm. 301.</ref> Menurut buku '''Urwah al-Wutsqa'', merupakan masalah yang paling penting dan kewajiban yang paling wajib. <ref>Lihatl: Yazdi, ''Urwah al-Wutsqa'', jld. 1, hlm. 287.</ref> Berdasarkan ayat-ayat [[Alquran]], [[surah Thaha]] ayat 82, Allah menerima taubat para pendosa dan mengampuni segala dosanya-dosanya. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld. 14, hlm. 187 dan 188.</ref>
Menurut fatwa para [[fakih]], [[taubat]] dari dosa, yaitu penyesalan hati dari melakukan dosa dan keputusan untuk meninggalkannya, adalah hal yang [[wajib]]. <ref>Semisalnya, lihat: Yazdi, ''Urwah al-Wutsqa'', jld. 1, hlm. 287; Kasyif al-Ghitha, ''Anwar al-Faqahah'', hlm. 40; Khu’i, ''Shirat al-Najah'', jld. 3, hlm. 301.</ref> Menurut buku '''Urwah al-Wutsqa'', merupakan masalah yang paling penting dan kewajiban yang paling wajib. <ref>Lihatl: Yazdi, ''Urwah al-Wutsqa'', jld. 1, hlm. 287.</ref> Berdasarkan ayat-ayat [[Alquran]], [[surah Thaha]] ayat 82, Allah menerima taubat para pendosa dan mengampuni segala dosanya-dosanya. <ref>Allamah Thabathabai, ''al-Mizan'', jld. 14, hlm. 187 dan 188.</ref>


==Ismah, Maqom Terjauhkan dari Dosa==
==Ismah, Kedudukan yang Terjauhkan dari Dosa==
Dalam budaya religious, [[Ismah]] adalah sebuah maqom di mana seseorang tidak melakukan dosa. <ref>Mishbah Yazdi, ''Amuzesh Aqaid'', jld. 2, hlm. 31.</ref> Individu semacam ini disebut dengan maksum. <ref>Mishbah Yazdi, ''Amuzesh Aqaid'', jld. 2, hlm. 31.</ref> Menurut [[Syiah]], manusia tidak melakukan dosa dikarenakan kesadaran penuh dan konstan tentang keburukan dosa dan kemauan yang kuat. <ref>Mishbah Yazdi, ''Amuzesh Aqaid'', jld. 2, hlm. 31.</ref> [[Syiah Imamiyah]] percaya bahwa para nabi, [[Imam-Imam Syiah|dua belas Imam]] dan [[Sayidah Zahra sa]] memiliki maqom ismah. <ref>Mishbah Yazdi, ''Amuzesh Aqaid'', jld. 2, hlm. 30 dan 31.</ref>
Dalam budaya keagamaan, [[Ismah]] adalah sebuah kedudukan di mana seseorang tidak melakukan dosa. <ref>Mishbah Yazdi, ''Amuzesh Aqaid'', jld. 2, hlm. 31.</ref> Individu semacam ini disebut dengan maksum. <ref>Mishbah Yazdi, ''Amuzesh Aqaid'', jld. 2, hlm. 31.</ref> Menurut [[Syiah]], manusia tidak melakukan dosa dikarenakan kesadaran penuh dan konstan tentang keburukan dosa dan kemauan yang kuat. <ref>Mishbah Yazdi, ''Amuzesh Aqaid'', jld. 2, hlm. 31.</ref> [[Syiah Imamiyah]] percaya bahwa para nabi, [[Imam-Imam Syiah|dua belas Imam]] dan [[Sayidah Zahra sa]] memiliki kedudukan ismah. <ref>Mishbah Yazdi, ''Amuzesh Aqaid'', jld. 2, hlm. 30 dan 31.</ref>


==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
Baris 67: Baris 67:
*Allamah Thabathabai, Sayyid Muhammad Husein, ''al-Mizan fi Tafsir al-Quran'', Qom, Instiysarat Islami, cet. 5, 1417 H.
*Allamah Thabathabai, Sayyid Muhammad Husein, ''al-Mizan fi Tafsir al-Quran'', Qom, Instiysarat Islami, cet. 5, 1417 H.
*Dastghaib, Sayyid Abdul Husaain, Qom, Daftar Intisyarat Islami, cet. 9, 1375 HS.
*Dastghaib, Sayyid Abdul Husaain, Qom, Daftar Intisyarat Islami, cet. 9, 1375 HS.
*Jawadi Amuli, Abdullah, ''Tasnim'', riset. Ali Islami, Qom, Markas Nasyr Isra’, cet. 2, 1378 HS.
*Jawadi Amuli, Abdullah, ''Tasnim'', riset. Ali Islami, Qom, Markas Nasyr Isra', cet. 2, 1378 HS.
*Kasyif al-Ghitha, Hasan bin Ja’far, ''Anwar al-Faqahah'', Muassasah Kasyif al-Ghitha, cet. 1, 1422 H.
*Kasyif al-Ghitha, Hasan bin Ja’far, ''Anwar al-Faqahah'', Muassasah Kasyif al-Ghitha, cet. 1, 1422 H.
*Khu’i, Sayyid Abdul Qasim, ''Shirat al-Najah'', pengumpul dan riset Musa Mufid al-Din Ashibi Amili, Qom, Maktab Nasyr al-Muntakhab, cet. 1, 1416 H.
*Khu’i, Sayyid Abdul Qasim, ''Shirat al-Najah'', pengumpul dan riset Musa Mufid al-Din Ashibi Amili, Qom, Maktab Nasyr al-Muntakhab, cet. 1, 1416 H.
Baris 74: Baris 74:
*Qaraati, Muhsin, ''Gonah Shenasi'', penyusun/author Muhammad Muhammad Ishtihardi, Markas Farganggi Darsha-i az Quran, cet. 1, 1377 HS.
*Qaraati, Muhsin, ''Gonah Shenasi'', penyusun/author Muhammad Muhammad Ishtihardi, Markas Farganggi Darsha-i az Quran, cet. 1, 1377 HS.
*Syaikh Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, ''al-Kafi'', riset, Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, cet. 4, 1407 H.
*Syaikh Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, ''al-Kafi'', riset, Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyyah, cet. 4, 1407 H.
*Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali, ''Ma’ani al-Akhbar'', riset. Ali Akbar Ghaffari, Qom, Daftar Intisyarat Islami, cet. 1, 1403 H.  
*Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali, ''Ma'ani al-Akhbar'', riset. Ali Akbar Ghaffari, Qom, Daftar Intisyarat Islami, cet. 1, 1403 H.  
*Yazdi, Sayyid Muhammad Kadzim, ''al-'Urwah al-Wutsqa'', Intisyarat Madrsah Imam Ali bin Abi Thalib, cet. 1, 1428 H.
*Yazdi, Sayyid Muhammad Kadzim, ''al-'Urwah al-Wutsqa'', Intisyarat Madrsah Imam Ali bin Abi Thalib, cet. 1, 1428 H.
{{akhir}}
{{akhir}}
Pengguna anonim