Lompat ke isi

Allah: Perbedaan antara revisi

4 bita ditambahkan ,  23 Desember 2017
imported>Maitsam
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Maitsam
Baris 18: Baris 18:


==Fikih Lughah==
==Fikih Lughah==
Mengenai derivasi nama ini terjadi perbedaan antara para ahli bahasa. Sebagian ahli berpendapat bahwa kata ini merupakan kata jamid (tidak dibentuk dari kata lain) namun kebanyakan ahli mengatakan bahwa kata ini adalah musytaq dan diambil dari kata lain. Para ahli yang mengatakan bahwa kata ''Allah'' mengatakan bahwa terdapat 20-30 asal kata ''Allah''. <ref>Firuz Abadi, al-Qāmus al-Muhith, 1417 H, jil. 2, hal. 1653, klausul ilah</ref> Barang kali pendapat paling benar adalah bahwa ''Allah'' berasal dari kata “Ilailah” dan berasal dari kata ''Ilaha ya’luhu al-wahah'' bermakna abad <ref>Maibadi, Kasyful Asrar, 1361 S, jil. 1, hal. 6; Thabarsi, Majma’ al-Bayan, 1406 H, jil. 1, hal. 90; Musthafawi, al-Tahqiq, 1374 S, jil. 1, hal. 119. </ref> namun hamzahnya terhapus karena tahfif. <ref>al-Syarthuni, Aqrāb al-Mawārid, 1426 H, jil. 1, hal. 66; Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, 1408 H, jil. 1, hal. 188-190. </ref> Berdasarkan hal ini maknanya adalah ''ma’budi''  yang layak dipuji dan layak disembah. <ref>Razi, Raudhal Jinan, jil. 1, hal. 57; Fakhru Razi, al-Tafsir al-Kabir, 1413 H, jil. 1, hal. 159; Bustani, Dairah al-Ma’arif Bustani, jil. 4, hal. 486. </ref>  
Mengenai derivasi nama ini terjadi perbedaan antara para ahli bahasa. Sebagian ahli berpendapat bahwa kata ini merupakan kata jamid (tidak dibentuk dari kata lain) namun kebanyakan ahli mengatakan bahwa kata ini adalah musytaq dan diambil dari kata lain. Para ahli yang mengatakan bahwa kata ''Allah'' mengatakan bahwa terdapat 20-30 asal kata ''Allah''. <ref>Firuz Abadi, al-Qāmus al-Muhith, 1417 H, jil. 2, hal. 1653, klausul ilah</ref> Barang kali pendapat paling benar adalah bahwa ''Allah'' berasal dari kata “Ilailah” dan berasal dari kata ''Ilaha ya’luhu al-wahah'' bermakna abad <ref>Maibadi, Kasyful Asrar, 1361 S, jil. 1, hal. 6; Thabarsi, Majma’ al-Bayan, 1406 H, jil. 1, hal. 90; Musthafawi, al-Tahqiq, 1374 S, jil. 1, hal. 119. </ref> namun hamzahnya terhapus karena ''tahfif''. <ref>al-Syarthuni, Aqrāb al-Mawārid, 1426 H, jil. 1, hal. 66; Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, 1408 H, jil. 1, hal. 188-190. </ref> Berdasarkan hal ini maknanya adalah ''ma’budi''  yang layak dipuji dan layak disembah. <ref>Razi, Raudhal Jinan, jil. 1, hal. 57; Fakhru Razi, al-Tafsir al-Kabir, 1413 H, jil. 1, hal. 159; Bustani, Dairah al-Ma’arif Bustani, jil. 4, hal. 486. </ref>
 
==Bagian Kesusastraan==
==Bagian Kesusastraan==
Kapanpun kata ''nida'' (panggilan) ''Allah'' terjadi, maka huruf ''nida''-nya akan terhapus dan sebagai gantinya mim dengan tasydid akan ditambahkan pada akhir kata itu sehingga dibaca menjadi Allahumma «اللّهم». <ref>Ibnu Mandzur, Lisān al-Arabi, 1408 H, jil. 1, hal. 191; Razi, Raudhal Jinan, 11375 S, jil. 4, hal. 251; Qurthubi, Tafsir Qurthubi, 1417 H, jil. 4, hal. 35. </ref> Tentu saja, sebagian ulama ilmu nahwu memiliki pandangan yang lain tentang  «اللّهم». <ref>Razi, Raudhal Jinān, jil. 4, hal. 251; Qurthubi, Tafsir Qurthubi, 1417 H, jil. 4, hal. 35; Thabarsi, Majma’ al-Bayān, 1406 H, jil. 2, hal. 726; Fakhru Razi, al-Tafsir al-Kabir, 1413 H, jil. 8, hal. 3; Ibnu Mandzur, Lisān al-Arabi, 1408 H, jil. 1, hal. 190. </ref>
Kapanpun kata ''nida'' (panggilan) ''Allah'' terjadi, maka huruf ''nida''-nya akan terhapus dan sebagai gantinya mim dengan tasydid akan ditambahkan pada akhir kata itu sehingga dibaca menjadi Allahumma «اللّهم». <ref>Ibnu Mandzur, Lisān al-Arabi, 1408 H, jil. 1, hal. 191; Razi, Raudhal Jinan, 11375 S, jil. 4, hal. 251; Qurthubi, Tafsir Qurthubi, 1417 H, jil. 4, hal. 35. </ref> Tentu saja, sebagian ulama ilmu nahwu memiliki pandangan yang lain tentang  «اللّهم». <ref>Razi, Raudhal Jinān, jil. 4, hal. 251; Qurthubi, Tafsir Qurthubi, 1417 H, jil. 4, hal. 35; Thabarsi, Majma’ al-Bayān, 1406 H, jil. 2, hal. 726; Fakhru Razi, al-Tafsir al-Kabir, 1413 H, jil. 8, hal. 3; Ibnu Mandzur, Lisān al-Arabi, 1408 H, jil. 1, hal. 190. </ref>
Pengguna anonim