Lompat ke isi

Hadis Tsaqalain: Perbedaan antara revisi

31 bita ditambahkan ,  24 Juli 2017
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:روایت ثقلین- انی تارک فیکم الثقلین.jpg|jmpl]]
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
  | prioritas =aa
  | prioritas =aa
Baris 13: Baris 12:
  | Artikel pilihan =
  | Artikel pilihan =
}}}}</onlyinclude>
}}}}</onlyinclude>
'''Hadis Tsaqalain''' (Bahasa Arab: {{ia|حديث الثقلين}}) adalah sebuah hadis yang sangat masyhur dan ''mutawatir'' dari [[Nabi Muhammad Saw]] yang bersabda, ''“Kutinggalkan dua pusaka bagi kalian, Kitab Allah (Al-Quran) dan itrahku (Ahlulbait). Keduanya tidak akan terpisah sampai hari kiamat.”''
[[Berkas:روایت ثقلین- انی تارک فیکم الثقلین.jpg|jmpl|Teks Riwayat Tsaqalain]]
'''Hadis Tsaqalain''' (Bahasa Arab: {{ia|حديث الثقلين}}) adalah sebuah hadis yang sangat masyhur dan ''mutawatir'' dari [[Nabi Muhammad saw]] yang bersabda, ''“Kutinggalkan dua pusaka bagi kalian, Kitab Allah (Al-Quran) dan itrahku (Ahlulbait). Keduanya tidak akan terpisah sampai hari kiamat.”''


Hadis ini diterima oleh seluruh kaum Muslimin baik [[Syiah]] maupun [[Sunni]], dan termaktub dalam kitab-kitab hadis dari kedua mazhab besar tersebut.
Hadis ini diterima oleh seluruh kaum Muslimin baik [[Syiah]] maupun [[Sunni]], dan termaktub dalam kitab-kitab hadis dari kedua mazhab besar tersebut.
Bagi muslim Syiah, hadis ini merupakan pegangan utama untuk menguatkan doktrin pentingnya keimamahan, menguatkan dalil kemaksuman para Imam As dan juga sebagai dalil yang menetapkan keharusan adanya imam di setiap zaman.
Bagi muslim Syiah, hadis ini merupakan pegangan utama untuk menguatkan doktrin pentingnya keimamahan, menguatkan dalil kemaksuman para Imam as dan juga sebagai dalil yang menetapkan keharusan adanya imam di setiap zaman.


==Matan Hadis==
==Matan Hadis==
Baris 36: Baris 36:


===Sumber dari Literatur Ahlusunnah===
===Sumber dari Literatur Ahlusunnah===
Menurut kitab ''Hadits al-Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait'' <ref>Atsar Ahmad Mahauzi. </ref>, hadis ''Tsaqalain'' ini diriwayatkan lebih dari 25 orang perawi dari kalangan sahabat yang mendengarkan langsung dari [[Nabi Muhammad Saw]].
Menurut kitab ''Hadits al-Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait'' <ref>Atsar Ahmad Mahauzi. </ref>, hadis ''Tsaqalain'' ini diriwayatkan lebih dari 25 orang perawi dari kalangan sahabat yang mendengarkan langsung dari [[Nabi Muhammad saw]].
Berikut di antara nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis Tsaqalain:
Berikut di antara nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis Tsaqalain:


Baris 44: Baris 44:
*Jabir bin Abdullah. Dimuat dalam kitab Sunan Tirmidzi <ref>Tirmidzi, ''Sunan al-Tirmidzi'', jld. 5, hlm. 328. </ref>, ''al-Mu’jam al-Kabir'' <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Kabir'', jld. 3, hlm. 66. </ref>, dan ''al-Mu’jam al-Ausath'' <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Ausath'', jld. 5, hlm. 89. </ref> Thabrani.
*Jabir bin Abdullah. Dimuat dalam kitab Sunan Tirmidzi <ref>Tirmidzi, ''Sunan al-Tirmidzi'', jld. 5, hlm. 328. </ref>, ''al-Mu’jam al-Kabir'' <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Kabir'', jld. 3, hlm. 66. </ref>, dan ''al-Mu’jam al-Ausath'' <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Ausath'', jld. 5, hlm. 89. </ref> Thabrani.


*Huzaifah bin Asid. Dalam kitab ''al-Mu’jam al Kabir Thabrani''. <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Kabir'', jld. 3, hlm. 180. </ref>
*Huzaifah bin asid. Dalam kitab ''al-Mu’jam al Kabir Thabrani''. <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Kabir'', jld. 3, hlm. 180. </ref>


*Abu Sa’id Khudri. Dalam empat bab dari Musnad Ahmad <ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad Ahmad'', jld. 3, hlm. 13, 17, 26, 59. </ref> dan Dhua’fa al-Kabir al-Aqili. <ref>Al-‘Aqili, ''Dhu’afa al-Kabir'', jld. 4, hlm. 362. </ref>
*Abu Sa’id Khudri. Dalam empat bab dari Musnad Ahmad <ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad Ahmad'', jld. 3, hlm. 13, 17, 26, 59. </ref> dan Dhua’fa al-Kabir al-Aqili. <ref>Al-‘Aqili, ''Dhu’afa al-Kabir'', jld. 4, hlm. 362. </ref>
*Imam Ali As, dengan dua jalur periwayatan yang terdapat dalam ''Dar al-Bahr al-Zakhār'' atau juga dikenal dengan kitab Musnad al-Bazzar <ref>Al-Bazzar, ''al-Bahr al-Zak''khār, hlm. 88, hadis 864. </ref> dan ''Kanz al-‘Ummāl''. <ref>Mutqi Hindi, ''Kanz al-‘Um''māl, jld. 14, hlm. 77, hadis 37981. </ref>
*Imam Ali as, dengan dua jalur periwayatan yang terdapat dalam ''Dar al-Bahr al-Zakhār'' atau juga dikenal dengan kitab Musnad al-Bazzar <ref>Al-Bazzar, ''al-Bahr al-Zak''khār, hlm. 88, hadis 864. </ref> dan ''Kanz al-‘Ummāl''. <ref>Mutqi Hindi, ''Kanz al-‘Um''māl, jld. 14, hlm. 77, hadis 37981. </ref>


*Abudzar Ghifari. Dalam kitab ''al-Mu’talaf wa al-Mukh''talaf Dāruqutni. <ref>Daruquthni, ''al-Mutalaf wal Mukhtalaf'', jld. 2, hlm. 1046. </ref>
*Abudzar Ghifari. Dalam kitab ''al-Mu’talaf wa al-Mukh''talaf Dāruqutni. <ref>Daruquthni, ''al-Mutalaf wal Mukhtalaf'', jld. 2, hlm. 1046. </ref>


*Abu Huraira. Dalam kitab ''Kasyf al-Atsār ‘an  Zawaid al-Bazār''. <ref>Al-Haitami, ''Kasyf al-Astār'', jld. 3, hlm. 223, hadis 2617. </ref>
*Abu Huraira. Dalam kitab ''Kasyf al-Atsār ‘an  Zawaid al-Bazār''. <ref>Al-Haitami, ''Kasyf al-astār'', jld. 3, hlm. 223, hadis 2617. </ref>


*Abdullah bin Hanthab. Dalam ''Usd al-Ghabah''. <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 3, hlm. 219, no. 2907. </ref>
*Abdullah bin Hanthab. Dalam ''Usd al-Ghabah''. <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 3, hlm. 219, no. 2907. </ref>
Baris 57: Baris 57:
*Jubair bin Math’am. Dalam ''Dhalāl al-Jannah''. <ref>Al-Bani, ''Dhalāl al-Jannah'', hadis 1465. </ref>
*Jubair bin Math’am. Dalam ''Dhalāl al-Jannah''. <ref>Al-Bani, ''Dhalāl al-Jannah'', hadis 1465. </ref>


Dan sejumlah dari sahabat Anshar, di antaranya: Khuzaimah bin Tsabit, Sahl bin Sa’ad, ‘Adi bin Hatim, Uqbah bin ‘Amir, Abu Ayyub Anshari, Abu Sa’id al-Khudri, Abu Syarih al-Khaza’i, Abu Qadamah Anshari, Abu Laila, Abu al-Haitam bin al-Taihan, dan sebagian lagi dari Bani Qurays yang menghendaki [[Imam Ali bin Abi Thalib As|Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As]] untuk bangkit dengan menukilkan hadis Tsaqalain tersebut. <ref>Teks lengkap hadis ini terdapat dalam ''Istijlāb Irtiqā al-Ghraf'' karya Syams al-Din Sakhawi hlm. 23. Juga terdapat dalam kitab ''Yanābi’ al-Mawaddah'' Qunduzi, jld. 1, hlm. 106-107 dan ''al-Ishābah'' Ibnu Hajar ‘Asqalani, jld. 7, hlm. 284-245. </ref>
Dan sejumlah dari sahabat Anshar, di antaranya: Khuzaimah bin Tsabit, Sahl bin Sa’ad, ‘Adi bin Hatim, Uqbah bin ‘Amir, Abu Ayyub Anshari, Abu Sa’id al-Khudri, Abu Syarih al-Khaza’i, Abu Qadamah Anshari, Abu Laila, Abu al-Haitam bin al-Taihan, dan sebagian lagi dari Bani Qurays yang menghendaki [[Imam Ali bin Abi Thalib as|Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as]] untuk bangkit dengan menukilkan hadis Tsaqalain tersebut. <ref>Teks lengkap hadis ini terdapat dalam ''Istijlāb Irtiqā al-Ghraf'' karya Syams al-Din Sakhawi hlm. 23. Juga terdapat dalam kitab ''Yanābi’ al-Mawaddah'' Qunduzi, jld. 1, hlm. 106-107 dan ''al-Ishābah'' Ibnu Hajar ‘asqalani, jld. 7, hlm. 284-245. </ref>


Bahrani, penulis kitab ''Ghāyah al-Marām wa Hujjat al-Khishām''  juga menyebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan melalui 39 jalur yang terdapat dalam banyak kitab Ahlusunnah.
Bahrani, penulis kitab ''Ghāyah al-Marām wa Hujjat al-Khishām''  juga menyebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan melalui 39 jalur yang terdapat dalam banyak kitab Ahlusunnah.
Baris 69: Baris 69:
Kitab berbahasa Persia: ''Hadits Tsaqalain'', karya Qawam al-Din Muhammad Wasynawi Qumi, ''Sa’ādat al-Dārin fi Syarah Hadits Tsaqalain'' buah karya Abdul Aziz Dahlawi.
Kitab berbahasa Persia: ''Hadits Tsaqalain'', karya Qawam al-Din Muhammad Wasynawi Qumi, ''Sa’ādat al-Dārin fi Syarah Hadits Tsaqalain'' buah karya Abdul Aziz Dahlawi.


Kitab berbahasa Arab: ''Hadits Tsaqalain'' karya Najm al-Din Askari, ''Hadits Tsaqalain'' karya Sayyid Ali Milani dan ''Hadits Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait'' karya Ahmad al-Mahuzi.
Kitab berbahasa Arab: ''Hadits Tsaqalain'' karya Najm al-Din askari, ''Hadits Tsaqalain'' karya Sayyid Ali Milani dan ''Hadits Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait'' karya Ahmad al-Mahuzi.


===Waktu dan Tempat Keluarnya Hadis===
===Waktu dan Tempat Keluarnya Hadis===
Mengenai kapan dan dimana hadis Tsaqalain disampaikan oleh [[Rasulullah Saw]], terdapat perbedaan pendapat. Misalnya, [[Ibnu Hajar Haitami]] <ref>Al-Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150. </ref> menyebutkan bahwa hadis Tsaqalain disebutkan [[Nabi Muhammad Saw]] sekembalinya dari [[Fathu Mekah]] di Thaif, namun yang lain menyebutkan waktu dan tempat yang berbeda dari pendapat tersebut.
Mengenai kapan dan dimana hadis Tsaqalain disampaikan oleh [[Rasulullah saw]], terdapat perbedaan pendapat. Misalnya, [[Ibnu Hajar Haitami]] <ref>Al-Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150. </ref> menyebutkan bahwa hadis Tsaqalain disebutkan [[Nabi Muhammad saw]] sekembalinya dari [[Fathu Mekah]] di Thaif, namun yang lain menyebutkan waktu dan tempat yang berbeda dari pendapat tersebut.


Perbedaan pendapat yang terjadi tidak bisa ditinggalkan begitu saja, namun setidaknya bisa diambil kesimpulan bahwa terjadinya perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena memang [[Nabi Muhammad Saw]] telah menyampaikan hadis tersebut diberbagai tempat dan waktu yang berbeda-beda. Terutama di waktu-waktu terakhir dari kehidupannya, ia sering mengingatkan kaum muslimin akan keutamaan Tsaqalain (dua pusaka berharga) yang ditinggalkannya, yaitu Al-Quran dan Ahlulbait. <ref>Mufid, ''al-Irsyād'', jld. 1, hlm. 180; Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150; Syaraf al-Din, ''al-Murājā’at'', hlm. 74. </ref>
Perbedaan pendapat yang terjadi tidak bisa ditinggalkan begitu saja, namun setidaknya bisa diambil kesimpulan bahwa terjadinya perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena memang [[Nabi Muhammad saw]] telah menyampaikan hadis tersebut diberbagai tempat dan waktu yang berbeda-beda. Terutama di waktu-waktu terakhir dari kehidupannya, ia sering mengingatkan kaum muslimin akan keutamaan Tsaqalain (dua pusaka berharga) yang ditinggalkannya, yaitu Al-Quran dan Ahlulbait. <ref>Mufid, ''al-Irsyād'', jld. 1, hlm. 180; Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150; Syaraf al-Din, ''al-Murājā’at'', hlm. 74. </ref>


Berikut riwayat-riwayat yang menyebutkan tempat dan waktu keluarnya hadis ini:
Berikut riwayat-riwayat yang menyebutkan tempat dan waktu keluarnya hadis ini:
Baris 91: Baris 91:
*Di dalam khubah setiap selesai shalat berjamaah. <ref>Dailami, ''Irsyād al-Qulub'', jld. 2, hlm. 340. </ref>
*Di dalam khubah setiap selesai shalat berjamaah. <ref>Dailami, ''Irsyād al-Qulub'', jld. 2, hlm. 340. </ref>


*Di ranjang, saat Nabi Saw terbujur sakit, sementara para sahabat berdiri mengelilinginya. <ref>Al-Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150. </ref>
*Di ranjang, saat Nabi saw terbujur sakit, sementara para sahabat berdiri mengelilinginya. <ref>Al-Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150. </ref>


==Sunnah atau Itrah?==
==Sunnah atau Itrah?==
Baris 97: Baris 97:


===Siapakah yang Dimaksud Itrah?===
===Siapakah yang Dimaksud Itrah?===
Dalam banyak periwayatan, kata ‘Ahlulbait’ mucul sebagai penjelas dari ‘Itrahti’, namun sebagian riwayat hanya menyebutkan ‘Itrat’<ref>Rujuk ke: Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā'', jld. 2, hlm. 92, hadis 259; Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak, jld. 3, hlm. 109. </ref>  dan sebagian lainnya hanya menyebut ‘Ahlulbait’ <ref>Rujuk ke: Juwaini Khurasani, ''Faraid al-Simthain'', jld. 2, hlm. 268; Majlisi, ''Bihār al-Anwār'', jld. 23, hlm. 131, hadis 64. </ref> yang kemudian terulang lagi ketika Nabi Saw menyampaikan pesannya. <ref>Rujuk ke: Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 4, hlm. 367; Darami, ''Sunan al-Darami'', hlm. 828; Naisyaburi, ''Shahih Muslim'', jld. 2, hlm. 1873, hadis 36; Jauni Khurasani, ''Faraid al-Simthain'', jld. 2, hlm. 250, 268. </ref>
Dalam banyak periwayatan, kata ‘Ahlulbait’ mucul sebagai penjelas dari ‘Itrahti’, namun sebagian riwayat hanya menyebutkan ‘Itrat’<ref>Rujuk ke: Shaduq, ''‘Uyun Akhbār al-Ridhā'', jld. 2, hlm. 92, hadis 259; Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak, jld. 3, hlm. 109. </ref>  dan sebagian lainnya hanya menyebut ‘Ahlulbait’ <ref>Rujuk ke: Juwaini Khurasani, ''Faraid al-Simthain'', jld. 2, hlm. 268; Majlisi, ''Bihār al-Anwār'', jld. 23, hlm. 131, hadis 64. </ref> yang kemudian terulang lagi ketika Nabi saw menyampaikan pesannya. <ref>Rujuk ke: Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 4, hlm. 367; Darami, ''Sunan al-Darami'', hlm. 828; Naisyaburi, ''Shahih Muslim'', jld. 2, hlm. 1873, hadis 36; Jauni Khurasani, ''Faraid al-Simthain'', jld. 2, hlm. 250, 268. </ref>


Pada sebagian periwayatan-periwayatan Syiah dari hadis Tsaqalain, mengenai penjelasan Ahlulbait Nabi Saw mengisyaratkan keberadaan 12 Imam maksum. <ref>Rujuk ke: Shaduq, ''Kamāl al-Din'', jld. 1, hlm. 278, hadis 25; Majlisi, ''Bihār al-Anwār,'' jld. 36, hlm. 317. </ref>
Pada sebagian periwayatan-periwayatan Syiah dari hadis Tsaqalain, mengenai penjelasan Ahlulbait Nabi saw mengisyaratkan keberadaan 12 Imam maksum. <ref>Rujuk ke: Shaduq, ''Kamāl al-Din'', jld. 1, hlm. 278, hadis 25; Majlisi, ''Bihār al-Anwār,'' jld. 36, hlm. 317. </ref>


==Keutamaan Hadis==
==Keutamaan Hadis==
Baris 111: Baris 111:
Ada dua poin yang terdapat dalam hadis Tsaqalain yang menguatkan bukti kemaksuman Ahlulbait:
Ada dua poin yang terdapat dalam hadis Tsaqalain yang menguatkan bukti kemaksuman Ahlulbait:
*Menegaskan jika Al-Quran dan Ahlulbait dijadikan pedoman dan petunjuk, maka tidak akan terjadi penyimpangan dan penyelewengan. Hal ini menunjukkan dalam bimbingan dan ajaran Ahlulbait tidak terdapat kesalahan sedikitpun.
*Menegaskan jika Al-Quran dan Ahlulbait dijadikan pedoman dan petunjuk, maka tidak akan terjadi penyimpangan dan penyelewengan. Hal ini menunjukkan dalam bimbingan dan ajaran Ahlulbait tidak terdapat kesalahan sedikitpun.
*Ketidakterpisahan Al-Quran dan Ahlulbait, Posisi keduanya sama sebagai pusaka Nabi Saw yang sangat berharga dan menjadi pedoman bagi umat manusia. Sebagimana telah menjadi kesepakatan seluruh kaum muslimin bahwa dalam kitab Al-Quran tidak terdapat kesalahan, maka tsaqal lainnya yaitu Ahlulbait, sudah tentu juga tidak terdapat kesalahan padanya.
*Ketidakterpisahan Al-Quran dan Ahlulbait, Posisi keduanya sama sebagai pusaka Nabi saw yang sangat berharga dan menjadi pedoman bagi umat manusia. Sebagimana telah menjadi kesepakatan seluruh kaum muslimin bahwa dalam kitab Al-Quran tidak terdapat kesalahan, maka tsaqal lainnya yaitu Ahlulbait, sudah tentu juga tidak terdapat kesalahan padanya.


Sebagian dari muhakik/peneliti Ahlusunnah juga menjadikan hadis Tsaqalain sebagai dalil yang menunjukkan keutamaan besar yang dimiliki Ahlulbait dan hujjah atas kesucian mereka dari kotoran dan kesalahan. <ref>Manawi, Faidh al-Qadir, jld. 3, hlm. 18-19; Zarqani, ''Syarah al-Mawāhib al-Diniyah'', jld. 8, hlm. 2; Sanadi, ''Dirāsāt al-Labaib'', hlm. 233, sebagaimana dinukil oleh Husaini Milani dalam ''Nafahāt al-Azhār'', jld. 2, hlm. 266-269. </ref>
Sebagian dari muhakik/peneliti Ahlusunnah juga menjadikan hadis Tsaqalain sebagai dalil yang menunjukkan keutamaan besar yang dimiliki Ahlulbait dan hujjah atas kesucian mereka dari kotoran dan kesalahan. <ref>Manawi, Faidh al-Qadir, jld. 3, hlm. 18-19; Zarqani, ''Syarah al-Mawāhib al-Diniyah'', jld. 8, hlm. 2; Sanadi, ''Dirāsāt al-Labaib'', hlm. 233, sebagaimana dinukil oleh Husaini Milani dalam ''Nafahāt al-Azhār'', jld. 2, hlm. 266-269. </ref>
Baris 118: Baris 118:
Pada matan hadis, juga terdapat poin penting yang menguatkan dalil akan keharusan adanya imam sampai akhir zaman.
Pada matan hadis, juga terdapat poin penting yang menguatkan dalil akan keharusan adanya imam sampai akhir zaman.


*Ketidakterpisahan Ahlulbait dengan Al-Quran menunjukan bukti akan keniscayaan imam dari kalangan Ahlulbait Nabi Saw yang akan terus bersama Al-Quran. Sebagaimana diyakini, al-Quran adalah sumber abadi pedoman dalam berislam, maka meniscayakan akan selalu ada dari kalangan Ahlulbait yang akan mendampingi Al-Quran untuk memberikan penjelasan dan sebagai sumber rujukan.
*Ketidakterpisahan Ahlulbait dengan Al-Quran menunjukan bukti akan keniscayaan imam dari kalangan Ahlulbait Nabi saw yang akan terus bersama Al-Quran. Sebagaimana diyakini, al-Quran adalah sumber abadi pedoman dalam berislam, maka meniscayakan akan selalu ada dari kalangan Ahlulbait yang akan mendampingi Al-Quran untuk memberikan penjelasan dan sebagai sumber rujukan.


*Nabi Saw menegaskan bahwa kedua pusaka berharga yang diwariskannya, tidak akan terpisah sampai Nabi Muhammad Saw ditemui di tepi telaga Kautsar.
*Nabi saw menegaskan bahwa kedua pusaka berharga yang diwariskannya, tidak akan terpisah sampai Nabi Muhammad saw ditemui di tepi telaga Kautsar.


*Nabi Saw menjamin, barangsiapa mengikuti keduanya, tanpa memisahkannya, maka tidak akan tersesat selama-lamanya.
*Nabi saw menjamin, barangsiapa mengikuti keduanya, tanpa memisahkannya, maka tidak akan tersesat selama-lamanya.


Imam Zarqani Maliki, salah seorang ulama Ahlusunnah, dalam kitab ''Syarah a-Mawāhib'' <ref>Jilid 8, hlm. 7. </ref> menukil Allamah Samhudi yang menyatakan, “Dari hadis ini dapat dipahami bahwa, sampai kiamat akan tetap ada dari kalangan Itrah Nabi Saw yang ia layak untuk dijadikan pegangan. Jadi sebagaimana yang tersurat, maka hadis ini menjadi dalil akan keberadaannya. Sebagaimana kitab (yaitu Al-Quran) tetap ada, maka mereka (yaitu Itrah) juga tetap ada di muka bumi. <ref>Sebagaimana yang dinukil oleh Amini dalam kitabnya ''al-Ghadir'', jld. 3, hlm. 118. </ref>
Imam Zarqani Maliki, salah seorang ulama Ahlusunnah, dalam kitab ''Syarah a-Mawāhib'' <ref>Jilid 8, hlm. 7. </ref> menukil Allamah Samhudi yang menyatakan, “Dari hadis ini dapat dipahami bahwa, sampai kiamat akan tetap ada dari kalangan Itrah Nabi saw yang ia layak untuk dijadikan pegangan. Jadi sebagaimana yang tersurat, maka hadis ini menjadi dalil akan keberadaannya. Sebagaimana kitab (yaitu Al-Quran) tetap ada, maka mereka (yaitu Itrah) juga tetap ada di muka bumi. <ref>Sebagaimana yang dinukil oleh Amini dalam kitabnya ''al-Ghadir'', jld. 3, hlm. 118. </ref>


===Ilmu Ahlulbait Sebagai Narasumber===
===Ilmu Ahlulbait Sebagai Narasumber===
Sebagaimana diketahui bahwa Al-Quran adalah rujukan utama aqidah dan ahkam amali semua kaum muslimin, sementara hadis ini menyebutkan bahwa Ahlulbait tidak akan pernah terpisah dengan Al-Quran, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Ahlulbait adalah juga sumber rujukan keilmuan Islam yang tidak terdapat di dalamnya kesalahan.
Sebagaimana diketahui bahwa Al-Quran adalah rujukan utama aqidah dan ahkam amali semua kaum muslimin, sementara hadis ini menyebutkan bahwa Ahlulbait tidak akan pernah terpisah dengan Al-Quran, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Ahlulbait adalah juga sumber rujukan keilmuan Islam yang tidak terdapat di dalamnya kesalahan.
Sayid Abdul -Husain Syaraf al-Din dalam dialognya dengan Syaikh Salim Bisyri –sebagaimana dimuat dalam kitab al-Murāja’āt- menjelaskan dengan sangat baik mengenai kemarjaan ilmu para Aimmah As dan wajibnya untuk mengikuti petunjuk dan ajaran-ajaran mereka. <ref>Silahkan merujuk ke kitab ''al-Murājāt'' oleh Syaraf al-Din, hlm. 71-76. </ref>
Sayid Abdul -Husain Syaraf al-Din dalam dialognya dengan Syaikh Salim Bisyri –sebagaimana dimuat dalam kitab al-Murāja’āt- menjelaskan dengan sangat baik mengenai kemarjaan ilmu para Aimmah as dan wajibnya untuk mengikuti petunjuk dan ajaran-ajaran mereka. <ref>Silahkan merujuk ke kitab ''al-Murājāt'' oleh Syaraf al-Din, hlm. 71-76. </ref>


==Hadis Tsaqalain dan Pendekatan antar Mazhab==
==Hadis Tsaqalain dan Pendekatan antar Mazhab==
Baris 138: Baris 138:
==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
{{referensi}}
{{referensi}}
*Ibnu Atsir, Ali bin Abi al-Karam, ''Asad al-Ghābah fi Ma’rifah al-Shahābah'', Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415 H.
*Ibnu Atsir, Ali bin Abi al-Karam, ''asad al-Ghābah fi Ma’rifah al-Shahābah'', Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1415 H.
*Ahmad bin Hanbal, ''Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal'', Kairo, tanpa tahun.
*Ahmad bin Hanbal, ''Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal'', Kairo, tanpa tahun.
*Amini, Abdul Husain, ''al-Ghadir fi al-Kitāb wa al-Sunnah wa al-Adab'', Qom, Markaz al-Ghadir lil Dirasat al-Islāmiyah, 1416 H.
*Amini, Abdul Husain, ''al-Ghadir fi al-Kitāb wa al-Sunnah wa al-Adab'', Qom, Markaz al-Ghadir lil Dirasat al-Islāmiyah, 1416 H.
Baris 158: Baris 158:
*Shaduq, Muhammad bin Ali, ''‘Uyūn Akhbar al-Ridha'', Qum, cet. Mahdi Lajurdi, 1363 S.
*Shaduq, Muhammad bin Ali, ''‘Uyūn Akhbar al-Ridha'', Qum, cet. Mahdi Lajurdi, 1363 S.
*Shaduq, Muhammad bin Ali, ''Kamāl al-Din wa Tamām al-Ni’mah'', Qum, cet. Ali Akbar Ghaffari, 1363 S.
*Shaduq, Muhammad bin Ali, ''Kamāl al-Din wa Tamām al-Ni’mah'', Qum, cet. Ali Akbar Ghaffari, 1363 S.
*Shafar Qumi, Muhammad bin Hasan, ''Bashāir al-Darajāt fi Fadhāil Ali Muhammad Saw'', Qum, cet. Muhsin Kuceh Baghi Tabrizi, 1404 H.
*Shafar Qumi, Muhammad bin Hasan, ''Bashāir al-Darajāt fi Fadhāil Ali Muhammad saw'', Qum, cet. Muhsin Kuceh Baghi Tabrizi, 1404 H.
*Thabrani, Sulaiman bin Ahmad, ''al-Mu’jam al-Kabir'', Beirut, Afsar, cet. Mahdi Abdul Hamid Salafi, 1404 H.
*Thabrani, Sulaiman bin Ahmad, ''al-Mu’jam al-Kabir'', Beirut, Afsar, cet. Mahdi Abdul Hamid Salafi, 1404 H.
*Thabrani, Sulaiman bin Ahmad, ''al-Mu’jam al-Awsath'', Dar al-Haramain, 1415 H.
*Thabrani, Sulaiman bin Ahmad, ''al-Mu’jam al-Awsath'', Dar al-Haramain, 1415 H.
*Thabarsi, Ahmad bin Ali, ''al-Ihtijāj'', Najaf, Muhammad Baqir Musawi Khurasan, 1386 S.
*Thabarsi, Ahmad bin Ali, ''al-Ihtijāj'', Najaf, Muhammad Baqir Musawi Khurasan, 1386 S.
* ‘Asqalani, Ibnu Hajar, ''al-Ashābah''.
* ‘asqalani, Ibnu Hajar, ''al-ashābah''.
*Al-‘Uqaili, Muhammad bin ‘Amru, ''al-Dhu’afa al-Kabir'', Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1418 H.
*Al-‘Uqaili, Muhammad bin ‘Amru, ''al-Dhu’afa al-Kabir'', Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1418 H.
*Ayyasyi, Muhammad bin Mas’ud, ''Kitāb al-Tafsir'', Qum, cet. Hasyim Rasuli Muhallati, 1380-1381 S.
*Ayyasyi, Muhammad bin Mas’ud, ''Kitāb al-Tafsir'', Qum, cet. Hasyim Rasuli Muhallati, 1380-1381 S.
*Qunduzi, Sulaiman bin Ibrahim, ''Yanābi’ al-Mawaddah li Dzawi al-Qurba'', Qum, cet. Ali Jamal Asyraf Husaini, 1416 H.
*Qunduzi, Sulaiman bin Ibrahim, ''Yanābi’ al-Mawaddah li Dzawi al-Qurba'', Qum, cet. Ali Jamal asyraf Husaini, 1416 H.
*Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, ''al-Kāfi'', Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiah.
*Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, ''al-Kāfi'', Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiah.
*Mufti Hindi, Ali bin Hisam al-Din, ''Kanz al-‘Amāl fi Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl'', Beirut, cet. Bakari Hayani wa Safwat al-Saqa, 1409 H.
*Mufti Hindi, Ali bin Hisam al-Din, ''Kanz al-‘Amāl fi Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl'', Beirut, cet. Bakari Hayani wa Safwat al-Saqa, 1409 H.
Baris 176: Baris 176:
*Wa’dzhazadeh Khurasani, Muhammad, ''Hadits al-Tsaqalain'', Qawam al-Din Muhammad Wasynawi, Hadits al-Tsaqalain, Tehran, 1416 H.
*Wa’dzhazadeh Khurasani, Muhammad, ''Hadits al-Tsaqalain'', Qawam al-Din Muhammad Wasynawi, Hadits al-Tsaqalain, Tehran, 1416 H.
*Al-Haitami, Ibnu Hajar, ''al-Shawā’iq al-Muhraqah fi al-Rad ‘ala Ahl al-Bada’ wa al-Zindiqah'', Kairo, cet. Abdul Wahab Abdul Latif, 1385 H.
*Al-Haitami, Ibnu Hajar, ''al-Shawā’iq al-Muhraqah fi al-Rad ‘ala Ahl al-Bada’ wa al-Zindiqah'', Kairo, cet. Abdul Wahab Abdul Latif, 1385 H.
*Al-Haitsami, ‘Ala bin Abi Bakar, ''Kasyf al-Astār ‘an Zawaid al-Bazār'', Beirut, Muasassah al-Risalah, 1979 M.
*Al-Haitsami, ‘Ala bin Abi Bakar, ''Kasyf al-astār ‘an Zawaid al-Bazār'', Beirut, Muasassah al-Risalah, 1979 M.
</div>
</div>
{{Keutamaan Ahlulbait}}
{{Keutamaan Ahlulbait}}
Baris 189: Baris 189:
[[fr:Hadîth Thaqalayn]]
[[fr:Hadîth Thaqalayn]]
[[de:Ḥadiṯ Al-Ṯaqalain]]
[[de:Ḥadiṯ Al-Ṯaqalain]]
sawasas


[[Kategori:Imam Ali as, Hadis Keutamaan Ahlulbait As]]
[[Kategori:Imam Ali as, Hadis Keutamaan Ahlulbait As]]
[[Kategori:Hadis Kepemimpinan]]
[[Kategori:Hadis Kepemimpinan]]
[[Kategori:Hadis Nabi Saw]]
[[Kategori:Hadis Nabi Saw]]
Pengguna anonim