Lompat ke isi

Hadis Tsaqalain: Perbedaan antara revisi

294 bita ditambahkan ,  19 September 2014
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Hadis Tsaqalain''' (حدیث ثقلین) adalah sebuah hadis yang sangat masyhur dan mutawatir dari Nabi Muhammad Saw yang bersabda, “Kutinggalkan sepeninggalku Kitab Allah (Al-Quran) dan itrahku (Ahlulbait). Keduanya tidak akan terpisah sampai hari kiamat.”
'''Hadis Tsaqalain''' (حدیث ثقلین) adalah sebuah hadis yang sangat masyhur dan ''mutawatir'' dari [[Nabi Muhammad Saw]] yang bersabda, “Kutinggalkan sepeninggalku Kitab Allah (Al-Quran) dan itrahku (Ahlulbait). Keduanya tidak akan terpisah sampai hari kiamat.”


Hadis ini diterima oleh seluruh kaum Muslimin baik Syiah maupun Sunni, dan termaktub dalam kitab-kitab hadis dari kedua mazhab besar tersebut.  
Hadis ini diterima oleh seluruh kaum Muslimin baik Syiah maupun Sunni, dan termaktub dalam kitab-kitab hadis dari kedua mazhab besar tersebut.
Bagi muslim Syiah, hadis ini merupakan pegangan utama untuk menguatkan doktrin pentingnya keimamahan, menguatkan dalil kemaksuman para Imam As dan juga sebagai dalil yang menetapkan keharusan adanya imam di setiap zaman.  
Bagi muslim Syiah, hadis ini merupakan pegangan utama untuk menguatkan doktrin pentingnya keimamahan, menguatkan dalil kemaksuman para Imam As dan juga sebagai dalil yang menetapkan keharusan adanya imam di setiap zaman.


==Matan Hadis==
==Matan Hadis==


Hadis ini meski diriwayatkan dengan jalur yang berbeda, dan dengan bunyi teks yang beragam namun tetap mengandung muatan pesan yang sama. Dalam Ushul Kāfi, yang merupakan salah satu dari empat kitab utama mazhab Syiah menyebutkan:
Hadis ini meski diriwayatkan dengan jalur yang berbeda, dan dengan bunyi teks yang beragam namun tetap mengandung muatan pesan yang sama. Dalam ''Ushul Kāfi'', yang merupakan salah satu dari empat kitab utama mazhab Syiah menyebutkan:


إِنِّی تَارِک فِیکمْ أَمْرَینِ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا- کتَابَ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ أَهْلَ بَیتِی عِتْرَتِی أَیهَا النَّاسُ اسْمَعُوا وَ قَدْ بَلَّغْتُ إِنَّکمْ سَتَرِدُونَ عَلَی الْحَوْضَ فَأَسْأَلُکمْ عَمَّا فَعَلْتُمْ فِی الثَّقَلَینِ وَ الثَّقَلَانِ کتَابُ اللَّهِ جَلَّ ذِکرُهُ وَ أَهْلُ بَیتِی‏.  
إِنِّی تَارِک فِیکمْ أَمْرَینِ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا- کتَابَ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ أَهْلَ بَیتِی عِتْرَتِی أَیهَا النَّاسُ اسْمَعُوا وَ قَدْ بَلَّغْتُ إِنَّکمْ سَتَرِدُونَ عَلَی الْحَوْضَ فَأَسْأَلُکمْ عَمَّا فَعَلْتُمْ فِی الثَّقَلَینِ وَ الثَّقَلَانِ کتَابُ اللَّهِ جَلَّ ذِکرُهُ وَ أَهْلُ بَیتِی‏.


Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka yang jika kalian mengikuti keduanya maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, (yaitu) Kitab Allah dan Itrahku dari Ahlulbaitku. Wahai manusia, dengarkanlah, aku sampaikan kepada kalian, kalian akan menemuiku di tepi telaga al-Haudh. Aku akan mempertanyakan kepada kalian, apa yang telah kalian perbuat terhadap dua pusaka berharga ini, yaitu Kitab Allah dan Ahlulbaitku.”<ref>Kulaini, Kāfi, jld. 1, hlm. 294.</ref>
Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka yang jika kalian mengikuti keduanya maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, (yaitu) Kitab Allah dan Itrahku dari Ahlulbaitku. Wahai manusia, dengarkanlah, aku sampaikan kepada kalian, kalian akan menemuiku di tepi telaga al-Haudh. Aku akan mempertanyakan kepada kalian, apa yang telah kalian perbuat terhadap dua pusaka berharga ini, yaitu Kitab Allah dan Ahlulbaitku.”<ref>Kulaini, ''Kāfi'', jld. 1, hlm. 294.</ref>


Sunan Nasai, salah satu dari enam kitab sahih Ahlusunnah, meriwayatkan:
''Sunan Nasai'', salah satu dari enam kitab sahih Ahlusunnah, meriwayatkan:


  کأنی قد دعیت فاجبت، انی قد ترکت فیکم الثقلین احدهما اکبر من الآخر، کتاب الله و عترتی اهل بیتی، فانظروا کیف تخلفونی فیهما، فانهما لن یفترقا حتی یردا علی الحوض  
  کأنی قد دعیت فاجبت، انی قد ترکت فیکم الثقلین احدهما اکبر من الآخر، کتاب الله و عترتی اهل بیتی، فانظروا کیف تخلفونی فیهما، فانهما لن یفترقا حتی یردا علی الحوض


“Ajalku sudah mendekat. Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua sesuatu yang sangat berharga, yang salah satu dari yang lainnya lebih besar, (yaitu) Kitab Allah dan Itrah Ahlulbaitku. Karenanya perhatikan bagaimana kalian memperlakukan keduanya. Keduanya tidak akan terpisah sampai kalian menemuiku di tepi telaga al-Haudh.”<ref>Nasai, al-Sunan al-Kubra, hadis 8148.</ref>
“Ajalku sudah mendekat. Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua sesuatu yang sangat berharga, yang salah satu dari yang lainnya lebih besar, (yaitu) Kitab Allah dan Itrah Ahlulbaitku. Karenanya perhatikan bagaimana kalian memperlakukan keduanya. Keduanya tidak akan terpisah sampai kalian menemuiku di tepi telaga al-Haudh.”<ref>Nasai, ''al-Sunan al-Kubra'', hadis 8148.</ref>


==Sumber  dan Sanad Hadis==
==Sumber  dan Sanad Hadis==
Baris 24: Baris 24:
===Sumber dari Literatur Ahlusunnah===
===Sumber dari Literatur Ahlusunnah===


Menurut kitab Hadits al-Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait <ref>Atsar Ahmad Mahauzi. </ref>, hadis Tsaqalain ini diriwayatkan lebih dari 25 orang perawi dari kalangan sahabat yang mendengarkan langsung dari Nabi Muhammad Saw.  
Menurut kitab ''Hadits al-Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait'' <ref>Atsar Ahmad Mahauzi. </ref>, hadis ''Tsaqalain'' ini diriwayatkan lebih dari 25 orang perawi dari kalangan sahabat yang mendengarkan langsung dari Nabi Muhammad Saw.
Berikut di antara nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis Tsaqalain:
Berikut di antara nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis Tsaqalain:


*Zaid bin Arqam. Darinya terdapat 6 jalur periwayatan sebagaimana yang tertulis dalam kitab Sunan Nasai <ref>Nasai, al-Sunan al-Kubra, hadis 8148. </ref>, al-Mu’jam al-Kabir Thabrani <ref>Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, jld. 5, hlm. 186. </ref>, Sunan Tirmidzi <ref>Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, hadis 3876. </ref>, Mustadrak Hākim <ref>Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak, jld. 3, hlm. 110. </ref>, Musnad Ahmad <ref>Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 4, hlm. 371. </ref> dan sejumlah kitab yang lain.  
*Zaid bin Arqam. Darinya terdapat 6 jalur periwayatan sebagaimana yang tertulis dalam kitab Sunan Nasai <ref>Nasai, ''al-Sunan al-Kubra'', hadis 8148. </ref>, ''al-Mu’jam al-Kabir Thabrani'' <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Kabir'', jld. 5, hlm. 186. </ref>, Sunan Tirmidzi <ref>Tirmidzi, ''Sunan al-Tirmidzi'', hadis 3876. </ref>, Mustadrak Hākim <ref>Hakim Naisyaburi, ''al-Mustadrak'', jld. 3, hlm. 110. </ref>, Musnad Ahmad <ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad Ahmad'', jld. 4, hlm. 371. </ref> dan sejumlah kitab yang lain.


*Zaid bin Tsabit. Dimuat dalam Musnad Ahmad <ref>Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 5, hlm. 183, 189. </ref> dan al-Mu’jam al-Kabir Thabrani. <ref>Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, jld. 5, hlm. 166. </ref>
*Zaid bin Tsabit. Dimuat dalam Musnad Ahmad <ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad Ahmad'', jld. 5, hlm. 183, 189. </ref> dan ''al-Mu’jam al-Kabir Thabrani''. <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Kabir'', jld. 5, hlm. 166. </ref>
*Jabir bin Abdullah. Dimuat dalam kitab Sunan Tirmidzi <ref>Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, jld. 5, hlm. 328. </ref>, al-Mu’jam al-Kabir <ref>Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, jld. 3, hlm. 66. </ref>, dan al-Mu’jam al-Ausath <ref>Thabrani, al-Mu’jam al-Ausath, jld. 5, hlm. 89. </ref> Thabrani.
*Jabir bin Abdullah. Dimuat dalam kitab Sunan Tirmidzi <ref>Tirmidzi, ''Sunan al-Tirmidzi'', jld. 5, hlm. 328. </ref>, ''al-Mu’jam al-Kabir'' <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Kabir'', jld. 3, hlm. 66. </ref>, dan ''al-Mu’jam al-Ausath'' <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Ausath'', jld. 5, hlm. 89. </ref> Thabrani.


*Huzaifah bin Asid. Dalam kitab al-Mu’jam al Kabir Thabrani. <ref>Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, jld. 3, hlm. 180. </ref>
*Huzaifah bin Asid. Dalam kitab ''al-Mu’jam al Kabir Thabrani''. <ref>Thabrani, ''al-Mu’jam al-Kabir'', jld. 3, hlm. 180. </ref>


*Abu Sa’id Khudri. Dalam empat bab dari Musnad Ahmad <ref>Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 3, hlm. 13, 17, 26, 59. </ref> dan Dhua’fa al-Kabir al-Aqili. <ref>Al-‘Aqili, Dhu’afa al-Kabir, jld. 4, hlm. 362. </ref>
*Abu Sa’id Khudri. Dalam empat bab dari Musnad Ahmad <ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad Ahmad'', jld. 3, hlm. 13, 17, 26, 59. </ref> dan Dhua’fa al-Kabir al-Aqili. <ref>Al-‘Aqili, ''Dhu’afa al-Kabir'', jld. 4, hlm. 362. </ref>
*Imam Ali As, dengan dua jalur periwayatan yang terdapat dalam Dar al-Bahr al-Zakhār atau juga dikenal dengan kitab Musnad al-Bazāz <ref>Al-Bazzar, al-Bahr al-Zakkhār, hlm. 88, hadis 864. </ref> dan Kanz al-‘Ummāl. <ref>Mutqi Hindi, Kanz al-‘Ummāl, jld. 14, hlm. 77, hadis 37981. </ref>
*Imam Ali As, dengan dua jalur periwayatan yang terdapat dalam ''Dar al-Bahr al-Zakhār'' atau juga dikenal dengan kitab Musnad al-Bazzar <ref>Al-Bazzar, ''al-Bahr al-Zak''khār, hlm. 88, hadis 864. </ref> dan ''Kanz al-‘Ummāl''. <ref>Mutqi Hindi, ''Kanz al-‘Um''māl, jld. 14, hlm. 77, hadis 37981. </ref>


*Abudzar Ghifari. Dalam kitab al-Mu’talaf wa al-Mukhtalaf Dāruqutni. <ref>Daruquthni, al-Mutalaf wal Mukhtalaf, jld. 2, hlm. 1046. </ref>
*Abudzar Ghifari. Dalam kitab ''al-Mu’talaf wa al-Mukh''talaf Dāruqutni. <ref>Daruquthni, ''al-Mutalaf wal Mukhtalaf'', jld. 2, hlm. 1046. </ref>


*Abu Huraira. Dalam kitab Kasyf al-Atsār ‘an  Zawaid al-Bazār. <ref>Al-Haitami, Kasyf al-Astār, jld. 3, hlm. 223, hadis 2617. </ref>
*Abu Huraira. Dalam kitab ''Kasyf al-Atsār ‘an  Zawaid al-Bazār''. <ref>Al-Haitami, ''Kasyf al-Astār'', jld. 3, hlm. 223, hadis 2617. </ref>


*Abdullah bin Hanthab. Dalam Usd al-Ghabah. <ref>Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah, jld. 3, hlm. 219, no. 2907. </ref>
*Abdullah bin Hanthab. Dalam ''Usd al-Ghabah''. <ref>Ibnu Atsir, ''Usd al-Ghabah'', jld. 3, hlm. 219, no. 2907. </ref>


*Jubair bin Math’am. Dalam Dhalāl al-Jannah. <ref>Al-Bani, Dzhalāl al-Jannah, hadis 1465. </ref>
*Jubair bin Math’am. Dalam ''Dhalāl al-Jannah''. <ref>Al-Bani, ''Dhalāl al-Jannah'', hadis 1465. </ref>


Dan sejumlah dari sahabat Anshar, di antaranya: Khuzaimah bin Tsabit, Sahl bin Sa’ad, ‘Adi bin Hatim, Uqbah bin ‘Amir, Abu Ayyub Anshari, Abu Sa’id al-Khudri, Abu Syarih al-Khaza’i, Abu Qadamah Anshari, Abu Laila, Abu al-Haitam bin al-Taihan, dan sebagian lagi dari Bani Qurays yang menghendaki Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As untuk bangkit dengan menukilkan hadis Tsaqalain tersebut. <ref>Teks lengkap hadis ini terdapat dalam Istijlāb Irtiqā al-Ghraf karya Syams al-Din Sakhawi hlm. 23. Juga terdapat dalam kitab Yanābi’ al-Mawaddah Qunduzi, jld. 1, hlm. 106-107 dan al-Ashābah Ibnu Hajar ‘Asqalani, jld. 7, hlm. 284-245. </ref>
Dan sejumlah dari sahabat Anshar, di antaranya: Khuzaimah bin Tsabit, Sahl bin Sa’ad, ‘Adi bin Hatim, Uqbah bin ‘Amir, Abu Ayyub Anshari, Abu Sa’id al-Khudri, Abu Syarih al-Khaza’i, Abu Qadamah Anshari, Abu Laila, Abu al-Haitam bin al-Taihan, dan sebagian lagi dari Bani Qurays yang menghendaki Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As untuk bangkit dengan menukilkan hadis Tsaqalain tersebut. <ref>Teks lengkap hadis ini terdapat dalam ''Istijlāb Irtiqā al-Ghraf'' karya Syams al-Din Sakhawi hlm. 23. Juga terdapat dalam kitab ''Yanābi’ al-Mawaddah'' Qunduzi, jld. 1, hlm. 106-107 dan ''al-Ashābah'' Ibnu Hajar ‘Asqalani, jld. 7, hlm. 284-245. </ref>


Bahrani, penulis kitab Ghāyah al-Marām wa Hujjat al-Khishām  juga menyebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan melalui 39 jalur yang terdapat dalam banyak kitab Ahlusunnah.  
Bahrani, penulis kitab ''Ghāyah al-Marām wa Hujjat al-Khishām'' juga menyebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan melalui 39 jalur yang terdapat dalam banyak kitab Ahlusunnah.


Jadi sebagaimana yang telah disebutkan, hadis ini terdapat setidaknya dalam kitab Musnad Ahmad, Sahih Muslim, Manāqib ibn al-Maghāzali, Sunan Tirmidzi, al-‘Umdah Tsa’labi, Musnad Abi Ya’la, al-Mu’jam al-Ausath Thabrani, al-‘Umdah ibn al-Bathriq, Yanābih al-Mawaddah Qunduzi, al-Tharaif ibn al-Maghāzali, Faraid al-Simthain dan Syarah Nahj al-Balāgah Ibn Abi al-Hadid. <ref>Bahrani, Ghāyat al-Marām wa Hujat al-Khishām, jld. 2, hlm. 304-320. </ref>
Jadi sebagaimana yang telah disebutkan, hadis ini terdapat setidaknya dalam kitab ''Musnad Ahmad'', ''Sahih Muslim'', ''Manāqib ibn al-Maghāzali'', ''Sunan Tirmidzi'', ''al-‘Umdah Tsa’labi'', ''Musnad Abi Ya’la, al-Mu’jam al-Ausath Thabrani, al-‘Umdah ibn al-Bathriq, Yanābih al-Mawaddah Qunduzi, al-Tharaif ibn al-Maghāzali, Faraid al-Simthain'' dan ''Syarah Nahj al-Balāgah'' Ibn Abi al-Hadid. <ref>Bahrani, ''Ghāyat al-Marām wa Hujat al-Khishām'', jld. 2, hlm. 304-320. </ref>


===Sumber dari Literatur Syiah===
===Sumber dari Literatur Syiah===


Bahrani, penulis kitab Ghāyah al-Marām wa Hujjat al-Khishām menyebutkan dalam sumber periwayatan Syiah terdapat 82 hadis yang mengandung muatan sebagaimana hadis Tsaqalain, diantaranya terdapat dalam kitab al-Kāfi, Kamāl al-Din, Amāli Shaduq, Amāli Mufid, Amāli Thusi, ‘Uyun Akhbar al-Ridha, al-Ghaibat Nu’māni, Bashāir al-Darajāt dan banyak lagi dari kitab yang lain. <ref>Bahrani, Ghāyat al-Marām wa Hujat al-Khishām, jld. 2, hlm. 320-367. </ref>
Bahrani, penulis kitab ''Ghāyah al-Marām wa Hujjat al-Khishām'' menyebutkan dalam sumber periwayatan Syiah terdapat 82 hadis yang mengandung muatan sebagaimana hadis Tsaqalain, diantaranya terdapat dalam kitab ''al-Kāfi, Kamāl al-Din, Amāli Shaduq, Amāli Mufid, Amāli Thusi, ‘Uyun Akhbar al-Ridha, al-Ghaibat Nu’māni, Bashāir al-Darajāt'' dan banyak lagi dari kitab yang lain. <ref>Bahrani, ''Ghāyat al-Marām wa Hujat al-Khishām'', jld. 2, hlm. 320-367. </ref>
Ulama-ulama Syiah yang secara khusus membahas hadis Tsaqalain dalam karyanya diantaranya terdapat dalam kitab-kitab berikut:
Ulama-ulama Syiah yang secara khusus membahas hadis Tsaqalain dalam karyanya diantaranya terdapat dalam kitab-kitab berikut:


Kitab berbahasa Persia: Hadits Tsaqalain, karya Qawam al-Din Muhammad Wasynawi Qumi, Sa’ādat al-Dārin fi Syarah Hadits Tsaqalain buah karya Abdul Aziz Dahlawi.  
Kitab berbahasa Persia: ''Hadits Tsaqalain'', karya Qawam al-Din Muhammad Wasynawi Qumi, ''Sa’ādat al-Dārin fi Syarah Hadits Tsaqalain'' buah karya Abdul Aziz Dahlawi.


Kitab berbahasa Arab: Hadits Tsaqalain karya Najm al-Din Askari, Hadits Tsaqalain karya Sayyid Ali Milani dan Hadits Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait karya Ahmad al-Mahuzi.
Kitab berbahasa Arab: ''Hadits Tsaqalain'' karya Najm al-Din Askari, ''Hadits Tsaqalain'' karya Sayyid Ali Milani dan ''Hadits Tsaqalain wa Maqāmāt Ahl al-Bait'' karya Ahmad al-Mahuzi.


===Waktu dan Tempat Keluarnya Hadis===
===Waktu dan Tempat Keluarnya Hadis===


Mengenai kapan dan dimana hadis Tsaqalain disampaikan oleh Rasulullah Saw, terdapat perbedaan pendapat. Misalnya, Ibnu Hajar Haitami <ref>Al-Haitami, al-Shawāiq al-Muhriqah, hlm. 150. </ref> menyebutkan bahwa hadis Tsaqalain disebutkan Nabi Muhammad Saw sekembalinya dari Fathu Mekah di Thaif, namun yang lain menyebutkan waktu dan tempat yang berbeda dari pendapat tersebut.
Mengenai kapan dan dimana hadis Tsaqalain disampaikan oleh Rasulullah Saw, terdapat perbedaan pendapat. Misalnya, Ibnu Hajar Haitami <ref>Al-Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150. </ref> menyebutkan bahwa hadis Tsaqalain disebutkan Nabi Muhammad Saw sekembalinya dari Fathu Mekah di Thaif, namun yang lain menyebutkan waktu dan tempat yang berbeda dari pendapat tersebut.
 
Perbedaan pendapat yang terjadi tidak bisa ditinggalkan begitu saja, namun setidaknya bisa diambil kesimpulan bahwa terjadinya perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena memang Nabi Muhammad Saw telah menyampaikan hadis tersebut diberbagai tempat dan waktu yang berbeda-beda. Terutama di waktu-waktu terakhir dari kehidupannya, ia sering mengingatkan kaum muslimin akan keutamaan Tsaqalain (dua pusaka berharga) yang ditinggalkannya, yaitu Al-Quran dan Ahlulbait. <ref>Mufid, al-Irsyād, jld. 1, hlm. 180; Haitami, al-Shawāiq al-Muhriqah, hlm. 150; Syaraf al-Din, al-Murājā’at, hlm. 74. </ref>
Perbedaan pendapat yang terjadi tidak bisa ditinggalkan begitu saja, namun setidaknya bisa diambil kesimpulan bahwa terjadinya perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena memang Nabi Muhammad Saw telah menyampaikan hadis tersebut diberbagai tempat dan waktu yang berbeda-beda. Terutama di waktu-waktu terakhir dari kehidupannya, ia sering mengingatkan kaum muslimin akan keutamaan Tsaqalain (dua pusaka berharga) yang ditinggalkannya, yaitu Al-Quran dan Ahlulbait. <ref>Mufid, ''al-Irsyād'', jld. 1, hlm. 180; Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150; Syaraf al-Din, ''al-Murājā’at'', hlm. 74. </ref>


Berikut riwayat-riwayat yang menyebutkan tempat dan waktu keluarnya hadis ini:
Berikut riwayat-riwayat yang menyebutkan tempat dan waktu keluarnya hadis ini:


*Pada hari Arafah, disaat menunggangi unta <ref>Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, jld. 5, hlm. 662, hadis 3786. </ref> pada saat penyelenggaran haji wada’ <ref>Ahmad bin Ali Tabarsi, al-Ihtijāj, jld. 1, hlm. 391. </ref>
*Pada hari Arafah, disaat menunggangi unta <ref>Tirmidzi, ''Sunan al-Tirmidzi'', jld. 5, hlm. 662, hadis 3786. </ref> pada saat penyelenggaran haji wada’ <ref>Ahmad bin Ali Tabarsi, ''al-Ihtijāj'', jld. 1, hlm. 391. </ref>
 
*Di persimpangan jalan, di sekitar wilayah ''Ghadir Khum'', sebelum para jemaah haji terpisah satu sama lain,  <ref>Ahmad bin Hanbal, ''Musnad Ahmad'', jld. 4, hlm. 371; Naisyaburi, ''Shahih Muslim'', jld. 2, hlm. 1873. </ref> dan setelahnya dilanjutkan dengan disampaikannya hadis Ghadir. <ref>Shaduq, ''Kamāl al-Din wa Tamām al-Ni’mah'', jld. 1, hlm. 234, hadis 45 dan hlm. 268, hadis 55; Hakim Naisyaburi, ''al-Mustadrak'', jld. 3, hlm. 109; Syamhudi, ''Jawāhir al-‘Aqidain'', hlm. 236. </ref>


*Di persimpangan jalan, di sekitar wilayah Ghadir Khum, sebelum para jemaah haji terpisah satu sama lain,  <ref>Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, jld. 4, hlm. 371; Naisyaburi, Shahih Muslim, jld. 2, hlm. 1873. </ref> dan setelahnya dilanjutkan dengan disampaikannya hadis Ghadir. <ref>Shaduq, Kamāl al-Din wa Tamām al-Ni’mah, jld. 1, hlm. 234, hadis 45 dan hlm. 268, hadis 55; Hakim Naisyaburi, al-Mustadrak, jld. 3, hlm. 109; Syamhudi, Jawāhir al-‘Aqidain, hlm. 236. </ref>
*Disampaikan saat khutbah di hari Jum’at bersamaan dengan disampaikannya hadis Ghadir. <ref>Ayyasyi, ''Kitāb al-Tafsir'', jld. 1, hlm. 4, hadis 3. </ref>


*Disampaikan saat khutbah di hari Jum’at bersamaan dengan disampaikannya hadis Ghadir. <ref>Ayyasyi, Kitāb al-Tafsir, jld. 1, hlm. 4, hadis 3. </ref>
*Sehabis shalat berjama’ah di masjid Khaif, dihari terakhir hari ''Tasyrik''. <ref>Shafar Qumi, ''Bashāir al-Darajāt'', hlm. 412-414. </ref>
*Di atas mimbar. <ref>Shaduq ''al-Amāli'', hlm. 62; Juwaini Khurasani, ''Faraid al-Simthain'', jld. 2, hlm. 268. </ref>


*Sehabis shalat berjama’ah di masjid Khaif, dihari terakhir hari Tasyrik. <ref>Shafar Qumi, Bashāir al-Darajāt, hlm. 412-414. </ref>
*Di penghujung khutbah yang dibacakan untuk seluruh jama’ah. <ref>Ayyasyi, ''Kitāb al-Tafsir'', jld. 1, hlm. 5, hadis 9; Ahmad bin Ali Thabarsi, ''al-Ihtijāj'', jld. 1, hlm. 216. </ref>
*Di atas mimbar. <ref>Shaduq al-Amāli, hlm. 62; Juwaini Khurasani, Faraid al-Simthain, jld. 2, hlm. 268. </ref>
*Di penghujung khutbah yang dibacakan untuk seluruh jama’ah. <ref>Ayyasyi, Kitāb al-Tafsir, jld. 1, hlm. 5, hadis 9; Ahmad bin Ali Thabarsi, al-Ihtijāj, jld. 1, hlm. 216. </ref>


*Di dalam khubah setiap selesai shalat berjamaah. <ref>Dailami, Irsyād al-Qulub, jld. 2, hlm. 340. </ref>
*Di dalam khubah setiap selesai shalat berjamaah. <ref>Dailami, ''Irsyād al-Qulub'', jld. 2, hlm. 340. </ref>


*Di ranjang, saat Nabi Saw terbujur sakit, sementara para sahabat berdiri mengelilinginya. <ref>Al-Haitami, al-Shawāiq al-Muhriqah, hlm. 150. </ref>
*Di ranjang, saat Nabi Saw terbujur sakit, sementara para sahabat berdiri mengelilinginya. <ref>Al-Haitami, ''al-Shawāiq al-Muhriqah'', hlm. 150. </ref>


==Sunnah atau Itrah?==
==Sunnah atau Itrah?==


Sebagian literatur Ahlusunnah menyebutkan “sunnati” sebagai pengganti “itrahti” dalam hadis Tsaqalain. <ref>Rujuk ke: Muttaqi Hindi, Kanz al-‘Ummāl, jld. 1, hlm. 187, hadis 948. </ref> Namun teks tersebut jarang ditemukan, bahkan tidak terdapat sama sekali dalam kitab-kitab muktabar Ahlusunnah. Para ulama Ahlusunnah sendiri tidak memberikan perhatian yang cukup besar terhadap hadis yang memuat teks “sunnati” termasuk dari kalangan ahli kalam khususnya dalam pembahasan ikhtilaf antar mazhab.  
Sebagian literatur Ahlusunnah menyebutkan “sunnati” sebagai pengganti “itrahti” dalam hadis Tsaqalain. <ref>Rujuk ke: Muttaqi Hindi, Kanz al-‘Ummāl, jld. 1, hlm. 187, hadis 948. </ref> Namun teks tersebut jarang ditemukan, bahkan tidak terdapat sama sekali dalam kitab-kitab muktabar Ahlusunnah. Para ulama Ahlusunnah sendiri tidak memberikan perhatian yang cukup besar terhadap hadis yang memuat teks “sunnati” termasuk dari kalangan ahli kalam khususnya dalam pembahasan ikhtilaf antar mazhab.


===Siapakah yang Dimaksud Itrah?===
===Siapakah yang Dimaksud Itrah?===
Baris 92: Baris 92:


Pada sebagian periwayatan-periwayatan Syiah dari hadis Tsaqalain, mengenai penjelasan Ahlulbait Nabi Saw mengisyaratkan keberadaan 12 Imam maksum. <ref>Rujuk ke: Shaduq, Kamāl al-Din, jld. 1, hlm. 278, hadis 25; Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 36, hlm. 317. </ref>
Pada sebagian periwayatan-periwayatan Syiah dari hadis Tsaqalain, mengenai penjelasan Ahlulbait Nabi Saw mengisyaratkan keberadaan 12 Imam maksum. <ref>Rujuk ke: Shaduq, Kamāl al-Din, jld. 1, hlm. 278, hadis 25; Majlisi, Bihār al-Anwār, jld. 36, hlm. 317. </ref>
 
==Keutamaan Hadis==
==Keutamaan Hadis==


Para ulama Syiah meriwayatkan hadis ini dalam banyak kitab-kitab mereka. Yang dengan keberadaan hadis tersebut, mereka menggunakannya sebagai dalil yang menguatkan aqidah Syiah mereka. Mirhamad Husain Kunturi Hindi (w. 1306 H) dalam kitab ‘Abaqāt al-Anwar, jilid 1 sampai 3 menukilkan hadis ini dengan menyandarkan pada periwayatan Ahlusunnah, dan menyebutkan betapa penting dan tingginya posisi hadis ini di sisi mereka. Dalam pembahasan mengenai imamah, hadis ini ia dahulukan sebagai hujjah dibandingkan hadis yang lain.  
Para ulama Syiah meriwayatkan hadis ini dalam banyak kitab-kitab mereka. Yang dengan keberadaan hadis tersebut, mereka menggunakannya sebagai dalil yang menguatkan aqidah Syiah mereka. Mirhamad Husain Kunturi Hindi (w. 1306 H) dalam kitab ‘Abaqāt al-Anwar, jilid 1 sampai 3 menukilkan hadis ini dengan menyandarkan pada periwayatan Ahlusunnah, dan menyebutkan betapa penting dan tingginya posisi hadis ini di sisi mereka. Dalam pembahasan mengenai imamah, hadis ini ia dahulukan sebagai hujjah dibandingkan hadis yang lain.
Dari hadis ini, dapat diambil beberapa poin penting yang dapat menetapkan dan membuktikan kesahihan ajaran Syiah:
Dari hadis ini, dapat diambil beberapa poin penting yang dapat menetapkan dan membuktikan kesahihan ajaran Syiah:


Baris 106: Baris 106:
Ada dua poin yang terdapat dalam hadis Tsaqalain yang menguatkan bukti kemaksuman Ahlulbait:
Ada dua poin yang terdapat dalam hadis Tsaqalain yang menguatkan bukti kemaksuman Ahlulbait:
*Menegaskan jika Al-Quran dan Ahlulbait dijadikan pedoman dan petunjuk, maka tidak akan terjadi penyimpangan dan penyelewengan. Hal ini menunjukkan dalam bimbingan dan ajaran Ahlulbait tidak terdapat kesalahan sedikitpun.
*Menegaskan jika Al-Quran dan Ahlulbait dijadikan pedoman dan petunjuk, maka tidak akan terjadi penyimpangan dan penyelewengan. Hal ini menunjukkan dalam bimbingan dan ajaran Ahlulbait tidak terdapat kesalahan sedikitpun.
*Ketidakterpisahan Al-Quran dan Ahlulbait, Posisi keduanya sama sebagai pusaka Nabi Saw yang sangat berharga dan menjadi pedoman bagi umat manusia. Sebagimana telah menjadi kesepakatan seluruh kaum muslimin bahwa dalam kitab Al-Quran tidak terdapat kesalahan, maka tsaqal lainnya yaitu Ahlulbait, sudah tentu juga tidak terdapat kesalahan padanya.  
*Ketidakterpisahan Al-Quran dan Ahlulbait, Posisi keduanya sama sebagai pusaka Nabi Saw yang sangat berharga dan menjadi pedoman bagi umat manusia. Sebagimana telah menjadi kesepakatan seluruh kaum muslimin bahwa dalam kitab Al-Quran tidak terdapat kesalahan, maka tsaqal lainnya yaitu Ahlulbait, sudah tentu juga tidak terdapat kesalahan padanya.


Sebagian dari muhakik/peneliti Ahlusunnah juga menjadikan hadis Tsaqalain sebagai dalil yang menunjukkan keutamaan besar yang dimiliki Ahlulbait dan hujjah atas kesucian mereka dari kotoran dan kesalahan. <ref>Manawi, Faidh al-Qadir, jld. 3, hlm. 18-19; Zarqani, Syarah al-Mawāhib al-Diniyah, jld. 8, hlm. 2; Sanadi, Dirāsāt al-Labaib, hlm. 233, sebagaimana dinukil oleh Husaini Milani dalam Nafahāt al-Azhār, jld. 2, hlm. 266-269. </ref>  
Sebagian dari muhakik/peneliti Ahlusunnah juga menjadikan hadis Tsaqalain sebagai dalil yang menunjukkan keutamaan besar yang dimiliki Ahlulbait dan hujjah atas kesucian mereka dari kotoran dan kesalahan. <ref>Manawi, Faidh al-Qadir, jld. 3, hlm. 18-19; Zarqani, Syarah al-Mawāhib al-Diniyah, jld. 8, hlm. 2; Sanadi, Dirāsāt al-Labaib, hlm. 233, sebagaimana dinukil oleh Husaini Milani dalam Nafahāt al-Azhār, jld. 2, hlm. 266-269. </ref>


===Keharusan Adanya Imam===
===Keharusan Adanya Imam===


Pada matan hadis, juga terdapat poin penting yang menguatkan dalil akan keharusan adanya imam sampai akhir zaman.  
Pada matan hadis, juga terdapat poin penting yang menguatkan dalil akan keharusan adanya imam sampai akhir zaman.


*Ketidakterpisahan Ahlulbait dengan Al-Quran menunjukan bukti akan keniscayaan imam dari kalangan Ahlulbait Nabi Saw yang akan terus bersama Al-Quran. Sebagaimana diyakini, al-Quran adalah sumber abadi pedoman dalam berislam, maka meniscayakan akan selalu ada dari kalangan Ahlulbait yang akan mendampingi Al-Quran untuk memberikan penjelasan dan sebagai sumber rujukan.  
*Ketidakterpisahan Ahlulbait dengan Al-Quran menunjukan bukti akan keniscayaan imam dari kalangan Ahlulbait Nabi Saw yang akan terus bersama Al-Quran. Sebagaimana diyakini, al-Quran adalah sumber abadi pedoman dalam berislam, maka meniscayakan akan selalu ada dari kalangan Ahlulbait yang akan mendampingi Al-Quran untuk memberikan penjelasan dan sebagai sumber rujukan.


*Nabi Saw menegaskan bahwa kedua pusaka berharga yang diwariskannya, tidak akan terpisah sampai Nabi Muhammad Saw ditemui di tepi telaga Kautsar.
*Nabi Saw menegaskan bahwa kedua pusaka berharga yang diwariskannya, tidak akan terpisah sampai Nabi Muhammad Saw ditemui di tepi telaga Kautsar.


*Nabi Saw menjamin, barangsiapa mengikuti keduanya, tanpa memisahkannya, maka tidak akan tersesat selama-lamanya.
*Nabi Saw menjamin, barangsiapa mengikuti keduanya, tanpa memisahkannya, maka tidak akan tersesat selama-lamanya.


Imam Zarqani Maliki, salah seorang ulama Ahlusunnah, dalam kitab Syarah a-Mawāhib <ref>Jilid 8, hlm. 7. </ref> menukil Allamah Samhudi yang menyatakan, “Dari hadis ini dapat dipahami bahwa, sampai kiamat akan tetap ada dari kalangan Itrah Nabi Saw yang ia layak untuk dijadikan pegangan. Jadi sebagaimana yang tersurat, maka hadis ini menjadi dalil akan keberadaannya. Sebagaimana kitab (yaitu Al-Quran) tetap ada, maka mereka (yaitu Itrah) juga tetap ada di muka bumi. <ref>Sebagaimana yang dinukil oleh Amini dalam kitabnya al-Ghadir, jld. 3, hlm. 118. </ref>
Imam Zarqani Maliki, salah seorang ulama Ahlusunnah, dalam kitab Syarah a-Mawāhib <ref>Jilid 8, hlm. 7. </ref> menukil Allamah Samhudi yang menyatakan, “Dari hadis ini dapat dipahami bahwa, sampai kiamat akan tetap ada dari kalangan Itrah Nabi Saw yang ia layak untuk dijadikan pegangan. Jadi sebagaimana yang tersurat, maka hadis ini menjadi dalil akan keberadaannya. Sebagaimana kitab (yaitu Al-Quran) tetap ada, maka mereka (yaitu Itrah) juga tetap ada di muka bumi. <ref>Sebagaimana yang dinukil oleh Amini dalam kitabnya al-Ghadir, jld. 3, hlm. 118. </ref>
Baris 124: Baris 124:
===Ilmu Ahlulbait Sebagai Narasumber===
===Ilmu Ahlulbait Sebagai Narasumber===


Sebagaimana diketahui bahwa Al-Quran adalah rujukan utama aqidah dan ahkam amali semua kaum muslimin, sementara hadis ini menyebutkan bahwa Ahlulbait tidak akan pernah terpisah dengan Al-Quran, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Ahlulbait adalah juga sumber rujukan keilmuan Islam yang tidak terdapat di dalamnya kesalahan.  
Sebagaimana diketahui bahwa Al-Quran adalah rujukan utama aqidah dan ahkam amali semua kaum muslimin, sementara hadis ini menyebutkan bahwa Ahlulbait tidak akan pernah terpisah dengan Al-Quran, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Ahlulbait adalah juga sumber rujukan keilmuan Islam yang tidak terdapat di dalamnya kesalahan.
Sayid Abdul -Husain Syaraf al-Din dalam dialognya dengan Syaikh Salim Bisyri –sebagaimana dimuat dalam kitab al-Murāja’āt- menjelaskan dengan sangat baik mengenai kemarjaan ilmu para Aimmah As dan wajibnya untuk mengikuti petunjuk dan ajaran-ajaran mereka. <ref>Silahkan merujuk ke kitab al-Murājāt oleh Syaraf al-Din, hlm. 71-76. </ref>
Sayid Abdul -Husain Syaraf al-Din dalam dialognya dengan Syaikh Salim Bisyri –sebagaimana dimuat dalam kitab al-Murāja’āt- menjelaskan dengan sangat baik mengenai kemarjaan ilmu para Aimmah As dan wajibnya untuk mengikuti petunjuk dan ajaran-ajaran mereka. <ref>Silahkan merujuk ke kitab al-Murājāt oleh Syaraf al-Din, hlm. 71-76. </ref>


Baris 130: Baris 130:


Sebagaimana telah disebutkan bahwa hadis Tsaqalain adalah hadis mutawatir yang diakui kesahihannya oleh Syiah dan Sunni, maka sepatutnya keberadaan hadis ini menjadi penyebab dan pendorong upaya persatuan Islam dan upaya pendekatan antar mazhab. Sebagaimana misalnya, yang pernah diupayakan oleh Sayid Abdul Husain Syarafuddin, salah seorang ulama Syiah dengan Syaikh Sulaim Busyra dari ulama Ahlusunnah. Dialog keduanya yang penuh semangat ukhuwah dan persaudaraan Islami dapat dirujuk dalam kitab al-Murājā’at. Atau sebagaimana upaya keras dan konsisten dari Ayatullah Burujerdi untuk menggalakkan aktivitas pendekatan antar mazhab yang tersinpirasi dari pesan hadis Tsaqalain ini. <ref>Rujuk ke: Wa’idzhazadeh Khurasani, Hadits Tsaqalain, hlm. 39-40. </ref>
Sebagaimana telah disebutkan bahwa hadis Tsaqalain adalah hadis mutawatir yang diakui kesahihannya oleh Syiah dan Sunni, maka sepatutnya keberadaan hadis ini menjadi penyebab dan pendorong upaya persatuan Islam dan upaya pendekatan antar mazhab. Sebagaimana misalnya, yang pernah diupayakan oleh Sayid Abdul Husain Syarafuddin, salah seorang ulama Syiah dengan Syaikh Sulaim Busyra dari ulama Ahlusunnah. Dialog keduanya yang penuh semangat ukhuwah dan persaudaraan Islami dapat dirujuk dalam kitab al-Murājā’at. Atau sebagaimana upaya keras dan konsisten dari Ayatullah Burujerdi untuk menggalakkan aktivitas pendekatan antar mazhab yang tersinpirasi dari pesan hadis Tsaqalain ini. <ref>Rujuk ke: Wa’idzhazadeh Khurasani, Hadits Tsaqalain, hlm. 39-40. </ref>
 
==Catatan Kaki==
==Catatan Kaki==
<div style="{{column-count|3}}">
<div style="{{column-count|3}}">
<references/>
<references/>
</div>
</div>
Pengguna anonim