Pengguna anonim
Baiat Ridhwan: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>S.J.Mosavi kTidak ada ringkasan suntingan |
imported>Yuwono Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
| Artikel pilihan = 13 Maret 2017 | | Artikel pilihan = 13 Maret 2017 | ||
}}}}</onlyinclude> | }}}}</onlyinclude> | ||
'''Baiat Ridhwan''' ( | '''Baiat Ridhwan''' (bahasa Arab: {{ia|بيعة الرضوان }}) atau '''Baiat Syajarah''' ({{ia|بیعة الشجرة}}) adalah perjanjian setia sekelompok [[sahabat]] kepada [[Nabi Muhammad saw]] yang terjadi pada tahun ke-6 H/628 di dekat [[Mekah]] dan sebelum [[Perdamaian Hudaibiyah]]. Ayat 18 [[Surah Al-Fath]] menegaskan peristiwa ini dan pemberian nama [[Baiat]] Ridhwan dan Baiat Syajarah juga diambil dari [[ayat]] ini. | ||
[[ | [[Ahlusunah]] memandang bahwa kerelaan [[Allah swt]] dalam ayat ini kepada orang-orang yang berbaiat bersifat mutlak, tanpa syarat dan abadi. Oleh karenanya, mereka memberikan penghormatan khusus pada semua sahabat yang hadir dalam baiat tersebut. Akan tetapi, [[Syi'ah]] memandang bahwa keridaan Allah swt yang disinggung dalam ayat tersebut muncul dari pengorbanan dan baiat pada hari itu yang kekekalannya bergantung kepada komitmen dan istiqomah mereka dalam mengikuti Nabi saw. | ||
==Baiat Ridhwan Dalam Al-Quran== | ==Baiat Ridhwan Dalam Al-Quran== | ||
Dalam [[ | Dalam [[Alquran]], kejadian ini disinyalir dalam ayat 18 Surah Al-Fath. Dan nama "Baiat Ridhwan" dan "Baiat Syajarah" diambil juga dari ayat ini: | ||
<center> {{ia|لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِی قُلوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّکِیْنَةَ عَلَیْهِمْ وَ اَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِیْبًا}} | <center> {{ia|لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِی قُلوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّکِیْنَةَ عَلَیْهِمْ وَ اَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِیْبًا}} | ||
</center> | </center> | ||
Baris 24: | Baris 24: | ||
==Peristiwa Perdamaian Hudaibiyyah== | ==Peristiwa Perdamaian Hudaibiyyah== | ||
{{main|Perdamaian Hudaibiyah}} | {{main|Perdamaian Hudaibiyah}} | ||
Pada tahun ke-6 H, Nabi | Pada tahun ke-6 H/628, [[Nabi saw]] bersama sekelompok [[sahabat]] yang hanya membawa pedang dan jumlah mereka 1400 atau 1600 orang keluar dari [[Madinah]] untuk melakukan ziarah ke [[Masjidil Haram|Baitullah]] dan menunaikan ritual-ritual umrah.<ref>Ibu Sa'ad, jld.2, hlm. 95; Thabari, hlm. 620-621; Abu Futuh Razi, jld.17, hlm. 337</ref> | ||
Ketika mereka sampai di [[Hudaibiyah]], sebuah desa yang berjarak satu rumah ke Mekah dan sembilan rumah ke Madinah,<ref>Yaqut Hamawi, jld.2, hlm. 222</ref> orang-orang musyrik menutup jalan mereka dan menghalangi mereka pergi ke Mekah. | Ketika mereka sampai di [[Hudaibiyah]], sebuah desa yang berjarak satu rumah ke Mekah dan sembilan rumah ke Madinah,<ref>Yaqut Hamawi, jld.2, hlm. 222</ref> orang-orang musyrik menutup jalan mereka dan menghalangi mereka pergi ke Mekah. | ||
Pertama [[Rasulullah | Pertama [[Rasulullah saw]] menaikkan seseorang bernama Kharasy ke atas untanya dan mengirimnya ke Mekah supaya menyampaikan kepada para pembesar kota Mekah bahwa kaum [[muslimin]] datang tidak untuk perang tapi mereka berniat berziarah ke Baitullah dan selepas itu akan pulang kembali. Akan tetapi, penduduk Mekah membunuh unta Nabi saw dan hendak membunuh Kharasy, namun sebagian orang mencegahnya sehingga dia bisa pulang lagi. | ||
Nabi | Nabi saw mengirim [[Utsman bin Affan]] kepada mereka. Tapi karena dia lama tidak pulang akhirnya menyebar berita bahwa penduduk Mekah telah membunuhnya. | ||
Setelah menyebar berita terbunuhnya Utsman, Rasulullah saw mengumpulkan sahabat-sahabatnya dan mengambil baiat setia dari mereka. Baiat ini tejadi di bawah sebuah pohon (pohon Samurah). | Setelah menyebar berita terbunuhnya Utsman, Rasulullah saw mengumpulkan sahabat-sahabatnya dan mengambil baiat setia dari mereka. Baiat ini tejadi di bawah sebuah pohon (pohon Samurah). Di kemudian hari diketahui bahwa Utsman tidak terbunuh<ref>Ibnu Sa'ad, jld.2, hlm. 95-97; Ibnu Hisyam, jld.2, hlm. 781-782; Thabari, jld.2, hlm.631-632; Hasan Ibrahim Hasan, jld.1, hlm. 127; Abu Futuh Razi, jld.17, hlm.336-337</ref> dan para delegasi Mekah menjalin suatu perdamaian dengan Rasulullah saw di Hudaibiyah dan disepakati bahwa di tahun itu beliau harus pulang ke Madinah dan pada tahun berkiutnya beliau bisa melakukan ziarah ke Mekah.<ref> Ibnu Sa'ad, jld.2, hlm. 95-97; Ibnu Hisyam, jld.2, hlm. 781-782; Thabari, jld.2, hlm.631-632; Hasan Ibrahim Hasan, jld.1, hlm. 127; Abu Futuh Razi, jld.17, hlm.336-337</ref> | ||
==Pelaksanaan Baiat== | ==Pelaksanaan Baiat== | ||
Keterlambatan 3 hari Utsman menimbulkan isu keterbunuhannya.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> Karena Nabi saw mendengar isu tersebut saat beliau sedang duduk di bawah sebuah pohon<ref>al-Sirah al-Nabawiyah, jld.3, hlm. 315</ref> sehingga beliau menyeru masyarakat untuk | Keterlambatan 3 hari Utsman menimbulkan isu keterbunuhannya.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> Karena Nabi saw mendengar isu tersebut saat beliau sedang duduk di bawah sebuah pohon<ref>al-Sirah al-Nabawiyah, jld.3, hlm. 315</ref> sehingga beliau menyeru masyarakat untuk ber[[baiat]],<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 111</ref> maka perjanjian tersebut dinamai juga dengan "Baiat Syajarah". | ||
Diantara mereka yang hadir, hanya Jadd bin Qais lah yang sembunyi di belakang untanya dan tidak memberikan janji setianya.<ref> ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Takmil wa al-Itmam'', hlm. 389</ref> Terkait siapa orang pertama yang memberikan baiat setianya kepada Nabi | Diantara mereka yang hadir, hanya Jadd bin Qais lah yang sembunyi di belakang untanya dan tidak memberikan janji setianya.<ref> ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Takmil wa al-Itmam'', hlm. 389</ref> Terkait siapa orang pertama yang memberikan baiat setianya kepada Nabi saw dinukil dari [[Jabir al-Anshari]] bahwa [[Ali as]] lah orang pertama yang maju untuk baiat, lalu Abu Sinan Abdullah bin Wahab Asadi, kemudian [[Salman al-Farisi]].<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218; ''Manaqib'', jld. 1, hlm. 303</ref> Sebagian ahli sejarah juga menyebut nama Abdullah bin Umar<ref>''al-Ma'arif'', hlm. 162</ref> atau Abu Sinan<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112; ''al-Dur al-Mantsur'', jld.7, hlm. 523</ref> atau Sinan bin Wahab Asadi.<ref>''al-Thabaqat'', jld.2, hlm. 77; ''al-Maghazi'', jld. 2, hlm. 603</ref> Dikatakan bahwa dalam kejadian ini [[Umar bin Khattab]] orang terakhir yang memberikan baiatnya.<ref>''Fathu al-Bari'', jld. 7, hlm. 579</ref> | ||
==Isi dan Hasil-hasil Baiat== | ==Isi dan Hasil-hasil Baiat== | ||
[[sahabat|Sahabat-sahabat]] [[Nabi | [[sahabat|Sahabat-sahabat]] [[Nabi saw]] berjanji untuk tidak meninggalkan beliau sendirian dalam menghadapi aksi-aski [[Quraisy]] yang dimungkinkan terjadi dan akan berjuang melawan mereka.<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 110</ref> Sebagian orang meyakini bahwa isi perjanjian ini adalah "perlawanan sampai titik darah penghabisan",<ref>''Majma' al-Bayan'', jld.9, hlm.176; ''al-Dur al-Mantsur'', jld.7, hlm. 522; ''Ansab al-Asyraf'', jld 1, hlm. 441 </ref> sebagian yang lain membatasi perlawanan ini pada batas kemampuan mereka yang berbaiat.<ref>''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld.3, hlm. 315; ''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm. 112</ref> Alasan Nabi saw dalam pengambilan baiat ini mungkin supaya pengalaman sebagian Muhajirin yang pernah lari dari [[Perang Uhud]] tidak terulang kembali. Dinukil dari Bukair bin Asyajj bahwa mereka berbaiat untuk mati, tetapi Nabi saw berkata: "Berjanjilah kalian sesuai kemampuan".<ref>''Jami' al-Bayan'', jld.26, hlm.112</ref> | ||
Pengaturan tepat waktu Nabi | Pengaturan tepat waktu Nabi saw dalam mengatur sahabat-sahabatnya menghadapai bahaya Quraisy yang dimungkinkan terjadi dan juga dalam mencegah terjadinya kembali pengalaman pahit pelarian sebagian orang-orang Muhajir dalam Perang Uhud membawa keberhasilan besar dimana dengan menyebarnya berita pembaiatan, orang-orang musyrik ketakutan, dan dengan kembalinya [[Utsman bin Affan|Usman]] dan sejumlah kaum muslimin<ref>''Ruh al-Ma'ani'', jld.26, hlm. 162</ref> dan pengutusan para delegasi, mereka bersedia mengadakan perdamaian sehingga berakhir dengan [[Perjanjian Hudaibiyah]].<ref>''al-Maghazi'', jld.2, hlm. 604</ref> | ||
==Beragam Pandangan tentang Para Pemberi Baiat== | ==Beragam Pandangan tentang Para Pemberi Baiat== | ||
Sebagian [[ | Sebagian [[Ahlusunah]] dengan bersandar pada riwayat-riwayat lemah bersikeras mengatakan bahwa kerelaan [[Allah swt]] dalam ayat di atas bersifat abadi dan kekal. Dalam satu penukilan, [[Nabi saw]] memandang mereka sebaik-sebaik penduduk bumi.<ref>''Shahih al-Bukhari'', jld. 5, hlm. 75</ref> Menurut riwayat yang lemah, orang-orang yang berbaiat dalam bait ini tidak akan masuk neraka Jahanam.<ref>Fathu al-Bari, jld.7, hlm. 562; ''al-Dur al-Mantsur'', jld. 7, hlm. 523</ref> | ||
[[Syi'ah]] dengan bersanadar pada ayat di atas dan sebagian literatur | [[Syi'ah]] dengan bersanadar pada ayat di atas dan sebagian literatur Ahlusunah meyakini bahwa kerelaan Allah swt dalam ayat ({{ia|لَقَدْ رَضِیَ اللّهُ عَنِ المؤمِنِینَ}}); ''"Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin"'' muncul dari pengorbanan dan baiat pada hari itu. Oleh sebab itu, setelahnya langsung dijelaskan sebab kerelaan Allah pada mereka ({{ia|اِذْ یُبَایِعُونَکَ تَحتَ الشَّجَرَةِ}});''"ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon"'' dan kekekalannya itu disyarati dengan istiqomah dan konsistensi mereka dalam mengikuti Nabi saw. Sementara sejarah memberikan hukum lain terhadap sebagian mereka. | ||
[[Syaikh Thusi]] menulis: "Allah | [[Syaikh Thusi]] menulis: "Allah swt meridai orang-orang yang berjaji setia pada Nabi saw di bawah pohon yang disaat berbait dalam keadaan beriman,<ref>''al-Tibyan'', jld.9, hlm. 328</ref> akan tetapi mereka yang di belakangan hari ingkar janji dan memilih jalan lain jelas tidak akan tercakupi kerelaan Allah".<ref>''Bihar al-Anwar'', jld. 38, hlm. 218-220</ref> [[Ayat]] 10 [[Surah Al-Fath]] menerangkan bahwa berbaiat kepada Nabi saw adalah berbaiat kepada Allah swt. Namun, dengan tegas ia memberitakan akan kerugian orang-orang yang merusak janjinya pada Nabi saw, dan memandang bahwa pahala yang besar hanya diperuntukkan kepada orang-orang yang tetap setia pada janji mereka kepada Nabi saw. Allah swt berfirman: | ||
<center>{{ia| اِنَّ الَّذینَ یبایعُونَکَ اِنَّما یبایعونَ اللّهَ یدُ اللّهِ فَوقَ اَیدیهِم فَمَن نَکَثَ فَاِنَّما ینکُثُ عَلی نَفسِهِ ومَن اَوفی بِما عهَدَ عَلَیهُ اللّهَ فَسَیؤتیهِ اَجرًا عَظیماً}}</center> | <center>{{ia| اِنَّ الَّذینَ یبایعُونَکَ اِنَّما یبایعونَ اللّهَ یدُ اللّهِ فَوقَ اَیدیهِم فَمَن نَکَثَ فَاِنَّما ینکُثُ عَلی نَفسِهِ ومَن اَوفی بِما عهَدَ عَلَیهُ اللّهَ فَسَیؤتیهِ اَجرًا عَظیماً}}</center> | ||
''"Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barang siapa menepati janjiinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar"''.(Q.S. al-Fath: 10) | ''"Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barang siapa menepati janjiinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar"''.(Q.S. al-Fath: 10) | ||
Ibnu Hajar (dari pembesar | Ibnu Hajar (dari pembesar Ahlusunah) menukil dari Ala' bin Musayyid, dari ayahnya bahwa Aku bertemu dengan [[Bara' bin 'Azib]] dan aku berkata padanya: "Bahagialah kamu, kamu bersama Nabi saw dan berjanji setia kepadanya di bawah pohon", ia menjawab: "Hai putra saudaraku, kamu tidak tahu apa yang kami lakukan setelah itu".<ref>''Fathu al-Bari'', jld.7, hlm. 571</ref> | ||
[[Berkas: مسجد بیعت رضوان.png |250px|thumbnail|<center>Puing-puing Masjid Baiat Ridhwan di sebelah masjid Syumaisi</center>]] | [[Berkas: مسجد بیعت رضوان.png |250px|thumbnail|<center>Puing-puing Masjid Baiat Ridhwan di sebelah masjid Syumaisi</center>]] | ||
==Pembangunan Masjid== | ==Pembangunan Masjid== | ||
[[Umar bin Khattab|Khalifah kedua]] pada masa khilafahnya memerintahkan supaya pohon ini ditebang. Sebagian orang memandang bahwa penebangan pohon itu dimaksudkan supaya masyarakat tidak jatuh ke jurang kesesatan dengan menghormati dan mengenang pohon tersebut.<ref>Salihi Dimasyqi, ''Subul al-Huda wa al-Rasyad'', jld.5, hlm. 76</ref> di belakangan hari dibangunlah sebuah masjid di tempat baiat Ridhwan<ref>Ibnu Sa'ad, jld.2, hlm.99-101</ref> yang mana bangunan dan jejaknya masih ada sampai saat ini. | [[Umar bin Khattab|Khalifah kedua]] pada masa khilafahnya memerintahkan supaya pohon ini ditebang. Sebagian orang memandang bahwa penebangan pohon itu dimaksudkan supaya masyarakat tidak jatuh ke jurang kesesatan dengan menghormati dan mengenang pohon tersebut.<ref>Salihi Dimasyqi, ''Subul al-Huda wa al-Rasyad'', jld.5, hlm. 76</ref> di belakangan hari dibangunlah sebuah [[masjid]] di tempat baiat Ridhwan<ref>Ibnu Sa'ad, jld.2, hlm.99-101</ref> yang mana bangunan dan jejaknya masih ada sampai saat ini. | ||
==Lihat Juga== | ==Lihat Juga== |