Pengguna anonim
Siti Hawa: Perbedaan antara revisi
→Proses Penciptaan Adam dan Hawa dalam al-Qur’an
imported>Esmail |
imported>Esmail |
||
Baris 36: | Baris 36: | ||
Sedangkan di dalam hadis, sejarah dan tafsir banyak disebutan nama Hawa Sa sebagai istri Nabi Adam As. Disebut Hawa karena ia adalah ibu dari semua yang hidup.<ref>Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 1, hlm. 3940. </ref> Atau karena ia tercipta dari sosok “hayy” (yang hidup: Adam).<ref>Thabari, Jami’, tentang Surah al-Baqarah: 35. Ibnu Babawaih, ‘Ilal al-Syarai’, jld. 1, hlm. 2. Majlisi. Biharul Anwar, jld. 11, hlm. 100-101. </ref> Dalam riwayat disebutkan, Nabi Adam As menamai Hawa dengan Atssa, dalam bahasa Nabath berarti perempuan.<ref>Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 1, hlm. 39. </ref> | Sedangkan di dalam hadis, sejarah dan tafsir banyak disebutan nama Hawa Sa sebagai istri Nabi Adam As. Disebut Hawa karena ia adalah ibu dari semua yang hidup.<ref>Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 1, hlm. 3940. </ref> Atau karena ia tercipta dari sosok “hayy” (yang hidup: Adam).<ref>Thabari, Jami’, tentang Surah al-Baqarah: 35. Ibnu Babawaih, ‘Ilal al-Syarai’, jld. 1, hlm. 2. Majlisi. Biharul Anwar, jld. 11, hlm. 100-101. </ref> Dalam riwayat disebutkan, Nabi Adam As menamai Hawa dengan Atssa, dalam bahasa Nabath berarti perempuan.<ref>Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 1, hlm. 39. </ref> | ||
===Proses Penciptaan Adam dan Hawa dalam | ===Proses Penciptaan Adam dan Hawa dalam [[Al-Qur’an]]=== | ||
Di tegaskan dalam | Di tegaskan dalam [[Al-Qur’an]] bahwa [[Nabi Adam As]] itu tercipta dari tanah.<ref>[[Surah Ali Imran|Qs. Ali ‘Imran]]: 59. Al-Hijr: 28, dan ayat lainnya. </ref>Disebutkan pula, ''“Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan pasangannya.”''<ref>Qs. al-Nisa’: 1. Al-A’raf: 189. </ref> | ||
Para mufasir terdahulu umumnya meyakini, yang dimaksud “nafs: diri” dalam ayat tersebut adalah Nabi Adam As, sedangkan maksud “zauj: pasangan” adalah Hawa Sa. Banyak riwayat menyebutkan Allah Swt menciptakan Hawa Sa dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam As.<ref>Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, jld. 1, hlm. 175. Qomi, Tafsir al-Qomi, tentang Surah al-Nisa’: 1. Ibnu Babawaih,‘Ilal al-Syarai’, jld. 2, hlm. 471. </ref> Ada juga yang menyebutkan bahwa ia tercipta dari sisa tanah yang digunakan untuk menciptakan Nabi Adam As.<ref> ‘Iyasyi, Kitab al-Tafsir, tentang Surah al-Nisa’: 1. Ibnu Babawaih, al-Amali, jld. 1, hlm. 259-260. Thusi, al-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, tentang ayat-ayat (penciptaan) tersebut. Thabari, Tafsir Majma’ al-Bayan, tentang ayat-ayat (penciptaan) tersebut. Fakhru Razi, al-Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, tentang ayat-ayat (penciptaan) tersebut. </ref> | Para mufasir terdahulu umumnya meyakini, yang dimaksud “nafs: diri” dalam ayat tersebut adalah [[Nabi Adam As]], sedangkan maksud “zauj: pasangan” adalah Hawa Sa. Banyak riwayat menyebutkan [[Allah Swt]] menciptakan Hawa Sa dari salah satu tulang rusuk Nabi Adam As.<ref>Ibnu Majah, ''Sunan Ibnu Majah'', jld. 1, hlm. 175. Qomi, ''Tafsir al-Qomi'', tentang Surah al-Nisa’: 1. Ibnu Babawaih,''‘Ilal al-Syarai’'', jld. 2, hlm. 471. </ref> Ada juga yang menyebutkan bahwa ia tercipta dari sisa tanah yang digunakan untuk menciptakan Nabi Adam As.<ref> ‘Iyasyi, ''Kitab al-Tafsir'', tentang Surah al-Nisa’: 1. Ibnu Babawaih, al-Amali, jld. 1, hlm. 259-260. Thusi, al-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an, tentang ayat-ayat (penciptaan) tersebut. Thabari, Tafsir Majma’ al-Bayan, tentang ayat-ayat (penciptaan) tersebut. Fakhru Razi, al-Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, tentang ayat-ayat (penciptaan) tersebut. </ref> | ||
Menurut sebagian mufasir, maksud ayat tersebut adalah Allah Swt menciptakan pasangan Nabi Adam As dari jenisnya sendiri. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain yang memiliki makna sama yaitu, “dari jenis kalian sendiri.”<ref>Qs. Al-Taubah: 128. Al-Nahl: 72. </ref> Tafsiran ini menjadi lebih sesuai dengan melihat kelanjutan Surah al-A’raf ayat 189, “agar ia merasa tenang di sisi pasangannya.” Karena siapapun pasti akan lebih tertarik dan nyaman jika dengan jenis yang sama.<ref>Syarif Radhi, Haqaiq al-Ta’wil fi Mutasyabih al-Tanzil, jld. 1, hlm. 308-309. Fakhru Razi, al-Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, tentang ayat al-Nisa’: 1. Thabathabai, Tafsir al-Mizan, tentang Surah al-Nisa’: 1. Subhani, al-Qishash al-Qur’aniah: Dirasah wa Mu’thiyat wa Ahdaf, jld. 1, hlm. 92-93. </ref> | Menurut sebagian mufasir, maksud ayat tersebut adalah [[Allah Swt]] menciptakan pasangan [[Nabi Adam As]] dari jenisnya sendiri. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain yang memiliki makna sama yaitu, ''“dari jenis kalian sendiri.”''<ref>Qs. Al-Taubah: 128. Al-Nahl: 72. </ref> Tafsiran ini menjadi lebih sesuai dengan melihat kelanjutan Surah al-A’raf ayat 189, “agar ia merasa tenang di sisi pasangannya.” Karena siapapun pasti akan lebih tertarik dan nyaman jika dengan jenis yang sama.<ref>Syarif Radhi, Haqaiq al-Ta’wil fi Mutasyabih al-Tanzil, jld. 1, hlm. 308-309. Fakhru Razi, ''al-Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib'', tentang ayat al-Nisa’: 1. Thabathabai, ''Tafsir al-Mizan'', tentang Surah al-Nisa’: 1. Subhani, ''al-Qishash al-Qur’aniah: Dirasah wa Mu’thiyat wa Ahdaf'', jld. 1, hlm. 92-93. </ref> | ||
Sebagian kalangan modern berpendapat, maksud “nafsun wahid” itu bukan Nabi Adam As, tapi asal-usul penciptaan manusia (baik laki-laki maupun perempuan). Mereka menyimpulkan, laki-laki dan perempuan itu tercipta dari satu unsur.<ref>Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim al-Syahir bi-tafsir al-Manar, tentang Surah al-Nisa’: 1. Jawadi Amuli, Zan dar Aineh-e Jalal wa Jamal, jld. 1, hlm 42-44. </ref> | Sebagian kalangan modern berpendapat, maksud ''“nafsun wahid”'' itu bukan Nabi Adam As, tapi asal-usul penciptaan manusia (baik laki-laki maupun perempuan). Mereka menyimpulkan, laki-laki dan perempuan itu tercipta dari satu unsur.<ref>Rasyid Ridha, ''Tafsir al-Qur’an al-Hakim al-Syahir bi-tafsir al-Manar'', tentang Surah al-Nisa’: 1. Jawadi Amuli, ''Zan dar Aineh-e Jalal wa Jamal'', jld. 1, hlm 42-44. </ref> | ||
Sebagian kalangan menyebutkan, menurut teori biologi modern, makhluk hidup pertama itu satu jenis yang kemudian mengalami perkembangbiakan. Mulanya makhluk tersebut berreproduksi secara aseksual lalu berpasangan dengan makhluk betina yang berasal darinya lalu terlahirlah generasi manusia. Menurut teori ini, pada mulanya, pasangan manusia pertama tidak diciptakan secara terpisah, namun tercipta dari dirinya sendiri. Karena itu reproduksi manusia pada tahapan pertama bukanlah secara seksual.<ref>Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim al-Syahir bi-tafsir al-Manar, tentang Surah al-Nisa’: 1. Behbudi, Baznegari Tarikh-e Anbiya dar Qur’an, hlm. 286-292. </ref> | Sebagian kalangan menyebutkan, menurut teori biologi modern, makhluk hidup pertama itu satu jenis yang kemudian mengalami perkembangbiakan. Mulanya makhluk tersebut berreproduksi secara aseksual lalu berpasangan dengan makhluk betina yang berasal darinya lalu terlahirlah generasi manusia. Menurut teori ini, pada mulanya, pasangan manusia pertama tidak diciptakan secara terpisah, namun tercipta dari dirinya sendiri. Karena itu reproduksi manusia pada tahapan pertama bukanlah secara seksual.<ref>Rasyid Ridha, ''Tafsir al-Qur’an al-Hakim al-Syahir bi-tafsir al-Manar'', tentang Surah al-Nisa’: 1. Behbudi, ''Baznegari Tarikh-e Anbiya dar Qur’an'', hlm. 286-292. </ref> | ||
===Turunnya Adam dan Hawa dari Surga=== | ===Turunnya Adam dan Hawa dari Surga=== |