Pengguna anonim
Baiat: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>E.amini Tidak ada ringkasan suntingan |
imported>Hindr Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
| Artikel pilihan = | | Artikel pilihan = | ||
}}}}</onlyinclude> | }}}}</onlyinclude> | ||
'''Baiat''' (Bahasa Arab: {{ia|البیعة}}), berarti ikatan janji kesetiaan dan ketaatan dengan [[Rasulullah Saw]], imam As, penguasa atau khalifah. Baiat pertama dalam sirah Nabawi adalah baiat [[Imam Ali As]] dan [[Sayidah Khadijah Sa]] dengan Nabi setelah menerima [[Islam]]. Baiat ‘Aqabah pertama dan kedua berlangsung di [[Mekah]] dan dua baiat ini, khususnya baiat kedua merupakan basis hijrahnya Rasulullah Saw menuju kota [[Madinah]]. | '''Baiat''' (Bahasa Arab: {{ia|البیعة}}), berarti ikatan janji kesetiaan dan ketaatan dengan [[Rasulullah Saw]], imam As, penguasa atau khalifah. Baiat pertama dalam sirah Nabawi adalah baiat [[Imam Ali As]] dan [[Sayidah Khadijah Sa]] dengan Nabi setelah menerima [[Islam]]. Baiat ‘Aqabah pertama dan kedua berlangsung di [[Mekah]] dan dua baiat ini, khususnya baiat kedua merupakan basis [[Hijrah ke Madinah|hijrahnya Rasulullah Saw]] menuju kota [[Madinah]]. | ||
Baiat kaum muslim dengan Rasulullah Saw berlangsung saat mereka bergerak menuju Badar di Madinah. Baiat Ridwan atau Syajarah terjadi pada tahun keenam hijriah di [[Hudaibiyah]] dan baiat para lelaki dan perempuan dengan Nabi Saw pada peristiwa Fathu Mekah pada tahun 8 Hijriah. Baiat terakhir pada masa Rasulullah Saw adalah baiat kaum muslimin dengan Imam Ali As pada hari kedelapan belas tahun kesepuluh hijriah di sebuah tempat bernama [[Ghadir]]; subjek baiat ini adalah wilayah kepemimpinan dan Imam Ali As menjadi pengganti setelah Nabi Saw. | Baiat kaum muslim dengan Rasulullah Saw berlangsung saat mereka bergerak menuju Badar di Madinah. [[Baiat Ridwan]] atau Syajarah terjadi pada tahun keenam hijriah di [[Hudaibiyah]] dan baiat para lelaki dan perempuan dengan Nabi Saw pada peristiwa [[Fathu Mekah]] pada tahun 8 Hijriah. Baiat terakhir pada masa Rasulullah Saw adalah baiat kaum muslimin dengan Imam Ali As pada hari kedelapan belas tahun kesepuluh hijriah di sebuah tempat bernama [[Ghadir]]; subjek baiat ini adalah [[wilayah]] kepemimpinan dan Imam Ali As menjadi pengganti setelah Nabi Saw. | ||
Baiat sebelum Islam, di era Rasulullah, setelah Rasulullah dan di semua pemerintahan-pemerintahan yang mengklaim kekhilafahan Islam sangatlah marak. | Baiat sebelum Islam, di era Rasulullah, setelah Rasulullah dan di semua pemerintahan-pemerintahan yang mengklaim kekhilafahan Islam sangatlah marak. | ||
Baris 20: | Baris 20: | ||
==Makna Etimologi dan Terminologi== | ==Makna Etimologi dan Terminologi== | ||
Baiat adalah kalimat Arab dari kata Ba Ya ‘A (ب ی ع), yang berarti, bersalaman, menggenggam tangan, seseorang menjulurkan tangan kanan ke tangan kanan lainnya guna meratifikasi akad bai’ (ikrar penjualan). <ref>Syahidi, Baiat wa Ceguneghi-e on dar Tarikhe Islam, hlm. 125. </ref> | Baiat adalah kalimat Arab dari kata Ba Ya ‘A (ب ی ع), yang berarti, bersalaman, menggenggam tangan, seseorang menjulurkan tangan kanan ke tangan kanan lainnya guna meratifikasi akad bai’ (ikrar penjualan). <ref>Syahidi, Baiat wa Ceguneghi-e on dar Tarikhe Islam, hlm. 125. </ref> | ||
Sebelum Islam, di tengah-tengah masyarakat Arab sudah menjadi tradisi saat jual beli untuk memastikan akad jual beli dan menegaskan kekomitmenannya dengan isinya, sang pembeli dan penjual mengulurkan tangan kanannya dengan menepukkan tangan kanan ke pihak lainnya; amal ini disebut dengan Baiat atau Shafqah (transaksi penjualan), dan dengan berlangsungnya hal tersebut, maka muamalah ( | Sebelum Islam, di tengah-tengah masyarakat Arab sudah menjadi tradisi saat jual beli untuk memastikan akad jual beli dan menegaskan kekomitmenannya dengan isinya, sang pembeli dan penjual mengulurkan tangan kanannya dengan menepukkan tangan kanan ke pihak lainnya; amal ini disebut dengan Baiat atau Shafqah (transaksi penjualan), dan dengan berlangsungnya hal tersebut, maka muamalah (transaksi) sudah terjadi. Demikian jugaو untuk suatu kelompok atau kabilah saat melakukan perjanjian dan ketaatan dengan seorang penguasa atau kepala suku, berjabat tangan adalah hal yang sudah jamak; dan karena kemiripannya dengan baiat dalam jual beli, maka perbuatan ini juga disebut dengan baiat. <ref>Ibn Khaldun, ''Muqaddimah'', hlm. 209. </ref> | ||
Dengan demikian, banyak sekali para peneliti mengartikan makna terminologi baiat dalam teks dan referensi-referensi Islam dengan peletakan tangan kanan di atas tangan kanan seseorang sebagai bukti penerimaan ketaatan atau kepemimpinannya. <ref>Syahristani, Madkhal ila ‘Ilm al-Fiqh, hlm. 155. </ref> Lambat laun, dengan adanya perubahan dan keragaman dalam variasi lahiriah baiat, kata baiat selain digeneralkan pada perbuatan | Dengan demikian, banyak sekali para peneliti mengartikan makna terminologi baiat dalam teks dan referensi-referensi Islam dengan peletakan tangan kanan di atas tangan kanan seseorang sebagai bukti penerimaan ketaatan atau kepemimpinannya. <ref>Syahristani, ''Madkhal ila ‘Ilm al-Fiqh'', hlm. 155. </ref> Lambat laun, dengan adanya perubahan dan keragaman dalam variasi lahiriah baiat, kata baiat selain digeneralkan pada perbuatan di atas yang menunjukkan janji dan komitmen dimana kinerja ini merupakan kiasan dan bukti dan dalam makna yang kedua juga marak dan populer. | ||
==Makna Baiat dalam Islam== | ==Makna Baiat dalam Islam== |