Pengguna anonim
Zubair bin 'Awwam: Perbedaan antara revisi
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Shamsoddin kTidak ada ringkasan suntingan |
imported>Maitsam Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Zubair bin Awwam bin Khuwailid''' adalah salah seorang sahabat [[Nabi Muhammad Saw]] sekaligus keponakan | '''Zubair bin Awwam bin Khuwailid''' adalah salah seorang sahabat [[Nabi Muhammad Saw]] sekaligus keponakan [[Sayidah Khadijah Sa]], istri Nabi Saw. Zubair masuk Islam pada umur 8 atau 15 tahun. Dia hampir selalu menyertai Nabi Saw. Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, Zubair menolak peristiwa Saqifah (tempat musyawarah untuk menunjuk pengganti Nabi Saw). Ia teguh dalam mendukung dan membela hak kekhalifahan [[Imam Ali As]], termasuk berkali-kali melakukan debat dengan [[Umar bin Khattab]]. Dia adalah salah seorang dari enam ahli syura yang ditunjuk Khalifah Umar untuk memusyawarahkan penggantinya. Dalam sidang syura Zubair memberikan pilihannya untuk Imam Ali As. Dia terlibat dalam pembunuhan Utsman. Kemudian, di awal kekhalifahan [[Imam Ali As]], bersama [[Thalhah]], [[Aisyah binti Abu Bakar|Aisyah]] dan pihak-pihak yang dikenal dengan golongan Nakitsin, Zubair andil dalam [[Perang Jamal]] melawan Imam Ali As. | ||
==Nasab== | ==Nasab== | ||
Baris 7: | Baris 7: | ||
==Menikah dengan Putri Abu Bakar== | ==Menikah dengan Putri Abu Bakar== | ||
Zubair menikah dengan putri [[Abu Bakar |Abu Bakar]] yang bernama Asma’.<ref>Sam’ani, al-Ansab, jld. 1, hlm. 217. </ref> Sebagian pihak menyebutkan, mereka adalah orang yang pertama kali melakukan [[nikah mut'ah|nikah mut’ah]].<ref>Al-‘Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 14. Thahawi, Syarh Ma’ani al-Atsar, jld. 3, lhm. 24. Askari, ''Izdiwaje Muwaqat Dar Islam'', 5052. </ref> Setelah beberapa waktu Zubair menceraikan Asma’.<ref>Lih. Ibnu Sa’ad, Muhammad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 8, hlm. 253. Ibnu Qutaibah, Abdullah, al-Ma’arif, hlm. 173. Ibnu Asakir, Ali, Tarikh Madinah Dimasyq, hlm. 9, 16-18. </ref> Ada yang mengatakan, yang memaksanya untuk menceraikan istrinya adalah putranya | Zubair menikah dengan putri [[Abu Bakar |Abu Bakar]] yang bernama Asma’.<ref>Sam’ani, al-Ansab, jld. 1, hlm. 217. </ref> Sebagian pihak menyebutkan, mereka adalah orang yang pertama kali melakukan [[nikah mut'ah|nikah mut’ah]].<ref>Al-‘Aqd al-Farid, jld. 4, hlm. 14. Thahawi, Syarh Ma’ani al-Atsar, jld. 3, lhm. 24. Askari, ''Izdiwaje Muwaqat Dar Islam'', 5052. </ref> Setelah beberapa waktu Zubair menceraikan Asma’.<ref>Lih. Ibnu Sa’ad, Muhammad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 8, hlm. 253. Ibnu Qutaibah, Abdullah, al-Ma’arif, hlm. 173. Ibnu Asakir, Ali, Tarikh Madinah Dimasyq, hlm. 9, 16-18. </ref> Ada yang mengatakan, yang memaksanya untuk menceraikan istrinya adalah putranya sendiri, Abdullah.<ref>''Asadul Ghabah'', jld. 6, hlm. 10. </ref> Namun ada yang berpendapat, Zubair melukai Asma’ sehingga dia terpaksa harus meminta perlidungan pada Abdullah sampai akhir hayatnya.<ref>Ibid. </ref> | ||
==Masuk Islam== | ==Masuk Islam== | ||
Laporan sejarah menyebutkan, Zubair masuk [[Islam]] setelah Abu Bakar. Sebagian sejarawan berpendapat, saat masuk Islam | Laporan sejarah menyebutkan, Zubair masuk [[Islam]] setelah Abu Bakar. Sebagian sejarawan berpendapat, saat masuk Islam usian ZUbair masih 8 tahun.<ref>Muqaddasi, ''al-Bad’ wa al-Tarik''h, jld. 5, hlm. 83. </ref> Namun sebagian lain berpendapat, saat itu dia telah berusia 15 tahun.<ref>Ibnu Abdul Barr, al-Isti’ab, jld. 2, hlm. 510. Ibnu Atsir, ''Asadul Ghabah'', jld. 2, hlm. 98. </ref> Menurut cerita, Zubair seumuran dengan [[Imam Ali As]].<ref>Ibnu Abdul Barr, ''al-Isti’ab'', jld. 2, hlm. 511. </ref> Jika benar maka tidak mungkin saat masuk Islam dia berusia 8 tahun, lebih tepatnya adalah 15 tahun. | ||
Sebagian sejarawan berpendapat, Zubair adalah orang kelima atau keenam yang masuk Islam.<ref>''Thabaqat'', Ibnu Sa’ad, jld. 3, hlm. 75. </ref> | Sebagian sejarawan berpendapat, Zubair adalah orang kelima atau keenam yang masuk Islam.<ref>''Thabaqat'', Ibnu Sa’ad, jld. 3, hlm. 75. </ref> Karena yang menceritakan tentang islamnya Zubair adalah cucunya sendiri yang bernama Hisyam bin Urwah bin Zubair,<ref>Ibnu Abi Syaibah, jld. 8, hlm. 450. Ibnu Sa’ad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 3, hlm. 75. </ref> karenanya ada kemungkinan hal itu terlalu dilebih-lebihkan.<ref>Fallah Zadeh, hlm. 123. </ref> | ||
==Di Zaman Nabi Saw== | ==Di Zaman Nabi Saw== | ||
===Sebelum Hijrah=== | ===Sebelum Hijrah=== | ||
Tidak banyak riwayat yang menceritakan tentang Zubair sebelum peristiwa hijrah. Hanya ada secuil cerita yang menyebutkan bahwa dia termasuk orang yang ikut [[hijrah ke Habasyah]].<ref>Tarikh Ibnu Khaldun, jld. 2, hlm. 415. </ref>Saat Zubair dan para muhajirin lainnya berada di Habasyah, tersebar isu bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam. Sebab itu sebagian muhajirin kembali pulang ke [[Mekah]], termasuk Zubair.<ref>Ibid. </ref> | Tidak banyak riwayat yang menceritakan tentang Zubair sebelum peristiwa hijrah. Hanya ada secuil cerita yang menyebutkan bahwa dia termasuk orang yang ikut [[hijrah ke Habasyah]].<ref>Tarikh Ibnu Khaldun, jld. 2, hlm. 415. </ref>Saat Zubair dan para muhajirin lainnya berada di Habasyah, tersebar isu bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam. Sebab itu sebagian kaum muhajirin kembali pulang ke [[Mekah]], termasuk Zubair.<ref>Ibid. </ref> | ||
===Ikrar Persaudaraan=== | ===Ikrar Persaudaraan=== | ||
Salah satu yang dilakukan [[Rasulullah Saw]] saat tiba di [[Madinah]] adalah mengajak kaum muslimin untuk menyatakan ikrar persaudaraan | Salah satu yang dilakukan [[Rasulullah Saw]] saat tiba di [[Madinah]] adalah mengajak kaum muslimin untuk menyatakan ikrar persaudaraan. Saat itu Zubair berpasangan dengan Abdullah bin Mas’ud.<ref>Ibnu Sa’ad, ''al-Thabaqat al-Kubra'', jld. 3, hlm. 75. </ref> Dalam riwayat lain disebutkan, Zubair berpasanagn dengan Salamah bin Salamah bin Waqasy.<ref>''Tarikh Ibnu Khaldun'', jld. 2, hlm. 423. </ref> | ||
===Ikut Perang=== | ===Ikut Perang=== | ||
Baris 26: | Baris 26: | ||
==Zubair dan Para Khalifah== | ==Zubair dan Para Khalifah== | ||
===Menolak Kekhalifahan Abu Bakar=== | ===Menolak Kekhalifahan Abu Bakar=== | ||
Setelah wafat [[Rasulullah Saw]], Zubair adalah salah satu orang yang menolak [[sidang Saqifah]]. Saat rumah Sayidah Fatimah Sa diserang oleh sekelompok orang, Zubair mengangkat pedangnya dan menyerang mereka. Saat itu Khalid bin Walid melempar batu | Setelah wafat [[Rasulullah Saw]], Zubair adalah salah satu orang yang menolak [[sidang Saqifah]]. Saat rumah Sayidah Fatimah Sa diserang oleh sekelompok orang, Zubair mengangkat pedangnya dan menyerang mereka. Saat itu Khalid bin Walid melempar batu kepadanya dari belakang hingga pedangnya terjatuh. Umar mengambil pedang itu dan mematahkannya.<ref>Al-Ikhtishash, hlm. 186. ''Al-Imamah wa al-Siyasa''h, jld. 1, hlm. 28. </ref> | ||
Zubair adalah menantu Abu Bakar karena dia menikah dengan Asma’ binti Abu Bakar.<ref>Ibnu Abdul Barr, ''al-Isti’ab'', jld. 4, hlm. 1781. </ref> Namun kemudian dia menceraikannya, konon dia lakukan atas desakan putranya yang bernama Abdullah.<ref>''Al-Ishabah'', jld. 8, hlm. 13. </ref> | Zubair adalah menantu Abu Bakar karena dia menikah dengan Asma’ binti Abu Bakar.<ref>Ibnu Abdul Barr, ''al-Isti’ab'', jld. 4, hlm. 1781. </ref> Namun kemudian dia menceraikannya, konon dia lakukan atas desakan putranya yang bernama Abdullah.<ref>''Al-Ishabah'', jld. 8, hlm. 13. </ref> | ||
===Cemooh Umar Tentang Zubair=== | ===Cemooh Umar Tentang Zubair=== | ||
Hubungan Zubair dengan khalifah kedua tidak begitu baik. Suatu malam Umar bersama Ibnu Abbas sedang mencari seseorang di Madinah. Saat pembicaraan menyinggung tentang Zubair, Umar berkata, ''“Dia itu orang yang tidak | Hubungan Zubair dengan khalifah kedua tidak begitu baik. Suatu malam Umar bersama Ibnu Abbas sedang mencari seseorang di Madinah. Saat pembicaraan menyinggung tentang Zubair, Umar berkata, ''“Dia itu orang yang tidak sabar dan garang. Saat sedang senang berlagak seperti orang mukmin, tapi kalau sedang marah seperti orang kafir. Kadang seperti manusia, kadang seperti setan…”''.<ref>Ya’qubi, jld. 2, hlm. 158. </ref> | ||
===Terlibat Pembunuhan Utsman=== | ===Terlibat Pembunuhan Utsman=== | ||
Saat berlangsung musyawarah untuk memilih pengganti khalifah kedua, Zubair tidak memberikan suaranya untuk [[Utsman bin Affan|Utsman]]. | Saat berlangsung musyawarah untuk memilih pengganti khalifah kedua, Zubair tidak memberikan suaranya untuk [[Utsman bin Affan|Utsman]]. Artinya dia tidak sejalan dengan Utsman. Utsman memberinya 600.000 dirham agar tidak mengusiknya.<ref>Ibnu Sa’ad, al-Thabaqat al-Kubra, jld. 3, hlm. 79. </ref> Namun tak lama kemudian ternyata dia memprovokasi masyarakat supaya membunuh Utsman.<ref>Ibnu Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, jld. 1, hlm. 47. Baladzuri, Ansab al-Asyraf, jld. 3, hlm. 56. </ref> | ||
==Zubair dan Kekhalifahan Imam Ali As== | ==Zubair dan Kekhalifahan Imam Ali As== | ||
Zubair adalah sepupu Imam Ali As. Hubungannya dengan Imam Ali As banyak mengalami pasang surut. Dulunya dia adalah salah seorang pembela [[Imam Ali As]] dalam menghadapi peristiwa Saqifah. Dia juga | Zubair adalah sepupu Imam Ali As. Hubungannya dengan Imam Ali As banyak mengalami pasang surut. Dulunya dia adalah salah seorang pembela [[Imam Ali As]] dalam menghadapi peristiwa Saqifah. Dia juga sebagai saksi wasiat Sayidah Fatimah az-Zahra Sa,<ref>Shaduq, Man La Yahdhuruh al-Faqih, jld. 4, hlm. 244. </ref> ikut hadir dalam proses pemakaman Sayidah Fatimah Sa,<ref>Fattal Naisyaburi, ''Raudhah al-Wa’idhin'', jld. 1, hlm. 349. </ref> dan orang yang memberikan suaranya pada Imam Ali As saat berlangsungnya musyawarah yang beranggotakan enam orang dalam pemilihan khalifah. | ||
Setelah terbunuhnya Utsman, banyak orang berbondong-bondong datang ke rumah [[Imam Ali As]], termasuk Thalhah dan Zubair. Mereka menyatakan siap mendukung dan membaiat Imam Ali As sebagai khalifah. Setelah banyak desakan akhirnya Imam Ali As menerima permintaan mereka.<ref>''Al-Jamal'', Mufid, hlm. 130. </ref>Saat itu Zubair dan Thalhah menyatakan siap mengumpulkan dukungan dari pihak Muhajirin.<ref>''Tarikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 167. </ref> Namun tidak lama kemudian mereka berubah pikiran. Mereka menentang kekhalifahan Imam [[Imam Ali As]].<ref>Ibid, hlm. 169. </ref> Ketika Zubair dan Thalhah mendengar bahwa Aisyah yang berada di Mekah juga tidak setuju atas terpilihnya Imam Ali As sebagai khalifah, mereka berencana keluar dari Madinah ke Mekah dengan dalih untuk berangkat umrah. Ketika mereka meninggalkan Madinah, Imam Ali As berkata, ''“Mereka tidak pergi untuk mengunjungi Baitullah, namun untuk berbuat makar dan melakukan pengkhianatan.”''<ref>''Syarh Nahjul Balaghah'', jld. 1, hlm. 123. </ref> | Setelah terbunuhnya Utsman, banyak orang berbondong-bondong datang ke rumah [[Imam Ali As]], termasuk Thalhah dan Zubair. Mereka menyatakan siap mendukung dan membaiat Imam Ali As sebagai khalifah. Setelah banyak desakan akhirnya Imam Ali As menerima permintaan mereka.<ref>''Al-Jamal'', Mufid, hlm. 130. </ref>Saat itu Zubair dan Thalhah menyatakan siap mengumpulkan dukungan dari pihak Muhajirin.<ref>''Tarikh Ya’qubi'', jld. 2, hlm. 167. </ref> Namun tidak lama kemudian mereka berubah pikiran. Mereka menentang kekhalifahan Imam [[Imam Ali As]].<ref>Ibid, hlm. 169. </ref> Ketika Zubair dan Thalhah mendengar bahwa Aisyah yang berada di Mekah juga tidak setuju atas terpilihnya Imam Ali As sebagai khalifah, mereka berencana keluar dari Madinah ke Mekah dengan dalih untuk berangkat umrah. Ketika mereka meninggalkan Madinah, Imam Ali As berkata, ''“Mereka tidak pergi untuk mengunjungi Baitullah, namun untuk berbuat makar dan melakukan pengkhianatan.”''<ref>''Syarh Nahjul Balaghah'', jld. 1, hlm. 123. </ref> | ||
Baris 58: | Baris 58: | ||
==Taubat Zubair== | ==Taubat Zubair== | ||
Melihat dari dhahir sabda Rasululullah Saw dan apa yang disampaikan Imam Ali As terkait pembunuh Zubair, mungkin sebagian orang mengambil kesimpulan bahwa Zubair telah bertaubat. Yusufi Gharawi tidak setuju jika dikatakan bahwa Zubair telah bertaubat. Menurutnya, Zubair bisa dikatakan telah bertaubat dengan benar jika saat itu dia mengikuti dan membantu imam zamannya (Imam Ali | Melihat dari dhahir sabda Rasululullah Saw dan apa yang disampaikan Imam Ali As terkait pembunuh Zubair, mungkin sebagian orang mengambil kesimpulan bahwa Zubair telah bertaubat. Yusufi Gharawi tidak setuju jika dikatakan bahwa Zubair telah bertaubat. Menurutnya, Zubair bisa dikatakan telah bertaubat dengan benar jika saat itu dia mengikuti dan membantu imam zamannya (Imam Ali As). Kenyataannya setelah dialog dengan Imam Ali As dia tidak melakukannya. Sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa perkataan Imam Ali As (dan juga sabda Rasulullah Saw yang menyatakan pembunuh Zubair akan masuk neraka) adalah bukti bahwa Zubair telah bertaubat. Sebab bisa jadi yang dikabarkan Rasulullah Saw itu karena pembunuhnya bertindak tanpa ada ijin dari imam zamannya. Apalagi ternyata pembunuh itu di kemudian hari menjadi golongan Khawarij Nahrawan.<ref>Askari Wadeqani, Sahabehe Payanbar Azam, jld. 5, hlm. 137. </ref> | ||
==Pembangunan Makam Zubair== | ==Pembangunan Makam Zubair== |