Lompat ke isi

Ishmah: Perbedaan antara revisi

32 bita ditambahkan ,  4 Desember 2018
imported>M.hazer
imported>M.hazer
Baris 105: Baris 105:
{{main|Ayat Ujian Nabi Ibrahim as}}
{{main|Ayat Ujian Nabi Ibrahim as}}
{{ia|وَإِذِ ابْتَلَی إِبْرَاهِیمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّی جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّیتِی قَالَ لاَ ینَالُ عَهْدِی الظَّالِمِینَ}}
{{ia|وَإِذِ ابْتَلَی إِبْرَاهِیمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّی جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّیتِی قَالَ لاَ ینَالُ عَهْدِی الظَّالِمِینَ}}
“''Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak berlaku untuk orang yang zalim''”. (QS. Al-Baqarah: 124)
“''Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak berlaku untuk orang yang zalim''”.<ref>QS. Al-Baqarah: 124</ref>


Ayat ini mengisyaratkan saat [[Nabi Ibrahim as]] berhasil dalam menjalankan ujian-ujian Ilahi. Pada saat itu, dia yang sebelumnya telah memangku kedudukan Nubuwwah atau [[Kenabian]] dan termasuk [[Ulul Azmi]], sampai pada derajat [[imamah]]. Argumentasi para teolog dan para mufasir [[Imamiyah]] adalah sebagai berikut:
Ayat ini mengisyaratkan saat [[Nabi Ibrahim as]] berhasil dalam menjalankan ujian-ujian Ilahi. Pada saat itu, dia yang sebelumnya telah memangku kedudukan Nubuwwah atau [[Kenabian]] dan termasuk [[Ulul Azmi]], sampai pada derajat [[imamah]]. Argumentasi para teolog dan para mufasir [[Imamiyah]] adalah sebagai berikut:
:- Orang yang melakukan dosa adalah zalim; karena melanggar hukum-hukum Ilahi:
:- Orang yang melakukan dosa adalah zalim; karena melanggar hukum-hukum Ilahi:
{{ia|.وَمَن یتَعَدَّ حُدُودَ اللّهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ}}
{{ia|.وَمَن یتَعَدَّ حُدُودَ اللّهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ}}
“''Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim''”. (QS. Al-Baqarah: 229)
“''Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim''”.<ref>QS. Al-Baqarah: 229</ref>
:- Maqom imamah tidak sampai kepada orang yang melakukan kezaliman
:- Maqom imamah tidak sampai kepada orang yang melakukan kezaliman
Allah berfirman:{{ia|قَالَ لاَ ینَالُ عَهْدِی الظَّالِمِینَ}} “''Janji-Ku (ini) tidak berlaku untuk orang yang zalim''”. (QS. Al-Baqarah: 124)
Allah berfirman:{{ia|قَالَ لاَ ینَالُ عَهْدِی الظَّالِمِینَ}} “''Janji-Ku (ini) tidak berlaku untuk orang yang zalim''”.<ref>QS. Al-Baqarah: 124</ref>
:- Zalim dalam ayat ini, mencakup zalim terhadap diri sendiri, zalim kepada selainnya dan zalim dalam hak Allah. Demikian juga mencakup seseorang, yang melakukan kezaliman bahkan jika hal itu dilakukan dalam sekejap saja dari umurnya.
:- Zalim dalam ayat ini, mencakup zalim terhadap diri sendiri, zalim kepada selainnya dan zalim dalam hak Allah. Demikian juga mencakup seseorang, yang melakukan kezaliman bahkan jika hal itu dilakukan dalam sekejap saja dari umurnya.


Baris 126: Baris 126:
{{main|Ayat Tathir}}
{{main|Ayat Tathir}}
{{ia|انما یرید الله لیذهب عنکم الرجس اهل البیت و یطهرکم تطهیرا}}
{{ia|انما یرید الله لیذهب عنکم الرجس اهل البیت و یطهرکم تطهیرا}}
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sesuci-sucinya". (QS. Al-Ahzab: 33)
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sesuci-sucinya".<ref>QS. Al-Ahzab: 33</ref>


Dalam sebagian referensi-referensi Syiah dan [[Ahlusunah]] dikemukakan bahwa Rasulullah saw dalam menjelaskan ayat ini berkata, "Aku dan Ahlulbaitku adalah suci". <ref>Baihaqi, ''Dalāil al-Nubuwwah'', jld. 1, hlm. 171; Muqrizi, ''Imtā' al-Asmā''', jld. 3, hlm. 208, fa Ana wa Ahlubaiti Muthahharun min al-Dzunub (Maka Saya dan Ahlulbait saya disucikan dari dosa-dosa). </ref>  [[Imam Ali as]] juga membuktikan kesucian dari dosa [[Sayidah Zahra sa]] dalam [[peristiwa Fadak]] dengan bersandar pada ayat ini. <ref>Thabari, Kamil Bahai, hlm. 256. </ref>  
Dalam sebagian referensi-referensi Syiah dan [[Ahlusunah]] dikemukakan bahwa Rasulullah saw dalam menjelaskan ayat ini berkata, "Aku dan Ahlulbaitku adalah suci". <ref>Baihaqi, ''Dalāil al-Nubuwwah'', jld. 1, hlm. 171; Muqrizi, ''Imtā' al-Asmā''', jld. 3, hlm. 208, fa Ana wa Ahlubaiti Muthahharun min al-Dzunub (Maka Saya dan Ahlulbait saya disucikan dari dosa-dosa). </ref>  [[Imam Ali as]] juga membuktikan kesucian dari dosa [[Sayidah Zahra sa]] dalam [[peristiwa Fadak]] dengan bersandar pada ayat ini. <ref>Thabari, Kamil Bahai, hlm. 256. </ref>  
Pengguna anonim