Tragedi Kamis Kelabu: Perbedaan antara revisi
imported>Maitsam |
imported>Maitsam |
||
Baris 126: | Baris 126: | ||
*Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, periset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, jilid 2, Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 2008 M. | *Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, periset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, jilid 2, Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 2008 M. | ||
*Syarafuddin Amili, al-Murāja'āt, dipersembahkan oleh: Hamid Hafani Daud, Muhammad Fikri Utsman Abu al-Nashr, cet. 20, Mesir-Kairo, 1399 H- 1979 M; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, penerjemah: Haidar Quli bin Nur Muhammad Khan Sardar Kabuli, dengan mukaddimah oleh Kaiwan Sami'I, Tehran: Nasyr Sayeh, 1380 Syamsi. | *Syarafuddin Amili, al-Murāja'āt, dipersembahkan oleh: Hamid Hafani Daud, Muhammad Fikri Utsman Abu al-Nashr, cet. 20, Mesir-Kairo, 1399 H- 1979 M; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, penerjemah: Haidar Quli bin Nur Muhammad Khan Sardar Kabuli, dengan mukaddimah oleh Kaiwan Sami'I, Tehran: Nasyr Sayeh, 1380 Syamsi. | ||
*San'ani, Abdurrazzaq, al- | *San'ani, Abdurrazzaq, al-Mushannaf, riset oleh: Habiburrahman al-A'zhami, tanpa tempat: Mansyurat al-Majlis al-'Ilmi, tanpa tahun. | ||
*Al-Qadhi 'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, (catatan kaki dengan nama Mazīl al-Khafā 'an alfāzh al-Syifā oleh Allamah Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Syamani (873 H)), Beirut: Dār al-Fikr, 1309 H – 1988 M. | *Al-Qadhi 'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, (catatan kaki dengan nama Mazīl al-Khafā 'an alfāzh al-Syifā oleh Allamah Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Syamani (873 H)), Beirut: Dār al-Fikr, 1309 H – 1988 M. | ||
*Al-Naisaburi, Muslim bin Hajjaj, al-Jāmi' al-Shahīh (Sahih Muslim), Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun. | *Al-Naisaburi, Muslim bin Hajjaj, al-Jāmi' al-Shahīh (Sahih Muslim), Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun. | ||
*Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummāl, riset oleh: Bakri Hayani, revisi oleh: Shafwah al-Saqā, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1409 H – 1989 M. | *Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummāl, riset oleh: Bakri Hayani, revisi oleh: Shafwah al-Saqā, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1409 H – 1989 M. |
Revisi per 6 April 2016 09.10
Hadis Dawāt (Bahasa Arab: حدیث دوات ) adalah hadis berkenaan dengan tentang pena dan kertas yang diminta Nabi Muhammad Saw yang mengisyaratkan pada nasihat terakhir Nabi Muhammad Saw di hari-hari terakhir hidupnya. Hadis ini dikenal juga dengan istulah hadis kertas, yang ketika itu Nabi Muhammad Saw meminta kepada yang hadir untuk menyediakan dan membawakan selembar kertas guna ditulis apa yang hendak disabdakannya yang nantinya bisa mencegah kaum Muslimin dari ketersesatan sepeninggalnya, namun kemudian ditentang oleh sebagian sahabat, dan akhirnya wasiatnya tersebutpun tidak jadi disampaikan saat itu.
Fenomena ini termasuk kasus yang paling terkenal dan dianggap musibah dan kemalangan terbesar yang dinukil oleh para penulis Shihāh Sittah, para penulis kitab Sunan dan para penulis sejarah dan berita. [1]
Riwayat-riwayat kejadian ini kendati pada rinciannya terdapat perbedaan yang tidak begitu signifikan, tetapi secara substansialnya dan juga bahwa Umar bin Khaththab telah mencegah penulisan nasihat Nabi Saw, dapat dilihat dari pengakuan Umar sendiri. Dengan demikian, ulama Syiah memiliki keberatan-keberatan terhadapnya terkait peristiwa ini.
Menurut kalangan Syiah, maksud Nabi Saw adalah menegaskan dan menekankan kepemimpinan Imam Ali As setelah beliau.
Sanad Riwayat dan Beberapa Perubahan Redaksi
Sayid Syarafuddin Amili dalam salah satu suratnya kepada Syaikh al-Azhar Mesir menuliskan, "Tidak ada keraguan terhadap kesahihan Hadis ini. Di beberapa tempat di dalam Sahih Bukhari dan juga Muslim di akhir wasiat-wasiat dalam kitab Sahihnya dan Ahmad dalam Musnadnya yang dinukil dari Ibnu Abbas dan para pemilik Sunan dan Akhbar lainnya telah meriwayatkan dan menukilkan. Tentu saja, ketika penukilan secara maknawi maka mereka telah melakukan beberapa perubahan karena redaksi aslinya adalah "Innannabiyya Yahjuru" (Sesungguhnyanya Nabi telah mengigau!), tetapi para penulis yang disebutkan diatas mengatakan bahwa ia berkata, "Innannabiyya qad ghalaba 'alaihi al-waj'" (Sesungguhnya Nabi telah diliputi rasa sakit). Mereka telah menguranginya demi memperbaiki redaksi dan karena kasarnya ungkapan tersebut (yakni bisa berarti pelecehan kepada Nabi Saw). Dalil dari persoalan ini adalah sebuah riwayat yang dinukil oleh Abu Bakar Ahmad bin Abdulaziz Jauhari dalam kitab al-Saqīfah dengan sanad Ibnu Abbas:
"Tatkala menjelang wafatnya Nabi Saw dan ketika itu di rumah beliau hadir sejumlah laki-laki termasuk Umar bin Khaththab, Nabi Saw bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Ibnu Abbas berkata, "Lalu Umar mengucapkan sebuah kata yang maknanya bahwa rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, kemudian ia berkata, "al-Qur'an ada pada kami dan itu sudah cukup." Lantas orang-orang yang ada di rumah ketika itu pun berselisih dan bertengkar. Kemudian sebagian berkata, "Sediakan (kertas dan tinta) supaya Nabi Saw menuliskan," dan sebagiannya lagi mengatakan apa yang diutarakan Umar. Tatkala mereka berteriak dan mengoarkan ungkapan tak berguna dan berselisih, maka Nabi Saw pun murka dan bersabda, "Pergi kalian!". Jelas bahwa disini yang dinukil secara maknawi adalah penentangan Umar dan bukan ungkapan yang asli dan sebenarnya yang dia ucapkan dan hal ini membuktikan bahwa ahli Hadis tidak menjelaskan secara transparan nama orang yang melakukan penentangan saat itu dan mereka hanya menukil kata "menentang" itu. [2]
Hadis-Hadis ini disebutkan dalam komponen "Referensi-referensi Ahlusunnah".
Siapa saja yang melihat kitab-kitab sahih Ahlusunnah akan mengetahui bahwa orang pertama yang hari itu berkata, "Nabi Saw sedang mengigau" adalah Umar kemudian orang-orang yang hadir ketika itu yang sepakat dengan dia (Umar) dan mengaminkan ucapannya, dimana dalam ungkapan Ibnu Abbas dijelaskan bahwa orang-orang yang hadir di dalam rumah ketika itu berselisih dan berseteru. Sebagian ada yang berkata, "Nabi Saw harus dan mesti menuliskan sebuah surat untuk kalian supaya nantinya kalian tidak akan tersesat," dan ada juga sebagian mengatakan ucapan yang sama dengan apa yang diutarakan Umar, yakni berkata, "Nabi Saw telah mengigau." [3]
Diantara ulama Ahlusunnah yang secara transparan memaparkan bahwa Umar bin Khaththab yang telah menghalangi Nabi Saw menulis wasiat dan mengeluarkan kata-kata seperti "Ngigau", adalah Qadhi 'Ayyadh (wafat 544 H) dan dia telah berusaha menjelaskan dengan beragam pemaparan atas ucapan Umar, misalnya ia mengatakan bahwa kalimat itu (ucapan Umar) adalah sebuah bentuk Istifhām Inkāri, yakni Apakah Nabi Saw sedang mengigau? [4]Ibnu Abi al-Hadid Mu'tazili juga tidak mengingkari ucapan Umar tersebut namun ia berkata, "Karena tabiat Umar yang keras maka ucapan tersebut keluar dari mulutnya dan Umar tidak punya maksud sesuai apa yang dilontarkannya. [5] Penjelasan-penjelasan seperti ini tidak ada artinya karena setelah munculnya ungkapan dari Umar tersebut maka orang-orang yang hadir di rumah ketika itu terbagi menjadi dua kelompok, dimana sebagian ada yang sepakat dengan Umar dan sebagiannya lagi tidak dan pada akhirnya Nabi Saw pun memerintahkan mereka untuk pergi dan disamping itu berdasarkan sebagian riwayat, Nabi Saw mengusir Umar. Disebutkan pada matan riwayat-riwayat.
Referensi-referensi Ahlusunnah
Hadis Pena dan Tinta atau Hadis Kertas, telah disebutkan dalam berbagai referensi muktabar Ahlusunnah dan berikut ini akan disebutkan sebagian darinya.
Musnad Ahmad
Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian ia menangis dan meneteskan air mata hingga tanah pun menjadi basah karena tetesan air matanya."
Kami bertanya,"Wahai Abu Abbas! Apa yang terjadi dengan hari kamis?" ia berkata,"Derita sakit Nabi Saw semakin menjadi lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir] berselisih dan berikhtilaf padahal hal tersebut tidaklah pantas terjadi di hadapan Nabi Saw. Lalu mereka bertanya, "Apa yang terjadi pada Ia (Nabi Saw)? Ia berkata, "Nabi telah mengigau." Lihatlah apa yang dikatakannya. Lantas mereka kembali bertanya kepadanya. Nabi Saw bersabda, "Tinggalkanlah aku, apa yang aku alami sekarang adalah lebih baik dari apa yang kalian ucapkan tentangku." Dan beliau memerintahkan tiga hal dan sekali Sufyan [salah seorang perawi riwayat ini] berkata,"beliau mewasiatkan tiga perkara." Beliau Saw bersabda, "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya."
Dan Sa'id [yang meriwayatkan Hadis kepada Sulaiman] tidak menyebutkan wasiat ketiga dari Nabi Saw dan saya tidak tahu apakah sengaja tidak disebutkan atau tidak. Dan sekali pernah ia berkata, "Atau ia lupa." Dan Sufyan sekali pernah berkata, "Dan atau ia membiarkannya atau ia melupakannya." [6]
Shahih Bukhari
"Ibnu Abbas berkata, "Tatkala derita sakit Nabi Saw semakin menjadi, beliau lantas bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Umar berkata,"Sungguh rasa sakit telah meliputi Nabi Saw dan al-Qur'an ada pada kami dan itu sudah cukup." Lalu terjadi ikhtilaf dan suasana menjadi ribut.
Nabi Saw bersabda,"Pergilah kalian dariku dan sungguh tidak sepatutnya kalian berseteru di hadapanku." Kemudian Ibnu Abbas pergi keluar dan berkata, "Seluruh musibah itu bersumber dari pencegahan terhadap penulisan ucapan Nabi Saw." [7]
Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian ia menangis dan meneteskan air mata hingga tanah pun menjadi basah karena tetesan air matanya."
Ia berkata, "Derita sakit Nabi Saw pada hari kamis semakin menjadi, lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir] berselisih dan berikhtilaf padahal hal tersebut tidaklah pantas terjadi di hadapan Nabi Saw. Lalu mereka berkata, "Nabi Saw telah mengigau." Nabi Saw bersabda, "Tinggalkanlah aku, apa yang aku alami sekarang adalah lebih baik dari apa yang kalian ucapkan tentangku." Dan menjelang wafatnya beliau memerintahkan tiga hal, "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Seorang perawi berkata, "Saya lupa apa wasiat beliau yang ketiga." [8] Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian ia menangis dan meneteskan air mata hingga tanah pun menjadi basah karena tetesan air matanya."
Kami bertanya,"Wahai Abu Abbas! Apa yang terjadi dengan hari kamis?" ia berkata,"Derita sakit Nabi Saw semakin menjadi lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir] berselisih dan berikhtilaf padahal hal tersebut tidaklah pantas terjadi di hadapan Nabi Saw. Lalu mereka bertanya, "Apa yang terjadi pada Ia (Nabi Saw)? Ia berkata, "Nabi telah mengigau." Lihatlah apa yang dikatakannya. Lantas mereka kembali bertanya kepadanya. Nabi Saw bersabda, "Tinggalkanlah aku, apa yang aku alami sekarang adalah lebih baik dari apa yang kalian ucapkan tentangku." Dan beliau memerintahkan tiga hal. Beliau Saw bersabda, "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dan wasiat yang ketiga tidak disebutkan atau disebutkan dan saya lupa. Sufyan [salah seorang perawi riwayat ini] berkata, "Dan bahwa wasiat yang ketiga tidak disebut atau...", ini ucapan dari Sulaiman [perawi sebelum Sufyan]. [9]
Ibnu Abbas berkata, "Tatkala detik-detik wafatnya Nabi Saw dan di rumahnya berkumpul beberapa orang lelaki, beliau bersabda, "Berikan kepadaku (pena dan kertas) untuk aku tuliskan sebuah tulisan yang kalian tidak akan tersesat di kemudian," lalu sebagian berkata, "Sesungguhnya rasa sakit telah memenuhi diri Nabi Saw dan al-Qur'an ada pada kalian maka hal itu sudah cukup," dan kemudian terjadilah pertikaian pada orang-orang yang ada di rumah itu. Ada yang berkata penuhilah perintah Nabi Saw yang hendak menuliskan sesuatu untuk kalian yang dengannya kalian tidak akan tersesat di kemudian hari dan ada pula yang berkata sebaliknya. Ketika ikhtilaf semakin memanas, Nabi Saw bersabda, "pergilah dan keluarlah kalian,". Ubaidullah berkata bahwa Ibnu Abbas berkata, ""Seluruh musibah itu bersumber dari pencegahan terhadap penulisan ucapan Nabi Saw." [10]
Ibnu Abbas berkata, "Tatkala menjelang wafatnya Nabi Saw dan ketika itu di rumah beliau hadir sejumlah laki-laki termasuk Umar bin Khaththab, Nabi Saw bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Lalu Umar berkata, "Rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, al-Qur'an ada pada kalian dan itu sudah cukup bagi kami." Lantas orang-orang yang ada di rumah ketika itu pun berselisih dan bertengkar. Kemudian sebagian berkata, "Sediakan (kertas dan tinta) supaya Nabi Saw menuliskan sesuatu yang setelahnya kalian tidak akan tersesat," dan sebagiannya lagi mengatakan apa yang diutarakan Umar. Tatkala mereka berteriak dan mengoarkan ungkapan tak berguna dan berselisih, maka Nabi Saw pun murka dan bersabda, "Pergi kalian!". Ubaidullah [salah seorang perawi Hadis ini] berkata, "Ibnu Abbas berkata, "Seluruh musibah bersumber dari terjadinya ikhtilaf yang membuat Nabi mengurunkan niatnya untuk menulis wasiat." [11]
Shahih Muslim
"Mereka telah berkata, "Sufyan telah menceritakan kepada kami dari Sulaiman al-Ahwal dari Said bin Jabir, ia berkata bahwa Ibnu Abbas telah berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian ia menangis dan meneteskan air mata hingga tanah pun menjadi basah karena tetesan air matanya."
Kami bertanya,"Wahai Abu Abbas! Apa yang terjadi dengan hari kamis?" ia berkata,"Derita sakit Nabi Saw semakin menjadi lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir] berselisih dan berikhtilaf padahal hal tersebut tidaklah pantas terjadi di hadapan Nabi Saw. Lalu mereka bertanya, "Apa yang terjadi pada Ia (Nabi Saw)? Ia berkata, "Nabi telah mengigau." Lihatlah apa yang dikatakannya. Lantas mereka kembali bertanya kepadanya. Nabi Saw bersabda, "Tinggalkanlah aku, apa yang aku alami sekarang adalah lebih baik dari apa yang kalian ucapkan tentangku." Dan beliau mewasiatkan tiga hal, "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dan wasiat yang ketiga tidak disebutkan atau disebutkan bahwa saya lupa. Abu Ishaq Ibrahim berkata telah menceritakan kepada kami Hasan bin Basyar, ia berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan dengan Hadis ini." [12]
"Dari Said bin Jabir dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Hari kamis dan sungguh sebuah hari! Kemudian air matanya menetes hingga saya menyaksikannya seperti butiran-butiran mutiara di pipinya. kemudian Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Bawakan kepadaku Syanuh (sebuah kulit pengganti kertas) dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Kemudian [orang-orang yang hadir di rumah] berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw sedang mengigau." [13]
Ibnu Abbas berkata, "Tatkala menjelang wafatnya Nabi Saw dan ketika itu di rumah beliau hadir sejumlah laki-laki termasuk Umar bin Khaththab, Nabi Saw bersabda, "Bawakan kepadaku kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Lalu Umar berkata, "Rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, al-Qur'an ada pada kalian dan itu sudah cukup bagi kami." Lantas orang-orang yang ada di rumah ketika itu pun berselisih dan bertengkar. Kemudian sebagian berkata, "Sediakan (kertas dan tinta) supaya Nabi Saw menuliskan sesuatu yang setelahnya kalian tidak akan tersesat," dan sebagiannya lagi mengatakan apa yang diutarakan Umar. Tatkala mereka berteriak dan mengoarkan ungkapan tak berguna dan berselisih, maka Nabi Saw pun murka dan bersabda, "Pergi kalian!". Ubaidullah [salah seorang perawi Hadis ini] berkata, "Ibnu Abbas berkata, "Seluruh musibah bersumber dari terjadinya ikhtilaf yang membuat Nabi mengurunkan niatnya untuk menulis wasiat." [14]
Sunan Baihaqi
"...Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Sulaiman bin Abi Muslim, dia berkata, "Saya telah mendengar Sa'id bin Jabir berkata, "Saya telah mendengar Ibnu Abbas ra berkata, "Hari kamis dan apa itu hari kamis! Kemudian ia menangis dan berkata, "Rasa sakit Rasulullah Saw semakin menjadi lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku (kertas dan sebuah pena) karena aku hendak menuliskan sebuah surat untuk kalian dimana setelahnya kalian tidak akan tersesat". Lantas orang-orang (yang ada di rumah ketika itu pun) berselisih dan bertengkar dan tidak selayaknya bertikai di hadapan Nabi Saw, lalu Nabi Saw bersabda, "Tinggalkan aku, sungguh kondisiku saat ini lebih baik dari apa yang serukan aku terhadapnya dan Beliau Saw memerintahkan mereka tiga perkara: "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dan saya lupa wasiat yang ketiga. Riwayat ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahih-nya dari Qutaibah dan selainnya dari Sufyan dan Muslim meriwayatkannya dari Sa'id bin Mansur dan Qutaibah dan selain keduanya dari Sufyan. [15]
Mushannaf Shan'āni
Dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Tatkala Rasulullah Saw hendak meninggalkan dunia fana ini dan di rumahnya berkumpul orang-orang termasuk Umar bin Khaththab ra, lalu Nabi Saw bersabda, "Apakah aku tuliskan sebuah tulisan (wasiat) untuk kalian yang nantinya kalian tidak akan pernah tersesat? Maka Umar berkata, "Sesungguhnya rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, sementara al-Qur'an ada pada kalian, maka cukuplah al-Qur'an bagi kita, maka terjadilah perselisihan dan ikhtilaf diantara orang yang ada di rumah, mereka telah bermusuhan, lalu ada diantara mereka yang berkata, "Hendaklah kalian sambut (permintaan Nabi Saw) sehingga beliau akan menuliskan untuk kalian sebuah tulisan (wasiat) yang kelak kalian tidak akan lagi tersesat," dan ada juga diantara mereka yang berkata seperti apa yang dilontarkan oleh Umar. Ketika pertikaian mereka memuncak di depan Rasulullah Saw, maka beliau bersabda, "Pergilah kalian!", Abdullah berkata, "Ibnu Abbas berkata, "Seluruh musibah bersumber dari terjadinya ikhtilaf yang membuat Nabi mengurunkan niatnya untuk menulis wasiat." [16]
Ibnu Uyainah telah mengabarkan kepada kami dari Sulaiman al-Ahwal dari Sa'id bin Jabir, ia berkata, "Ibnu Abbas telah berkata kepadaku, "Hari kamis dan apa itu hari kamis! Kemudian ia menangis dan saya bertanya, "Wahai Abu Abbas! Apa itu hari kamis? Ia berkata, "Hari dimana rasa sakit Rasulullah Saw semakin menjadi, lalu beliau bersabda, "Bawakan kepadaku (kertas dan sebuah pena) karena aku hendak menuliskan sebuah surat untuk kalian dimana setelahnya kalian tidak akan pernah tersesat". Dia berkata, "Orang-orang (yang ada di rumah ketika itu pun) berselisih dan bertengkar dan tidak selayaknya bertikai di hadapan Nabi Saw, dan mereka berkata: apa yang terjadi pada Nabi? Beliau telah sedang mengigau. Lalu Nabi Saw bersabda, "Tinggalkan aku, sungguh kondisiku saat ini lebih baik dari apa yang kalian kira." Dan dia berkata, "Menjelang wafatnya Nabi Saw telah mewasiatkan tiga perkara: "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dia berkata, "Dan entah dengan sengaja Sa'id tidak menyebutkan wasiat yang ketiga dan atau ia menyebutkannya namun saya lupa." [17]
Tabaqāt Ibnu Sa'd
Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis Rasulullah jatuh sakit." Kemudian Ibnu Abbas menangis dan berkata, "Hari kamis dan apa itu hari kamis? Derita sakit Nabi Saw semakin menjadi dan kemudian beliau bersabda, "Bawakan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena karena aku hendak menuliskan sebuah surat untuk kalian dimana setelahnya kalian tidak akan pernah tersesat".
Ibnu Abbas berkata, "Salah seorang yang hadir disana ketika itu berkata, "Sungguh Nabi Saw telah sedang mengigau." Ibnu Abbas berkata, "Lalu dikatakan kepada Nabi Saw, "Apakah kami siapkan apa yang anda (Nabi Saw) inginkan? Nabi Saw menjawab, "Setelah ucapan ini ("Ngigau")?!
Ibnu Abbas berkata, "Maka Nabi Saw tidak lagi menginginkannya." [18] Sufyan bin Uyainah telah mengabarkan kepada kami dari Sulaiman bin Abi Muslim Khal bin Abi Najih Sam'i Sa'id bin Jabir ia berkata bahwa Ibnu Abbas berkata, "Hari kamis dan apa itu hari kamis? Pada hari itu rasa sakit Nabi Saw semakin menjadi kemudian beliau bersabda, "Bawakan kepadaku pena dan selembar kertas, aku hendak menuliskan sesuatu untuk kalian dimana (dengannya) kelak kalian tidak akan pernah tersesat selamanya," lalu mereka berselisih padahal tidak selayaknya bertengkar di depan Nabi Saw. Kemudian mereka berkata, "Apa yang terjadi pada Nabi Saw? Beliau telah sedang mengigau." Mereka pergi dan menjenguk Nabi Saw Lalu beliau bersabda, "Tinggalkan aku, sungguh kondisiku saat ini lebih baik dari apa yang kalian kira." Dan Nabi Saw mewasiatkan tiga perkara: "Hendaklah kalian mengusir kaum Musyrikin dari jazirah Arab dan hendaklah kalian memberi imbalan kepada Wafad sebagaimana aku memberinya." Dan dia tidak menyebutkan wasiat yang ketiga dan saya pun tidak tahu apakah ia menyebutkannya namun saya lupa atau dia sengaja mengambil sikap diam." [19]
Muhammad bin Abdullah telah mengabarkan kepada kami bahwa Qurrat bin Khalid telah menceritakan kepadaku bahwa Abu Zubair telah mengabarkan kami bahwa Jabir bin Abdullah al-Anshari telah menginformasikan kepada kami, ia berkata, "Tatkala Nabi Saw menderita sakit yang dengannya beliau wafat, meminta selembar kertas untuk beliau menuliskan sesuatu diatasnya untuk umatnya yang dengannya mereka tidak akan tersesat dan tidak akan pula menyesatkan yang lain." Jabir berkata, "Kemudian di dalam rumah beliau terjadi kegaduhan dan keributan serta Umar bin Khaththab mengeluarkan kata-kata bahwa Nabi Saw sudah tidak sadar dengan dirinya sendiri." [20] Hujjaj bin Nashir telah mengabarkan kepada kami bahwa Malik bin Maghul telah menceritakan kepada kami, ia berkata, "Kami telah mendengar Thalhah bin Mashraf menceritakan dari Sa'id bin Jabir dari Ibnu Abbas, dimana ia berkata, "Hari kami dan apa itu hari kamis? Ia berkata, "Seakan-akan saya menyaksikan Ibnu Abbas meneteskan air mata hingga ke pipinya dan air matanya mirip butiran-butiran mutiara," ia berkata, "Rasulullah Saw telah bersabda, "Bawakan kepadaku pena dan selembar kertas, aku hendak menuliskan sesuatu untuk kalian dimana (dengannya) kelak kalian tidak akan pernah tersesat selamanya," Ia berkata, "Mereka berkata, "Sungguh Nabi Saw sedang mengigau." [21]
Muhammad bin Umar telah mengabarkan kepada kami bahwa Hisyam bin Sa'ad telah menceritakan kepadaku dari Zaid bin Aslam dari Bapaknya dari Umar bin Khaththab, ia berkata, "Kami sedang berada bersama Nabi Saw dan antara kami dan kaum perempuan terdapat tirai, lalu Nabi Saw bersabda, "Mandikan aku dengan tujuh misyk dan "Berikan kepadaku pena dan selembar kertas, aku hendak menuliskan sesuatu untuk kalian dimana (dengannya) kelak kalian tidak akan pernah tersesat selamanya," kaum perempuan berkata, "Berikan apa yang diminta oleh Rasulullah Saw," Umar lantas berkata, "Lalu aku berkata: Diam kalian wahai para wanita karena kalian menangis saat sedang bersama orang yang sakit dan ketika sehat, kalian akan bergantung kepadanya."
Rasulullah Saw bersabda, "Mereka [kaum perempuan], adalah lebih baik dari kamu." [22]
Muhammad bin Umar telah mengabarkan kepada kami bahwa Ibrahim bin Yazid telah menceritakan kepadaku dari Abu Zubair dari Jabir bahwa ia berkata, "Nabi Saw tatkala wafatnya meminta selembar kertas untuk ia tuliskan sesuatu di atasnya yang nantinya mereka tidak tersesat dan tidak menyesatkan, kemudian mereka berselisih hingga Nabi Saw mengusirnya." [23]
Muhammad bin Umar telah mengabarkan kepada kami bahwa Usamah bin Zaid al-Laitsi dan Mu'ammar bin Rasyid telah menceritakan kepadaku dari al-Zuhri dari Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Tatkala Rasulullah Saw hendak meninggalkan dunia fana ini dan di rumahnya berkumpul orang-orang termasuk Umar bin Khaththab ra, lalu Nabi Saw bersabda, "Apakah aku tuliskan sebuah tulisan (wasiat) untuk kalian yang nantinya kalian tidak akan pernah tersesat? Maka Umar berkata, "Sesungguhnya rasa sakit telah meliputi diri Nabi Saw, sementara al-Qur'an ada pada kalian, maka cukuplah al-Qur'an bagi kita, maka terjadilah perselisihan dan ikhtilaf diantara orang yang ada di rumah, mereka telah bermusuhan, lalu ada diantara mereka yang berkata, "Hendaklah kalian sambut (permintaan Nabi Saw) sehingga beliau akan menuliskan untuk kalian sebuah tulisan (wasiat) yang kelak kalian tidak akan lagi tersesat," dan ada juga diantara mereka yang berkata seperti apa yang dilontarkan oleh Umar. Ketika pertikaian mereka memuncak di depan Rasulullah Saw, dan membuat Nabi Saw bersedih maka beliau bersabda, "Pergilah kalian!". Ubaidullah berkata, "Ibnu Abbas berkata, "Seluruh musibah bersumber dari terjadinya ikhtilaf yang membuat Nabi mengurunkan niatnya untuk menulis wasiat." [24]
Muhammad bin Umar telah mengabarkan kepada kami bahwa Ibrahim bin Ismail bin Abi Habibah telah menceritakan kepadaku dari Daud bin Hashin dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw bersabda disaat sakit yang dengannya beliau meninggal, "Berikan kepadaku pena dan selembar kertas, aku hendak menuliskan sesuatu untuk kalian dimana (dengannya) kelak kalian tidak akan pernah tersesat selamanya," lantas Umar bin Khaththab berkata, "Siapa yang si Fulan dan si Fulan memiliki Mada'in Roma, Bahwa Rasulullah Saw tidaklah mati hingga kita menaklukkannya (Rum) dan kalaulah beliau mati maka sungguh kita akan menunggunya sebagaimana Bani Israil menanti Nabi Musa as. Kemudian Zaenab, istri Nabi Saw berkata, "Apakah kalian tidak pernah mendengar Nabi Saw berjanji kepada kalian dan mereka (kalian) berselisih lalu beliau bersabda, "Pergilah kalian dari sini," dan tatkala mereka berdiri dan pergi maka Nabi Saw menutup tempat." [25]
Kanz al-'Ummāl
Dari Umar, ia berkata, "Ketika Nabi Saw jatuh sakit, beliau bersabda, "Berikan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena untuk aku tuliskan sesuatu sehingga kelak nanti kalian tidak akan tersesat." Lantas kaum perempuan yang berada di balik tirai berkata, "Apakah kalian tidak mendengar apa yang dikatakan Nabi Saw? Saya [Umar] berkata kepada mereka,"Sungguh kalian ini adalah kaum wanita yang ada di masa Nabi Yusuf as; yakni tatkala Rasulullah Saw jatuh sakit kalian menekan mata-mata kalian dan ketika sehat kalian cukup membebaninya." Pada saat itu Rasulullah Saw bersabda,"Biarkan mereka, mereka itu lebih baik dari kamu." [26]
Beberapa Kritikan terkait Tertundanya Wasiat Nabi Saw
Syarafuddin Amili dalam buku al-Murāja'āt –dengan melihat beberapa ayat dari al-Qur'an– melihat ada beberapa bentuk keberatan terhadap Umar terkait kasus ini: [27]
- Tidak menaati perintah Rasulullah Saw.
- Menolak perkataan Nabi Saw.
- Mensinyalir bahwa seakan-akan Umar lebih tahu dibanding Nabi Saw terkait kekhususan dan kegunaan al-Qur'an.
- Penisbatan 'Ngigau" terhadap Nabi Saw.
Kesemua ini bertentangan dengan begitu banyak ayat-ayat al-Qur'an, diantaranya: Allah Swt dalam surah al-Hasyr ayat 7 berfirman, "…Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…"
Allah Swt dalam surah al-Takwīr ayat 19-22 berfirman, "Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia, yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana lagi dipercaya. Dan temanmu itu bukanlah sekali-kali orang yang gila."
Allah Swt dalam surah al-Hāqah ayat 40-42 berfirman, "Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar ucapan seorang rasul yang mulia, dan Al-Qur'an itu bukanlah ucapan seorang penyair; dimana sedikit sekali kamu beriman kepadanya, dan bukan pula perkataan tukang tenung; sedikit sekali kamu sadar (dan mengambil pelajaran darinya)."
Allah Swt dalam surah al-Najm ayat 2-5 berfirman, "Kawanmu tidak sesat dan tidak pula keliru, dan dia tidak berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,"
Maksud Nabi Saw
Menilik pada Hadis tentang pena dimana Nabi Saw bersabda, "Berikan kepadaku selembar kertas dan sebuah pena untuk aku tuliskan sesuatu sehingga kelak nanti kalian tidak akan tersesat."
Dan juga Hadis Tsaqalain dimana Nabi Saw bersabda, "Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua perkara dan kalian tidak akan pernah tersesat selama berpegang teguh terhadapnya, kedua hal itu adalah al-Qur'an dan Ahlulbait-ku." Jelaslah bahwa kedua Hadis ini memiliki satu tujuan. Yakni Rasulullah Saw hendak mempertegas masalah nas ke-Imamah-an Imam Ali as secara khusus dan para Imam Ma'shum dari keluarga Nabi Saw secara umum dimana sebagian dari orang-orang yang hadir ketika itu tahu betul sehingga mereka berusaha mencegahnya. [28] Pribadi khalifah kedua juga dalam dialognya dengan Ibnu Abbas mengakui bahwa Nabi Saw ketika sakitnya hendak menyebutkan nama Ali sebagai pemimpin dan khalifah setelahnya, namun saya (Umar) dengan rasa penuh kekhawatiran terhadap Islam dan demi menjaganya maka saya mencegahnya. [29]
Nabi Saw Enggan Menuliskan Wasiat Kembali
Alasan dan hal yang menyebabkan Nabi Saw tidak lagi mau dan enggan menuliskan wasiat, adalah karena ungkapan yang dilontarkan oleh mereka dan tidak akan ada lagi pengaruhnya kalaupun beliau kembali menuliskannya dan justru yang muncul adalah fitnah dan pertikaian paska kepergiannya, karena kalau misalnya beliau menulis maka apakah tulisan itu –nau'zubillah– hasil dari igauan beliau atau bukan?, sebagaimana yang mereka katakan kepada beliau Saw dan beliau tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya berkata, "Pergilah kalian! Dan jika beliau tetap memaksa untuk menuliskan, sudah pasti mereka akan berkeras kepala menyatakan kalau ucapan Nabi Saw itu berupa igauan dan para pengikutnya akan berusaha semaksimal mungkin membuktikan kalau Nabi Saw sedang tidak sadar dan mengigau, mereka akan menulis banyak buku dalam rangka menolak surat wasiat itu dan juga akan memarjinalkan siapa saja yang berargumen dengan surat itu. [30]
Catatan Kaki
- ↑ Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 241-242; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 430.
- ↑ Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242-243; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 431-432.
- ↑ Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 242-243; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 431-432.
- ↑ Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
- ↑ Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
- ↑ Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
- ↑ Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
- ↑ Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
- ↑ Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
- ↑ Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
- ↑ Silahkan merujuk: Al-Qadhi'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, hal. 194.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Shahih Muslim, jilid 5, hal. 75.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 243.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 243.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 243.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 243.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 244-245.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 244-245.
- ↑ Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jilid 2, hal. 244-245.
- ↑ Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436.
- ↑ Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436.
- ↑ Syarafuddin, al-Murāja'āt, hal. 245; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, hal. 436.
Daftar Pustaka
- Ibnu Abi al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, riset: Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, Dār Ihyā al-Kutub al-'Arabiyah, 1378 H- 1959 M.
- Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, Beirut: Dār Shādir, tanpa tahun.
- Al-Bukhari, Sahih Bukhari, jilid 1, Beirut: Dār al-Fikr, 1401 H/ 1981 M.
- Al-Baihaqi, Ahmad bin Al-Husain, al-Sunan al-Kubrā, Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun.
- Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, periset: Muhammad Abdul Qadir 'Atha, jilid 2, Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 2008 M.
- Syarafuddin Amili, al-Murāja'āt, dipersembahkan oleh: Hamid Hafani Daud, Muhammad Fikri Utsman Abu al-Nashr, cet. 20, Mesir-Kairo, 1399 H- 1979 M; terjemah Bahasa Persia: Munāzharāt, penerjemah: Haidar Quli bin Nur Muhammad Khan Sardar Kabuli, dengan mukaddimah oleh Kaiwan Sami'I, Tehran: Nasyr Sayeh, 1380 Syamsi.
- San'ani, Abdurrazzaq, al-Mushannaf, riset oleh: Habiburrahman al-A'zhami, tanpa tempat: Mansyurat al-Majlis al-'Ilmi, tanpa tahun.
- Al-Qadhi 'Ayyadh, al-Syifā bita'rīf Huqūq al-Mushthafā, jilid 2, (catatan kaki dengan nama Mazīl al-Khafā 'an alfāzh al-Syifā oleh Allamah Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Syamani (873 H)), Beirut: Dār al-Fikr, 1309 H – 1988 M.
- Al-Naisaburi, Muslim bin Hajjaj, al-Jāmi' al-Shahīh (Sahih Muslim), Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun.
- Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-'Ummāl, riset oleh: Bakri Hayani, revisi oleh: Shafwah al-Saqā, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1409 H – 1989 M.