Pengguna anonim
Mahar: Perbedaan antara revisi
→Kritikan Ayatullah Makarim Syirazi
imported>M.hazer |
imported>E.amini |
||
Baris 86: | Baris 86: | ||
===Kritikan Ayatullah Makarim Syirazi=== | ===Kritikan Ayatullah Makarim Syirazi=== | ||
Ayatullah [[Makarim Syirazi]] menilai bahwa adanya niat untuk tidak membayar mahar ketika menentukan mahar, tidak adanya ketaatan perempuan setelah menerima angsuran pertama mahar dan penentuan ketidakmampuan secara ekonomi laki-laki oleh pihak laki-laki itu sendiri, pada dasarnya berlawanan dengan hukum syariat dan sebagian peraturan-peraturan mahar telah menciderai [[hukum Islam]] dan menjadikan kehormatan [[Islam]] menjadi hilang. <ref>[https://www.khabaronline.ir/news/181699/آیت-الله-مکارم-شیرازی-ایرادهای-زندانی-کردن-شوهر-به-خاطر-مهریه Site Khabar Online]</ref> Ayatullah Makarim Syirazi berpendapat bahwa mahar berat adalah sesuatu yang tidak benar dan dalam akad pihak laki-laki hanya bertanggung jawab untuk membayar mahar mitsil. <ref>[http://portal.anhar.ir/node/15098#gsc.tab=0 Portal Anhar]</ref> | Ayatullah [[Makarim Syirazi]] menilai bahwa adanya [[niat]] untuk tidak membayar mahar ketika menentukan mahar, tidak adanya ketaatan perempuan setelah menerima angsuran pertama mahar dan penentuan ketidakmampuan secara ekonomi laki-laki oleh pihak laki-laki itu sendiri, pada dasarnya berlawanan dengan hukum syariat dan sebagian peraturan-peraturan mahar telah menciderai [[hukum Islam]] dan menjadikan kehormatan [[Islam]] menjadi hilang. <ref>[https://www.khabaronline.ir/news/181699/آیت-الله-مکارم-شیرازی-ایرادهای-زندانی-کردن-شوهر-به-خاطر-مهریه Site Khabar Online]</ref> Ayatullah Makarim Syirazi berpendapat bahwa mahar berat adalah sesuatu yang tidak benar dan dalam akad pihak laki-laki hanya bertanggung jawab untuk membayar mahar mitsil. <ref>[http://portal.anhar.ir/node/15098#gsc.tab=0 Portal Anhar]</ref> | ||
Pada masa lalu juga sebagian [[fukaha]] tidak membenarkan adanya mahar melebihi dari mahar sunnah dan berkata: Apabila seseorang menentukan mahar melebihi nilai mahar sunnah, maka jumlah maharnya kembali kepada mahar sunnah dan laki-laki tidak [[wajib]] untuk membayarkan mahar melebihi mahar sunnah. <ref> ''Jawāhir al-Kalām'', jld. 31, hlm. 15-18, jld. 31, hlm. 47. </ref> | Pada masa lalu juga sebagian [[fukaha]] tidak membenarkan adanya mahar melebihi dari mahar sunnah dan berkata: Apabila seseorang menentukan mahar melebihi nilai mahar sunnah, maka jumlah maharnya kembali kepada mahar sunnah dan laki-laki tidak [[wajib]] untuk membayarkan mahar melebihi mahar sunnah. <ref> ''Jawāhir al-Kalām'', jld. 31, hlm. 15-18, jld. 31, hlm. 47. </ref> | ||