Lompat ke isi

Aminah binti Wahab: Perbedaan antara revisi

176 bita ditambahkan ,  5 Desember 2018
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Ismail Dg naba
imported>Ismail Dg naba
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25: Baris 25:
  | Aktivitas =
  | Aktivitas =
}}
}}
'''Aminah binti Wahb''' (bahasa Arab:{{ia|آمِنة بنت وَهْب}}) wafat 46 tahun sebelum [[Hijrah]] atau bertepatan dengan tahun 576 M adalah ibu [[Nabi Muhammad saw]] dan salah seorang pembesar kaum [[Quraisy]] yang sangat dihormati. Ia menikah 53 atau 54 tahun sebelum tahun Hijriyah dengan [[Abdullah bin Abdul Muththalib]]. Dari hasil pernikahannya dengan Abdullah ia melahirkan Muhammad 52 tahun sebelum tahun Hijriah. Disaat putranya masih berusia 4 atau 6 tahun, Aminah meninggal dunia ketika melakukan perjalanan ke [[Madinah]]. Iapun dimakamkan di sebuah termpat yang bernama [[Abwa]].
'''Aminah binti Wahb''' (bahasa Arab:{{ia|آمِنة بنت وَهْب}}) wafat 46 tahun sebelum [[Hijrah]] atau bertepatan dengan tahun 576 M adalah ibu [[Nabi Muhammad saw]] dan salah seorang pembesar kaum [[Quraisy]] yang sangat dihormati. Ia menikah 53 atau 54 tahun sebelum tahun Hijriyah dengan [[Abdullah bin Abdul Muththalib]]. Dari hasil pernikahannya dengan Abdullah, ia melahirkan Muhammad 52 tahun sebelum tahun Hijriah. Disaat putranya masih berusia 4 atau 6 tahun, Aminah meninggal dunia ketika melakukan perjalanan ke [[Madinah]]. Iapun dimakamkan di sebuah tempat yang bernama [[Abwa]].


==Nasab dan Kelahiran==
==Nasab dan Kelahiran==
Aminah lahir di kota [[Mekah]] <ref>Aisyah Abdurahman, ''Aminah Madare_e Payambar'', hlm. 74. </ref>. Ayahnya bernama Wahab, seorang pembesar dari Bani Zahrah,  kakeknya bernama [[Abdu Manaf bin Zuhrah]] yang sezaman dengan putra pamanya, Abdu Manaf bin Qushai dan untuk perhormatan mereka berdua dipanggil Manafain. Nenek dari jalur ayahnya adalah Atikah binti Auqash bin Murrah bin Hilal al-Sulaimah, salah seorang dari tiga 'Awatik yang dibanggakan [[Rasulullah saw]] dengan mengatakan, انا ابن العَواتک من سُلَیم yang artinya, ''"Aku adalah putra dari al-'Awatik dari Bani Sulaim."''<ref>Aisyah Abdurahman, ''Aminah Madare_e Payambar'', hlm. 80-81. </ref>
Aminah lahir di kota [[Mekah]] <ref>Aisyah Abdurahman, ''Aminah Madare_e Payambar'', hlm. 74. </ref>. Ayahnya bernama Wahab, seorang pembesar dari Bani Zahrah,  kakeknya bernama [[Abdu Manaf bin Zuhrah]] yang sezaman dengan putra pamanya yang bernama Abdu Manaf bin Qushai dan sebagai perhormatan, mereka berdua dipanggil Manafain. Nenek dari jalur ayahnya adalah Atikah binti Auqash bin Murrah bin Hilal al-Sulaimah, salah seorang dari tiga 'Awatik yang dibanggakan [[Rasulullah saw]] dengan mengatakan, انا ابن العَواتک من سُلَیم yang artinya, ''"Aku adalah putra dari al-'Awatik dari Bani Sulaim."''<ref>Aisyah Abdurahman, ''Aminah Madare_e Payambar'', hlm. 80-81. </ref>


Ibu Aminah bernah Barrah, kakek dari jalur ibunya bernama Abdul 'Uzza dan nenek dari jalur ibunya bernama Ummu Habaib bin Asad bin Abdul 'Uzza bin Qushai, sementara ibu Ummu Habaib bernama Barrah binti 'Auf.<ref>Aisyah Abdurahman, '' Aminah Madare_e Payambar'', hlm. 81. </ref>  
Ibu Aminah bernama Barrah, kakek dari jalur ibunya bernama Abdul 'Uzza dan nenek dari jalur ibunya bernama Ummu Habaib bin Asad bin Abdul 'Uzza bin Qushai, sementara ibu Ummu Habaib bernama Barrah binti 'Auf.<ref>Aisyah Abdurahman, '' Aminah Madare_e Payambar'', hlm. 81. </ref>  


[[Nabi saw]] bangga dengan nasab tersebut dan berkata, ''"Allah swt telah memindahkan saya dari rahim-rahim yang suci dan bersih dan menjadikanku dari sebaik-baiknya silsilah/nasab."''
[[Nabi saw]] bangga dengan nasab tersebut dan berkata, ''"Allah swt telah memindahkan saya dari rahim-rahim yang suci dan bersih dan menjadikanku dari sebaik-baiknya silsilah/nasab."''


==Pernikahan dengan Abdullah==
==Pernikahan dengan Abdullah==
Aminah menikah dengan [[Abdullah bin Abdul Muththalib]]. Ia saat itu dikenal sebagai perempuan terbaik dari kalangan [[Quraisy]].<ref>Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld. 1, hlm. 156. </ref>Sebelum Abdullah melamar Aminah, sejumlah perempuan telah ditawarkan kepada Abdullah seperti putri Naufal bin Asad, Fatimah binti Marra, Laila Adwiyah dan lainnya,<ref>Lihat: Ibnu Katsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld. 2, hlm. 8. </ref> namun Abdullah menjatuhkan pilihan untuk meminang Aminah. Diceritakan, ketika Abdullah melamar Aminah,  banyak perempuan yang patah hati dengan keputusan tersebut.<ref>Aisyah Abdurahman, ''Aminah Madare_e Payambar'', hlm. 103. </ref> Acara dan pesta pernikahan dua pembesar Quraisy tersebut berlangsung selama tiga malam tiga hari. Sepanjang pesta pernikahan tersebut, Abdullah tetap mengenakan pakaian pengantin tradisional dan menetap di dalam rumah.<ref>Nawiri, ''Nihāyatu al-Arab'', jld. 16, hlm. 57. </ref>
Aminah menikah dengan [[Abdullah bin Abdul Muththalib]]. Saat itu, ia dikenal sebagai perempuan terbaik dari kalangan [[Quraisy]].<ref>Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', jld. 1, hlm. 156. </ref>Sebelum Abdullah melamar Aminah, sejumlah perempuan telah ditawarkan kepada Abdullah seperti putri Naufal bin Asad, Fatimah binti Marra, Laila Adwiyah dan lainnya,<ref>Lihat: Ibnu Katsir, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', jld. 2, hlm. 8. </ref> namun Abdullah menjatuhkan pilihan untuk meminang Aminah. Diceritakan, ketika Abdullah melamar Aminah,  banyak perempuan yang patah hati dengan keputusan tersebut.<ref>Aisyah Abdurahman, ''Aminah Madare_e Payambar'', hlm. 103. </ref> Acara dan pesta pernikahan dua pembesar Quraisy tersebut berlangsung selama tiga malam tiga hari. Sepanjang pesta pernikahan tersebut, berdasarkan tradisi kabilah, ia menetap di rumah pengantin perempuan.<ref>Nawiri, ''Nihāyatu al-Arab'', jld. 16, hlm. 57. </ref>


==Wafatnya Abdullah==
==Wafatnya Abdullah==
Hanya berselang beberapa hari pasca pernikahan, [[Abdullah bin Abdul Muththalib|Abdullah]] melakukan perjalanan dagang dan karena menderita sakit, iapun meninggal dunia di [[Yastrib]], dan dimakamkan di kota tersebut.
Hanya berselang beberapa hari pasca pernikahan, [[Abdullah bin Abdul Muththalib|Abdullah]] melakukan perjalanan dagang dan karena menderita sakit, iapun meninggal dunia di [[Yastrib]] dan dimakamkan di kota tersebut.


Ketika Aminah mendengarkan kabar mengenai kematian suaminya, iapun bersenandung pilu.
Ketika Aminah mendengarkan kabar wafatnya suaminya, iapun bersenandung pilu.


Menurut sebagian catatan sejarah, wafatnya Abdullah hanya berselang sedikit dengan kelahiran putranya, Muhammad.<ref>Lihat: Ayati, ''Tārikh Payāmbar Islam'', hlm. 41. </ref> Sebagian pula menyebutkan, kematian cepat Abdullah pasca keselamatannya dari peng-kurbanan menunjukkan sebuah takdir Abudllah menikah dengan Aminah yang dari pernikahan ini lahir Muhammad.<ref>Aisyah Abdurahman, '' ''Aminah Madare_e Payambar’’'', hlm. 128. </ref>
Menurut sebagian catatan sejarah, wafatnya Abdullah hanya berselang sedikit dengan kelahiran putranya, Muhammad.<ref>Lihat: Ayati, ''Tārikh Payāmbar Islam'', hlm. 41. </ref> Sebagian pula menyebutkan, wafatnya Abdullah yang begitu cepat pasca keselamatannya dari peng-kurbanan menunjukkan sebuah takdir Abdullah menikah dengan Aminah yang dari pernikahan tersebut lahir Muhammad.<ref>Aisyah Abdurahman, '' ''Aminah Madare_e Payambar’’'', hlm. 128. </ref>


==Kelahiran Muhammad Saw==
==Kelahiran Muhammad Saw==
Menurut pandangan [[Syiah]] Aminah melahirkan Muhammad pada hari [[17 Rabiul Awal]] [[tahun Gajah]], berbeda dengan versi [[Ahlusunnah]] yang meyakini peristiwa tersebut terjadi pada tanggal [[12 Rabiul Awal]]. <ref>Ayati, ''Tārikh Payāmbar Islam'', hlm. 43. </ref> Berita kelahiran Muhammad menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi [[Bani Hasyim]]. Sewaktu berita tersebut sampai ke telinga [[Abu Lahab]] dan itu menggembirakan hatinya, ia membebaskan budaknya, Tsuwaibah Aslamiyah yang membawa kabar tersebut kepadanya.<ref>Aisyah Abdurrahman, ''Aminah Madar_e Payambar'', hlm. 150. </ref> [[Abdul Muththalib]] memberikan nama Muhammad pada bayi yang dilahirkan Aminah, yang membuat kaum [[Quraisy]] bertanya-tanya mengapa dinamakan dengan nama itu. Abdul Muththalib menjawab, “Aku inginkan dia menjadi yang terpuji di langit dan di bumi.<ref>Aisyah Abdurrahman, ''Aminah Madar_e Payambar'', hlm. 153. </ref>
Menurut pandangan [[Syiah]], Aminah melahirkan Muhammad pada tanggal [[17 Rabiul Awal]] [[tahun Gajah]], berbeda dengan versi [[Ahlusunah]] yang meyakini peristiwa tersebut terjadi pada tanggal [[12 Rabiul Awal]]. <ref>Ayati, ''Tārikh Payāmbar Islam'', hlm. 43. </ref> Berita kelahiran Muhammad menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi [[Bani Hasyim]]. Sewaktu berita tersebut sampai ke telinga [[Abu Lahab]] dan itu menggembirakan hatinya, ia membebaskan budaknya, Tsuwaibah Aslamiyah yang membawa kabar tersebut kepadanya.<ref>Aisyah Abdurrahman, ''Aminah Madar_e Payambar'', hlm. 150. </ref> [[Abdul Muththalib]] memberikan nama Muhammad pada bayi yang dilahirkan Aminah, yang membuat kaum [[Quraisy]] bertanya-tanya mengapa dinamakan dengan nama itu. Abdul Muththalib menjawab, "Aku inginkan dia menjadi yang terpuji di langit dan di bumi."<ref>Aisyah Abdurrahman, ''Aminah Madar_e Payambar'', hlm. 153. </ref>


==Masa Mengasuh Muhammad==
==Masa Mengasuh Muhammad==
Aminah pasca melahirkan, ia mengasuh sendiri bayinya. Awalnya, karena disebabkan keterbatan materi dan ketidaksanggupan untuk menyewa pengasuh, Aminah menolak setiap tawaran orang yang hendak mengasuh bayinya. Namun pada akhirnya ia menyerahkan [[Nabi saw|Muhammad]] dibawah pengasuhan Halimah Sa'diyah, karena Muhammad juga butuh pengasupan ASI. Setelah 2 tahun berada dalam pengasuhannya, Halimahpun membawa kembali Muhammad kepada ibu kandungnya, namun karena anak ini membawa keberkahan kepadanya dan menjaganya dari waba yang menyerang [[Mekah]], ia meminta izin kepada Aminah agar Muhammad tetap bersamanya beberapa tahun lagi dan tinggal bersamanya di perkampungan di gurun pasir. Aminah menyepakati permohonan tersebut.<ref>Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', hlm. 162-164. </ref>Akhirnya Aminah pada tahun keenam setelah [[tahun Gajah]], ketika Muhammad berusia 5 tahun 2 hari mengembalikan Muhammad kepada ibunya.<ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb'', jld. 1, hlm. 29. </ref>
Aminah pasca melahirkan, ia mengasuh sendiri bayinya. Awalnya, karena disebabkan keterbatan materi dan ketidaksanggupan untuk menyewa pengasuh, Aminah menolak setiap tawaran orang yang hendak mengasuh bayinya. Namun pada akhirnya ia menyerahkan [[Nabi saw|Muhammad]] dibawah pengasuhan Halimah Sa'diyah, karena Muhammad juga butuh pengasupan ASI. Setelah 2 tahun berada dalam pengasuhannya, Halimah pun membawa kembali Muhammad kepada ibu kandungnya, namun karena anak ini membawa keberkahan kepadanya dan menjaganya dari waba yang menyerang [[Mekah]], ia meminta izin kepada Aminah agar Muhammad tetap bersamanya beberapa tahun lagi dan tinggal bersamanya di perkampungan di gurun pasir. Aminah menyepakati permohonan tersebut.<ref>Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', hlm. 162-164. </ref>Akhirnya Aminah pada tahun keenam setelah [[tahun Gajah]], ketika Muhammad berusia 5 tahun 2 hari, Halimah mengembalikan Muhammad kepada ibunya.<ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashhāb'', jld. 1, hlm. 29. </ref>


Aminah pada tahun ketujuh setelah tahun Gajah membawa Muhammad ke Madinah untuk menziarahi makam ayahnya [[Abdullah bin Abdul Muththalib|Abdullah]] dan bertemu dengan paman-paman Abdullah dari pihak ibu. Paman-paman ayah Muhammad saw berasal dari bani Najjar. Sayangnya, dalam perjalanan kembali dari Madinah, Aminah meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di [[Abwa]]. Ummu Aiman lah yang kemudian mengantar Muhammad untuk kembali ke Mekah dan tiba 5 hari setelahnya di kota tersebut.<ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb'', jld. 1, hlm. 30. </ref>
Pada tahun ketujuh setelah tahun Gajah, Aminah membawa Muhammad ke Madinah untuk menziarahi makam ayahnya [[Abdullah bin Abdul Muththalib|Abdullah]] dan bertemu dengan paman-paman Abdullah dari pihak ibu. Paman-paman ayah Muhammad saw berasal dari bani Najjar. Sayangnya, dalam perjalanan kembali dari Madinah, Aminah meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di [[Abwa]]. Ummu Aiman lah yang mengantar Muhammad untuk kembali ke Mekah dan tiba 5 hari setelahnya di kota tersebut.<ref>Ibnu Abdul Bar, ''al-Isti’āb fi Ma'rifah al-Ashhāb'', jld. 1, hlm. 30. </ref>


==Peristiwa Beristighfarnya Nabi Muhammad saw==
==Peristiwa Beristighfarnya Nabi Muhammad saw==
===Pandangan Ahlusunnah===
===Pandangan Ahlusunah===
Suyuthi dari ulama [[Ahlusunnah]] menulis: Sepulangnya [[Nabi Muhammad saw]] dari [[perang Tabuk]], ia memutuskan untuk melakukan ibadah [[haji]] dan [[umrah]]. Oleh karena itu, ia melakukan perjalanan dari kota [[Madinah]] ke [[Mekah]]. Ditengah perjalanan setibanya di makam ibunya, dalam doanya ia meminta agar ibunya diampunkan [[Dosa|dosa-dosanya]], namun permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Allah swt. Peristiwa tersebut menandai turunnya [[ayat]] <ref>Suyuthi, ''al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bil Mātsur'', jld. 3, hlm. 283. </ref>:  
Suyuthi dari ulama [[Ahlusunah]] menulis: Sepulangnya [[Nabi Muhammad saw]] dari [[perang Tabuk]], ia memutuskan untuk melakukan ibadah [[haji]] dan [[umrah]]. Oleh karena itu, ia melakukan perjalanan dari kota [[Madinah]] ke [[Mekah]]. Ditengah perjalanan setibanya di makam ibunya, dalam doanya ia meminta agar ibunya diampunkan [[Dosa|dosa-dosanya]], namun permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Allah swt. Peristiwa tersebut menandai turunnya [[ayat]] <ref>Suyuthi, ''al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bil Mātsur'', jld. 3, hlm. 283. </ref>:  


آیه وَمَا کانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِياهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ
{{ia|آیه وَمَا کانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِياهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ}}


Terjemahan:
Terjemahan:
Baris 62: Baris 62:


Demikian pula Suyuthi menukil dari [[Ibnu Mas'ud]]:
Demikian pula Suyuthi menukil dari [[Ibnu Mas'ud]]:
Suatu hari Rasulullah saw berziarah kemakam kaum muslimin dan kamipun mengikutinya. Setibanya, ia duduk dihadapan makam, lalu menangis serta berdoa. Kamipun turut menangis dan berdoa. Ia bertanya, “Mengapa kalian menangis?. Kami menjawab, tangismu menjadi penyebab kami menangis. Nabi Muhammad saw berkata, “Kubur dihadapanku adalah kubur ibuku. Allah mengizinkanku menziarahinya, namun tidak mengizinkanku untuk [[istighfar|memohonkan ampun]] untuknya.Kemudian turunlah ayat:
Suatu hari Rasulullah saw berziarah kemakam kaum muslimin dan kamipun mengikutinya. Setibanya, ia duduk dihadapan makam, lalu menangis serta berdoa. Kamipun turut menangis dan berdoa. Ia bertanya, "Mengapa kalian menangis?". Kami menjawab, tangismu menjadi penyebab kami menangis. Nabi Muhammad saw berkata, "Kubur dihadapanku adalah kubur ibuku. Allah mengizinkanku menziarahinya, namun tidak mengizinkanku untuk [[istighfar|memohonkan ampun]] untuknya." Kemudian turunlah ayat:


مَا کانَ لِلنَّبِی وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِکينَ وَلَوْ کانُواْ أُوْلِی قُرْبَی مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
{{ia|مَا کانَ لِلنَّبِی وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِکينَ وَلَوْ کانُواْ أُوْلِی قُرْبَی مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ}}


Terjemahan:
Terjemahan:
Baris 72: Baris 72:


===Pandangan Syiah===
===Pandangan Syiah===
Menurut versi [[Syiah]], riwayat-riwayat diatas tidak mutawatir, karena Syiah secara [[ijma]] meyakini bahwa [[Abu Thalib]], Aminah binti Wahab dan [[Abdullah bin Abdul Muththalib]] serta kakek [[Rasulullah saw]] sampai ke [[Nabi Adam as]] kesemuanya adalah orang-orang beriman.<ref>Aiti, ''Tārikh Payāmbar Islam'', hlm. 42. </ref>Aqidah Syiah tersebut terdapat dalam literatur-literatur Syiah.  
Menurut versi [[Syiah]], riwayat-riwayat diatas tidak mutawatir karena Syiah secara [[ijma]] meyakini bahwa [[Abu Thalib]], Aminah binti Wahab dan [[Abdullah bin Abdul Muththalib]] serta kakek [[Rasulullah saw]] sampai ke [[Nabi Adam as]], kesemuanya adalah orang-orang beriman.<ref>Aiti, ''Tārikh Payāmbar Islam'', hlm. 42. </ref>Aqidah Syiah tersebut terdapat dalam literatur-literatur Syiah.  


[[Imam Shadiq as]] berkata:
[[Imam Shadiq as]] berkata:
: "Jibril as menemui Rasulullah saw dan berkata, Wahai Muhammad! [[Allah swt]] menitip salam untukmu dan berfirman, “Aku telah mengharamkan neraka Jahannam buat sulbi yang engkau lalui, buat rahim yang mengandungmu dan pangkuan yang mengasuhmu. Sulbi itu adalah sulbi Abdullah bin Abdul Muththalib, rahim itu rahim Aminah binti Wahab dan pangkuan itu pangkuan Abu Thalib –menurut versi yang diriwayatkan Ibn Fadhal- dan Fatimah binti Asad."<ref>Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 446. </ref>
: "Jibril as menemui Rasulullah saw dan berkata, Wahai Muhammad! [[Allah swt]] menitip salam untukmu dan berfirman, "Aku telah mengharamkan neraka Jahannam buat sulbi yang engkau lalui, buat rahim yang mengandungmu dan pangkuan yang mengasuhmu. Sulbi itu adalah sulbi Abdullah bin Abdul Muththalib, rahim itu adalah rahim Aminah binti Wahab dan pangkuan itu adalah pangkuan Abu Thalib –menurut versi yang diriwayatkan Ibn Fadhal- dan Fatimah binti Asad."<ref>Kulaini, ''al-Kāfi'', jld. 1, hlm. 446. </ref>


Selain itu, riwayat-riwayat yang menjadi dasar keyakinan bahwa Aminah binti Wahab meninggal dalam keadaan kufur memiliki sejumlah kejanggalan, sebagai contoh [[Allamah Amini]] menulis:
Selain itu, riwayat-riwayat yang menjadi dasar keyakinan bahwa Aminah binti Wahab meninggal dalam keadaan kufur memiliki sejumlah kejanggalan, sebagai contoh [[Allamah Amini]] menulis:
:"Apakah Nabi Muhammad saw di hari Tabuk, itupun setelah turunnya ayat yang kami sebutkan,<ref>Lihat:
:"Apakah Nabi Muhammad saw di hari Tabuk, itupun setelah turunnya ayat yang kami sebutkan di atas,<ref>Lihat:
  ''al-Ghadir'', jld.10, hlm.8-12</ref> tidak mengetahui bahwa ia dan sahabat-sahabatnya tidak diperkenankan untuk mengharapkan ampunan untuk penyembah berhala?. Dan bagaimana mungkin Nabi Muhammad menginginkan dari Allah swt agar ibunya diampuni? apakah Nabi menganggap ibunya berbeda dengan manusia yang lain?. Apakah riwayat ini hanya rekayasa yang sengaja dibuat-dibuat untuk menjatuhkan kehormatan Rasulullah saw dan kesucian ibunya dengan noda penyembahan berhala?.<ref>Amini, ''al-Ghadir'', jld. 8, hlm.18 </ref>
  ''al-Ghadir'', jld.10, hlm.8-12</ref> tidak mengetahui bahwa ia dan sahabat-sahabatnya tidak diperkenankan memohonkan ampun untuk para penyembah berhala?. Dan bagaimana mungkin Nabi Muhammad saw memohon kepada Allah swt agar ibunya diampuni? apakah Nabi menganggap ibunya berbeda dengan manusia yang lain?. Apakah riwayat ini hanya rekayasa yang sengaja dibuat-dibuat untuk menjatuhkan kehormatan Rasulullah saw dan kesucian ibunya dengan noda penyembahan berhala?."<ref>Amini, ''al-Ghadir'', jld. 8, hlm.18 </ref>


Allamah Amini menambahkan:
Allamah Amini menambahkan:
:"Sebagian menafsirkan permintaan ampunan dalam ayat tersebut dengan menyolati mayat<ref>Lihat: Thabari, ''Jami' al-Bayan'', jld.11, hlm.33</ref> sehingga tidak sesuai dengan riwayat-riwayat tersebut.<ref>Lihat: Amini, ''al-Ghadir'', jld. 8, hlm.19-20</ref>
:"Sebagian menafsirkan bahwa permintaan ampunan dalam ayat tersebut adalah permohonan ampun untuk sang mayat yang diminta oleh para orang yang melaksanakan shalat mayat<ref>Lihat: Thabari, ''Jami' al-Bayan'', jld.11, hlm.33</ref>dengan demikian, kalau seperti itu halnya maka tidak sesuai dengan riwayat-riwayat tersebut."<ref>Lihat: Amini, ''al-Ghadir'', jld. 8, hlm.19-20</ref>


<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
<onlyinclude>{{#ifeq:{{{section|editorial box}}}|editorial box|{{Editorial Box
Baris 102: Baris 102:


==Daftar Pustaka==
==Daftar Pustaka==
*Aiti, Muhammad Ibrahim, '' Tārikh Payāmbar Islam'', riset: Abu al-Qasim Garachi, penerbit Universitas Tehran, Tehran. 1378 S.
{{ref}}
*Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad, ''al-Kāmil fi al-Tārikh'', Dar Shar, Beirut.
*Aisyah Abdurahman binti al-Syathi. ''Aminah Madar_e Payāmbar ''. terj. Sayid Muhammad Taqi Sajjadi, cet. 3. Tehran: Muassasah Intisyarat Nabawi, 1379 S.
*Ibnu Abdu al-Barra, Yusuf bin Abdullah, ''al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb'', riset: Ali Muhammad Bajawi, Dar al-Jail, Beirut.
*Aiti, Muhammad Ibrahim. '' Tārikh Payāmbar Islam''. riset: Abu al-Qasim Garachi. Tehran: penerbit Universitas Tehran, 1378 S.
*Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah'', riset: Ibrahim Abyari, Musthafa Saqa, Abdul Hafidz Syabali, Dar al-Ma’rifah, Beirut.
*Amini, Abdul al-Husain. ''al-Ghadir''. terj. Akbar Tsabut, cet. 5. Tehran: Bunyad Bi'tsat, 1391 S.
*Amini, Abdul al-Husain, ''al-Ghadir'', terj. Akbar Tsabut, cet. 5, Bunyad Bi’tsat, Tehran, 1391 S.
*Ibnu Abdu al-Barra, Yusuf bin Abdullah. ''al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb''. riset: Ali Muhammad Bajawi. Beirut: Dar al-Jail.
*Zarqani, Muhammad bin Abdl Baqi, ''Syarh al-'Allamah al-Zarqani 'ala al-Mawāhib al-Daniyah bin Manh al-Muhammadiyah'', riset: Muhammad Abdul Aziz al-Khalidi, Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, Beirut.
*Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. ''al-Kāmil fi al-Tārikh''. Beirut: Dar Shar.
*Suyuti, Abdurahman bin Abi Bakar, ''al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Mātsur'', Kitab Khaneh Ayatullah Mar’asyi Najafi, Qom.
*Ibnu Hisyam, ''al-Sirah al-Nabawiyah''. riset: Ibrahim Abyari, Musthafa Saqa, Abdul Hafidz Syabali. Beirut: Dar al-Ma'rifah.
*Thabari, Muhammad bin Jarir, ''Jāmi’ al-Bayān fi Tafsir al-Qur’an'' '' (Tafsir Thabari) '', Dar al-Ma’rifah, Beirut.
*Nawiri, Ahmad bin Abdul Wahab. ''Nihāyah al-Arab fi Funun al-Adab''. Kairo: Dar al-Kutub wa al-Watsaiq al-Qaumiyah.
*Aisyah Abdurahman binti al-Syathi, ''Aminah Madar_e Payāmbar '', terj. Sayid Muhammad Taqi Sajjadi, cet. 3, Muassasah Intisyarat Nabawi, Tehran, 1379 S.
*Suyuti, Abdurahman bin Abi Bakar. ''al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Mātsur''. Qom: Kitab Khaneh Ayatullah Mar'asyi Najafi.
*Nawiri, Ahmad bin Abdul Wahab, ''Nihāyah al-Arab fi Funun al-Adab'', Dar al-Kutub wa al-Watsaiq al-Qaumiyah, Kairo.
*Thabari, Muhammad bin Jarir. ''Jāmi' al-Bayān fi Tafsir al-Qur'an'' '' (Tafsir Thabari) ''. Beirut: Dar al-Ma'rifah.
*Zarqani, Muhammad bin Abdl Baqi. ''Syarh al-'Allamah al-Zarqani 'ala al-Mawāhib al-Daniyah bin Manh al-Muhammadiyah''. riset: Muhammad Abdul Aziz al-Khalidi. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah.
{{akhir}}


{{Nabi Muhammad}}
{{Nabi Muhammad}}
[[fa:آمنه بنت وهب]]
[[fa:آمنه بنت وهب]]
[[ar:آمنة بنت وهب]]
[[ar:آمنة بنت وهب]]
Baris 124: Baris 124:
[[Kategori:Ibu Manusia Suci]]
[[Kategori:Ibu Manusia Suci]]
[[Kategori:Wanita Quraisy]]
[[Kategori:Wanita Quraisy]]
[[Kategori:Ibu Nabi Muhammad saw]]
[[Kategori:Ibu Nabi Muhammad]]
[[Kategori:Wanita sebelum Islam]]