Lompat ke isi

Aminah binti Wahab: Perbedaan antara revisi

93 bita ditambahkan ,  17 Februari 2017
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Maitsam
k (Maitsam memindahkan halaman Aminah binti Wahab ke Aminah binti Wahb: Koreksi nama penyebutan)
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Aminah binti Wahb]] ([[Bahasa Arab]]: '''آمِنة بنت وَهْب''' ) wafat 46 tahun sebelum Hijrah atau bertepatan dengan tahun 576 M adalah ibu [[Nabi Muhammad Saw]] dan salah seorang pembesar kaum [[Qurays]] yang sangat dihormati. Ia menikah 53 atau 54 tahun sebelum tahun Hijriyah dengan [[Abdullah bin Abdul Muthalib]]. Dari hasil pernikahannya dengan Abdullah ia melahirkan Muhammad 52 tahun sebelum tahun Hijriah. Disaat putranya masih berusia 4 atau 6 tahun, Aminah meninggal dunia ketika melakukan perjalanan ke Madinah. Iapun dimakamkan di sebuah termpat yang bernama Abwa.
[[Aminah binti Wahb]] ([[Bahasa Arab]]: '''آمِنة بنت وَهْب''' ) wafat 46 tahun sebelum Hijrah atau bertepatan dengan tahun 576 M adalah ibu [[Nabi Muhammad Saw]] dan salah seorang pembesar kaum Qurays yang sangat dihormati. Ia menikah 53 atau 54 tahun sebelum tahun Hijriyah dengan [[Abdullah bin Abdul Muththalib]]. Dari hasil pernikahannya dengan Abdullah ia melahirkan Muhammad 52 tahun sebelum tahun Hijriah. Disaat putranya masih berusia 4 atau 6 tahun, Aminah meninggal dunia ketika melakukan perjalanan ke [[Madinah]]. Iapun dimakamkan di sebuah termpat yang bernama Abwa.
 


==Nasab dan Kelahiran==
==Nasab dan Kelahiran==
Baris 12: Baris 11:


==Wafatnya Abdullah==
==Wafatnya Abdullah==
Kehidupan rumah tangga Aminah dan Abdullah dipenuhi rasa cinta dan kasih, dan tidak sedikitpun diwarnai dengan pertengkaran. Hanya berselang beberapa hari pasca pernikahan, Abdullah melakukan perjalanan dagang dan karena menderita sakit, iapun meninggal dunia di Yastrib, dan dimakamkan di kota tersebut.
Kehidupan rumah tangga Aminah dan Abdullah dipenuhi rasa cinta dan kasih, dan tidak sedikitpun diwarnai dengan pertengkaran. Hanya berselang beberapa hari pasca pernikahan, [[Abdullah bin Abdul Muththalib|Abdullah]] melakukan perjalanan dagang dan karena menderita sakit, iapun meninggal dunia di [[Yastrib]], dan dimakamkan di kota tersebut.


Ketika Aminah mendengarkan kabar mengenai kematian suaminya, iapun bersenandung pilu:
Ketika Aminah mendengarkan kabar mengenai kematian suaminya, iapun bersenandung pilu:
Baris 28: Baris 27:


==Masa Mengasuh Muhammad==
==Masa Mengasuh Muhammad==
Aminah pasca melahirkan, ia mengasuh sendiri bayinya. Awalnya, karena disebabkan keterbatan materi dan ketidaksanggupan untuk menyewa pengasuh, Aminah menolak setiap tawaran orang yang hendak mengasuh bayinya. Namun pada akhirnya ia menyerahkan Muhammad dibawah pengasuhan Halimah Sa’diyah, karena Muhammad juga butuh pengasupan ASI. Setelah 2 tahun berada dalam pengasuhannya, Halimahpun membawa kembali Muhammad kepada ibu kandungnya, namun karena kecintaannya, ia meminta izin agar Muhammad tetap bersamanya beberapa tahun lagi dan tinggal bersamanya di perkampungan di gurun pasir. Aminah menyepakati permohonan tersebut.<ref>Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, hlm. 162-164. </ref>Ketika Muhammad berusia 5 tahun 2 hari, ia mengembalikan Muhammad kepada ibunya.<ref>Ibnu Abdul Barra, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 1, hlm. 29. </ref>
Aminah pasca melahirkan, ia mengasuh sendiri bayinya. Awalnya, karena disebabkan keterbatan materi dan ketidaksanggupan untuk menyewa pengasuh, Aminah menolak setiap tawaran orang yang hendak mengasuh bayinya. Namun pada akhirnya ia menyerahkan Muhammad dibawah pengasuhan Halimah Sa’diyah, karena Muhammad juga butuh pengasupan ASI. Setelah 2 tahun berada dalam pengasuhannya, Halimahpun membawa kembali Muhammad kepada ibu kandungnya, namun karena kecintaannya, ia meminta izin agar Muhammad tetap bersamanya beberapa tahun lagi dan tinggal bersamanya di perkampungan di gurun pasir. Aminah menyepakati permohonan tersebut.<ref>Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, hlm. 162-164. </ref>Ketika Muhammad berusia 5 tahun 2 hari, ia mengembalikan Muhammad kepada ibunya.<ref>Ibnu Abdul Barra, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 1, hlm. 29. </ref>


==Perjalanan ke Madinah dan Wafatnya==
==Perjalanan ke Madinah dan Wafatnya==
Aminah pada tahun ketujuh tahun Gajah mengajak Muhammad melakukan perjalanan ke Yastrib untuk menziarahi makam ayahnya di kota tersebut. Sayangnya, dalam perjalanan kembali dari Yastrib, Aminah meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Abwah. Ummu Aimanlah yang kemudian mengantar Muhammad untuk kembali ke Mekah dan tiba 5 hari setelahnya di kota tersebut.<ref>Ibnu Abdul Barra, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 1, hlm. 30. </ref>
Aminah pada tahun ketujuh tahun Gajah mengajak Muhammad melakukan perjalanan ke Yastrib untuk menziarahi makam ayahnya di kota tersebut. Sayangnya, dalam perjalanan kembali dari Yastrib, Aminah meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Abwah. Ummu Aimanlah yang kemudian mengantar Muhammad untuk kembali ke Mekah dan tiba 5 hari setelahnya di kota tersebut.<ref>Ibnu Abdul Barra, al-Isti’āb fi Ma’rifah al-Ashhāb, jld. 1, hlm. 30. </ref>


==Peristiwa Beristighfarnya Nabi Muhammad Saw==
==Peristiwa Beristighfarnya Nabi Muhammad Saw==
 
Disebutkan oleh sejumlah perawi bahwa sepulangnya [[Nabi Muhammad Saw]] dari [[perang Tabuk]], ia memutuskan untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Oleh karena itu, ia melakukan perjalanan dari kota Madinah ke Mekah. Ditengah perjalanan setibanya di makam ibunya, dalam doanya ia meminta agar ibunya diampunkan dosa-dosanya, namun permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Allah Swt. Peristiwa tersebut menandai turunnya ayat <ref>Suyuti, al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bil Mātsur, jld. 3, hlm. 283. </ref>:
Disebutkan oleh sejumlah perawi bahwa sepulangnya [[Nabi Muhammad Saw]] dari perang Tabuk, ia memutuskan untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Oleh karena itu, ia melakukan perjalanan dari kota Madinah ke Mekah. Ditengah perjalanan setibanya di makam ibunya, dalam doanya ia meminta agar ibunya diampunkan dosa-dosanya, namun permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Allah Swt. Peristiwa tersebut menandai turunnya ayat <ref>Suyuti, al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bil Mātsur, jld. 3, hlm. 283. </ref>:


آیه وَمَا کانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِياهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ
آیه وَمَا کانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِياهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ


Terjemahan:
Terjemahan:
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya (baca: pamannya, Azar), tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah ia janjikan kepadanya. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa ia adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (Qs. At-Taubah: 114]
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya (baca: pamannya, Azar), tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah ia janjikan kepadanya. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa ia adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (Qs. At-Taubah: 114]


Demikian pula diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud:
Demikian pula diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud:
Suatu hari Rasulullah Saw berziarah kemakam kaum Muslimin dan kamipun mengikutinya. Setibanya, ia duduk dihadapan makam, lalu menangis serta berdoa. Kamipun turut menangis dan berdoa. Ia bertanya, “Mengapa kalian menangis?”. Kami menjawab, tangismu menjadi penyebab kami menangis. Nabi Muhammad Saw berkata, “Kubur dihadapanku ini mengingatkanku pada ibuku. Allah mengizinkanku menziarahinya, namun tidak mengizinkanku untuk memohonkan ampun untuknya.” Kemudian turunlah ayat:
Suatu hari Rasulullah Saw berziarah kemakam kaum Muslimin dan kamipun mengikutinya. Setibanya, ia duduk dihadapan makam, lalu menangis serta berdoa. Kamipun turut menangis dan berdoa. Ia bertanya, “Mengapa kalian menangis?”. Kami menjawab, tangismu menjadi penyebab kami menangis. Nabi Muhammad Saw berkata, “Kubur dihadapanku ini mengingatkanku pada ibuku. Allah mengizinkanku menziarahinya, namun tidak mengizinkanku untuk memohonkan ampun untuknya.” Kemudian turunlah ayat:


Baris 52: Baris 46:


Terjemahan:
Terjemahan:
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (mereka), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. (Qs. At-Taubah: 113)
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (mereka), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. (Qs. At-Taubah: 113)


Penyebab menangisnya Rasulullah Saw adalah hal tersebut.”<ref>Suyuti, al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bil Mātsur, jld. 3, hlm. 284. </ref>
Penyebab menangisnya Rasulullah Saw adalah hal tersebut.”<ref>Suyuti, al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bil Mātsur, jld. 3, hlm. 284. </ref>


Menurut versi Syiah, riwayat-riwayat diatas tidak mutawatir, karena Syiah secara ijma meyakini bahwa Abu Thalib, Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Muththalib serta kakek Rasulullah Saw sampai ke Nabi Adam As kesemuanya adalah orang-orang beriman.<ref>Aiti, Tārikh Payāmbar Islam, hlm. 42. </ref>Aqidah Syiah tersebut terdapat dalam literature-literatur Syiah. Sebagaimana yang disampaikan Imam Shadiq As, “Jibril As menemui Rasulullah Saw dan berkata, Wahai Muhammad! Allah Swt menitip salam untukmu dan berfirman, “Aku telah mengharamkan neraka Jahannam buat sulbi yang engkau lalui, buat rahim yang mengandungmu dan pangkuan yang mengasuhmu. Sulbi itu adalah sulbi Abdullah bin Abdul Muththalib, rahim itu rahim Aminah binti Wahab dan pangkuan itu pangkuan Abu Thalib –menurut versi yang diriwayatkan Ibn Fadhal- dan Fatimah binti Asad.”<ref>Kulaini, al-Kāfi, jld. 1, hlm. 446. </ref>
Menurut versi [[Syiah]], riwayat-riwayat diatas tidak mutawatir, karena Syiah secara ijma meyakini bahwa Abu Thalib, Aminah binti Wahab dan [[Abdullah bin Abdul Muththalib]] serta kakek Rasulullah Saw sampai ke [[Nabi Adam As]] kesemuanya adalah orang-orang beriman.<ref>Aiti, Tārikh Payāmbar Islam, hlm. 42. </ref>Aqidah Syiah tersebut terdapat dalam literatur-literatur Syiah. Sebagaimana yang disampaikan Imam Shadiq As, “Jibril As menemui Rasulullah Saw dan berkata, Wahai Muhammad! [[Allah Swt]] menitip salam untukmu dan berfirman, “Aku telah mengharamkan neraka Jahannam buat sulbi yang engkau lalui, buat rahim yang mengandungmu dan pangkuan yang mengasuhmu. Sulbi itu adalah sulbi Abdullah bin Abdul Muththalib, rahim itu rahim Aminah binti Wahab dan pangkuan itu pangkuan Abu Thalib –menurut versi yang diriwayatkan Ibn Fadhal- dan Fatimah binti Asad.”<ref>Kulaini, al-Kāfi, jld. 1, hlm. 446. </ref>


Selain itu, riwayat-riwayat yang menjadi dasar keyakinan bahwa Aminah binti Wahab meninggal dalam keadaan kufur memiliki sejumlah kejanggalan, sebagaimana misalnya yang disampaikan Allamah Amini yang menulis, “Apakah Nabi Muhammad Saw di hari Tabuk, itupun setelah ayatnya turun sampai saat itu tidak mengetahui bahwa Ia dan sahabat-sahabatnya tidak diperkenankan untuk mengharapkan ampunan untuk penyembah berhala?. Dan bagaimana mungkin Nabi Muhammad menginginkan dari Allah Swt agar ibunya diampuni? apakah Nabi menganggap ibunya berbeda dengan manusia yang lain?. Apakah riwayat ini hanya rekayasa yang sengaja dibuat-dibuat untuk menjatuhkan kehormatan Rasulullah Saw dan kesucian silsilahnya dengan menyebut ibunya adalah penyembah berhala?.”<ref>Al-Ghadir, matan Arab, cet. 5, jld. 8, hlm. 10-12. </ref>
Selain itu, riwayat-riwayat yang menjadi dasar keyakinan bahwa Aminah binti Wahab meninggal dalam keadaan kufur memiliki sejumlah kejanggalan, sebagaimana misalnya yang disampaikan Allamah Amini yang menulis, “Apakah Nabi Muhammad Saw di hari Tabuk, itupun setelah ayatnya turun sampai saat itu tidak mengetahui bahwa Ia dan sahabat-sahabatnya tidak diperkenankan untuk mengharapkan ampunan untuk penyembah berhala?. Dan bagaimana mungkin Nabi Muhammad menginginkan dari Allah Swt agar ibunya diampuni? apakah Nabi menganggap ibunya berbeda dengan manusia yang lain?. Apakah riwayat ini hanya rekayasa yang sengaja dibuat-dibuat untuk menjatuhkan kehormatan Rasulullah Saw dan kesucian silsilahnya dengan menyebut ibunya adalah penyembah berhala?.”<ref>Al-Ghadir, matan Arab, cet. 5, jld. 8, hlm. 10-12. </ref>
Baris 85: Baris 78:
[[en:Amina bt. Wahab]]
[[en:Amina bt. Wahab]]
[[ur:آمنہ بنت وہب]]
[[ur:آمنہ بنت وہب]]
[[Kategori:Orangtua Nabi Muhammad Saw]]
Pengguna anonim