Lompat ke isi

Aminah binti Wahab: Perbedaan antara revisi

392 bita ditambahkan ,  20 Januari 2016
tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
imported>Esmail
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 36: Baris 36:
==Peristiwa Beristighfarnya Nabi Muhammad Saw==
==Peristiwa Beristighfarnya Nabi Muhammad Saw==


Disebutkan oleh sejumlah perawi bahwa sepulangnya Nabi Muhammad Saw dari perang Tabuk, ia memutuskan untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Oleh karena itu, ia melakukan perjalanan dari kota Madinah ke Mekah. Ditengah perjalanan setibanya di makam ibunya, dalam doanya ia meminta agar ibunya diampunkan dosa-dosanya, namun permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Allah Swt. Peristiwa tersebut menandai turunnya ayat [21]:
Disebutkan oleh sejumlah perawi bahwa sepulangnya Nabi Muhammad Saw dari perang Tabuk, ia memutuskan untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Oleh karena itu, ia melakukan perjalanan dari kota Madinah ke Mekah. Ditengah perjalanan setibanya di makam ibunya, dalam doanya ia meminta agar ibunya diampunkan dosa-dosanya, namun permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Allah Swt. Peristiwa tersebut menandai turunnya ayat <ref>Suyuti, al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bil Mātsur, jld. 3, hlm. 283. </ref>:


آیه وَمَا کانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِياهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ
آیه وَمَا کانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِياهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ
Baris 47: Baris 47:


Suatu hari Rasulullah Saw berziarah kemakam kaum Muslimin dan kamipun mengikutinya. Setibanya, ia duduk dihadapan makam, lalu menangis serta berdoa. Kamipun turut menangis dan berdoa. Ia bertanya, “Mengapa kalian menangis?”. Kami menjawab, tangismu menjadi penyebab kami menangis. Nabi Muhammad Saw berkata, “Kubur dihadapanku ini mengingatkanku pada ibuku. Allah mengizinkanku menziarahinya, namun tidak mengizinkanku untuk memohonkan ampun untuknya.” Kemudian turunlah ayat:
Suatu hari Rasulullah Saw berziarah kemakam kaum Muslimin dan kamipun mengikutinya. Setibanya, ia duduk dihadapan makam, lalu menangis serta berdoa. Kamipun turut menangis dan berdoa. Ia bertanya, “Mengapa kalian menangis?”. Kami menjawab, tangismu menjadi penyebab kami menangis. Nabi Muhammad Saw berkata, “Kubur dihadapanku ini mengingatkanku pada ibuku. Allah mengizinkanku menziarahinya, namun tidak mengizinkanku untuk memohonkan ampun untuknya.” Kemudian turunlah ayat:
مَا کانَ لِلنَّبِی وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِکينَ وَلَوْ کانُواْ أُوْلِی قُرْبَی مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
مَا کانَ لِلنَّبِی وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِکينَ وَلَوْ کانُواْ أُوْلِی قُرْبَی مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Terjemahan:
Terjemahan:


Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (mereka), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. (Qs. At-Taubah: 113)
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (mereka), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. (Qs. At-Taubah: 113)


Penyebab menangisnya Rasulullah Saw adalah hal tersebut.” [22]
Penyebab menangisnya Rasulullah Saw adalah hal tersebut.”<ref>Suyuti, al-Dur al-Mantsur fi al-Tafsir bil Mātsur, jld. 3, hlm. 284. </ref>


Menurut versi Syiah, riwayat-riwayat diatas tidak mutawatir, karena Syiah secara ijma meyakini bahwa Abu Thalib, Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Muththalib serta kakek Rasulullah Saw sampai ke Nabi Adam As kesemuanya adalah orang-orang beriman. [23] Aqidah Syiah tersebut terdapat dalam literature-literatur Syiah. Sebagaimana yang disampaikan Imam Shadiq As, “Jibril As menemui Rasulullah Saw dan berkata, Wahai Muhammad! Allah Swt menitip salam untukmu dan berfirman, “Aku telah mengharamkan neraka Jahannam buat sulbi yang engkau lalui, buat rahim yang mengandungmu dan pangkuan yang mengasuhmu. Sulbi itu adalah sulbi Abdullah bin Abdul Muththalib, rahim itu rahim Aminah binti Wahab dan pangkuan itu pangkuan Abu Thalib –menurut versi yang diriwayatkan Ibn Fadhal- dan Fatimah binti Asad.” [24]
Menurut versi Syiah, riwayat-riwayat diatas tidak mutawatir, karena Syiah secara ijma meyakini bahwa Abu Thalib, Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Muththalib serta kakek Rasulullah Saw sampai ke Nabi Adam As kesemuanya adalah orang-orang beriman.<ref>Aiti, Tārikh Payāmbar Islam, hlm. 42. </ref>Aqidah Syiah tersebut terdapat dalam literature-literatur Syiah. Sebagaimana yang disampaikan Imam Shadiq As, “Jibril As menemui Rasulullah Saw dan berkata, Wahai Muhammad! Allah Swt menitip salam untukmu dan berfirman, “Aku telah mengharamkan neraka Jahannam buat sulbi yang engkau lalui, buat rahim yang mengandungmu dan pangkuan yang mengasuhmu. Sulbi itu adalah sulbi Abdullah bin Abdul Muththalib, rahim itu rahim Aminah binti Wahab dan pangkuan itu pangkuan Abu Thalib –menurut versi yang diriwayatkan Ibn Fadhal- dan Fatimah binti Asad.”<ref>Kulaini, al-Kāfi, jld. 1, hlm. 446. </ref>


Selain itu, riwayat-riwayat yang menjadi dasar keyakinan bahwa Aminah binti Wahab meninggal dalam keadaan kufur memiliki sejumlah kejanggalan, sebagaimana misalnya yang disampaikan Allamah Amini yang menulis, “Apakah Nabi Muhammad Saw di hari Tabuk, itupun setelah ayatnya turun sampai saat itu tidak mengetahui bahwa Ia dan sahabat-sahabatnya tidak diperkenankan untuk mengharapkan ampunan untuk penyembah berhala?. Dan bagaimana mungkin Nabi Muhammad menginginkan dari Allah Swt agar ibunya diampuni? apakah Nabi menganggap ibunya berbeda dengan manusia yang lain?. Apakah riwayat ini hanya rekayasa yang sengaja dibuat-dibuat untuk menjatuhkan kehormatan Rasulullah Saw dan kesucian silsilahnya dengan menyebut ibunya adalah penyembah berhala?.” [26].
Selain itu, riwayat-riwayat yang menjadi dasar keyakinan bahwa Aminah binti Wahab meninggal dalam keadaan kufur memiliki sejumlah kejanggalan, sebagaimana misalnya yang disampaikan Allamah Amini yang menulis, “Apakah Nabi Muhammad Saw di hari Tabuk, itupun setelah ayatnya turun sampai saat itu tidak mengetahui bahwa Ia dan sahabat-sahabatnya tidak diperkenankan untuk mengharapkan ampunan untuk penyembah berhala?. Dan bagaimana mungkin Nabi Muhammad menginginkan dari Allah Swt agar ibunya diampuni? apakah Nabi menganggap ibunya berbeda dengan manusia yang lain?. Apakah riwayat ini hanya rekayasa yang sengaja dibuat-dibuat untuk menjatuhkan kehormatan Rasulullah Saw dan kesucian silsilahnya dengan menyebut ibunya adalah penyembah berhala?.”<ref>Al-Ghadir, matan Arab, cet. 5, jld. 8, hlm. 10-12. </ref>


Allamah Amini menambahkan, “Sebagian menafsirkan bahwa ayat tersebut berkenaan dengan memohon ampunan untuk mayat [27] sehingga tidak sesuai dengan riwayat-riwayat tersebut.” [28]
Allamah Amini menambahkan, “Sebagian menafsirkan bahwa ayat tersebut berkenaan dengan memohon ampunan untuk mayat<ref>Amini, al-Ghadir, jld. 8, hlm. 18. </ref> sehingga tidak sesuai dengan riwayat-riwayat tersebut.”<ref>Thabari, Jāmi’ al-Bayān, jld. 11, hlm. 33. </ref>
Pengguna anonim