Pengguna anonim
Peristiwa Saqifah Bani Sa'idah: Perbedaan antara revisi
→Saqifah dari Sudut Pandang Orientalis
imported>Yuwono |
imported>Yuwono |
||
Baris 108: | Baris 108: | ||
Dia dalam suatu klaiman meyakini bahwa [[Aisyah]] dan [[Hafshah]], anak perempuan Abu Bakar dan Umar, dan [[Istri-istri Nabi]], telah memberi tahu ayah mereka tentang semua gerakan dan pemikiran rahasia suami mereka, dan kedua orang ini telah berhasil melakukan banyak pengaruh dalam pekerjaan dan tugas Nabi Islam saw dan dengan cara inilah mereka berusaha meraih kekuasaan. <ref> Lamnes, ''Mutsalast Qudrat Abu Bakar, Umar wa Abu Ubaideh, hlm.126, dinukil dari: Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.51.</ref> | Dia dalam suatu klaiman meyakini bahwa [[Aisyah]] dan [[Hafshah]], anak perempuan Abu Bakar dan Umar, dan [[Istri-istri Nabi]], telah memberi tahu ayah mereka tentang semua gerakan dan pemikiran rahasia suami mereka, dan kedua orang ini telah berhasil melakukan banyak pengaruh dalam pekerjaan dan tugas Nabi Islam saw dan dengan cara inilah mereka berusaha meraih kekuasaan. <ref> Lamnes, ''Mutsalast Qudrat Abu Bakar, Umar wa Abu Ubaideh, hlm.126, dinukil dari: Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.51.</ref> | ||
*Teori Caetani: Orientalis Italia, Leone Caetani dalam pembahasannya dalam pendahuluan buku sejarah [[Islam]] yang memuat tentang kedalaman perbedaan antara Abu Bakar dan [[ | *Teori Caetani: Orientalis Italia, Leone Caetani dalam pembahasannya dalam pendahuluan buku sejarah [[Islam]] yang memuat tentang kedalaman perbedaan antara Abu Bakar dan [[bani Hasyim]], dia mengungkapkan kekejutannya atas klaim kekhalifahan Abu Bakar dalam perkumpulan [[Anshar]] di [[Saqifah Bani Saidah]], tepat beberapa saat setelah wafatnya Nabi saw. Caetani secara implisit menegaskan potensi keseriusan akan klaiman Ali as atas kekhalifahan, dengan menolak riwayat umum yang mengatakan bahwa Abu Bakar, di hadapan kelompok Anshar, dalam klaimannya untuk suksesi Nabi telah bertawasul pada prioritas hak-hak Quraisy sebagai kabilah dan suku Nabi, karena argumen semacam ini aakan memperkuat klaiman Ali as yang merupakan kerabat terdekat Nabi. Dalam pandangannya, jika Muhammad saw dapat memilih untuk sukses bagi dirinya, ada kemungkinan dia lebih memilih Abu Bakar daripada orang lain; namun dengan adanya ini semua, Caetani dalam salah satu jilid berikutnya buku sejarah Islam, teori "segitiga kekuatan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah" milik Lamnes, menyatakannya sebagai teori yang paling tepat tentang akar kekhalifahan. <ref> rujuk: Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.17-18.</ref> | ||
*Wilfred Madelung: Termasuk salah satu orientalis yang telah membahas tentang suksesi Nabi Muhammad saw dalam sebuah buku yang rinci. Dia kebalikan sebagian besar para sejarawan meyakini bahwa, dewan Saqifah pada awalnya tidak dibentuk untuk menentukan khalifah kaum muslimin; dikarenakan teori khilafah, sebagai penerus Nabi belum pernah terjadi dalam masyarakat Islam, jadi asumsi perkumpulan Ansar diadakan untuk menentukan sebuah kepemimpinan, sangat jauh dari pikiran.<ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.51.</ref> Madelung berkeyakinan: Ansar dengan asumsi bahwa dengan meninggalnya Nabi Muhammad saw maka baiat dengannya juga telah berakhir, dan ada kemungkinan masyarakat dan komunitas politik yang diciptakan Nabi akan runtuh maka dengan begitu Anshar mengadakan perkumpulan untuk memilih pemimpin dari Anshar yang bertugas untuk menjalankan urusan [[kota Madinah]] tanpa terlebih dahulu bermusyawarah dengan Muhajirin. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.51.</ref> Pandangan Anshar adalah bahwa kelompok Muhajirin tidak memiliki alasan yang tepat untuk tinggal di Madinah dan hendaknya mereka kembali ke [[kota Mekah]], dan mereka yang berkendak tinggal ada kemungkinan akan menerima pemerintahan Anshar. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.51.</ref> | *Wilfred Madelung: Termasuk salah satu orientalis yang telah membahas tentang suksesi Nabi Muhammad saw dalam sebuah buku yang rinci. Dia kebalikan sebagian besar para sejarawan meyakini bahwa, dewan Saqifah pada awalnya tidak dibentuk untuk menentukan khalifah kaum muslimin; dikarenakan teori khilafah, sebagai penerus Nabi belum pernah terjadi dalam masyarakat Islam, jadi asumsi perkumpulan Ansar diadakan untuk menentukan sebuah kepemimpinan, sangat jauh dari pikiran.<ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.51.</ref> Madelung berkeyakinan: Ansar dengan asumsi bahwa dengan meninggalnya Nabi Muhammad saw maka baiat dengannya juga telah berakhir, dan ada kemungkinan masyarakat dan komunitas politik yang diciptakan Nabi akan runtuh maka dengan begitu Anshar mengadakan perkumpulan untuk memilih pemimpin dari Anshar yang bertugas untuk menjalankan urusan [[kota Madinah]] tanpa terlebih dahulu bermusyawarah dengan Muhajirin. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.51.</ref> Pandangan Anshar adalah bahwa kelompok Muhajirin tidak memiliki alasan yang tepat untuk tinggal di Madinah dan hendaknya mereka kembali ke [[kota Mekah]], dan mereka yang berkendak tinggal ada kemungkinan akan menerima pemerintahan Anshar. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.51.</ref> | ||
Baris 117: | Baris 117: | ||
Prakarsa Anshar dalam mengadakan sebuah pertemuan di [[Saqifah]], telah memberikan kesempatan yang baik bagi Abu Bakar untuk mencapai tujuannya, pertama-tama dia menyampaikan bahwa Umar dan Abu Ubaidah adalah calon-calon kandidat suksesi Nabi saw yang sejatinya mereka dalam hal ini tidak memiliki peluang untuk menang namun hal itu mereka sekenariokan dalam bentuk drama dan merupakan hal yang jelas bahwa proposal ini tidak serius dan diciptakan hanya untuk membuat sebuah kontroversi di tengah-tengah komunitas sehingga pada akhirnya cerita akan berakhir demi kemanfaatnya. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.62.</ref> | Prakarsa Anshar dalam mengadakan sebuah pertemuan di [[Saqifah]], telah memberikan kesempatan yang baik bagi Abu Bakar untuk mencapai tujuannya, pertama-tama dia menyampaikan bahwa Umar dan Abu Ubaidah adalah calon-calon kandidat suksesi Nabi saw yang sejatinya mereka dalam hal ini tidak memiliki peluang untuk menang namun hal itu mereka sekenariokan dalam bentuk drama dan merupakan hal yang jelas bahwa proposal ini tidak serius dan diciptakan hanya untuk membuat sebuah kontroversi di tengah-tengah komunitas sehingga pada akhirnya cerita akan berakhir demi kemanfaatnya. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.62.</ref> | ||
Menurut keyakinan Madelung, argumen [[Ahlusunah]] dan cendikiawan Barat yang mengatakan bahwa Ali as masih muda dan tidak berpengalaman dibandingkan dengan [[sahabat]] lainnya seperti Abu Bakar dan Umar sama sekali tidak serius dan betul-betul diluar kenyataan dan alasan-alasan lainnya yang datang dari sisi Abu Bakar akan menyebabkan nama Ali as sama sekali tidak disebut. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.65.</ref> | Menurut keyakinan Madelung, argumen [[Ahlusunah]] dan cendikiawan Barat yang mengatakan bahwa Ali as masih muda dan tidak berpengalaman dibandingkan dengan [[sahabat]] lainnya seperti Abu Bakar dan Umar sama sekali tidak serius dan betul-betul diluar kenyataan dan alasan-alasan lainnya yang datang dari sisi Abu Bakar akan menyebabkan nama Ali as sama sekali tidak disebut. <ref> Madelung, ''Janisyine Muhammad'', hlm.65.</ref> | ||
==Peristiwa Saqifah dari Perspektif Syiah== | ==Peristiwa Saqifah dari Perspektif Syiah== |